Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI

GENUS FORAMINIFERA (GLOBOROTALIA (G), GLOBOROTALIA


(T), HANTKENINA DAN CRIBOHANTKENINA)

Disusun Oleh:

ATEP BENY
F1D218007

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikropaleontologi cabang ilmu paleonteologi yang khusus membahas
semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil yang dibahas antara
lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigrafi. Mikropaleontologi merupakan suatu ilmu
yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya
maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan.
Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala
sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling
muda berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan
sedimen.
Kegunaan dari mempelajari mikropaleontologi sangat penting bagi geologist
karena merupakan sarana penting untuk mengetahui umur batuan dan
lingkungan pengendapan suatu daerah, dengan mempelejari mikropaleontologi
merupakan aplikasi untuk mengetahui keberadaan minyak dan gas saat
diadakan eksplorasi migas.
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun.
Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun
sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang
berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk
bola dengan satu lubang.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui berbagai hal tentang genus dari fosil foraminifera planktonik
2. Dapat mendeskripsikan fosil foraminifera planktonik dari setiap
genusnya.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
1. Pena
2. Penghapus
3. Pensil
4. Kertas HVS
5. Modul
6. LKS
1.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Maket fosil
BAB II
DASAR TEORI
Mikropaleontologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas semua
sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara laian
adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya
terhadap stratigrafi (Soetoto, 2001).
Kandungan kalsium karbonat dalam air laut merupakan fungsi dari
temperatur, salinitas dan tekanan. Semakin tinggi temperatur dan salinitas
serta semakin rendah tekanan, maka akan meningkatkan kelarutan dari
kalsium karbonat. Umumnya komposisi dinding cangkang yang dimiliki oleh
foraminifera, baik plangton maupun bentuk merupakan dinding cangkang yang
berkomposisi gampingan sehingga dalam pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh kadar kalsium karbonat yang terlarut dalam air laut tempat foraminifera
tersebut hidup dan berkembang Dengan demikian keragaman dan kelimpahan
fosil (Fenton, 1940).
Foraminifera yang terdapat dalam batuan sedimen dapat digunakan untuk
menafsirkan dan merekonstruksi kondisi lingkungan pengendapan tempat
sedimen tersebut diendapkan. Foraminifera terbagi menjadi dua, Planktonik
dan Bentonik. Foraminifera planktonik merupakan foraminifera kecil yang
berhabitat planktonik, pada daerah dekat permukaan air laut sampai pada
batas kedalaman yang tertembus sinar matahari. Bila kolom air laut dibuat
semacam zonasi maka pada bagian teratas ditempati oleh golongan foraminifera
tertentu hingga ke bagian air laut paling bawah. Sedangkan Foraminifera
bentonik semasa hidupnya mengambang dan terseret arus dan gelombang.
Mereka dapat hidup pada kedalaman dasar laut yang bervariasi.
Kumpulan foraminifera planktonik pada satuan batupasir, terdiri dari 39
spesies dan 94462 individu. Dengan didominasi oleh kelimpahan
Globigerinoides trilobus imatu rus, Globigerinoides trilobustrilobus,
Globoquadrina altispira, Globoquadrina dehiscens , Orbulina universa dan
Globorotalia menardi (Magetsari, 2001).
Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi
mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah
pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel
tunggal yang hidup secara aquatik, mempunyai satu atau lebih kamar-kamar
yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi
oleh lubang-lubang halus (foramen).
Jenis fosil ada dua yaitu tipe pertama adalah hewan itu sendiri yang
terawetkan. Tulang, daun, cangkang dan hampir semua yang tersimpan berupa
benda padat dan keras. Contohnya Mammoth yang terawetkan karena es, atau
serangga yang terjebak dalam getah tumbuhan termasuk fosil kayu. Sedangkan
tipe kedua adalah sisa-sisa aktivitasnya. Fosil sisa aktivitas atau Trace Fosil
karena yang terlihat hanya sisa-sisa aktivitasnya (Wijayanto, 2009).
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada
beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat
berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan
sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak
jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu.
Foraminifera planktonik mempunyai beberapa perbedaan dari foraminifera
bentonik yang berhubungan dengan kenampakan fisiknya sehingga hal tersebut
dapat kita gunakan sebagai identifikasi suatu fosil apakah fosil tersebut
termasuk salah satu golongan foraminifera planktonik atau foraminifera
bentonik. Perbedaan tersebut antara lain terletak pada komposis dinding test,
bentuk dasar test, dan jumlah atau susunan kamar, serta biofasies.
Secara terminologi, foramiifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik, mempunyai satu atau lebih kamar yang
terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang
halus (foramen). Foraminifera planktonik merupakan jenis foraminifera yang
hidup dengan cara mengambang di permukaan laut. Foraminifera jumlah
genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak. Planktonik pada umumnya
hidup mengambang dan bergerak tergantung oleh arus pasif di permukaan laut
(Warmada, 2004).
Fosil Foraminifera terbentuk dari elemen yang di temukan di laut sehingga
fosil ini berguna dalam paleoklimatologi dan paleoceanografi. Fosil Foraminifera
ini dapat digunakan untuk merekonstruksi iklim masa lalu dengan memeriksa
isotop stabil rasio oksigen dan sejarah siklus karbon dan produktivitas kelautan
dengan memeriksa rasio isotop karbon (Zaif, 2009).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pendeskripsian fosil, yang
dideskripsikan merupakan kelompok dari formanifera planktonik. Pada saat
praktikum sendiri praktikan mendeskripsikan 12 maket fosil. Yang terdiri atas 4
genus yang antara lain filum Globorotalia G, Globorotalia T, Hantkenina dan
Cribrohantkenina.
Pada pendeskripsian yang pertama yaitu memiliki susunan kamar
trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda karena karena tidak berputar hanya
pada satu bidang. Sedangkan pada bentuk testnya/cangkangnya yaitu berupa
biconvex dan adanya pori-pori serta kamarnya yang berbentuk Angular Rhombo.
Pada ventral dan dorsal ini memiliki bentukan yang melekuk di lihat dengan
bentukannya yang membundar atau melekuk dengan lekukan yang termasuk
sedang.
Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat bening,
transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis fosil ini
memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya teradapat lima kamar dan
dorsalnya berjumlah sepuluh kamar. Untuk aperture sendiri hewan ini
terdapatnya aperture primary berupa P.A.I Umbilicate. Pada bentukan hiasan
atau ornament sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya memiliki
hiasan cangkang punctate atau terdapatnya bintik-bintik halus. Sedangkan
pada suture hiasannya berupa lip/rim. Dari segala penciri di atas menujukkan
bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari Globorotalia (G).
Pada pendeskripsian yang kedua yaitu, fosil ini memiliki susunan kamar
planispiral yaitu merupakan kelompok hewan yang apabila diamati posisinya
akan memiliki ventral dan dorsal yang sama karena berputar pada satu bidang
putar saja. Sedangkan pada bentuk testnya/cangkangnya yaitu berupa
Biumbilicate yaitu bentukan test yang agak membundar dan adanya lubang-
lubang pori-pori. Sedangkan kamar nya berbentuk Tubulospinate yaitu memilki.
Pada suture ventral yaitu tertekan kuat dan dorsal yaitu tertekan sedang.
Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Pada fosil ini yang berpori halus
merupakan kelompok-kelompok yang primitif. Untuk jumlah kamar sendiri
jenis fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah enam
kamar dan dorsal nya berjumlah enam kamar. Pada aperturenya hewan ini
memiliki aperture primary yaitu P.A.I umbilical. Pada bentukan hiasan atau
ornament sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya memiliki hiasan
cangkang yang halus atau punctate yaitu yang berupa permukaannya memiliki
bintik-bintik. Pada hiasan aperturenya sendiri berupa lp/rim. Dari segala penciri
di atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari Hantkenina
dumblei.
Pada pendeskripsiian maket ketiga. Fosil ini memiliki susunan kamar
trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda. Serta dengan perputaran yang
tunjukkan tidak berada dalam satu bidang putar. Sedangkan pada bentuk
kamar yang merupakan bentuk testnya/cangkangnya yaitu berupa Biumbilicate.
Sedangkan kamar nya berbentuk globular yaitu memilki bentuk yaitu
membundar namun seperti tidak teratur karena perputarannya tidak pada satu
bidang dengan di tunjukkan dengan bentukan yang berpori kasar. Pada ventral
dan dorsal ini memiliki bentukan yang melekuk di lihat dengan bentukannya
yang membundar atau melekuk dengan lekukan yang termasuk kuat.
Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis
fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah empat kamar
dan dorsal nya berjumlah lima kamar. Pada aperturenya sendiri hewan ini
memiliki aperture primer yang berupa P.A.I umbilical. Pada bentukan hiasan
atau ornament sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya memiliki
hiasan cangkang yang berupa bintik-bintik halus atau punctate. Dari segala
penciri di atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari
Globorotalia tosaensis (T).
Pada pendeskripsiian maket keempat. Fosil ini memiliki susunan kamar
planispiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan memiliki
ventral dan dorsal yang sama. Serta dengan perputaran yang tunjukkan berada
dalam satu bidang putar. Sedangkan pada bentuk testnya/cangkangnya yaitu
berupa Radiate Sedangkan kamar nya berbentuk Tubulospinate. Pada ventral
dan dorsal ini memiliki bentukan yang melekuk di lihat dengan bentukannya
yang membundar atau melekuk dengan lekukan yang termasuk kuat.
Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis
fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah lima kamar
dan dorsal nya berjumlah lima kamar. Pada aperturenya sendiri hewan ini
memiliki aperture primer yang berupa P.A.I umbilical dan secondary yaitu
Cribate. Pada bentukan hiasan sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya
memiliki hiasan cangkang yang berpori namun cukup halus atau punctate. Dari
segala penciri di atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari
Cribohantkenina inflata
Pada pendeskripsiian maket kelima, Fosil ini memiliki susunan kamar
trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda. Serta dengan perputaran yang
tunjukkan tidak berada dalam satu bidang putar. Sedangkan bentuk
testnya/cangkangnya yaitu berupa Biconvex Sedangkan kamar nya berbentuk
Angular Rhombo. Pada ventral tertekan kuat dan dorsal lemah, Komposisi pada
hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis
fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah lima kamar
dan dorsalnya berjumlah 10 kamar. Pada aperturenya sendiri hewan ini
memiliki aperture primer yang berupa intermagical umbilical extra. Pada
bentukan hiasan sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya Smooth
Dengan hiasan suture berupa bridge, umbilicus yaitu deeply umbilicus dan peri-
peri nya keel Dari segala penciri di atas menujukkan bahwa maket fosil ini
merupakan jenis dari Globorotalia archeomenaldii (G)
Pada pendeskripsian maket keenam. Fosil ini memiliki susunan kamar
planispiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan memiliki
ventral dan dorsal yang sama. Serta dengan perputaran yang tunjukkan berada
dalam satu bidang putar. Sedangkan pada bentuk testnya/cangkangnya yaitu
berupa Biumbilicate Sedangkan kamarnya berbentuk Tubulospinate. Pada
ventral tertekan lemah dan dorsal tertekan kuat. Komposisi pada hewan ini
pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis
fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah enam kamar
dan dorsal nya berjumlah enam kamar. Pada aperturenya sendiri hewan ini
memiliki aperture primer yang berupa Intermagical umbilical extra. Pada
bentukan hiasan sendiri hewan ini pada bagian peri-peri nya yaitu spine. Dari
segala penciri di atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari
Hantkenina alabamensis.
Pada pendeskripsian maket ketujuh dimana fosil ini memiliki susunan
kamar trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda. Serta dengan perputaran yang
tunjukkan tidak berada dalam satu bidang putar. Pada kelompok ini memiliki
test/cangkang yang berupa umbilical dan kamar nya berbentuk Tubulospinate.
Pada ventral tertekan lemah dan dorsal tertekan kuat. Komposisi pada hewan
ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Pada hewan ini sendiri memiliki
jumlah ventral enam kamar dan dorsal yang sama yaitu berjumlah tiga belas
kamar. Hewan ini sendiri memiliki aperture primary yang berupa P.A.I umbilical.
Memilki hiasan pemukaan cangkang yang berbintik-bintik halus atau punctate.
Dan aperture nya lip/rim Dari segala penciri di atas menujukkan bahwa maket
fosil ini merupakan jenis dari Globorotalia tumida (T).
Pada pendeskripsian maket kedelapan. Fosil ini memiliki susunan kamar
Planispiral yaitu sifat terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat,
pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.. Pada hewan ini
memiliki bentukan cangkang atau testnya berupa biumbilicate atau bentukan
dari dua umbilicus yang planispiral sedangkan bentukan pada kamarnya
berbentuk Tubulospinate. Pada ventral dan dorsal ini memiliki bentukan yang
melekuk di lihat dengan bentukannya yang membundar atau melekuk dengan
lekukan yang termasuk lemah. Komposisi pada hewan ini pada umumnya
berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Memiliki jumlah kamar ventral
berjumlah 5 kamar dan dorsalnya berjumlah 5 kamar. Hewan ini sendiri
memiliki aperture primary yang berupa P.A.I umbilical. Pada permukaan
cangkangnya sendiri hewan ini memiliki hiasan yang berbintik halus atau
punctate. Pada bentukan hiasan aperture nya sendiri berupa lip/rim. Dari segala
penciri di atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari
Cribohantkenina berdumezi
Pada pendeskripsian maket kesembilan. Fosil ini memiliki susunan kamar
trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda. Serta dengan perputaran yang
tunjukkan tidak berada dalam satu bidang putar. Pada hewan ini memiliki
bentukan cangkang atau testnya berupa Biconvex sedangkan bentukan pada
kamarnya berbentuk angular rhombo. Pada ventral dan dorsal ini memiliki
bentukan yang melekuk di lihat dengan bentukannya yang membundar atau
melekuk dengan lekukan yang termasuk lemah.
Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline. Untuk
komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat bening,
transparan, dan juga terdapat pori. Memiliki jumlah kamar ventral berjumlah 6
kamar dan dorsalnya berjumlah 12 kamar. Hewan ini sendiri memiliki aperture
primary yang berupa P.A.I Intermargical umbilical extra umbilicus. Pada
permukaan cangkangnya sendiri hewan ini memiliki hiasan yang berbintik
halus atau punctate. Pada bentukan hiasan aperture nya sendiri berupa lip/rim.
Dengan peri-perinya berupa Keel. Dari segala penciri di atas menujukkan
bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari Globorotalia acostaensis (G).
Pada pendeskripsian maket kesepuluh. Fosil ini memiliki susunan kamar
planispiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan memiliki
ventral dan dorsal yang sama. Serta dengan perputaran yang tunjukkan berada
dalam satu bidang putar. Sedangkan pada bentuk testnya/cangkangnya yaitu
berupa Sedangkan kamarnya berbentuk Tubulospinate. Pada ventral dan dorsal
ini memiliki bentukan yang melekuk di lihat dengan bentukannya yang
membundar atau melekuk dengan lekukan yang termasuk kuat. Komposisi
pada hewan ini pada umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Untuk jumlah kamar sendiri jenis
fosil ini memiliki jumlah kamar yang mana ventralnya berjumlah 5 kamar dan
dorsal nya berjumlah 5 kamar. Pada aperturenya sendiri hewan ini memiliki
aperture primer yang berupa P.A.I Equaspiral. Pada bentukan hiasan sendiri
hewan ini pada peri-peri berupa spine. Dari segala penciri di atas menujukkan
bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari Hantkenina brevispina.
Pada pendeskripsian maket kesebelas. Fosil ini memiliki susunan kamar
trochospiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati posisinya akan
memiliki ventral dan dorsal yang berbeda. Serta dengan perputaran yang
tunjukkan tidak berada dalam satu bidang putar. Pada kelompok ini memiliki
test/cangkang yang berupa Sub-globular dan kamar nya berbentuk globular
yaitu bentukan yang membundar. Pada ventral dan dorsal ini memiliki
bentukan yang melekuk di lihat dengan bentukannya yang membundar atau
melekuk dengan lekukan yang termasuk kuat. Komposisi pada hewan ini pada
umumnya berupa gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Pada hewan ini sendiri memiliki
jumlah ventral 5 kamar dan dorsal yaitu berjumlah 6 kamar. terdapatnya
aperture primary berupa P.A.I Umbilicate. Pada bentukan hiasan atau ornament
sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya memiliki hiasan cangkang
punctate atau terdapatnya bintik-bintik halus. Sedangkan pada suture
hiasannya berupa lip/rim. Dari segala penciri di atas menujukkan bahwa maket
fosil ini merupakan jenis dari Globorotalia siakensis (T).
Pada pendeskripsian maket terakhir atau kedua belas. Fosil ini memiliki
susunan kamar planispiral yaitu kelompok hewan yang apabila diamati
posisinya akan memiliki ventral dan dorsal yang sama. Serta dengan perputaran
yang tunjukkan berada dalam satu bidang putar. Pada kelompok ini memiliki
test/cangkang yang berupa Biumbilicate dan kamar nya berbentuk
Tubulospinate. Pada ventral dan dorsal ini memiliki bentukan yang melekuk di
lihat dengan bentukannya yang membundar atau melekuk dengan lekukan
yang termasuk lemah. Komposisi pada hewan ini pada umumnya berupa
gampingan hyaline.
Untuk komposisi hyaline sendiri biasanya di tunjukkan dengan bersifat
bening, transparan, dan juga terdapat pori. Pada hewan ini sendiri memiliki
jumlah ventral 5 kamar dan dorsal yaitu berjumlah 5 kamar. terdapatnya
aperture primary berupa P.A.I Umbilicate. Pada bentukan hiasan atau ornament
sendiri hewan ini pada permukaan cangkangnya memiliki hiasan cangkang
punctate atau terdapatnya bintik-bintik halus. Sedangkan pada suture
hiasannya berupa lip/rim dan pada peri-peri berupa spine. Dari segala penciri di
atas menujukkan bahwa maket fosil ini merupakan jenis dari Hantkenina
danvillensis.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Mempelajari terkait fosil foraminifera maka praktikan dapat mengetahui
proses-proses hingga terfosilnya dari kelompok foraminifera planktonik.
Serta dapat mengetahui tentang lingkungan pengendapan dari
formanifera.
2. Mempelajari mikropaleontologi maka dapat mengetahui cara
mendeskripsikan fosil-fosil mikro baik itu dari bentukan cangkang,
hiasan, serta bagian-bagian tubuh dari fosil mikro itu sendiri serta
melihat secara detail dari setiap bagian tubuh fosil tersebut.
4.2 Saran
Untuk selanjutnya diharapkan dalam melaksanakan praktikum
semuanya lebih kondusif lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Fenton, C.L & Fenton M.A. 1940. Paleontologi. New york : Doubleday &
Company inc.
Magetsari, N.A. 2001. Arkeologi. Bandung : ITB.
Soetoto. 2001. Statigrafi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Warmada. 2004. Geologi Sejarah. Yogyakarta : Fakultas Teknik UGM.
Wijayanto, 2009. Paleontologi. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai