Anda di halaman 1dari 15

BAB III

STRATIGRAFI

3.1. Stratigrafi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi Lembar

Lubuk Sikaping dan masih dalam jajaran pegunungan Bukit Barisan dalam sistem

fore arc basinal. Pada daerah ini telah terjadi beberapa kali fase magmatisme dan

pengendapan sedimen yang berulang – ulang. Dari yang tertua sampai yang

termuda urutan stratigrafinya adalah sebagai berikut :

A. Pra Tersier

Pada Pra Tersier dikenal ada tiga kelompok zona Bukit Barisan bagian

Timur mempunyai lapisan yang cukup tebal. Pada umur Karbon Awal

hingga Perm Awal umumnya didominasi oleh batu sabak formasi

Kuantan (Silitonga dan Kastowo, 1975) dan metamorfisme dari

greenschit atau amfhobilite facies. Dimana formasi Kuantan sama dengan

Kluet (PUK) dan termasuk kedalam kelompok Tapanuli (PUT).

1. Kelompok Tapanuli

Kelompok Tapanuli berumur Palaezoikum atas atau Permokarbon,

umumnya terdiri batuan sedimen klastik yang sebagian besar

diantaranya telah mengalami perlipatan yang intensif. Kelompok ini

terdiri dari, yaitu :

a) Formasi Kuantan (Pukul) anggota batugamping, terdiri dari :

batugamping marmer dan filit.

28
b) Formasi Kuantan (Puku) : daerah Kuantan yang terdiri dari

metasedimen, batu sabak, metaarenit kuarsa dan meta kuarsit.

2. Kelompok Peusangan

Kelompok Peusangan berumur Paleozoikum Akhir sampai

Mesozoikum Awal yang terdiri dari formasi, yaitu :

a) Formasi Kuali berumur Trias Tengah sampai Trias Akhir berupa

sedimen non-klastik dengan batugamping, dan lain – lain.

b) Formasi Silungkang berumur Perm Akhir, berupa batuan vulkanik

yang menutupi kelompok Tapanuli secara tidak selaras dimana

umumnya dijumpai di daerah sebelah Timur hamparan Bukit

Barisan.

3. Kelompok Woyla

Kelompok Woyla berumur Mesozoikum Akhir sampai Kuarter yang

terdiri dari batuan ofiolit endapan vulkanik dan tak teruraikan

diatasnya secara tidak selaras batuan sedimen non-klastik berumur

tersier sampai kuarter dan batuan terobosan berumur pra-tersier

sedangkan batuan termuda adalah endapan aluvial. Kelompok ini

terdiri dari formasi, yaitu :

a) Formasi Muara Soma ( Mums) yang terdiri dari argilit, meta

gunungapi, meta batugamping, batusabak dan meta tufa.

b) Formasi Belok Gadang (Mubg) yang terdiri dari selang seling

arenit, argilit dan radilaria.

c) Formasi Sikubu (Musk) terdiri dari meta gunungapi klastika, batu

gunungapi andesit.

29
B. Tersier

Sedimen Tersier Sumatera Utara adalah kompleks, beberapa cekungan

sedimen terbentuk pada waktu yang berbeda dan dipisahkan oleh

pegunungan Bukit Barisan oleh suatu ketinggian. Perbedaan nama,

kelompok, formasi dan anggota digunakan pada tiap – tiap cekungan.

Secara lateral ketiga super kelompok, yaitu : Tersier I, II, III yang

dipisahkan menurut peristiwa geologinya.

Tersier I berumur Eosen hingga Oligosen Awal, Tersier II berumur

Oligosen Akhir hingga Miosen Tengah. Batas antara Tersier II dan III

dicirikan oleh puncak marine transgresi, Tersier II bersifat transgresi dan

Tersier III bersifat regresi.

Lapisan Tersier I tidak dapat dikenal dipermukaan pada Lembar Natal,

walaupun batuan mempunyai umur yang sama dengan batuan yang

dijumpai di daerah Panjang (Pantai Barat). Tersier II dan III masing –

masing menempati cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Barat.

Batuan dari cekungan Sumatera Barat diduga di endapkan dibagian Barat

lembar Peta Lubuk Sikaping dan dekat dengan zona Pasaman dan tererosi

secara subsekuen (Rock,dkk, 1983).

Ada beberapa kelompok pada zaman Tersier yang dibedakan menurut

umurnya, yaitu :

1. Kelompok Gadis

Kelompok batuan ini berumur antara Oligosen hingga Miosen Awal,

dibagi menjadi, yaitu:

a) Formasi Barus (Tmbap) : di daerah Parlampungan terdiri dari

30
batulanau dan batupasir.

b) Formasi Barus (Tmbal) : di daerah Barus, terdiri dari kadang

arkose dan lanau mikaan, arenit kuarsa dan konglomerat.

Perselingan kasar – halus batu pasir, batu lanau, batu lumpur

(mudstone), serpih berkarbon dan sedikit batubara. Formasi ini

berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.

2. Kelompok Kampar

Kelompok ini berumur Tersier yang terdiri dari formasi Sihapas, dan

formasi Telisa. Formasi Sihapas terdiri dari batupasir kuarsa dan

batulumpur serta sedikit batubara. Formasi ini berumur Miosen Awal

hingga Miosen Tengah.

C. Kwarter

Lapisan Kwarter dibatasi oleh dataran Pantai Barat dan daerah Graben,

menurut Kanao,et.al (1971) umumnya daerah aluvial menempati

sepanjang bagian Barat Daya Gunung Malintang merupakan rombakan

batuan vulkanik. Berdasarkan interpretasi geologi foto bahwa endapan

aluvial menempati daerah dataran yang terdiri dari lempung sungai dan

pantai, lanau, pasir, dan kerikil, termasuk endapan kipas longsoran tanah.

Lapisan batuan yang berumur Kwarter berupa batuan sedimen dan

gunungapi. Ada beberapa kelompok batuan dalam lapisan ini, yaitu :

1) Formasi Air Balam

Yang termasuk dalam batuan sedimen seperti batulanau dan batulanau

pasiran yang berumur plistosen hingga holosen.

31
2) Kelompok batuan gunungapi

Kelompok ini diperkirakan berumur pliosen hingga holosen, yang

terdiri dari :

a) Pusat Sorik Marapi

Terdiri dari lava andesit pirokesn (Qhvsm) berumur holosen dan

lava andesitik serta breksi gunungapi (Qvsm) berumur plistosen.

b) Pusat Malintang

Lava andesitik dan breksi, lava andesitik lebih muda. Lahar

andesitik sampai dasitik. Breksi gunungapi dan lava (Qvmt)

berumur plistosen.

c) Pusat Talamau

Endapan pertama berupa lava dan endapan kedua berupa lahar

hasil endapan gunungapi Talamau (Qvta) berumur plistosen dan

endapan ketiga berupa aluvium gunungapi klastika hasil

gunungapi Pasaman (Qvpa) berumur plistosen.

d) Pusat Sarik

Berupa andesit dan basalt porfiritik (Qvsk) berumur plistosen

hingga holosen.

e) Pusat Gajah

Andesit dan Dasit vesikuler (Qvga) berumur plistosen hingga

holosen.

f) Pusat Maninjau

Tufa, batuapung riolitik (Qhvm), batuan yang tidak terbedakan,

tidak menunjukkan aktivitas gunungapi (Tmv), pembenarannya

32
ada pada peta Lembar Padang.

g) Formasi Gunungapi Sikara – kara

Berupa breksi dan lava andesitik dan batu rombakan (Tmvsk).

h) Formasi Gunungapi Air Bangis

Berupa andesit dan porfiritik (Tmvab)

i) Formasi Gunungapi Amas

Berupa batuan gunungapi klastika menengah, lava, dan sedikit

intrusif (Tmvam).

j) Formasi Gunungapi Mangani

Lava asam sampai basa, batuan klastika, dan sedikt intrusif

(Tuvm).

k) Formasi Gunungapi Langsat

Berupa lava avbasarokitik, porfiritik, kaya akan piroksen (Tlvl).

l) Formasi Gunungapi Panti

Berupa meta gunungapi, batu hijau dan meta gunungapi klastika

(Ppvp).

33
3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pemetaan lapangan yang telah digambarkan ke dalam

peta geologi, stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi ke dalam 5 (lima) satuan

batuan, yakni Satuan fillit, Satuan Batugamping, Satuan Meta Batugamping,

Satuan Batupasir, Satuan Batu Basalt, dan Satuan Aluvial.

3.2.1. Satuan Batugamping

1. Ciri Litologi

Satuan Batugamping secara megaskopis satuan ini dicirikan dengan

warna putih kekuningan sampai abu – abu kehitaman dengan komposisi di

dominasi oleh mineral karbonat. Batugamping memperlihatkan struktur

massif dan perlapisan seperti terlihat pada lokasi pengamatan pada ST 50.

(lihat foto 3.2).

bn

Foto 3.2. Satuan Batugamping pada ST 46 di daerah penelitian dengan


handspecimen diambil dari singkapan. Arah foto N 81° E

2. Penyebaran

Satuan Batugamping ini tersebar menempati ± 13% dari total luasan

34
daerah penelitian berada di bagian barat laut daerah penelitian. Satuan ini

tersebar pada satuan morfologi curam sampai satuan morfologi sangat curam.

3. Lingkungan Pengendapan

Untuk penentuan lingkungan pengendapan, pada satuan batugamping di

lakukan dengan analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T.

Aldiss, dkk, 1983) satuan batugamping formasi Muara Soma ini terendapkan

pada laut dangkal.

4. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Dalam penentuan umur satuan batugamping, juga di lakukan dengan

analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu. Berdasarkan Peta

Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T. Aldiss, dkk, 1983)

satuan batugamping formasi Muara Soma ini berumur Jura - Jurassic. Satuan

ini memiliki hubungan yang tidak selaras dengan satuan Filit di bawahnya

karena kedua satuan ini tidak terbentuk pada umur yang sama.

3.2.2. Satuan Meta-Batugamping

1. Ciri Litologi

Satuan Meta-Batugamping secara megaskopis terlihat berwarna abu-abu

kemerahan, memperlihatkan struktur berlapis (bedding), terdapat banyak

kekar dan lapisan diakibatkan tekanan dan temperature yang bekerja di

sekitarnya.

(lihat foto 3.3)

35
Foto 3.3. Satuan Meta-Batugamping pada ST 15, di daerah penelitian dengan
handspecimen diambil dari singkapan. Arah foto N 77° E

2. Penyebaran

Satuan Meta-Batugamping ini menempati ± 22% dari total luasan daerah

penelitian berada di bagian tenggara daerah penelitian. Satuan ini tersebar

pada satuan morfologi agak curam, satuan morfologi curam dan satuan

morfologi sangat curam..

3. Lingkungan Pengendapan

Untuk penentuan lingkungan pengendapan, pada satuan meta-

batugamping di lakukan dengan analisa berdasarkan dari penelitian geologi

terdahulu. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock,

D.T. Aldiss, dkk, 1983) satuan batugamping formasi Muara Soma ini

terendapkan pada laut dangkal.

4. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Dalam penentuan umur satuan batugamping, juga di lakukan dengan

analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu. Berdasarkan Peta

Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T. Aldiss, dkk, 1983)
36
satuan batugamping formasi Muara Soma ini berumur Jura - Jurassic. Satuan

ini memiliki hubungan yang tidak selaras dengan Batugamping.

3.2.3. Satuan Batu Filit


5. Ciri Litologi

Satuan Batu Filit Secara megaskopis memiliki warna abua-abu

kehitaman, warna lapuk kuning kecoklatan, struktur foliasi (filitik),

tekstur lepidoblastik, seperti terlihat pada ST. 23.

(lihat foto 3.1)

Poto (3.1 Satuan filit pada ST 25 di daerah penelitian dengan handspecimen


diambil dari singkapan. Arah foto N 52°

6. Penyebaran

Satuan filit ini tersebar menempati ± 50% dari total luasan daerah

penelitian berada di bagian barat daya sampai menyebar kearah timur laut

daerah penelitian. Satuan ini tersebar pada satuan morfologi landai sampai

satuan morfologi sangat curam.

7. Lingkungan Pengendapan

37
Untuk penentuan lingkungan pengendapan, pada satuan batu filit di

lakukan dengan analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T.

Aldiss, dkk, 1983) satuan filit formasi Muara Soma ini terendapkan pada laut

dangkal.

8. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Dalam penentuan umur satuan batu filit, juga di lakukan dengan analisa

berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu. Berdasarkan Peta Geologi

Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T. Aldiss, dkk, 1983) satuan Batu

Filit formasi Muara Soma ini berumur Jura - Jurassic.

3.2.4. Satuan Batupasir

1. Ciri Litologi

Satuan batupasir ini Secara megaskopis memiliki warna abu-abu kehijauan,

memiliki struktur crosbedding, menunjukkan tekstur prakmen pembentuk

kuarsa dan semennya adalah pasir, berukuran butir sangat halus, bentuk butir

menyudut tanggung, panerik buruk dan memiliki mineral sedikit kuarsa,

biotit, pirit. Memiliki kemas terbuka dan prositas yang baik.

(lihat foto 3.4)

38
Foto 3.4. Satuan Batupasir pada ST 62, di daerah penelitian dengan handspecimen
diambil dari singkapan. Arah foto N 77° E

2. Penyebaran

Satuan Batupasir ini menempati ± 13% dari total luasan daerah penelitian

berada di bagian tenggara daerah penelitian. Satuan ini tersebar pada satuan

morfologi sangat curam..

3. Lingkungan Pengendapan

Untuk penentuan lingkungan pengendapan, pada satuan meta-batupasir

ini di lakukan dengan analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T.

Aldiss, dkk, 1983) satuan batugamping formasi Muara Soma ini terendapkan

pada suatu cekungan.

4. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Dalam penentuan umur satuan batugamping, juga di lakukan dengan

analisa berdasarkan dari penelitian geologi terdahulu. Berdasarkan Peta

Geologi Lembar Lubuk Sikaping (N.M.S. Rock, D.T. Aldiss, dkk, 1983)

39
satuan batugamping formasi Muara Soma ini berumur Jura - Jurassic. Satuan

ini memiliki hubungan yang tidak selaras dengan satuan Meta-Batugamping

di bawahnya karena kedua satuan ini tidak terbentuk pada umur yang sama.

3.2.5. Satuan basal

1. Ciri Litologi

1. Secara megaskopis satuan batu basalt ini memiliki warna hijau

kehitaman, berstruktur masiv dan menunjukkan tekstur kristalinitas yang

hipokristalin, granularitas yang halus, serta faneriknya andhedral, dan

memiliki komposisi mineral biotit sekitar ± 80%, kuarsa ± 15%.

2. (lihat foto 3.5)

Foto 3.4. Satuan Batu Basal pada ST 74, di daerah penelitian dengan
handspecimen diambil dari singkapan. Arah foto N 77° E

3. Penyebaran

Satuan Basalt ini menempati ± 6% dari total luasan daerah penelitian,

berada di bagian tengah daerah penelitian. Menempati satuan morfologi

40
landai.

4. Lingkungan Pengendapan

Satuan Batu Basal ini Berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi

basa di permukaan atau dekat permukaan bumi.

5. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Dalam penentuan umur satuan Basal disetarakan dengan stratigrafi

regional yang di ambil dari Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping yang

diperkirakan berumur Jura - Jurassic. Satuan ini memiliki hubungan yang

tidak selaras dengan satuan Batupasir dan satuan Meta-Batugamping karena

ketiga satuan ini tidak terbentuk pada umur yang sama.

3.2.6. Satuan Endapan Aluvial

1. Ciri Litologi

Satuan ini merupakan material lepas hasil dari aktivitas transportasi air

dan merupakan endapan hasil rombakan dari batuan di sekitarnya yang

berupa batuan dasit, andesit dan diorit dengan ukuran kerikil hingga bongkah

(lihat Foto 3.5).

2. Penyebaran

Endapan aluvial ini menempati ± 20% dari total luasan daerah penelitian,

berada di bagian timur daerah penelitian, menyebar merata dari bagian utara

sampai selatan. Menempati satuan morfologi landai. Satuan ini diperkirakan

berumur kuarter karena hingga saat ini pengendapannya masih berlangsung

dan memiliki hubungan stratigrafi yang tidak selaras dengan satuan

dibawahnya.

3. Lingkungan Pengendapan

41
Satuan ini mekanisme pengendapannya dengan media air atau proses

transportasi dengan air. Dengan melihat keterdapatan endapan ini maka

menunjukkan stadia geomorfologi daerah tersebut berstadia dewasa, dimana

proses erosi sangat intense atau kuat.

4. Umur Satuan dan Hubungan Stratigrafi

Umur satuan ini diperkirakan berumur Kuarter Kala Holosen (Resen)

karena sampai saat ini proses pengendapannya masih berlangsung. Hubungan

stratigrafi dengan satuan batuan yang lebih tua dibawahnya adalah tidak

selaras (unconformity). Hubungan yang tidak selaras ini dikarenakan terjadi

perbedaan umur (gap) yang sangat jauh dengan lapisan yang lebih tua

dibawahnya.

Foto 3.5 Endapan Aluvial berumur Kuarter Kala Holosen (Resen) di daerah
penelitian yang berupa material lepas rombakan dari batuan di
sekitarnya yang berukuran kerikil sampai bongkah. Arah foto N 86° E

42

Anda mungkin juga menyukai