Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI

FORAMINIFERA PLANKTONIK
(GLOBOGERINA, GLOBIGERINOIDES, GLOBOQUADRINA
DAN GLOBOROTALIA)

Disusun oleh:

RIDHO SYAH PAHLEVI SIREGAR


F1D220028

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan spesifikasi cabang dari ilmu paleontologi yang
mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil
yang berukuran mikro, yang dalam pengamatannya menggunakan mikroskop
untuk meneliti fosil tersebut karena ukurannya yang tidak kasat mata atau
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Salah satu pengetahuan yang
terdapat pada ilmu mikropaleontologi adalah planktonik foraminifera (fosil
plankton). Fosil ini sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, terutama
pada batuan di dalam tanah, ataupun batuan yang terdapat di dalam laut.
Tidak banyak orang yang mengetahui spesies apa saja yang ditemukan
tersebut. Untuk mengetahui identitas dari fosil tersebut harus dilihat bentuk
dan sifat-sifat fisiknya melalui mikroskop, kemudian bertanya kepada ahlinya
ataupun membaca dari buku referensi. Hal tersebut memerlukan waktu yang
relatif lebih lama bila dibandingkan dengan menggunakan sebuah sistem yang
menggunakan teknologi komputer.
Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau
partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO 3
(kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah
dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20
sentimeter.
Kegunaan dari mempelajari mikropaleontologi sangat penting bagi geologist
karena merupakan sarana penting untuk mengetahui umur batuan dan
lingkungan pengendapan suatu daerah, dengan mempelejari mikropaleontologi
merupakan aplikasi untuk mengetahui keberadaan minyak.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui apa manfaat mikropaleontologi
2. Mengetahui ciri khas masing masing genus
3. Mengetahui perbedaan dari genus Globorotalia (G) dan (T)
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini adalah :
1. Alat tulis lengkap
2. Clipboard
3. Modul mikropaleontologi
4. LKS
5. Maket Mikrofosil

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 1


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mikropaleontologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas semua
sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil. Ada beberapa alasan bahwa
fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk
menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Yang dibahas
antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigrafi (Purnamasari, 2012).
Setiap fosil biasanya kecil untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya
dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm
namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang
memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foil-fosil
makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang mengamatinya
menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari
golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna
untuk mempelajarinya (Blow, W.H. 1969).
Fosil dalam bahasa latin fossa yang berarti “menggali keluar dari dalam
tanah” adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu
atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus
segera tertutup sedimen. Fosil-fosil yang paling umum adalah kerangka yang
tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil dengan jaringan lunak sangat
jarang ditemukan ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga
merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi (Nilandita, 2009).
Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun
sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang
berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk

bola dengan satu lubang. genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang
yang dimiliki organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian-bagian tubuh
dari fosil makro yang mengamatinya menggunakan mikroskop serta sayatan

tipis dari fosil-fosil. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran
pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal
CaCO3 (kalsit atau aragonit) (Pringgoprawiro, 1983).
Pada pola geografis fosil foraminifera juga digunakan untuk merekonstruksi
arus laut. Ada beberapa jenis foraminifera tertentu yang hanya ditemukan di
lingkungan tertentu sehingga ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis
lingkungan dimana sedimen laut kuno disimpan. Selain itu, foraminifera juga
digunakan sebagai bioindikator di lingkungan pesisir termasuk indikator

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 2


kesehatan terumbu karang. Hal ini dikarenakan kalsium karbonat yang rentan
terhadap pelarutan dalam kondisi asam, sehingga foraminifera juga terpengaruh
pada perubahan iklim dan pengasaman laut. Pada arkeologi beberapa jenis
foraminifera merupakan bahan baku batuan. Beberapa jenis batu seperti
Rijang, telah ditemukan mengandung fosil foraminifera. Jenis dan konsentrasi
fosil dalam sampel batu dapat digunakan untuk mencocokkan bahwa sampel
diketahui mengandung jejak fosil yang sama (Rositasari, 1997).
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada
beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat
berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan
sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak
zaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami
perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda
diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai
populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal (Pringgoprawiro. 2000).
umur batuan saat melakukan penelitian. untuk menentukan umur relatif
lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Kehadiran fosil pada suatu singkapan
batuan atau batuan yang berasal dari inti bor dapat dipakai untuk menentukan
umur batuan secara akurat. Kajian yang rinci dari berbagai macam jenis batuan
yang diambil di berbagai lokasi akan menghasilkan beberapa jenis fosil yang
mempunyai kisaran hidup yang relatif pendek (Noor, 2012).
Keanekaragaman Foraminifera yang melimpah dan memiliki morfologi
yang kompleks. Fosil Foraminifera terbentuk dari elemen yang di temukan di
laut sehingga fosil ini berguna dalam paleoklimatologi dan paleoceanografi.
Foraminifera umumnya berukuran kurang dari 1 mm, tetapi beberapa memiliki
ukuran yang lebih besar, berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola
dengan satu lubang. Fosil Foraminifera ini dapat digunakan untuk
merekonstruksi iklim masa lalu dengan memeriksa isotop stabil rasio oksigen
dan sejarah siklus karbon dan produktivitas kelautan dengan memeriksa rasio
isotop karbon. Semakin rendah suhu pada zaman mereka hidup maka semakin
kecil dan semakin kompak ukuran selnya dan lubang untuk protoplasma makin
kecil. Dengan mempelajari cangkang forams dari sampel yang diambil dari
dasar laut dan menghubungkan kedalaman sampel dengan waktu maka suhu
samudra dapat diperkirakan sepanjang sejarah. Hal ini membantu
menghubungkannya dengan zaman es di bumi. Foraminifera umumnya
menghasilkan cangkang yang dapat terdiri dari satu ruang atau lebih, dan
beberapa memiliki struktur yang rumit. Cangkang ini umumnya terbuat dari
kalsium karbonat (Nofita, 2016).

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 3


3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan membahas mengenai apa itu
mikropaleontologi, hubungan mikropaleontologi dengan paleontologi, kegunaan
pada fosil foraminifera dan juga membahas mengenai bagian-bagian dari
foraminifera seperti bentuk-bentuk test dan bentuk kamar pada foraminifera.
Sebelum membahas mengenai mikropaleontologi dan foraminifera ada baiknya
praktikan mengetahui apa itu fosil. Fosil adalah sisa-sisa organisme atau bekas-
bekas makhluk hidup yang terawetkan secara alami yang telah terendapkan
selama 10.000 tahun lalu dan menjadi batu atau mineral.
Adapun manfaat belajar mikropaleontologi yaitu untuk mengetahui umur
batuan, korelasi batuan dan mengetahui lingkungan pengendapan fosil. Pada
praktikum ini jenis fosil yang akan dibahas adalah fosil foraminifera.
Foraminifera adalah kelompok hewan bersel satu yang termasuk dalam Filum
Protozoa dan Kelas Sarcodina yang hidup di laut atau marine. Foraminifera
dibedakan menjadi dua yaitu foraminifera planktonik dan bentonik.
Foraminifera planktonik merupakan foraminifera yang lingkungan
hidupnya mengambang mengikuti arus laut, sedangkan foraminifera bentonik
lingkungn hidupnya berada pada dasar laut. Cangkang foraminifera biasanya
terbuat dari kalsium karbonat. Dalam praktikum mikropaleontologi ini sendiri
kami akan membahas 13 genus foraminifera planktonik diantaranya yaitu
genus Orbulina, Globigerina, Globigerinoides, Globoquadrina, Sphaeroldinella,
Sphaeroldinellopsis, Pulleniatina, Catapsydrax, Globorotalia (G), Globorotalia (T),
Hantkenina, Cribrohantkenina, dan genus yang terakhir yaitu Hastigerina.
Dalam pertemuan kedua praktikum Mikropaleontologi ini kami
diperkenalkan oleh beberapa genus yang diantaranya Orbulina, Globigerina,
Globigeinoides, Globoquadrina, Globorotalia (G), Globorotalia (T). Adapun manfaat
dari praktikum kali ini adalah kami dapat mengetahui bentukan test dari
masing masing spesies yang dieberikan, kami mampu mendeskripsikan tiap-
tiap spesies mikrofosil tersebut.
Genus orbulina merupakan genus yang memiliki ciri khas adanya aperture
small opening. Pada genus globigerina memiliki susunan kamar yang
trochospiral dengan aperture interiomarginal umbilical dan juga hiasan pada
permukaan berupa puncante. Genus globigerinoides memiliki morphologi yang
sama dengan globigerina tetapi pada globigerinoides terdapat supplementary
aperture. Pada genus globoquadrina bentuk kamar angular conical, aperture
terbuka lebar pada umbilicus berbentuk segiempat yang kadang mempunyai
bibir. Yang terakhir pada praktikum ini yaitu genus globorotalia yang terbagi

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 4


menjadi 2 yaitu (G) dan (T), pada Globorotalia (G) terdapat hiasan berupa Keel
sedangkan pada globorotalia (T) tidak memiliki hiasan.
Bagian bagian tubuh pada foraminifera plantonik ada test, kamar, hiasan,
dan aperture. Test adalah cangkang foraminifera. Susunan kamar pada
foraminifera planktonik yaitu planispiral (berputar pada satu bidang),
trochospiral (tidak berputar pada satu bidang dan tidak semua kamar terlihat)
dan streptospiral. Septa adalah batas antar kamar satu dengan yang lain.
Suture adalah garis yang terlihat pada test atau cangkang. Aperture adalah
lubang utama dari test. Spesies yang dibahas pada praktikum kali ini yaitu
Globoquadrina Dehiscens, Globorotalia Tumida Tumida, Globigerina Selli,
Globigerinoides Trilobus Sacculiferuse yang mana arus kami deskripsikan.
Spesies Globigerinoides Trilobus Sacculiferuse memiliki susunan kamar
trochospiral dengan bentuk test biumbilicate, bentuk kamar globular. Suture
pada ventral melengkung kuat dan pada dosal melengkung kuat juga.
Komposisi genus ini yaitu gamping hyaline dengan jumlah kamar 8, 5 pada
ventral dan 3 pada dorsal. Seccondary aperture atau supplementary aperture dan
hiasan pada permukaan testnya yaitu reticulate pada aperture terdapat hiasan
berupa bulla, pada umbilicus terdapat hiasan yang berupa open umbilicate.
Spesies Globoquadrina dehiscens memiliki susunan kamar tochospiral
dengan bentuk test biumbilicate dan bentuk kamarnya subglobular. Suture
ventral tertekan kuat dan dorsannya tertekan kuat juga. Komposisi genus ini
gamping hyaline dengan jumlah kamar pada ventral 4 dan pada dorsal 5.
Aperture primary berupa P.A.I umbilical dengan hiasan pada cangkang pusulose.
Spesies Globorotalia Tumida Tumida memiliki susunan kamar planispiral
dengan bentuk test lenticular, bentuk kamar spherical. Suture pada ventral
tertekan kuat dan pada dosal tertekan kuat juga. Komposisi genus ini yaitu
gamping hyaline dengan jumlah kamar 8, 4 pada ventral dan 4 pada dorsal.
Aperture primary berupa P.A.I extra umbilical dan hiasan pada permukaan
testnya yaitu smooth pada suture terdapat hiasan berupa retral processes, pada
umbilicus terdapat hiasan yang berupa umbilicus dan juga terdapat hiasan pada
peri-peri yang berupa keel.
Spesies Globigerina Selli memiliki susunan kamar trochospiral dengan
bentuk test shperical, bentuk kamar globular. Suture pada ventral tertekan kuat
dan pada dosal tertekan kuat juga. Komposisi genus ini yaitu gamping hyaline
dengan jumlah kamar 7, 5 pada ventral dan 2 pada dorsal. Aperture primary
berupa P.A.I umbilical dan hiasan pada permukaan testnya yaitu puncante.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 5


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Adapun manfaat belajar mikropaleontologi yaitu untuk mengetahui umur
batuan, korelasi batuan dan mengetahui lingkungan pengendapan fosil.
2. Genus orbulina merupakan genus yang memiliki ciri khas adanya aperture
small opening. Pada genus globigerina memiliki susunan kamar yang
trochospiral dengan aperture interiomarginal umbilical dan juga hiasan pada
permukaan berupa puncante. Genus globigerinoides memiliki morphologi
yang sama dengan globigerina tetapi pada globigerinoides terdapat
supplementary aperture. Pada genus globoquadrina bentuk kamar angular
conical, aperture terbuka lebar pada umbilicus berbentuk segiempat yang
kadang mempunyai bibir.
3. Genus globorotalia yang terbagi menjadi 2 yaitu (G) dan (T), pada
Globorotalia (G) terdapat hiasan berupa Keel sedangkan pada globorotalia (T)
tidak memiliki hiasan.
4.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah praktikan lebih mendalami lagi modul dan
memahaminya sebelum praktikum dimulai, agar diskusi dalam laboratorium
dapat terkesan aktif.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 6


DAFTAR PUSTAKA
Blow, W.H., 1969.Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal.
Nilandita, W. 2009. “Studi Literatur Teknologi Fitoremediasi Untuk Pemulihan
Ekosistem Laut Terkontaminasi Logam Berat”. Jurnal Teknik Lingkungan.
Vol 1 (1): 60-67.
Nofita. L, Yoyok. H, Akmaluddin, Silmi. F, dan Ridi. F. 2016. “Pengembangan
Web Based Expert System Dalam Identifikasi Mikrofosil Foraminifera
Sebagai Media Pembalajaran Paleontologi Yang Aplikat, Praktis, dan
Efektif”. Jurnal Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9. Vol.9(56) :
690-699.
Noor D. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta : Deepublish.
Pringgoprawiro, H., 1983. Biostratigrafi dan paleogeografi Cekungan Jawa

Timur Utara, suatu pendekatan baru. ITB, Bandung.


Purnamasari, Herni. 2012.’’Kunci Determinasi dan Flashcard sebagai Media
Pembelajaran Inkuiri Klasifikasi Makhluk Hidup Smp’’.Unnes Science
Education Journal. Vol 1 (2): 3.
Pringgoprawiro, H. 2000. Foraminifera, Pengenalan Mikrofosil dan Aplikasi
Biostratigrafi. ITB: Bandung.
Rositasari, R. 1997. “Habitat Makro dan Mikro pada Foraminifera”. Jurnal
Oseana. Vol. 22(4): 31-42.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 7

Anda mungkin juga menyukai