Oleh :
STAMBUK : ( R1C117025 )
KENDARI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nyalah
sehingga makalah ini dapat terselesaikan meskipun dalam bentuk yang sederhana.
waktunya untuk membimbing kami dan mengajarkan kami dan mau berbagi ilmu.
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena berbagai keterbatasan waktu
dan pengetahuan kelompok kami. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kami
menerima segala kritik, saran maupun tanggapan dari berbagai pihak yang
membangun diharapkan untuk dapat lebih baik lagi kedepannya, dalam membuat
makalah ini.
Akhir kata, Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelasaian makalah ini. Semoga segala amal
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.2. Saran.………………………………………....................................…......... 42
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
suatu ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-
Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala
sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda
berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen.
(Macrofosil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis), Fosil
Mikro/kecil (Microfosil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan alat
mikroskop.
dan mikrofosil untuk menentukan umur lapisan dan melakukan korelasi umur-
1
foraminiferal research di Massachussetts, USA, yang pada dekade-dekade
jenis yang diberi nama lamarck hingga sekarang masih dipakai. Ide
yang berisi lebih dari 1500 genus dan 18000 species dari foraminifera, sehingga
katalog untuk foraminifera telah lebih dari 30000 halaman. Ia juga menemukan
tidak mendasarkan pada susunan dinding dari foraminifera tetapi atas jumlah dan
sebagai salah seorang yang pertama sekali pembentuk mikro paleontologi ilmiah.
2
menerbitkan text books yang pertama sekali berjudul “introduction to the study of
3. Apakah Foraminifera ?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
3
BAB II
LANDASAN TEORI
sangat kecil. Sebagai contoh fosil mikro adalah fosil-fosil dari organisme
golongan foraminifera.
sedimen yang dipelajari antara lain warga, tekstur, pemilahan, struktur, ukuran
kristal, fragmen serta sementasi. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan
Makro/besar (Macrofosil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa
(megaskopis), Fosil Mikro/kecil (Microfosil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat
Sejarah Mikropaleontologi
yang menuis tentang keanehan alam. Termasuk pada waktu menjumpai fosil.
4
mengatakan bahwa benda-benda tersebut adalah sisa-sisa makanan para
pekerja yang telah menjadi keras, padahal benda tersebut sebetulnya adalah
fosil-fosil numulites. Fosil fosil ini terdapat dalam batu gamping brumur
tersebut.
tata nama baru (1758) dalam bukunya yang berjudul (System Naturae) tata
nama baru ini penting, karena cara penamaan ini lebih sederhana dan sampai
umumnya.
Mikropaleontologi.
5
sejarah perkembangan foraminifera dilakukan oleh Carpenter (1862) dan
foraminifera.
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil mikro
maka yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil haruslah batuan
yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval
jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi. Ada beberapa hal yang
6
1. Jenis batuan
2. Metode sampling
3. Jenis sampel
4. Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus. Namun
perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai pada batuan-
fosil yang diinginkan. Fosil foraminifera kecil dapat dijumpai pada batuan napal,
2. Metode Sampling
o Splot sampling
penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan
serpih tebal, batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini dapat ditambahkan
1,5 meter.
7
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu
dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada batupasir atau
fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil.
kondisi normal.
5. Jenis Sampel
Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan. Sampel
yang baik adalah yang diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang
lain, namun terkadang pada pengambilan sampel yang acak baru diketahui
8
sesudah dilakukan analisa umur. Sampel permukaan sebaiknya diambil dengan
penggalian sedalam > 30 cm atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).
Berikut adalah cara-cara atau tahap-tahap yang digunakan dalam aturan sampling
o Penguraian/pencucian
o Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga
dipanaskan.
o Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika fosil
o Pemisahan fosil
Cara memisahkan fosil-fosil dari kotoran adalah dengan menggunakan jarum dari
pengambilan), pada saat pengambilan fosil dari pengotor harus dilakukan dengan
hati-hati, karena apabila pada saat pengambilannya tidak hati-hati maka fosil
tersebut bias jatuh dan bias juga pecah, sehingga tidak bisa untuk dilanjutkan
9
pendeskripsiannya. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemisahan fosil antara laian
adalah:
7. Tempat fosil
8. Mikroskop
3. Kualitas Sampel
Kualitas sampel batuan perlu diperhatikan agar fosil mikro yang didapatkan baik
untuk dideterminasi atau dianalisa. Untuk mendapatkan fosil yang baik maka
o Bersih
dari pelapukan ataupun akar tumbuh-tumbuhan, juga dari polen dan serbuk sari
dalam udara banyak mengadung polen dan serbuk sari yang dapat menempel pada
batuan tersebut. Suatu cara yang cukup baik, bisa dilkukan dengan memasukkan
10
sampel yang sudah dibersihkan tersebut kedalam lubang metal/fiberglassyang
bersih dan bebas karat. Atau dapat juga kita mengambil contoh batuan yang agak
besar, baru kemudian sesaat akan dilkukan preparasi kita bersihkan dan diambil
Harus dipisahkan dengan jelas antara contoh batuan yang mewakili suatu sisipan
ataupun suatu lapisan batuan. Untuk studi yang lengkap, ambil sekitar 200-500
gram batuan sedimen yang sudah dibersihkan. Untuk batuan yang diduga sedikit
sampelnya.
o Pasti
Apabila sampel tersebut terkemas dengan baik dalam suatu kemasan kedap air
(plastik) yang diatasnya tertulis dengan tinta tahan air, segala keterangan penting
tentang sampel tersebut seperti nomor sampel, lokasi (kedalaman), jenis batuan,
waktu pengambilan dan sebagainya maka hasil analisa sampel tersebut akan pasti
manfaatnya.
o Jenis-Jenis Sampel
Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
permukaan tanah. Lokasi dan posisi stratigrafinya dapat diplot dalam peta.
11
o Sampel bawah permukaan adalah sampel yang diambil dari suatu
runtuhan (caving).
4. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor
lainnya. Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada
label, harus tetap menjadi perhatian agar mendapatkan hasil optimum. Beberapa
12
o Foraminifera kecil & Ostracoda
preparasi dengan metoda residu. Metoda ini biasanya dipergunakan pada batuan
melingkupinya.
4. Biarkan selama ± 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
dengan air yang deras diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah
adalah 30-80-100 mesh.
6. Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan
7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi
13
o Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki
1. Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin
4. Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional
14
6. Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam
o Nannoplankton
1. Ambil satu keping contoh batuan segar sebesar ± 10 gr., bersihkan dari
2. Cungkil bagian dalam dari sampel tersebut dan letakkan cukilan tersebut
kering.
15
1. Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan
bikarbonat (Na2Co3).
4. Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan
6. Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif
7. Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem tersebut
o Polen
ditunjang oleh fasilitas laboratorium yang lengkap, seperti cerobong asap, ruang
5. Penyajian Mikrofosil
16
Dalam penyajian mikrofosil ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
1. Observasi
yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di bawah
analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang
mikroskop scanning-elektron (SEM).
2. Determinasi
3. Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik maupun
kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci yang bila perlu
4. Ilustrasi
17
Pada tahap ilustrasi, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat menjelaskan
berbagai sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap gambar ilustrasi harus
5. Penamaan
yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk individu
yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat
spesies terdiri dari dua kata, tingkatsubspecies terdiri dari tiga kata. Nama-nama
kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan
– Globorotalia menardi exilis Blow, 1998, arti dari penamaan adalah fosil hingga
baru.
varietas.
subspecies.
18
– Dentalium (s.str) ruteni Martin, arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim
– Globorotalia of tumd, arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah
spesies ini.
2.3. Foraminifera
Foraminifera
Foraminifera merupakan binatang yang terdiri dari satu sel yang sangat
sederhana, sel tersebut terdiri dari protoplasma dan inti (bias lebih dari satu). Ciri
khas foraminifera adalah adanya pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi sebagai
zat organic ataupun anorganik dan memiliki pori-pori dengan satu atau lebih
berair ataupun tidak, tawar maupun asin, dan perkembangbiakannya dengan cara
19
yang berbeda, dimana satu individu dapat menghasilkan dua cangkang yang
Pada batuan sedimen, golongan ini lebih banyak dijumpai sehingga lebih
berharga dari ordo-ordo lain pada kelas Sarcodina. Golongan ini telah muncul
sejak zaman Pra-Kambrium (+ 550 tahun yang lalu) sampai sekarang dengan
jumlah spesies + 40.000 jenis spesies. Selain dari itu, Foraminifera dapat juga
20
Gambar 1. Siklus kehidupan Foraminifera (Geoldstein 1999)
dimana juga terdapat cetakan berupa dwelling structure (struktur menghuni) yang
berkembang.
21
Foraminifera berkembang dengan komposisi hyaline calcareous dan
berupa Fusilina. Kepunahan ini dipercaya sebagai yang terbesar dalam sejarah
benthonik
besar spesies foram planktonik. Foram yang berukuran lebih kecil umumnya
Kepunahan foram yang berukuran lebih kecil sangat banyak dan spesies
22
-. Today
Lebih dari 10.000 spesies foram yang hidup. Sebagian besar merupakan
Ekologi Foraminifera
hidupnya, yaitu foram planktonik dan foram benthonik. Foram plankton hidup di
sekitar permukaan air laut dan mengambang, sedangkan foram benthonik hidup di
lingkungan air laut dingin, hidupnya agak kebawah permukaan laut, sedangkan
siang hari turun, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan
1. Suhu
kadang mencapaii nol derajat celcius, sedangkan di ekuator suhunya lebih tinggi.
Daerah dingin dicirikan dengan bentuk uniform, besarnya juga hampir sama,
golongan aglutin ukurannya besar-besar, -2o - +27o C untuk lautan dan +35oC
23
Menurut Chusham, foram dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan
-. Foram indo-pasifik
-. Foram mediteran
Suhu air laut berubah ke jurusan lateral dan vertikal. Karena di daerah
kutub dingin, sedangkan di katulistiwa panas, maka terjadi sirkulasi air laut.
Ada foraminifera yang hidup pada kedalaman tertentu, seperti Gyroidina dan
kadar garam air laut yang terbuka, yaitu antara 3% - 3,3%, tetapi kadar garam ini
dapat berubah tergantung di daerahnya. Sebagai contoh adalah Laut Tengah yang
merupakan laut tertutup dan memiliki iklim yang kering dengan kadar garam
dapat naik menjadi 4,15 – 4,4%, bahkan di Laut Mati kadar garamnya demikian
kadar garam ini dapat menyebabkan kumpulan foraminifera tertentu yang hidup
24
3. Cahaya Matahari (Kedalaman)
Daya tembus cahaya matahri terbatas pada kedalaman sekitar 300 meter
untuk kelangsungan hidupnya dan cahaya ini akan bereaksi dengan hijau daun
Foraminifera benthos banyak dijumpai pada zona neritik, karena daerah ini
sedimentasi cukup kuat. Foraminifera jarang dijumpai pada daerah litoral karena
4. Kumpulan kehidupan
hidupnya. Bila kondisi baik, foram akan berkembangbiak dengan cepat sehingga
akan terdapat kumpulan kehidupan yang sangat banyak pada daerah tersebut.
hidup, sehingga yang lemah akan mati atau pindah mencari kumpulan kehidupan
menguntungkan atau merebut makanan dari lingkungan yang sudah ada. Sebagai
contoh adalah Genus Discorbis yang menempel pada binatang lain dan dipakai
melihat fosil-fosil foram dapat ditentukan keadaan pada zaman tersebut. Sebagai
contoh, umumnya foraminifera plankton hidup pada laut terbuka. Oleh karena
25
hidupnya pada lautan terbuka, maka foraminifera plankton akan semakin banyak
ada peristiwa dimana golongan plankton banyak dan golongan benthos sedikit
lingkungan air setengah asin. Hal ini dapat terjadi karena golongan plankton hidup
dengan baik sedang benthos sukar hidup, contohnya kehidupan di Laut Hitam.
Selain itu juga dapat terjadi karena longsor di laut, sehingga untuk penentuan
petunjuk lingkungan.
5. Kekeruhan
Kekeruhan air yang timbul karena arus turbidite akan berpengaruh terhadap
biasanya terdapat pada muara sungai yang besar. Masuknya air dalam jumlah
26
Foraminifera dibedakan atas foraminifera kecil dan foraminifera besar.
foram planktonik dan foram benthonik.. Cara hidup dari ordo ini adalah :
karena memiliki bagian yang keras dengan ciri masiing-masing foram, antara lain:
Morfologi Foraminifera
27
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat
foraminifera, meliputi :
bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat organik yang dihasilkan
C
C
D
D
B C
B
D
28
A
A
B
C D
D
B
B
C C D A
E B B
Keterangan : A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
29
D : Suture
E : Umbilicus
-. Transparan/tembus cahaya
-. Tidak berpori/masif
artinya tidak sama dengan bentuk kamar dalam fosil tersebut. Foraminifera
satu/lebih kamar dimana antara kamar satu dan lainnya dibatasi oleh septa.
30
Cangkang tersebut dikelilingi oleh sebuah dinding. Tempat pertemuan dinding
1. Spherical 6. Tabulospinate
5. Clavate
31
Spherical Ovale Angular rhomboid
cangkang yang terdiri dari satu kamar, sedangkang polytalamus terdiri lebih dari
satu kamar.
A. Monothalamus
32
b. Botol (Flask), Contoh : Genus Lagena
Cornuspira, Ammodiscus
i. tella, Psammophis
Polythalamus
a. Uniformed test, cangkang foram yang terdiri dari satu macam susunan
kamar, misalnya : uniserial saja atau biserial saja, atau juga triserial saja.
b. Biformed test, cangkang foram yang terrdiri atas dua macam susunan
kamar, Misalnya : Pada awal memiliki kamar triserial dan pada akhirnya
c. Triformed test, cangkang foram yang terdiri dari tiga macam susunan
33
d. Multiformed test, cangkang foram yang terdiri atas lebih dari tiga macam
menjadi :
kamarnya terdiri dari sebaris kamar yang lurus susunannya, contoh : Genus
Nodosaria.
Textularia
f. Triserial, merupakan cangkang yang terduru dari tiga baris kamar yang
34
k. Cangkang evolute, cangkang dimana seluruh putaran kamarnya dapat
dari pandangan dorsal, sedang dari pandangan ventral hanya putaran terakhir
Aperture
foram besar. Aperture merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang
dijumpai lebih dari satu, misalnya pada Genus Globigerinoides dan Candeina.
Macam-macam aperture :
a. Primary aperture : lubang utama yang terletak pada kamar akhir, contoh :
Globigerina.
35
b. Secondary aperture : lubang tambahan yang terletak pada kamar utama.
ujung leher yang pendek tapi mencolok, contoh : Genus Uvigerina &
Siphogenerina.
umumnya halus dan tersebar pada permukaan kamar akhir, contoh : Genus
36
i. Aperture tambahan, sering juga disebut sebagai “accesory aperture”
berupa lubang-lubang yang lebih kecil sebagai tambahan dari sebuah lubang
Genus Entosolenia.
37
Radial Celah/slitlike
Bulat
Koma/virgulin
Corong
Suture
Suture : suatu hiasan yang memisahkan dua kamar yang saling berdekatan
-. Melengkung lemah
-. Lurus
38
Hiasan dan Tekstur Permukaan
Hiasan pada cangkang foraminifera sangat beragam dan hiasan ini sangat
penting untuk klasifikasi. Selain hiasan, permukaan luar cangkangnya juga sering
-. Bridged suture, adalah garis-garis suture yang terbentuk dari septa yang
halus.
pertama.
-. Reticulate, bentuk dinding cangkang yang berupa pori-pori bulat yang kasar.
39
-. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berupa pori-pori bulat yang
kasar.
-. Cancellata, permukaan luar cangkang dengan pori-pori kasar dan tidak selalu
bulat bentuuknya.
yang menonjol.
Keel Spines/duri
Costae/Bridge
Umbilical plug
Limbate suture Punctate/berpori P
Pustulose
Concellate Smooth/halus tanpa hiasan
Fosil Planktonik
40
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya
banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil
-. Korelasi
kedalaman tertentu :
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar
laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah
50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada kedalaman 200 sampai
300 meter.
Foram plankton sangat peka terhadap kadar garam. Pada keadaan normal,
juga beberapa jenis yang tahan terhadap perubahan kadar garam, misalnya di Laut
41
Merah meskipun kadar garamnya tinggi, tetapi masih dijumpai Globigerina
42
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
terawetkan tersebut merupakan fosil mikro karena berukuran sangat kecil. Sebagai
Makro/besar (Macrofosil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa
(megaskopis), Fosil Mikro/kecil (Microfosil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat
ingin dianalisis, kedua yaitu melakukan metode sampling yang sesuai dengan
jenis – jenis sampelnya, keempat yaitu melakukan preparasi fosil, dan terakhir
penyajian mikrofosil.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu agar kita dapat mengetahui
lebih jelas dan lebih dalam tentang ilmu mikropaleontologi yang dimana secara
luas, mikropaleontologi salah satu ilmu cabang tentang fosil dengan begitu
memudahkan kita mengetahui dan membedakan fosil yang berukuran makro dan
mikro dengan melakukan analisis mikropaleontologi, untuk itu juga saya berharap
43
Dalam penulisan makalah ini memudahkan kita semua untuk mengetahui lagi
tentang ilmu mikropaleontologi serta saya berharap juga perlu diadakan fieldtrip
mikropaleontologi agar dapat memaksimalkan ilmu mikropaleontologi secara
langsung pada saat dilapangan. dan tentunya banyak sekali kekurangan maupun
kesalahan yang tidak saya sadari dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu
saya memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dari makalah
mikropaleontologi ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Bandung
E.J Bull v.
45