Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh,

termasuk asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses yang

berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang

berlangsung, hingga menjadikan keadaan bumi seperti saat ini. Salah satu cabang

ilmu geologi yaitu mikropaleontologi.

Mikropaleontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang organisme

yang berukuran mikro yang telah mengalami proses pembatuan(litifikasi). Dalam

pengamatannya, fosil-fosil mikro tersebut membutuhkan bantuan berupa

mikroskop untuk dapat dikenali dengan jelas. Salah satu ordo mikrofosil yang

sangat sering dikenali dan dijumpai yaitu Foraminifera . Foraminifera itu sendiri

terbagi atas dua, yaitu benthonik dan planktonik.

Fosil yang berukuran mikro mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menentukan biostratigrafi suatu daerah. Dari berbagai jenis fosil mikro yang

terdapat pada di permukaan Bumi, Foraminifera merupakan yang paling luas

penyebarannya.

Foraminifera merupakan salah satu ordo dari filum protozoa. Ordo ini

memiliki spesies yang sangat bervariasi, mulai dari yang hidup plantonik sampai

bentonik. Disamping itu pada suatu fosil foraminifera memiliki umur relatif dan

kebiasaan hidup tertentu, sehingga ketepatan pendeskripsian fosil foraminifera

tidak boleh meleset.


Karena pentingnya penentuan ciri-ciri fosil foraminifera, dilakukanlah

prakitkum acara pengenalan preparat planktonik sebagai pengenalan awal

terhadap fosil foraminifera yang hidup secara planktonik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum mengenai fosil peraga bentonik ini yaitu

1. Untuk mengetahui spesies dari mikrofosil planktonik.

2. Untuk mengetahui umur dari setiap mikrofosil planktonik yang dideskripsi.

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat dilakukan praktikum ini agar praktikan mampu

mengenali dan mengidentifikasi mikrofosil planktonik dari segi taksonomi,

karakteristik dan umurnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Foraminifera

Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan

cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar

laut pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai

satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang

ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Cangkang foram juga disebut

sebagai test karena dalam beberapa bentuk protoplasma meliputi bagian luar

cangkang. Cangkang foraminifera umumnya dibagi menjadi beberapa kamar yang

bertambah selama pertumbuhan, meskipun bentuk yang paling sederhana adalah

tabung terbuka atau bola berongga. Tergantung pada spesies, cangkang dapat

memiliki komposisi senyawa organik, porcelain dan partikel lainnya disemen

bersama-sama, atau kristal kalsit.

Foraminifera ditemukan di semua lingkungan laut, hidup secara plantonik

atau bentonik. Klasifikasi yang berlaku umum dari foraminifera didasarkan pada

klasifikasi oleh Loeblich dan Tappan (1964). Ordo Foraminiferida (informal

foram) masuk Kingdom Protista, subkingdom Protozoa, Filum

Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superclass Rhizopoda, Kelas

Granuloreticulosea. Nama Foraminiferida berasal dari foramen, yang berarti

lubang yang menghubungkan melalui dinding (septa) antara masing-masing

ruang.
2.2 Karakteristik Foraminifera Planktonik

Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin

seluruhnya), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh

sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).

Adapun ciri-ciri umum daripada foraminifera plankton adalah sebagai berikut,

yaitu:

a) Test : Bulat

b) Susunan kamar : Umumnya trochospiral

c) Komposisi test : Gamping Hyalin

d) Hidup : Dengan cara mengambangkan diri pada permukaan laut

Gambar 2.1 Contoh mikrofosil planktonik

Cara hidup foraminifera plankton ialah mengambang di permukaan (secara

planktonik), jadi dia terhampar luas di lautan. sehingga saat ia mati dan

mengendap ia terendapkan secara menghampar luas sehingga dapat menjadi


penentu umur. Tetapi jika benthonik tertambat di dasar laut pada kedalaman

tertentu saja ditemukanya dan bisa dibuat sebagai petunjuk lingkungan batimetri

(kedalaman).

Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya

banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil

plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara

lain:

 Sebagai fosil petunjuk

 Korelasi

 Penentuan lingkungan pengendapan

Foraminifera planktonik sangat kecil bila dibandingkan dengan spesies dari

golongan Benthos. Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit golongan ini

mempunyai arti penting terutama digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari

korelasi regional. Golongan ini tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan

facies dari yang lain dan pada umumnya golongan ini kurang tahan terhadap

pengurangan salinitas, meskipun ada beberapa species yang dapat tahan dalam

kenaikan kadaa garam. Contoh: Laut mati (salinitas 4 %) masih dijumpai

Globigerina bulloides, Globorotalia sacculifera dan Urbulina Universa. Beberapa

juga yang tidak tahan terhadap perubahan temperatur yang relatif besar dimana

dapat hidup di daerah kutub maupun tropis. Contoh: Globigerina bulloides.


2.3 Ekologi Umum Foraminifera Planktonik

Mikro organisme sangat terpengaruh hidupnya oleh lingkungan tempat

tinggalnya. Dalam perjuangan untuk hidupnya, kebanyakan menjadi sangat

terkhususkan dengan cara atau kondisi tertentu. Ilmu yang mempelajari kondisi

tersebut adalah Ekologi. Selain itu, ada lagi ilmu yang Paleoekologi, yaitu ekologi

yang ditafsirkan berdasarkan aneka fosil yang dijumpai. Dari mikrofosil yang

dijumpai dalam suatu sedimen, kita dapat menafsirkan kondisi tempatnya hidup,

serta kapan dan bagaimana cara hidupnya. Tetapi, untuk melakukan penafsiran

tersebut diperlukan pembelajaran tentang berbagai kondisi kehidupan

mikroorganisme yang hidup sekarang. Untuk itu, di dalam mikropaleontologi kita

mengenal juga istilah “ The present is the key to the past ”. Mekipun jumlah dari

spesies plankton ini sedikit, tetapi golongan ini memiliki arti penting dalam

penunjukkan jarak jauh untuk korelasi regional. Pada umumnya golongan ini

kurang tahan terhadap kenaikan sedikit kadar garam.

Beberapa kesimpulan yang diambil dari Bandy (1960), yaitu:

a) Di daerah perairan tropis golongan plankton banyak dan jenisnya sangat

berfariasi atau berbeda.

b) Di daerah perairan beriklim sedang populasi dari plankton jarang tetapi

jenisnya berbeda.

c) Di perairan sub-kutub spesiesnya sangat sedikit tapi jumlahnya banyak.

d) Globorotalia yang besar-besar dengan keel, sangat khas bag tempat yang

bertemperatur 170oC, sebaliknya bila keel tidak ditemukan maka pada

temperatur 90oC.
Ada juga spesies yang menghuni daerah suhu tertentu. Contoh:

a) Air dingin (zona kutub) : Globigerina pacyderma, Globorotaloid dutertei

b) Zona temperate : Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia,

Globorotalia camaraniensis.

c) Zona trois-sub tropis : Globigerinodes rubber, Globigerinodes sacculiter,

Globigerinoides songlobat.

d) Warm water (zona tropis); Orbulina universa, Globigerina eggeri.

2.4 Cangkang Foraminifera

Karakter dasar foraminifera adalah adanya cangkang membentuk kamar-

kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen). Cangkang foraminifera

dapat terbentuk dari zat-zat yang gampingan, silikaan, chitin ataupun aglutin yang

sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil

sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.

Gambar 2.2 Cangkang Foraminifera

2.5 Bentuk Cangkang

1. Planispiral

Sifat-sifatnya:
 Terputar pada satu bidang.

 Semua kamar telihat.

 Pandangan, serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.

2. Trochospiral

Sifat-sifatnya:

 Terputar tidak dalam satu bidang.

 Pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal berbeda.

Sisi Ventral:

 Jumlah kamar lebih sedikit, karena hanya kamar pada putaran terakhir

terlihat.

 Terlihat adanya aperture utama.

 Terlihat adanya umbilicus.

Sisi Dorsal:

 Jumlah kamar lebih banyak.

 Semua kamar dan putarannya terlihat.

 Kelihatannya adanya putaran.

Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera kita

harus dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau

berlawanan, ini dapat dilihat dari perkembangan kamarnya mulai dari

perkembangan kamar-kamarnya.

Setelah itu ditentukan nomor urutan perkembangan kamarnya mulai dari

yang terkecil sampai yang terbesar. Baru ditarik garis yang memotong kamar satu,

kamar nomor dua dan kamar terakhir. Selanjutnya menghitung jumlah putarannya.
Gambar 2.3 Menghitung jumlah kamar pada test

2.6 Bentuk Test

Yang dimaksud dengan dengan bentuk test adalah bentuk keseluruhan

daripada cangkang foraminifera.

a) Tabular : bentuk tabung.

b) Bifurcating : bentuk cabang.

c) Radiate : bentuk radial.

d) Arborescent : bentuk pohon.

e) Irregular : bentuk tak teratur.

f) Hemispherical : bentuk setengah bola.

g) Zig-zag : bentuk berkelok-kelok.

h) Spherical : bentuk bola.

i) Palmate : bentuk daun.


j) Discoidal : bentuk cakram.

k) Fusiform : bentuk gabungan.

l) Biumblicate : mempunyai dua umbilicus.

m) Biconvex : cembung dikedua sisi.

n) Flaring : bentuk seperti obor.

o) Spironvex : cembung disisi dorsal.

p) Umbiliconvex : cembung disisi ventral.

q) Lenticular biambornate : bentuk lensa.

Gambar 2.4 Bentuk test foraminifera planktonik

2.7 Bentuk Kamar

Bentuk kamar adalah bentuk untuk masing-masing pembentuk test

(cangkang) foraminifera. Macam-macam bentuk kamar antara lain :

a) Spherical – Hemispherical – Flatilosa

b) Pyriform – Angular rhomboid – Semicircular


c) Tabular – Clavate

d) Globular – Tubuluspinate

e) Ovate – Neat

f) Angular truncate – Cyrical

2.8 Suture

Suture adalah garis yang terlihat pada dinding luar test dan merupakan

perpotongan antara septa dan dinding kamar. Macam-macam bentuk suture

adalah:

a) Tertekan (melekuk), rata atau muncul dipermukaan test.

b) Lurus, melekuk lemah, sedang dan kuat.

c) Suture yang mempunyai hiasan.

Keterangan :

• Protoculum : kamar utama pada cangkang foraminifera

• Septa : sekat-sekat yang memisahkan antar kamar

• Suture : garis pertemuan antara septa dengan dinding cangkang

• Aperture : lubang utama pada cangkang foraminifera.

2.9 Aperture

Aperture bagian penting pada cangkang foraminifera, karena merupakan

lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak

keluar masuk. Berikut ini macam-macam aperture.

a) Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):


1) Primary aperture interiormarginal umbilical : aperture utama

interiomarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).

2) Primary aperture interiormarginal equatorial : aperture utama

interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila dari

samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispiral

3) Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang

memanjang dari pusat ke peri-peri.

b) Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture

utama dan berukuran lebih kecil.

c) Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada

struktur aksesoris atau struktur tambahan.

Gambar 2.5 Aperture pada Planktonik


2.10 Hiasan atau Ornamen

Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies. Berdasarkan

letaknya, hiasan dibagi atas beberapa :

a) Suture

1) Bridge: bentuk seperti jembatan

2) Limbate: bentuk suture yang menebal

3) Retral processes: bentuk suture zig-zag

b) Raisced bosses: bentuk tonjola

1) Peri-peri

2) Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening

3) Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing

a) Permukaan Cangkang

1) Punctuate: berbintik-bintik

2) Smooth: mulus/licin

3) Reticulate: mempunyai sarang lebah

4) Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat

5) Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang

b) Umbilicus

1) Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutup

2) Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam

3) Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar

4) Ventral umbo: umbilicus yang menonjol ke permukaan


c) Aperture

1) Tooth: menyerupai gigi

2) Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal

3) Bulla: bentuk segienam teratur

4) Tegilla: bentuk segienam tidak teratur

Gambar 2.6 Hiasan Pada Foraminifera

.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum diantaranya:

1. Fosil Peraga Planktonik

2. Mikroskop Binokuler

3. Lembar Kerja Praktikum

4. Alat Tulis Menulis

5. Penuntun Praktikum

6. Referensi

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum

2. Ambil sampel yang telah ditentukan

3. Amati sampel fosil tersebut menggunakan mikroskop binokuler serta

sketsa sampel dari tampak depan (ventral) dan tampak belakang (dorsal)

lalu tunjuk bagian-bagiannya.

4. Tentukan bentuk test, bentuk kamar, jumlah kamar dan deskripsi setiap

bagian tubuhnya pada lembar kerja praktikum

5. Amati sampel selanjutnya dan ulangi tahapan tersebut.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sphaeroidinella subdehiscens BLOW

Foto 4.1 Sphaeroidinella subdehiscens BLOW

Peraga dengan nomor urut 01 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globigeriniidae, Genus

Spaeroidinella, dan Spesies Sphaeroidinella subdehiscens BLOW.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Planispiral, dimana Planispiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya sama.

Bentuk test dari peraga ini ialah biumbilicate atau terlihat umbilicus pada ventral

dan dorsal, dan bentuk kamarnya ialah globular atau bentuknya membundar.

Adapun suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini

tertekan kuat dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 3

kamar dan dorsal 3 kamar. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas aperture.

Pada peraga fosil ini hanya dijumpai hiasan smooth (halus) pada permukaan test.

Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa
umur geologi dari Sphaeroidinella subdehiscens BLOW N13-N20 pada kala

miosen.

4.2 Globorotalia tumida (BRADY)

Foto 4.2 Globorotalia tumida (BRADY)

Peraga dengan nomor urut 02 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globorotaliidae, Genus

Globorotalia, dan Spesies Globorotalia tumida (BRADY).

Peraga ini mempunyai susunan kamar Trochospiral, dimana Trochospiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya berbeda.

Bentuk test dari peraga ini ialah biconvex atau cembung pada kedua sisi, dan

bentuk kamarnya ialah sub angular atau bentuknya agak membulat. Adapun

suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat

dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral 6 kamar dan dorsal

tidak dapat diamati. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas aperture. Pada

peraga fosil ini dijumpai hiasan berupa smooth (halus) pada permukaan test, pada

umbilikus yaitu umbilicus dan pada peri-peri keel.


Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Globorotalia tumida (BRADY). N18-N23 pada kala miosen.

4.3 Globorotalia miocenica PALMER

Foto 4.3 Globorotalia miocenica PALMER

Peraga dengan nomor urut 03 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globorotaliidae, Genus

Globorotalia, dan Spesies Globorotalia miocenica PALMER.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Trochospiral, dimana Trochospiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya berbeda.

Bentuk test dari peraga ini ialah biumbilicate atau terlihat umbilicus pada ventral

dan dorsal, dan bentuk kamarnya ialah oved atau bentuknya agak menyudut.

Adapun suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini

tertekan kuat dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral tidak

dapat diamati dan dorsal 14 kamar. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas

aperture. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan berupa smooth (halus) pada

permukaan test dan pada peri-peri keel.


Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Globorotalia miocenica PALMER. N18-N19 pada kala miosen.

4.4 Globigerina daubjergensis BRONNIMANN

Foto 4.4 Globigerina daubjergensis BRONNIMANN

Peraga dengan nomor urut 04 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globigeriniidae, Genus

Globigerina, dan Spesies Globigerina daubjergensis BRONNIMANN.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Trochospiral, dimana Trochospiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya berbeda.

Bentuk test dari peraga ini ialah biumbilicate atau terlihat umbilicus pada ventral

dan dorsal, dan bentuk kamarnya ialah globular atau bentuknya membundar.

Adapun suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini

tertekan kuat dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 4

kamar dan dorsal tidak dapat diamati. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas

aperture. Pada peraga fosil ini hanya dijumpai hiasan punctate (terdapat pori-pori)

pada permukaan test.


Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Globigerina daubjergensis BRONNIMANN P3 pada kala

paleosen.

4.5 Pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ

Foto 4.5 Pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ

Peraga dengan nomor urut 05 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globorotalidae, Genus

Pseudomiocenica, dan Spesies Pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Trochospiral, dimana Trochospiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya berbeda.

Bentuk test dari peraga ini ialah biconvex atau cembung pada kedua sisi, dan

bentuk kamarnya ialah oved atau bentuknya agak menyudut. Adapun suture ialah

garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat dan juga

dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 6 kamar dan dorsal tidak

dapat diamati. Aperturenya umbical extra. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan
smooth (halus) pada permukaan test, pada aperture lip/rim atau menyerupai bibir

dan pada peri-peri keel.

Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ N17-N18 pada

kala miosen.

4.6 Orbulina universa D’ORBIGNI

Foto 4.6 Orbulina universa D’ORBIGNI

Peraga dengan nomor urut 01 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globigeriniidae, Genus

Orbulina, dan Spesies Orbulina universa D’ORBIGNI.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Planispiral, dimana Planispiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya sama.

Bentuk test dari peraga ini ialah globular atau membundar, dan bentuk kamarnya

ialah globular atau bentuknya membundar. Adapun suture ialah garis pemisah

antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat dan juga dorsalnya tertekan

kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 1 kamar dan dorsal 1 kamar. Pada sampel
ini tidak terlihat dengan jelas aperture. Pada peraga fosil ini hanya dijumpai hiasan

punctate (berpori) pada permukaan test.

Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Orbulina universa D’ORBIGNI N9-N23 pada kala miosen.

4.7 Globorotalia obesa BOLLI

Foto 4.7 Globorotalia obesa BOLLI

Peraga dengan nomor urut 07 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globorotaliidae, Genus

Globorotalia, dan Spesies Globorotalia obesa BOLLI.

Peraga ini mempunyai susunan kamar Planispiral, dimana Planispiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya sama.

Bentuk test dari peraga ini ialah biconveks atau cembung pada kedua sisi, dan

bentuk kamarnya ialah globular atau bentuknya membundar. Adapun suture ialah

garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat dan juga

dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 4 kamar dan dorsal 4
kamar. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas aperture. Pada peraga fosil ini

hanya dijumpai hiasan punctate (berpori) pada permukaan test.

Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Globorotalia obesa BOLLI N5-N18 pada kala miosen.

4.8 Hastigerina aequilateralis (BRADY)

Foto 4.8 Hastigerina aequilateralis (BRADY)

Peraga dengan nomor urut 01 dan nomor peraga BSW 3B. Peraga ini

termasuk dalam taksonomi Ordo Foraminifera, Famili Globigerinidae, Genus

Hastigerina, dan Spesies Hastigerina aequilateralis (BRADY).

Peraga ini mempunyai susunan kamar Planispiral, dimana Planispiral

merupakan susunan kamar yang jumlah kamar ventral dan dorsalnya sama.

Bentuk test dari peraga ini ialah biumbilicate atau terlihat umbilicus pada ventral

dan dorsal, dan bentuk kamarnya ialah globular atau bentuknya membundar.

Adapun suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini

tertekan kuat dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 5

kamar dan dorsal 5 kamar. Pada sampel ini tidak terlihat dengan jelas aperture.
Pada peraga fosil ini hanya dijumpai hiasan punctate (berpori) pada permukaan

test.

Setelah mengetahui spesies dari sampel maka ditentukan umur geologinya

dengan menggunakan range chart eosen atau miosen maka didapatkan bahwa

umur geologi dari Hastigerina aequilateralis (BRADY) N14-N23 pada kala

miosen.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah sebagai berikut:

1. Adapun spesies dari fosil foraminifera planktonik yang dijumpai yaitu

Orbulina universa D’ORBIGNY, Sphaerodinella subdehiscens BLOW,

Hestigerina aequlateralis (BRADY), Globorotalia obesa BOLLI,

Globorotalia pseudomiocenica BOLLI and BERMUDEZ, Globogerina

daubjergensis BRONN, Globorotalia miocenica PALMER, dan

Globorotalia tumida (BRADY)

2. Umur dari fosil planktonik yang telah dideskripsi yaitu berumur dari

Miosen sampai Palaeson.

5.2 Saran

Saran untuk laboratorium mikropaleontologi ini adalah

.1. Tetap dijaga kebersihannya

2. Sebaiknya fosil peraga bisa lebih lengkap lagi


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, http://porositas.com.co.id/2016/05/foraminifera-benthonik-dan-

lingkungan.html diakses pada hari Kamis, 27 September 2018 pukul 16.00

WITA

Armstrong, Howard dan Martin D. Brasier.2005. Microfossils : Second

Edition.Blackwell publishing : United Kingdom.

Rahardjo, W. 1982. Mikropaleontologi : Diktat Kuliah Laboratorium

Mikropaleontologi. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.


L
A
M
P
I
R
A
N
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA II: DMP DAN ANAPOL

JURNAL

OLEH:
ALLIKA FADIA HAYA SUKUR
D061171306

GOWA
2018
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA II: DMP DAN ANAPOL

JURNAL

OLEH:
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507

GOWA
2018
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA II: DMP DAN ANAPOL

JURNAL

OLEH:
ARIEF SETYO WICAKSONO
D061171509

GOWA
2018
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA II: DMP DAN ANAPOL

JURNAL

OLEH:
ANANG HARYANTO
D061171015

GOWA
2018

Anda mungkin juga menyukai