Aplikasi Dari Pemanfaatan Foraminifera Foraminifera dapat digunakan untuk menentukan umur
batuan serta untuk mengetahui struktur geologi apa aja yang terjadi pada suatu daerah seperti
sesar, lipatan dan kekar.
Sesuai dengan hukum superposisi yaitu lapisan yang berda paling bawah merupakan lapisan
batuan yang paling tua dan lapisan yang paling muda berada di paling atas. - Satuan batuannya
selaras karena susunan lapisan batuannya dari yang tua sampai yang muda berurutan - Tidak
terjadi gap(waktu yang terputus)
Genus dan Spesies Foraminifera Plankton Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara
hidupnya mengambang atau melayang di air, sehingga fosil ini sangat baik untuk menentukan
umur dari suatu lingkungan pengendapan (umur dari suatu batuan).
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile
(merambat/merayap) dan sessile (menambat). Terdapat yang semula sesile dan berkembang
menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material
penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan. Foraminifera benthonik
sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari
foraminifera benthonic ini adalah : Kedalaman laut Suhu/temperature Salinitas dan kimiaair
Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis Pengaruh gelombang dan arus (turbidit,
turbulen) Makanan yang tersedia Tekanan hidrostatik dan lain-lain.Faktor salinitas dapat
dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula
bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat
pantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air
laut dengan air sungai.
Penentuan Lingkungan Pengendapan dengan Foraminifera Kecil Bentonik Foraminifera kecil
benthonik dipakai sebagai penentu lingkungan pengendapan karena golongan ini hidupnya sangat
peka terhadap lingkungan, sehingga hanya hidup pada lingkungan dan kedalaman tertentu. Selain itu
karena benthonik hidup di dasar laut baik menambat ataupun merayap. Berdasarkan hal tersebut
diatas maka beberapa ahli mengelompokkan suatu komuniti yang hidup sesuai dengan lingkungan
hidupnya jika dihubungkan dengan faktor kedalaman yang dikenal dengan nama zona bathymetri
Tipsword, Setzer dan Smith (1966) Menyusun klasifikasi "Zona bathymetri untuk lingkungan
pengendapan marine bdsr data asosiasi mikrofosil & rasio P/B dari Teluk Mexico, digabungkan
dengan data asosiasi Iitologi, sedimentologi & tektoniknya. Klasifikasinya dapat digunakan untuk
dasar penentuan paleobatimetri batuan Kenozoikum. Dari penelitiannya diusulkan 8 zona Iingkungan
pengendapan sbb: (Gambar 1.1). 1. Darat: Miskin fauna 2. Transisi: air asin, teluk, payau, lagoon,
estuarine. 3. Paparan dalam - laut terbuka yang terdangkal (neritik tengah) kedalamannya 0-20m (0-
66 ft) 4. Paparan tengah - laut terbuka intermediate (neritik tengah) kedalaman m ( ft) 5. Paparan luar
- laut terbuka lebih dalam (neritik luar) kedalamn m ( ft). 6. Lereng atas - laut dalam (bathyal atas)
kedalaman m ( ft). 7. Lereng bawah - laut dalam (bathyal bawah) kedalaman m ( ft). 8. Abysal - laut
dalam lebih besar 2000m, lebih besar dari 6560 ft. Laboratorium Mikropaleontologi 44
B. OSTRACODA
Ostracoda adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam filum Arthropoda, subfilumCrustacea.[1] Hewan ini umumnya berukuran sekitar
1 mm, tetapi kisarannya mulai dari 0,2 – 30 mm. hewan ini hidup di laut
sebagai zooplankton. Alat geraknya berupa antena. Ostracoda hidup sebagai
zooplankton, tetapi sebagian besar hidup sebagai bentos yang melekat di dasar
perairan.
Dibandingkan dengan fosil foraminifera, plankton, fosil-fosil
ostracoda mempunyai ukuran yang relatif lebih besar.
Ostracoda telah muncul sejak zaman Kambrium dan masih ada yang
hidup sampai sekarang.
Selain dari itu ternyata banyak pula ostracoda yang hanya dapat
hidup pada lingkungan tertentu sehingga baik dipakai untuk indikator
lingkungan pengendapan.
Palynology menggunakan pollen dan spora sebagai alat utama dalam analisisnya, hal
ini dikarenakan karena pollen dan spora mempunyai karakterisitik khas seperti:
Palynology dapat digunakan untuk analisis umur suatu batuan sedimen. Hasil
identifikasi fosil yang dilakukan dibawah mikroskop mendapatkan fosil dengan
kelimpahan dan keanekaragaman taksa tumbuhan yang berbeda-beda. Pada dasarnya
dalam palynology penentuan umur batuan sedimen dilakukan dengan menggunakan
prinsip kemunculan awal (FAD) dan kemunculan akhir (LAD) dari suatu taksa tumbuhan.
Hasil analisis palynology terkadang tidak cukup memberikan gambaran yang lebih jelas
terhadap suatu lingkungan pengendapan. Hal itu dikarenakan polen dan spora yang
sifatnya transported. Disini analisis palynofasies dapat memberikan bantuan pada
analisis palynology tradisional. Konsep palynofacies terkini dalam berbagai jalan hampir
sama dengan facies organik, yang menggambarkan kondisi kasar geokimia organik
sedimen.
Meskipun begitu, hasil pengamatan pada partikel organik pada sedimen, analisis
palynofacies memberikan parameter yang lebih banyak daripada data kasar geokimia
dan bisa memberikan interpretasi perubahan lingkungan sedimen berdasarkan
parameter data yang lebih banyak. Data palynofacies jua memberikan informasi
langsung pada sumber biologi dan kumpulan partikel organik lainnya, sehingga analisis
palynofacies dapat digunakan sebagai alat bantu interpretasi petroleum geology,
lingkungan pengendapan dan paleoseanografi.
Penentuan lingkungan pengendapan dari palynofacies diketahui dari tipe bentuk dasar,
proporsi relatif, ukuran, warna, bentuk, kondisi pengawetan dari komponen kerogen dan
jenis batuan sedimen yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Pucknall dan Beggs
dengan menggunakan data palynofacies di cekungan Waikato dan Takanaki, Selandia
Baru memberikan interpretasi yang mudah dipahami. Tapi sebagai catatan hasil analisis
ini masih harus di teliti lebih jauh dibandingkan dengan penelitian menggunakan
dsitribusi kerogen pada masa kini (resen).
Dalam geologi dikenal istilah “The present is the key to the past” artinya adalah
bagaimana pemahaman kita tentang suatu gejala atau kondisi di alam menjadi alat
kita dalam memahami gejala atau kondisi bahkan proses yang terjadi di alam waktu
yang lampau bahkan pada waktu belum ada manusia hadir di dunia. Kita misalkan,
bagaimana kondisi disungai sekarang mulai dari hulu sampai hilir memberikan
bentukan alam yang bermacam-macam tentunya dalam hal ini bentukan hasil
aktifitas manusia tidak dimasukkan dalam kategori tersebut.
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Stratigrafi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kronostratigrafi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Paleontologi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Biostratigrafi
- http://palynologist.com/2015/04/14/biostratigrafi/
- https://fdokumen.com/document/foram-bentonik-dan-planktonik.html
- https://docplayer.info/64140009-Bab-i-pendahuluan-1-1-mikropaleontologi.html
- http://palynologist.com/2015/04/20/biozonasi-palynology-indonesia-bag-barat/
- http://palynologist.com/2015/04/06/palynology-pollen-dan-spora/
- http://palynologist.com/2015/04/13/palynofacies/
- http://palynologist.com/2016/02/09/penerapan-mikropaleontologi-dalam-paleoklimatologi/
- Sartono. 1980. Buku Petunjuk Praktek Paleontologi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.