I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui
penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk
memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian
lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang
menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat
penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu
bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang
memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai
kecepatan gelombang lebih besar.
Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masingmasing geophone. Ada beberapa metode interpretasi dasar yang bisa digunakan
dalam metode seismik refraksi, antara lain metode waktu tunda, metode Intercept
Time, dan metode rekonstruksi muka gelombang (Raharjo, 2002). Pada
perkembangan lebih lanjut, dikenal beberapa metode lain yang digunakan untuk
menginterpretasikan bentuk topografi dari suatu bidang batas, antara lain metode
Time Plus Minus, metode Hagiwara dan Matsuda, dan metode Reciprocal
Hawkins. Untuk sistem perlapisan yang cukup homogen dan relatif rata, metode
Intercept Time mampu memberikan hasil yang memadai atau yang dapat diartikan
dengan kesalahan relatif kecil (Sismanto, 1999). Dalam penelitian ini, pemodelan
struktur lapisan bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan metode
Intercept Time.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari metode akuisisi seismik refraksi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuisisi data seismik
refraksi.
2. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam akuisisi data seismik
refraksi.
3. Untuk memahami teknik akuisisi data seismik refraksi dan mampu
melakukan akuisisi data seismik refraksi.
4. Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang proses akuisisi
data seismik refraksi dengan metode Intercept Time
Runtunan Kuarter, terdiri dari lava Plistosen, breksi dan tufa bersusunan
andesit-basal di Lajur Barisan, basal Sukadana celah di Lajur Palembang,
batugamping terumbu dan sedimen aluvium Holosen.
Batuan Terobosan, di daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten
Lampung Timur, batuan beku pluton bersusunan alkalin-kapur tersingkap di
seluruh Lajur Barisan. Bukti-bukti radiometri dan lapangan memberikan
dugaan adanya tiga perioda utama kegiatan plutonik berumur pertengahan
Kapur Akhir, Tersier Awal dan Miosen. Terobosan Kapur merupakan yang
terluas sebarannya dan mungkin merupakan bagian dari sebagian batolit tak
beratap yang meluas sampai Lembar Kotaagung. Terobosan ini terdiri dari
pluton-pluton
Sulan,
Sekampung-Kalipanas,
Branti,
Seputih
dan
Lajur Busur Muka atau Lajur Bengkulu, Lajur Busur Magma atau Lajur
Barisan dan Lajur Busur Belakang atau Lajur Jambi-Palembang.
c. Mineralisasi
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa secara regional, geologi daerah
Lampung pada umumnya dikuasai oleh persesaran dan batuan beku yang
berhubungan dengan lajur penunjaman; khususnya, batuan gunungapi
andesit Tersier dan sejumlah besar granitoid alkalin-kapur. Oleh sebab itu,
secara geologi daerah ini sangat prospektif untuk pemineralan emas
epitermal dan yang berhubungan dengan terobosan batuan beku
(Andi Mangga S., dkk., 1994).
Emas dan perak di dalam urat-urat kuarsa pada batuan vulkanik berumur
Oligo-Miosen di Lembar Tanjungkarang dianggap sebagai pemineralan tipe
epitermal, dengan ciri khas struktur vuggy, banding dan crustiform dengan
mineral-mineral mangan, spalerit dan kalkopirit dalam Formasi Tarahan
(Crow M.J.,1994).
Apolo Gold (2002) telah melakukan eksplorasi di daerah Napal Umbar
Picung (60 km baratdaya Bandar Lampung). Kegiatan eksplorasi mencakup
pembuatan 50 paritan uji dan 34 shaft. Pemercontoan yang telah dilakukan
menghasilkan kandungan rata-rata 19.78 g/t Au dan 1.096 g/t Ag.
Sedikit pemineralan sulfida, pirit dan kalkopirit, terdapat di dalam batuan
gunungapi Hulusimpang. Zwierzycki (1932) juga melaporkan terdapatnya
sulfida Cu-Pb-Zn bersama urat-urat kuarsa di daerah Bukit Dandar di pantai
10
11
A. Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi. Bumi
sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu
lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda. Ketidakkontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan
sebagian energinya dan akan dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan
diteruskan ke medium di bawahnya (Telford dkk, 1976). Suatu sumber energi
dapat menimbulkan bermacammacam gelombang, masingmasing merambat
dengan cara yang berbeda. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua tipe
yaitu:
1. Gelombang badan (body waves) yang terdiri dari gelombang longitudinal
(gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S). Gelombang ini
merambat ke seluruh lapisan bumi.
2. Gelombang permukaan (surface waves) yang terdiri dari gelombang Love,
gelombang Raleygh dan gelombang Stoneley. Gelombang ini hanya
merambat pada beberapa lapisan bumi, sehingga pada survei seismik
refleksi (survei seismik dalam) gelombang ini tidak digunakan.
B. Seismik Refraksi
12
13
(Taib, 1984). Metode interpretasi yang paling mendasar dalam analisis data
seismik refraksi adalah intercept time (Tjetjep, 1995).
Gambar 3.1 Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas parallel
Waktu rambat gelombang bias pada gambar (2.1) dapat diperoleh dengan
persamaan:
T=
AB+CD BC
+
V1
V2
dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang seismik dari titik tembak (A)
sampai ke geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ke titik B, CD merupakan
jarak dari titik C ke titik D, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan 1 dan V2 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan 2. Dari persamaan (1) dapat diperoleh persamaan:
T=
2 z1
x2 z 1 tan
+
V 1 cos
V2
T =2 z 1
1
sin
x
+
V 1 cos V 2 cos V 2
14
T =2 z 1
V 2V 1 sin
x
+
V 1 V 2 cos
V2
Gambar 3.2 Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas parallel (Sismanto,1999).
T =2 z 1 V 1
1
sin
sin
x
+
V 1 V 2 cos
V2
15
T =2 z 1 V 1
1sin
x
+
V 1 V 2 sin .cos V 2
2
2 z 1 cos
x
T=
+
V 2 sin . cos V 2
T=
2 z 1 cos x
+
V1
V2
Bila x = 0 maka akan diperoleh T1 (x = 0) dan nilai tersebut dapat dibaca pada
kurva waktu terhadap jarak yang disebut sebagai intercept time. Kecepatan
gelombang lapisan pertama dapat dihitung langsung, sedangkan untuk kecepatan
gelombang lapisan kedua diperoleh dari slope gelombang bias pertama.
Kedalaman lapisan pertama ditentukan dengan menuliskan persamaan diatas
menjadi persamaan
z 1=
Ti V 1
2 cos
2 cos
T iV 1
T=
Jika cos =( ( V 22V 21) 2 )/ V 2 , maka dapat pula dituliskan sebagai persamaan
z 1=
T i V 1V 2
2 V 22V 21
Dengan menggunakan data waktu terhadap jarak pada gambar (2.3), dapat
dihitung kedalaman atau ketebalan lapisan pertama melalui persamaan
16
z 1=
T i2 V 1
2 cos sin 1
V1
V2
1
2
Gambar 3.3 Kurva travel time pada sistem banyak lapis dengan V1 adalah kecepatan
gelombang pada lapisan pertama dan V2 adalah kecepatan gelombang
pada lapisan kedua (Sismanto,1999).
dengan Ti2 merupakan intercept time pada gelombang bias yang pertama.
Penambahan suku terakhir adalah apabila sumber gelombang seismik ditanam
kedalam lapisan pertama. Apabila sumber gelombangnya ada di permukaan maka
suku terakhir ini bernilai nol. Untuk ketebalan lapisan kedua akan didapatkan
suatu persamaan
[ ]
{
(
(
cos sin
T i 3 T i 2
z 2=
cos sin1
2 cos sin
V1
V2
V1
V3
V1
V2
)
)
V2
17
dengan Ti3 adalah intercept time pada gelombang bias yang kedua maka dapat
diperoleh suatu ketebalan lapisan bawah permukaan yang dapat dilihat pada
gambar (2.4) (Sismanto,1999).
Gambar 3.4 Skema sistem banyak lapis, dengan V1 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan pertama, V2 adalah kecepatan gelombang pada lapisan kedua, V3
adalah kecepatan gelombang pada lapisan ketiga, z1 adalah kedalaman
pada lapisan pertama, dan z2 adalah kedalaman pada lapisan kedua
(Sismanto, 1999).
18
19
Gambar 4.2 satu set Seismograph lengkap dengan geophone dan hammer
20
4. Setelah
semua
geophone
terpasang
membentuk
satu
line
lurus
21
22
A. Hasil Akuisisi
Setelah melakukan akuisisi akan didapatkan data seperti dibawah ini:
23
Ini merupakan contoh hasil akuisisi seismik refraksi dari seismograph P.A.S.I.
pada percobaan yang telah dilakukan data asli tidak dapat ditampilkan di sini
karena data tersebut belum diberikan oleh pihak PT. Mitra Inti Marga sehingga
hanya gambar contoh ini yang dapat ditampilkan.
B. Pembahasan
P.A.S.I. seismograf Mod. 16S24-N tidak hanya ditandai dengan desain yang
inovatif dan perangkat lunak akuisisi yang sepenuhnya baru. Dengan
kemungkinan untuk diterapkan dengan sistem pencitraan listrik 16G, dapat juga,
dikombinasikan dalam instrumen yang sama, dua sistem yang kuat dan
sophysticated (untuk analisis lingkungan rinci) itu benar-benar menjadi solusi
24
handal untuk aplikasi bidang geofisika. Berkat layar sentuh LCD yang besar 10.6
dapat dihasilkan gambar dengan cepat dan lengkap dalam waktu yang sama.
Dengan menggunakan alat P.A.S.I. seismograf Mod. 16S24-N dapat dilakukan
beberapa penggunaan yaitu:
1.
2.
3.
4.
bergeser
5. Investigasi awal untuk mewujudkan karya-karya penting (Kereta api,
jalan, saluran pipa minyak)
6. Evaluasi untuk lapisan kerikil, pasir dan deposit tanah liat.
7. Eksplorasi mineral
Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dari hasil akuisisi seismik refraksi
maka dapat dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak
yang menyertai alat seismograph tersebut yaitu WinSis. Berikut adalah contoh
hasil pengolahan data tersebut:
25
Gambar 5.2 hasil pengolahan data seismik refraksi dengan alat P.A.S.I
26
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan akuisisi seismik refraksi tersebut maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu
metode untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat
menunjang penelitian lainnya.
2. Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam
bumi.
3. Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang
merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar.
4. Alat yang digunakan dalam akuisisi data seismik refraksi ini adalah satu
set Seismograph Model 16S24-P dari P.A.S.I yang dibawa oleh PT. Mitra
Inti Marga.
5. Dengan menggunakan alat P.A.S.I. seismograf Mod. 16S24-N dapat
dilakukan Investigasi detil pada tanah longsor untuk rekonstruksi
permukaan yang bergeser.
27
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mangga, S.,Amiruddin, Suwarti T., Gafoer S. dan Sidarto, 1994, Geologi
Lembar Tanjungkarang, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Raharjo, S.A., 2002, Analisis Kecepatan Perambatan Gelombang Bias pada
Medium dan Faktor Kualitas Medium di Lereng Barat Gunung Merapi,
Yogyakarta, Skripsi S-1 Universitas Gajah Mada.
Sismanto, 1999, Eksplorasi dengan Menggunakan Seismik Refraksi, Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, Keys,D.A., 1976, Applied Geophysics,
New York, Cambridge University Press.
Tjetjep, 1995, Model Simulasi Struktur Multi Lapisan dari Data Seismik Refraksi
dengan Menggunakan Metode Time Plus Minus, Bandung, Skripsi S-1 Geofisika
Institut Teknologi Bandung.
http://www.lampungprov.go.id/index.php?link=dtl&id=1212
28
Oleh
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010