Anda di halaman 1dari 7

Tanpa terasa sudah 68 tahun tahun negera Indonesia merdeka, sejak tahun 1945

hingga sekarang (masa reformasi) bangsa ini tidak luput dengan adanya
permasalahan yang tiada ujungnya. Adanya kasus korupsi, tindak kriminalitas,
masalah kemiskinan, dan perilaku para penerus bangsa yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam pancalisa. Mengapa hal
demikian terjadi?

Tentu dalam penyelesaiaan permasalahan ini membutuhkan waktu yang cukup


signifikan, untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi pemerintah agar
menanamkan nilai yang terkandung dalam batang tubuh pancasila, yaitu nilai
ketuhanan atau agamis, kemanusiaan atau humanis, nasionalis, demokrasi antar
sesama, dan keadilan sosial. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah
salah satu mata pelajaran di sekolah yang utama dalam penanaman nilai pancasila,
yang mana diajarkan diberbagai instansi pendidikan, khususnya pendidikan formal,
seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengan Pertama ( SMP), Sekolah Mengah
Atas (SMA), dan bahkan dalam perguruan tinggi juga harus ditanamkan nilai yang
terkandung dalam pancasila. Hal ini penting dalam mewujudkan penerus pemimpim
bangsa untuk membangun bangsa yang ideal.

Saya sebagai penulis menghimbau bahwa langkah utama agar menuju perubahan
negeri Indonesia adalah menjiwai nilai pancasila yang pertama, yaitu nilai ketuhanan
yang maha esa. Juga memiliki arti yang manunggal, tiada sekutu, Esa dalam dzat-
Nya, Esa sifat-Nya, dan Esa perbuatan-Nya. Nilai yang terdapat dalam sila kesatu
wujud sikap yang toleran, kerukunan antar umat beragama atau etnis, keselarasan,
mencerminkan sikap yang memiliki ideologi (ketaqwaan), saling menghormati,
kerjasama atau gotong royong demi membangun perubahan yang lebih baik dan nilai
luhur dalam kehidupan menurut agama, adat, dan budaya. Dengan adanya
pengamalan nilai yang terdapat diatas, seseorang lebih memberi kesempatan untuk
mewujudkan karakter jiwa yang baik, yang diidam-idamkan dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Langkah kedua dalam mewujudkan perubahan yaitu mencakup masalah


kemanusiaan. Manusia pada dasarnya memiliki potensi berfikir, rasa, karsa, dan cipta
karena potensi menduduki martabat yang tinggi dibangdingkan makhluk lainnya.
Dengan akal budinya manusia membudayai dan dengan nuraninya manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Nilai yang terkandung dalam sila kedua
adalah menghargai sesama makhluk, persamaan derajat martabat (tidak adanya
hierarki atau tingkatan dalam status sosial), memupuk kasih sayang sesama makhluk,
keramah-tamahan, keserasian hidup, harga diri, menjunjung keadilan, kebenaran,
kecintaan, dan memiliki sikap tenggang rasa.

Upaya yang ketiga adalah menciptakan jiwa yang nasionalis, yaitu bulat tidak pecah.
Nilai esensi sila ketiga ialah mengutamakan kepentingan keselamatan negara dari
pada kepentingan pribadi atau kelompok (PARPOL), memelihara ketertiban yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, mengutamakan persatuan dan kerukunan bagi seluruh raktat Indonesia
yang mempunyai perbedaan agama, suku, bangsa, dan budaya. Jadi dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa melalui sila ini, meskipun berbeda-beda tetap satu, atau
disebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Jiwa yang cinta bangsa dan tanah air,
menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Menghilangkan perbedaan yang ada,
seperti perbedaan warna kulit, rambut, dan lain sebagainya. Menumbuhkan rasa
senasib dan sepenanggungan, sanggup berkorban untuk negara bila diperlukan, dan
memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Sikap nasionalis yang melekat pada diri seseorang akan menjadikan
manusia yang lebih baik untuk melakukan perubahan.

Upaya yang keempat adalah demokrasi antar sesama. Nilai demokrasi dalam arti
umum yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Juga terdapat
nilai permusyawaratan yaitu mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru
setelah itu dilakukan tindakan bersama dan dalam melaksanakan putusan diperlukan
kejujuran bersama. Perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat
hingga membawa konsekuensi kesepakatan bersama, tanpa ada rasa kecurigaan dan
akan muncul kajujuran. Dalam hal ini, saya menekankan bahwa kemunduran suatu
bangsa itu karena adanya rasa kecurigan antar golongan (golongan yang dipemeritah
dengan golongan yang memerintah). Untuk itu, agar Indonesia lebih baik harus
adanya sikap saling percaya (tanpa ada rasa kecurigaan), memutuskan kebijakan
secara musyawarah, mengenai persoalan kepentingan umum, dan yang terpenting
sikap kejujuran yang harus ditanamkan.

Upaya yang kelima adalah menciptakan keadilan. Keadilan merupakan suatu


kemakmuran yang merata bagi keseluruhan, sesuai dengan porsinya, dan adil dalam
arti melindungi yang lemah agar suatu kelompok warga masyarakat dapat hidup
yang sebagaimana mestinya (tidak adanya tekanan dalamhidupnya atau dalam arti
“aman”). Masalah keadilan menurut pengamatan saya, memang menjadi masalah
utama yang terjadi di negera ini, dengan adanya bukti seperti masalah sandang,
tempat tinggal, pelayanan makanan yang layak, kesehatan, dan pendidikan. Dalam
hal ini, kelima masalah tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus diberikan,
hal tersebut sangat terkait dengan pembangunan negeri ini, oleh karenanya masalah
tersebut harus segera mungkin untuk diatasi demi menciptakan keadilan yang
merata.

Saat ini yang menjadi harapan saya, juga harapan semua masyarakat Indonesia
adalah kemerdekaan yang sebenar-benaranya. Memang secara yuridis negara kita
merdeka, yang menjadi pertanyaan adalah apakah bisa kita sebagai calon pemimpin
bangsa yang bermatabat merubah keadaan yang semain hari semakin terpuruk.
Dengan ideologi pancasila, mari kita membangun bangsa ini jauh lebih baik, adanya
keadaan aman, makmur, dan tentram. Negara Indonesia sebenarnya kaya akan
sumber daya manusia dan sumber daya alam, dengan adanya nilai pancasila yang
sangat kompleks yang sesuai dengan karakter bangsa kita (bangsa Indonesia) mari
kita gunakan pancasila sebagai pedoman dalam membangun negara ini sesuai dengan
yang dicita-citakan bersama.
Pancasila merupakan satu bagian penting dari pilar kebangsaan, Pancasila
sebagai ideologi negara harusnya bukan sekedar seremoni sampai saat ini,
tetapi sudah pada tataran penanaman nilai-nilai untuk setiap generasi,
penanaman tersebut dimulai sejak dini dimana Pancasila bukan untuk
sekedar dihafal, akan tetapi lebih ke arah bagaimana Pancasila menjadi
karakter bangsa itu ditunjukan melalui nilai-nilai dari setiap sila itu.

Sederhananya adalah di pendidikan kita Pancasila jangan sekedar di bacakan


saat upacara, tetapi bagaimana generasi didik mampu memanifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari, misalkan jika berbuat salah maka yang
diajarkan bukan bentuk pembelaan tetapi pengakuan kalau memang salah,
budaya gotong royong melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, sehingga
nilai pancasila itu lebih ke arah pemahaman kesadaran berbuat untuk baik,
sehingga orang tidak perlu lagi menanyakan kita dari negara mana, akan
tetapi ketika karakter bangsa itu muncul dalam diri kita, maka orang akan
tahu bahwa kita indonesia dengan melihat tata krama, sopan santun, spirit
gotong royong, spiritualitas, semangat tolong-menolong, mengedepankan
musyawarah, bertanggung jawab, transparansi, jujur dan adil.

Itu semua terkandung dalam pancasila sebagai ideologi dan sumber nilai
berbangsa dan bernegara sehingga optimisme dalam memberantas korupsi,
kriminalitas, narkoba, dan penyelesaian konflik-konflik horizontal akan
terminimalisir.

Permasalahan kita saat ini akibat dari Pancasila tidak pernah menjadi gaya
dan cerminan kehidupan berbangsa dan bernegara secara utuh sehingga
telah 72 tahun merdeka kita bukan sibuk membesarkan negara dan daerah
tetapi sibuk pada konflik-konflik internal dalam ruang pembahasan ideologi.

Untuk itu mari dengan peringatan pancasila kita bukan sekedar mengingat
akan tetapi lebih ke arah utk memanifestasikan pancasila menjadi budaya
dan karakter bangsa sehingga kita tuntas dalam berpancasila dan tidak
sekedar ingat mengingat karna kita sudah harus masuk pada masa
implementasi pancasila bukan pada simbolisasi lagi.

Penulis:
Pancasila merupakan satu bagian penting dari pilar kebangsaan, Pancasila
sebagai ideologi negara harusnya bukan sekedar seremoni sampai saat ini,
tetapi sudah pada tataran penanaman nilai-nilai untuk setiap generasi,
penanaman tersebut dimulai sejak dini dimana Pancasila bukan untuk
sekedar dihafal, akan tetapi lebih ke arah bagaimana Pancasila menjadi
karakter bangsa itu ditunjukan melalui nilai-nilai dari setiap sila itu.

Sederhananya adalah di pendidikan kita Pancasila jangan sekedar di bacakan


saat upacara, tetapi bagaimana generasi didik mampu memanifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari, misalkan jika berbuat salah maka yang
diajarkan bukan bentuk pembelaan tetapi pengakuan kalau memang salah,
budaya gotong royong melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, sehingga
nilai pancasila itu lebih ke arah pemahaman kesadaran berbuat untuk baik,
sehingga orang tidak perlu lagi menanyakan kita dari negara mana, akan
tetapi ketika karakter bangsa itu muncul dalam diri kita, maka orang akan
tahu bahwa kita indonesia dengan melihat tata krama, sopan santun, spirit
gotong royong, spiritualitas, semangat tolong-menolong, mengedepankan
musyawarah, bertanggung jawab, transparansi, jujur dan adil.

Itu semua terkandung dalam pancasila sebagai ideologi dan sumber nilai
berbangsa dan bernegara sehingga optimisme dalam memberantas korupsi,
kriminalitas, narkoba, dan penyelesaian konflik-konflik horizontal akan
terminimalisir.

Permasalahan kita saat ini akibat dari Pancasila tidak pernah menjadi gaya
dan cerminan kehidupan berbangsa dan bernegara secara utuh sehingga
telah 72 tahun merdeka kita bukan sibuk membesarkan negara dan daerah
tetapi sibuk pada konflik-konflik internal dalam ruang pembahasan ideologi.

Untuk itu mari dengan peringatan pancasila kita bukan sekedar mengingat
akan tetapi lebih ke arah utk memanifestasikan pancasila menjadi budaya
dan karakter bangsa sehingga kita tuntas dalam berpancasila dan tidak
sekedar ingat mengingat karna kita sudah harus masuk pada masa
implementasi pancasila bukan pada simbolisasi lagi.

Penulis:
Situasi sosial politik akhirakhir ini memunculkan kekhawatiran terjadinya perpecahan
bangsa. Nilai-nilai pluralitas yang dimiliki bangsa Indonesia sejak lama mulai terusik. Karena
itu, diperlukan penguatan dan revitalisasi ideologi Pancasila untuk mencegah potensi
perpecahan. Demikian kondisi bangsa saat ini terutama menghadapi tahun politik menjelang
pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih presiden dan para anggota DPR.

Secara sederhana, memperkuat berarti meningkatkan daya kekuatan dan ketahanan dari
degradasi ideologi. Daya kekuatan ideologi ialah kemampuan memberi manfaat yang
dirasakan masyarakat. Kehadiran ideologi bisa merawat dengan baik kehidupan berbangsa.

Ideologi menjadi arah dan pijakan hidup bersama, bukan hidup sendirisendiri secara
terpecah-pecah. Tanpa ideologi, tidak akan terbentuk kehidupan bangsa bersangkutan.
Ideologi yang berbeda membuat bangunan, arah, dan tujuan berbangsa juga berbeda.
Maka, upaya mengganti ideologi berarti juga mengubah bentuk dan arah kehidupan bangsa.
Ideologi baru bisa berarti bangsa (baru) yang berbeda dengan ideologi sebelumnya.

Jika ideologi diganti jangan harap akan melihat lagi bangsa yang sebelumnya ada. Bangsa
itu akan tinggal kenangan bersama terkuburnya ideologi lama. Jika dikaitkan dengan
keberadaan bangsa, ideologi merupakan cara pandang bersama untuk meraih tujuan
citacita berbangsa. Ideologi yang relevan berasal dari nilai-nilai dalam diri bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai yang telah membuat bangsa itu bertahan hidup dalam jangka waktu panjang.

Ideologi mewadahi seluruh bangsa, bukan sebagian besar atau sebagian kecil. Ideologi
menjamin eksistensi seluruh bangsa, tanpa kecuali. Itulah alasan ideologi menentukan
keberadaan sebuah bangsa meliputi seluruh tatanan dan bagiannya. Jika ideologi diganti,
tatanan dan bagian penyusun bangsa pun tentunya akan berganti.

Jika keberadaan ideologi kuat, bangsa juga kuat dalam menuju kehidupan bersama sebagai
rakyat Indonesia. Di bawah ideologi Pancasila yang kuat, kehidupan bangsa terjaga akan
ketenteraman, persatuan, kedamaian, dan kesejahteraan. Jika ideologi lemah, eksistensi
bangsa memudar. Ideologi memerlukan dukungan kondusif di tengah kehidupan
belakangan.

Ideologi yang kuat mewadahi dan memelihara kehidupan seluruh bangsa di dalamnya.
Salah satu upaya memelihara keberagaman dengan senantiasa menjunjung kesadaran,
bangsa ini bineka. Sejak awal, rakyat terdiri dari berbagai unsur baik secara fisik, geografis,
maupun budaya. Dalam kondisi demikian, patut selalu dibangun kesadaran objektif. Maka,
diperlukan untuk tidak memaksakan keseragaman.

Jaminan hidup bagi semua diberlakukan sama. Penyeragaman akan menekan kebinekaan.
Stabilitas yang menjadi tujuan akan bersifat semu. Pluralisme akan senantiasa saling
menghormati keberadaan masing- masing. Penghormatan diberikan secara wajar kepada
setiap elemen bangsa. Ideologi lahir sebagai kristalisasi nilainilai luhur kemanusiaan. Nilai-
nilai yang terbukti memberikan keharmonisan hidup bersama ialah membiarkan semua
unsur berbeda. Perbedaan bukanlah kelemahan, melainkan kekayaan hidup bermasyarakat.
Kristalisasi
Ideologi yang kuat merupakan kristalisasi jati diri bangsa yang tidak akan terpisahkan. Jati
diri ialah ciri khas sebagai satu unsur yang menandai keberadaan bangsa. Eksistensi
bangsa Indonesia diakui. Begitu ingat jati diri, orang lain akan langsung mengaitkan dengan
bangsa Indonesia. Semakin banyak dan jelas ciri khas, semakin kuatlah jati diri bangsa.
Dengan karakter demikian bangsa lain akan segera tahu bangsa Indonesia di antara bangsa
lainnya. Budaya adalah salah satu jati diri bangsa. Hasil cipta, rasa, karsa, dan karya
bangsa berikut interaksi dengan lingkungan akan menjadi warna tersendiri.

Karakter bangsa dimaknai sebagai perilaku kolektif yang baik dan berkualitas. Ini akan
menjadi penopang kuatnya ideologi. Di antara banyak perilaku kolektif sifat religius
semestinya menjadi karakter bangsa. Percaya kepada Tuhan adalah basis kehidupan. Inilah
realita toleransi yang tidak bisa diingkari dan harus bisa diwadahi.

Karakter lainnya, sopan santun, dengan prinsip kaum muda menghormati orang tua. Orang
tua pun meyayangi yang lebih muda. Antargenerasi sejajar saling menghargai. Itulah
karakter yang mesti terus dipertahankan. Jangan sampai datang penyesalan setelah semua
itu tinggal kenangan, kalau tidak dirawat. Sikap ramah menjadi karakter lain. Komunikasi
verbal yang terbuka kepada semua menjadi ciri bangsa Indonesia.

Sikap ini menghindari prasangka kepada pihak luar, meski baru saja saling kenal. Respek
menjadi faktor yang mendasari hubungan sosial. Antusias dalam relasi sosial dilengkapi
dengan sikap gotongroyong. Tolong menolong dalam menghadapi problematika sosial
dilandasi prinsip “berat sama dipikul ringan sama dijinjing.” Ini sebuah pola yang menjadi
piranti ampuh membangun hidup bersama sejajar dengan bangsa- bangsa lain.

Sejumlah upaya bisa dilakukan agar ideologi menjadi kian kuat dan mengakar dalam diri
masyarakat. Salah satu upaya memperkuat ideologi dengan meningkatkan pemahaman dan
kesadaran. Kehidupan bersama membutuhkan pijakan ke arah tujuan bersama membentuk
sebuah bangsa. Cara untuk menjalani hidup bersama harus dikuatkan dengan baik oleh
seluruh masyarakat. Penguatan maupun revitalisasi penanaman nilai-nilai ideologi dilakukan
sejak dini dan terusmenerus.

Upaya lainnya dengan keteladanan para elite. Tokoh masyarakat merupakan aktor paling
strategis dalam upaya memperkuat ideologi baik pemimpin formal maupun nonformal. Para
politikus dituntut menjadi contoh melaksanakan nilai-nilai ideologi. Mereka harus sadar betul,
ideologi telah berperan menempatkannya dalam status sosial itu. Tanpa ideologi, saat ini
mungkin mereka bukan tokoh masyarakat. Memperkuat ideologi sama artinya memperteguh
eksistensi para tokoh masyarakat dan sebaliknya.

Tidak kalah pentingnya penegakan hukum dan normanorma sosial. Dalam berjalannya
ideologi dilengkapi dengan perangkat pranata sosial. Penegakan norma-norma sosial
termasuk hukum akan memperkuat ideologi.

Norma dan hukum akan membuat daya tahan ideologi semakin tinggi. Pengawal ideologi
akan membentengi dari erosi dan agar tak tercerabut dari jati diri rakyat. Semoga pada hari
Kesaktian Pancasila ini bangsa Indonesia semakin kuat menjaga Dasar Negara tersebut
sebagai ideologi bangsa.

Anda mungkin juga menyukai