Anda di halaman 1dari 5

Novianto,D.

Mikrofosil

.
Mikrofosil
Deden Novianto1.a, Aditia Yusuf Habibullah, Aditya Nugraha Nasution, Adelia Dea Wardhani,
Azzifa Rahmatania, Danang Satrio Bagaskoro, Hafizhah, Redhatul Irma, Sabar Rio simanjuntak
Febby Wahyuningtyas Pratiwi, Devita Sari
1
Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi
Dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
deden.118150003@student.itera.ac.id

Abstract

The term micropaleontology can never be separated from paleontology itself, both are the study
of fossils, but there are some of the most striking differences, according to its name,
micropaleontology is the science of studying micro-sized fossils whose size is below 2mm where
to observe fossils in this micropaleontology must use the help of a microscope to see it so that it
can be observed because to observe fossils under 2mm in size we cannot observe them in plain
sight or macroscopically because of the size of the fossils that are micro so we have to use a
microscope, this time practicing we observe several images from microfossils and make a
demonstration model of the microfossil using plasticine which has the aim to know more about
the observed microfossils and can better understand it more deeply, especially in terms of body
shape so that during practicum we can it is easy to find out what type of microfossils we are
observing and can classify them according to their way of life, shape, origin or habitat

Keywords: Microfossils,microscope,size

Abstrak

Istilah mikropaleontologi tidak pernah lepas dari paleontologi sendiri sama-sama merupakan
ilmu yang mempelajari tentang fosil tetapi ada beberapa perbedaan yang paling
mencolok,mikropaleontologi sesuai dengan namanya maka mikropaleontologi adalah ilmu yang
mempelajari fosil berukuran mikro yang ukurannya dibawah 2mm dimana untuk mengamati
fosil dalam mikropaleontologi ini harus menggunakan bantuan dari mikroskop untuk melihatnya
agar bisa diamati karena untuk mengamati fosil dengan ukuran dibawah 2mm kita tidak bisa
mengamatinya secara kasat mata saja atau secara makroskopis karena ukuran fosilnya yang
mikro sehingga harus menggunakan mikroskop,praktikum kali ini kita melakukan pengamatan
terhadap beberapa gambar dari mikrofosil dan membuat model peraga dari mikrofosil tersebut
menggunakan plastisin yang memiliki tujuan untuk mengenal lebih jauh tentang mikrofosil yang
diamati dan bisa lebih memahaminya lebih dalam terutama dari segi bentuk tubuhnya sehingga
saat praktikum kita bisa dengan mudah mengetahui mikrofosil jenis apa yang kita amati dan
dapat mengelompokkannya berdasarkan cara hidup,bentuk,asalnya atau habitatnya

Keyword:mikrofosil,mikroskop,ukuran

1
Novianto,D. Mikrofosil

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paleontologi berasal dari kata, Paleo yang berarti masa lampau/kuno dan onthos yang
berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu ilmu yang
mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya maupun jejak-jejak
kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan. Sedangkan fosil adalah sisa-sisa
dari kehidupan masa lampau ataupun segala sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang
telah membatu dan yang paling muda berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini
terjadi pada lingkungan sedimen.
Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

 Fosil Makro/besar (Macrofosil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa
(megaskopis).
 Fosil Mikro/kecil (Microfosil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan
alat mikroskop.
Lamarck (1812) adalah ahli biologi kebengsaan prancis, dalam bukunya “Course de
Zoologie” memasukkan foraminifera kedalam cephalopoda. Walaupun penggolongan
ini yang kemudian dinyatakan salah, tetapi beberapa jenis yang diberi nama lamarck
hingga sekarang masih dipakai. Ide dari Lamarck ini memberikan pandangan baru
pada Acide D’Orbigny yang menerbitkan buku berjudul “Tableau methodique de la
classe des cephalopodes” yang berisi lebih dari 1500 genus dan 18000 species dari
foraminifera, sehingga katalog untuk foraminifera telah lebih dari 30000 halaman. Ia
juga menemukan bentuk poly thalamus dan mono thalamus, dan juga ia menemukan
foraminifera dari family miliolides, asterigirinidae, polymorphinidae.
Dalam klasifikasinya ia tidak mendasarkan pada susunan dinding dari foraminifera
tetapi atas jumlah dan susunan kamar – kamarnya. Sehubungan dengan itu maka
patutlah ia dianggap sebagai salah seorang yang pertama sekali pembentuk mikro
paleontologi ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menentukan mikrofosil berdasarkan orientasi tubuh
2. Menentukan jenis-jenis mikrofosil
3. Mengelompokkan mikrofosil berdasarkan kesamaan yang tampak
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mampu memahami tentang apa itu mikrofosil
2. Mampu mengetahui perbedaan mikrofosil dan makrofosil
3. Mampu membedakan jenis mikrofosil berdasarkan ciri yang ada
1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum
Manfaat dan potensi dari praktikum yang dilakukan kali ini adalah, mahasiswa dapat
mengetahui macam-macam jenis dari mikrofosil yang diamati dalam praktikum
serta mampu mngelompokkannya berdasar 10 kelompok mikrofosil.

2
Novianto,D. Mikrofosil

.
1.5 Tinjauan Pustaka
Istilah Mikropaleontologi tidak lepas dari pengertian paleontologi. Paleontologi adalah
salah satu cabang geologi yang mempelajari tentang sisa-sisa organisme purba, baik dari
fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan.

Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau atau segala sesuatu yang
menunjukkan kehidupan yang telah membantu dan yang paling muda berumur
plistosein. Pada umumnya fosil ini terjadi di lingkungan sedimen, dalam hal ini didalam
batuan beku sama sekali tidak dijumpai fosil. Secara garis besar, Paleontologi di bagi
menjadi 2, yaitu :

 Paleobotani: mempelajari sisa-sisa organisma purba yang berasal dari tumbuh-


tumbuhan.
 Paleozoolog: mempelajari sisa-sisa organisma purba yang berasal dari binatang.
Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang khusus
mempelajari sermua sisa-sisa yang berukuran kecil sehingga pada pelaksanaannya harus
menggunakan alat bantu mikroskop. Contoh mikrofosil adalah hewan foraminifera.

Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi


mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah pada
batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang
hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar-kamar
yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi oleh
lubang-lubang halus (foramen). (Blow,1969)

Hewan foraminifera contohnya adalah plankton dan benthos, hidup pada dasar laut.
Plankton bentuk testnya adalah bulat dan susunan kamarnya adalah trochospiral,
sedangkan benthos bentuk testnya adalah pipih dan susunan kamar planispiral. Kedua-
duanya ini adalah merupakan bagian dari phylum protozoa.
Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936). Setiap fosil (biasanya kecil) untuk
mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil
ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm
seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme,
embrio dari foil-fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang
mengamainya menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil
mikro dari golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai
fungsi/berguna untuk mempelajarinya.
Dari cara hidupnya foraminifera dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Pellagic (mengambang)
2. Nektonic (bergerak aktif)
3. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
4. Benthonic (pada dasar laut)
5. Secile (mikro fosil yang menambat/menempel)
6. Vagile (merayap pada dasar laut)
(Pringgoprawiro,1983)

3
Novianto,D. Mikrofosil

.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Macam-macam mikrofosil yang diamati dalam praktikum antara lain:
Foraminifera, Atau Disingkat Foram, Adalah Grup Besar Protista Amoeboid
Dengan Pseudopodia. Cangkang Atau Kerangka Foraminifera Merupakan Petunjuk
Dalam Pencarian Sumber Daya Minyak, Gas Alam Dan Mineral.
Foraminifera Merupakan Makhluk Hidup Yang Secara Taksonomi Berada Di
Bawah KingdomProtista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superkelas
Rhizopoda, Kelas Granuloreticulosea, Dan Ordo Foraminiferida. Foraminifera
Berdasarkan Cara Hidupnya Dibagi Menjadi Dua Kelompok, Yaitu Foraminifera Yang
Hidup Di Dasar Laut (Benthonic Foraminifera) Dan Foraminifera Yang Hidup
Mengambang Mengikuti Arus (Planktonic Foraminifera).
Conodont adalah chordata yang telah punah dan menyerupai belut. Makhluk ini
diklasifikasikan ke dalam kelas Conodonta. Selama bertahun-tahun, hanya fosil gigi
makhluk ini yang ditemukan (dan disebut elemen conodont), hingga akhirnya suatu hari
fosil conodont yang bergigi ditemukan. Hingga kini, informasi mengenai jaringan
lembut conodont masih kurang banyak diketahui. Hewan ini juga
disebut Conodontophora (pembawa conodont) untuk menghindari ambigu.
Radiolaria dikenal sebagai penunjuk untuk mengenali lingkungan pengendapan
laut dalam. Hal tersebut bukan berarti radiolaria hidup di laut dalam, tetapi cangkang
radiolaria yang telah mati jatuh sampai ke dasar samudra. Hal ini lantaran cangkang
tubuh radiolaria terbuat dari bahan silika (SiO2) yang secara kimiawi tahan terhadap
pengaruh kondisi lingkungan laut dalam. Menurut suatu teori, nun jauh di kedalaman
laut, terdapat bidang maya yang disebut CCD (Carbonate Compensation Depth). Di
bawah kedalaman bidang CCD ini – berada pada kedalaman antara 3000 hingga 4000 m
– terjadi laju pelarutan partikel bahan karbonat yang lebih cepat daripada laju
pengendapannya. Jadi, para plankton yang cangkang tubuhnya terbuat dari bahan
karbonat (kalsit, CaCO3) seperti cangkang foraminifera hancur dan larut begitu
melewati CCD. Sedangkan radiolaria yang „tulang belulang‟nya terbuat dari silika bisa
bertahan dan sukses bersemayam di lantai samudra.
Diatoms (filum Heterokontophyta kelas Bacillariophyta) adalah mikroorganisme
uniseluler fotosintetik alga dengan bentuk yang sangat bervariasi, hidup di perairan dan
diketahui dapat hidup di berbagai kondisi yang berbeda, terdapat di perairan air tawar
maupun perairan laut tetapi kedunya memiliki perbedaan yang jelas Diketahui sekitar
setengah dari 12000 spesies diatom yang diketahui hidup di lautan. Sebagian besar
adalah plantonik, tapi beberapa menciptakan struktur seperti benang filament untuk
perlekatan pada, batu, jaring, pelampung dan bagian permukaan lainya. Lapisan coklat
kadang - kadang telihat kaca aquarium yang merupakan koloni dari diatoms adan
biasanya terdiri dari ribuan sel.

4
Novianto,D. Mikrofosil

Gambar 1: Model peraga mikrofosil

3. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:

1. Mikrofosil adalah fosil yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm


2. Foraminifera terbagi menjadi 2 yaitu foraminifera plantonik dan bentonik
3. Conodont adalah mikrofosil berupa sisa dari organisme yaitu bagian gigi
4. Fosil foraminifera dapat digunakan untuk penentu umur atau lingkungan
pengendapan.

4. REFERENSI

 Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal


 Buku Penuntun Praktikum Mikropaleontologi. H. Loise Taran ST
 Micropaleontology, Elsevier, Amsterdam. pp. 1977
 planktonic foraminifera. Assoc. Venezolana Geol., Min. Petrol., Bol. Inf., v. 9, h. 3-32.
 Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan paleogeografi Cekungan Jawa Timur
Utara, suatu pendekatan baru. Disertasi Doktor, ITB, Bandung, 239 h.

Anda mungkin juga menyukai