Anda di halaman 1dari 13

Laporan Eksplorasi

BAB II

GEOLOGI

2.1.2. Litologi

Setiap satuan batuan yang ditentukan secara litostratigrafi, telah diberi nama

berdasarkan rekomendasi sandi Statigrafi Indonesia (1975) dan panduan Statigrafi

lnternasional sehingga urutan tata nama yang dipakai ialah Anggota, Formasi dan

Kelompok. Tatanama sebagian besar sedimen Tersier didasarkan atas penyelidikan

rinci oleh perusahaan minyak di cekungan sumatera selatan, dan sebagian besar

mengikuti klarifikasi regional Spruyt (1956).

Lembar Baturaja meliputi bagian dari Cekungan Sumatera Selatan dari Lajur Busur

Belakang, Pegunungan Barisan dari Lajur Busur Magma • dan setempat berlanjut ke

Cekungan Bengkulu di Lajur Busur Muka. Lajur-lajur tersebut secara tidak resmi

disebut sebagai Lajur-lajur Palembang, Barisan dan Bengkulu. Satuan-satuan yang

dipetakan berumur antara Karbon (C) sampai Kuarter.

Urutan statigrafi Lembar baturaja dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Pra-

Tersier, Tersier, dan Kwarter, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Urutan Pra-Tersier

Walaupun umurnya belum dapat ditentukan, batuan tertua yang tersingkap di

Lembar ini mungkin Formasi Tarap yang asal benua, dan terdiri atas batuan

malihan berderajat rendah, filit, sekis, marmer dan kuarsit. Berdasarkan

kemiripan litologi dengan Formasi Kuantan dan Formasi Terantam di Sumatera

Tengah, dan sebaran tektono-geografi batuan Karbon di Sum.atera. Diduga

Formasi Tarap berumur Karbon, hal ini perlu dipastikan baik berdasarkan bukti

II-1
Laporan Eksplorasi

paleontologi atau secara tak langsung dari penarikan umur radiometri.

Berdasarkan pertimbangan pertimbangan regional yang umurnya Jura awal atau

lebih tua.

Formasi Garba yang terdiri atas batuan gunung api bersusunan andesit-basal,

iijang dan serpihan, diduga berumur lebih muda dari Formasi Tarap karena

kurang mengalami pemalihan regional, namun umurnya belum terbukti. Formasi

Garba ditafsirkan setara dengan batuan asal samudera yaitu Formasi Saling dan

Formasi Lingsing di Pegunungan Gumai yang berumur Jura Akhir Kapur.

Formasi Tarap yang asal benua dan berumur Paleozoikum dan Formasi Garba

yang asal samudera serta berumur Mesozoikum, saling bersentuhan secara

tektonik. Lajur sentuhan tersebut umumnya berupa satuan bancuh yang terdiri

dari bongkahan batugamping rijang, andesit, batulanau, batulempung dan sekis.

Bancuh tersebut ditafsirkan terjadi selama proses akrasi dari runtunan batuan

asal samudera Garba terhadap bongkah asal kontinen. Saat terjadinya akrasi

belum diketahui dengan pasti, tetapi berdasarkan terdapatnya terobosan granit

berumur bagian tengah kapur akhir di sepanjang lajur sentuhan dan

menerobosnya satuan bancuh, serta kolerasinya dengan geologi Pegunungan

Gumai, maka umur akrasi tersebut diduga awal Kapur tengah, Baremian, lebih

kurang 130-125 juta tahun yang lalu.

b. Urutan Tersier

Batuan Tersier di Lembar Baturaja meliputi batuan sedimen dan batuan gunung

api klastika di Lajur Bengkulu, batuan gunung api dan sedikit sedimen di Lajur

Barisan, dan batuan sedimen yang dominan di Lajur Palembang, sebagaimana

dapat dijelaskan berikut :

II-2
Laporan Eksplorasi

Lajur Bengkulu

Lajur ini terletak di paling baratdaya lembar, merupakan sedimen busur

muka dari Cekungan Bengkulu. Satuan tertua yang tersingkap ialah Formasi

Seblat yang merupakan sedimen lereng laut dangkal sampai dalam dengan

struktur turbidit yang sebagian berasal dari batuan vulkanoklastika

pegunungan barisan. Adanya lapisan tipistuf dalam satuan ini yang

merupakan bukan bahan rombakan gunung api, menunjukan terjadinya

kegiatan gunung api, saat itu di busur magma lajur barisan (Tomh) Formasi

Seblatterendapkan selama masa genang laut utama di cekungan Bengkulu,

yang terus berlangsung sampai Miosen Tengah berdasarkan terutama pada

fosil plangton, umur formasi ini semula di tetapkan Miosen Awal, namun

berdasarkan hasil analisis paleontology yang lebih rinci terhadap sisipan batu

gamping di Lembar Bengkulu yang bersebelahan umur Formasi Seblat

diusulkan Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Bagian atas Formasi Seblat

menunjukan tahap puncak genang laut di cekungan Bengkulu ada waktu itu,

pada waktu itu, sehingga setara dengan Formasi Gumai di Cekungan

Sumatera Selatan Sentuhan tak selaras antara Formasi Seblat dan Formasi

Lemau yang menindihnya yang tersingkap di sepanjang sisi timur

Cekungan Bengkulu. Formasi Bengkulu terdiri atas sedimen klastika dan

vulkanoklastika yang diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai

peralihan, dan sedikit bahan tufaan. Foraminifera kecil yang terdapat dalam

formasi ini menunjukan umur Miosen Tengah- Holosen. Dalam arti luas,

Formasi Lemau setara dengan Formasi Air Benakat di Lajur Palembang.

Forr:nasi Lemau di tindih tak selaras oleh Formasi Simpangaur yang terdiri

atas endapan laut dangkal sampai air tawar yang mengandung moluska

II-3
Laporan Eksplorasi

dan lignit batubara berumur miosen-pliosen. Selanjutnya Formasi

Simpangaur tertindih tak selaras pula oleh Formasi Bintunan yang

berumur Plio-Piistosen terdiri atas batuan berbatuapung Formasi-formasi

Lemau, Simpanaur dan Bintunan terendapkan . selama fasa pengendapan

susut laut sejak akhir Miosen Tengah di Cekungan Bengkulu, dengan

lingkungan pengendapan berkisar dari laut dangkal sampai peralihan berair ,

payau. Berdasarkan sebaran satuan-satuan di atas, yaitu Formasi Seblat dan

dan Formasi Lemau terletak lebih ke timur dan Formasi-formasi Simpangaur

dan Bintunan lebih ke timur dan Formasi-formasi Simpangaur dan Bintunan

lebih ke barat, maka garis pantai purba jelas berpindah kearah barat Umur

Formai Lemau dan Formasi Simpangaur ditentukan berdasarkan kandungan

foraminiferanya, sedangkan umur Formasi Bintunan ditentukan berdasarkan

kolerasi dengan formasi-formasi lainnya yang mengandung batuapung,

seperti Formasi Kasai di Lajur Palembang dan Formasi Maur di Lajur

Barisan.

Lajur Barisan

Lajur ini merupakan bagian dari busur magmatic barisan yang terletak sejajar

dengan sumbuh panjang Pulau Sumatera dan terlampar sepanjang bagian

barat pulau. Daerah tersebut merupakan daerah yang di kuasai oleh hasil

magma selama tersier dan Kuartcr. Jenis batuan yang terdapat meliputi tuf

dan breksi gunung api, lava berserta retas atau retas lempeng, terobosan

pluton dan sedikit sedimen. Pembahasan lebih lanjut tentang stratifigrafi lajur

ini hanya terbatas pada batuan gunung api dan sejenis nya. Batuan pluton

akan di bahas dalam bagian yang lain.

II-4
Laporan Eksplorasi

Batuan tertua mungkin Formasi Kikim yang tersusun terutama oleh

batuan gunung api, termasuk pula satu anggota sedimennya formasi ini

tersingkap di sepanjang tepi paling timur lajur barisan dan meluas kearah

timur menjauhi lajur barisan, dan diduga bahwa Formasi Kikim mendasari

tepi barat cekungan sumatera selatan.

Batuan gunung api Formasi Kikim bercirikan warna hijau keunguan dan

sering kali mengalami tektonik kuat, batuan ini diduga batuan gunungapi

tertua dari busur barisan, walaupun Formasi Kikim tidak mengandung fosil,

tetapi secara stratifigrafi umurnya dapat ditentukan. Baik di lembar ini

maupun di daerah pegunungan gumai di Lembar Bengkulu, Formasi Kikim

terletak tak selaras di atas batuan mesozoikum dan tertindih tak selaras oleh

Formasi Talangakar, yang selanjutnya tertindih selaras oleh Formasi Baturaja

yang berumur Miosen Awal (N5). Secara umum Formasi Talangakar setara

dengan Formasi Hulu Simpang yang berumur Oligosen Akhir dan Miosen

Awal. Oleh karena itu umur Formasi Kikim adalah Paleogen, tepatnya

mungkin Paleosen sampai Oligosen Tengah, dan bagian bawah formasi ini

berumur Paleosen-Eosen Akhir- Oligosen Awal.

Penentuan umur Paleogene tersebut didukung oleh hasil penarikan I / Ar

terhadap batuan basal dari bagian bawah Formasi Kikim di pegunungan

Garba di Lembar Baturaja, yang menunjukan 60,3 juta tahun atau Paleosen

Tengah. Batuan tua selanjutnya di lajur ini ialah Formasi Hulusimpang,

terdiri atas batuan gunungapi basalan-andesitan yang tersingkap terutama di

sepanjang dan di sebelah barat daya Sesar Mekakao. Batuan ini di tafsirkan

terbentuk oleh proses penunjaman yang terkait pada tepi benua yang

II-5
Laporan Eksplorasi

masih aktif. Adanya struktur bantal di beberapa penampang menunjukan

erupsi setempat ke dalam air. Hubungan stratifigrafi antara formasi ini

dengan Formasi Kikim hanya rekaan. Hubungan menjemari Formasi Hulu

Simpang dengan dengan bagian bawah Formasi Seblat dan Formasi Talang

akar menunjukan umurnya adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal.

Sebaran yang tampak pada batuan gunungapi berumur Pra Miosen Tengah di

Lembar Baturaja smencerminkan keadaan di sumatera bagian selatan pada

umumnya, yaitu runtunan batuan gunung api, yang lebih muda terdapat di

sebelah barat runtunan yang lebih tua. Penafsiran yang layak bahwa kegiatan

gunungapi ke selatan kearah laut pada umur yang sama di Pulau Jawa.

Sejak kira-kira akhir Miosen Tengah, susunan batuan gunung api di lajur

barisan menjadi lebih beraneka ragam, berkisar dari susunan andesit-basal

sampai diorite-riolit, mungkin ada hubungannya dengan tingkat kedewasaan

busur gunungapi tersebut. Batuan gunungapi efusifa tersebut (Tmba, Tmpl,

Qtr) tersebar luas diseluruh Lajur Barisan dan umur nisbinya di tentukan

berdasarkan hubungannya dengan satuan yang bersebelahan, baik di

Lajur Bengkulu maupun di Lajur Palembang, misalnya Formasi Bal

yang dasitan, menindih tak selaras Formasi Seblat dan menjemari dengan

Formasi Lemau menunjukan umur Miosen Akhir bagian tengah Formasi

Lakitan yang berumur Miosen Akhir dan Pliosen Awal terutama tediri dari

Breksi gunungapi yang berkemungkinan berasal dari lahar, dan dikuasai oleh

kepingan batuan yang yang ersusunan andesit-basal, sedikit unsur dasitan

yang terdapat ditafsirkan berasal dari Formasi Bal. Hal ini ditafsirkan ada

hubungannya dengan peristiwa orogenesa utama plio-plistosen yang

II-6
Laporan Eksplorasi

merighasilkan sesar renggut yang luas di sepanjang sesar semangko dari

sistem sesar sumatera. Struktur "pull apart" yang di hasilkan oleh tegangan

setempat seiring dengan terbentuknya jajaran danau, dar.au ranau merupakan

salah saturiya.

Lajur Palembang

Lajur ini terletak di bagian timur dan timur laut lembar, dan terdiri atas

batuan sedimen subcekungan Palembang dari cekungan sumatera selatan

sebanyak 7 buah formasi telah di tentukan yang termasuk dalam dua satuan

litostratigrafi yang penting secara regional kecuali Formasi Kikim yang

mengalasinya, secara garis besar, formasi-formasi yang berumur tersier awal

(Talangakar, Baturaja, dan Gumai) terendapkan selama fasa genang laut pada

perkembangan Cekungan Sumatera Selatan termasuk: Kelompok Telisa,

sedangkan formasi-formasi yang berumur tersier akhir (Airbenakat,

Muaraenim, dan Kasai) teredapkan selama fasa susutlaut dan termasuk

Kelompok. Satuan tertua adalah Formasi Kikim yang telah diuraikan diatas,

secara nisbi menempati posisi perbatasan antara Lajur Barisan dan Lajur

Palembang, yang tersingkap di sepanjang tepi barat cekungan. Formasi

Kikim yang di kuasai oleh runtunan batuan tufan, menindih tak selaras satuan

berumur mesozoikum dan lapisan-lapisan halus tuf memberikan dugaan

bahwa batuan tersebut terendapkan di lingkungan yang berair. Anggota

Cawang Formasi Kikim terdiri atas batuan klastika silikaan berbutir kasar:

batupasir dan konglomerat, kuarsa . Bahan- bahan tufan hampir tak

dijumpai walaupun proses pengersikan sangat umum terjadi hal ini mungkin

menunjukan kegiatan gunungapi pada waktu yang bersamaan fosil belum

pernah ditemukan di dalam satuan sedimen ini, sedimen ini menebal ke timur

II-7
Laporan Eksplorasi

kearah pusat cekungan utama dengan sumber bahan mungkin dari selatan

batuan sedimen Anggota Cawang yang kaya dengan kuarsa di tafsirkan

adannya sumber granitan, sehingga sering disebut satuan ini sebagai "granit

wash" Anggota Cawang tertindih selaras oleh tuf andesitan berbutir halus-

kasar dan sedikit aliran lava yang merupakan bagian atas Formasi Kikim

ialah Paleosen sampai Oligosen Tengah.Formasi Talangkar menindih tak

selaras Formasi Kikim. Formasi Talangakar terdiri atas sedimen laut dangkal

sampai endapan delta yakni batupasir konglomerat, batu lanal dan serpih. Di

lembar ini, di dalam Formasi Talangakar belum pernah ditemukan fosil,

tetapi berdasarkan bukti-bukti secara paleontology di Lembar Lahat. umur

Forrnasi ini adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal yang menindihnya

menunjukkan bahwa umur Formasi Talangakar hanya sedikit lebih tua

daripada Formasi Baturaja. Kesimpulan yang ditunjang oleh kenyataan yang

ada menunjukkan bahwa pada tahap akhir masa pengendapannya, yaitu pada

Miosen Awal telah terjadi lingkungan pengendapan laut, Bagian atas

runtuhan Formasi Baturaja dicirikan oleh kandungan foraminiferanya. Hal

tersebut menunjukkan situasi perkembangan pengendapan sedimen di Sub-

cekungan Palembang.

Genang laut pada Miosen Awal menandai dimuianya pengendapan laut

dalam di seluruh Cekungan Sumatera Selatan. Pada tahap awal paparan

karbonatlterumbu telah terbentuk setempat di sekitar tinggian batuanalas,

salah satu contohnya ialah Formasi Baturaja. Formasi tersebuthanya

terbentuk dengan baik di lokasi tipe dalam lembar ini terletak selaras di atas

Formasi Talangakar Foraminifera kecil yang ditemukan di dalam Formasi

Baturaja menunjukkan umur Miosen Awal (N5). Penurunan dasar cekungan

II-8
Laporan Eksplorasi

berlangsung terus dan serpih laut Formasi Gumai diendapan di seluruh

cekungan secara selaras di atas Formasi Talangakar. Berdasarkan analisis

foraminifera umur Formasi Gumai dinyatakan akhir Miosen Awal – awal

Miosen Tengah, N7-N13. Tidak ditemukannya formasi ini di daerah

Pegunungan Garba menunjukkan bahwa daerah ini merupakan bongkah yang

naik selama periode genanglaut tersebut. Serpih neritic dari Formasi Gumai

ditindih selaras oleh Formasi Airbenakat. Formasi Airbenakat mengandung

sisipan batupasir dan batulanau yang berselingan dengan serpih, diendapkan

di lingkungan neritik sampai laut dangkal. Hal tersebut menunjukkan

adanya susutlaut yang umum setelah kondisi laut terbuka yang membentuk

Formasi Gumai. Formanifera yang ditem kan dalam satuan ini

menunjukkan umur tak lebih tua dari Mjosen Tengah. Hal tersebut sesuai

dengan bukti-bukti yang terdapat di Lembar Lahat dan Lembar Palembang,

dan sentuhan selaras dengan Formasi Gumai, Menunjukkan umur Miosen

Tengah-Miosen Akhir untuk Formasi Airbenakat.

Formasi Muaraenim menindih selaras Formasi Air benakat, dan memastikan

bahwa susutlaut dan pendangkalan Cekungan sumatera selatao berlangsung

terus sampai Pliosen. Formasi Muaraenim meliputi batupasir dan

batulempung, sebagian tufan, disana sini terdapat lapisan lignit yang

menunjukkan peralihan dari laut dangkal sampai daratan. Dalam formasi ini

tidak ditemukan fosil, tetapi berdasarkan posisi stratigrasfinya, umur diduga

Miosen Akhir-Piiosen. Umur Pliosen Awal untuk bagian atas fomasi ini

berdasarkan ditemukannya Haplaphragmoides sp.

Formasi Kasai yang berumur Plio-Piiostosen dan terdiri dari batupasir tufan

II-9
Laporan Eksplorasi

dan batu lempung yang bersifat daratan serta mengandung batua'pung,

meindih takselaras Formasi Muaraenim.

Ketidakselarasan setempat mencerminkan adanya perioda pengangkatan

kecil dan erosi terhadap Pegunungan Barisan, serta pengendapan bahan-

bahan erosi di dalam cekungan antar gunung. Ketidakselarasan serupa juga

ditemukan di tempat-tempat lain, misalnya di Lembar Lahat dan Cekungan

Sumatera Tengah.

c. Urutan Quarter

Satuan-satuan Kuarter meliputi endapan sedimen dan batuan gunungapi.

Batuan gunungapi berumur Plistosen Akhir-Holosen, terdiri atas lava basalan-

andesitan, breksi dan tuf dari Lajur Barisan yang dapat dipisahkan satu dari yang

lain berdasarkan adanya permukaan erosi di atas runtunan yang lebih tua. Urutan

batuan sedimen meliputi batugamping terumbu berumur Holosen dan sedikit

endapan rawa yang tersebar di sepanjang sunga-sungai utama. Sedangkan

endapan sirtu atau pasir dan batu terdapat di sepanjang sungai sungai yang ada di

lembar batubara, terutama di sungai-sungai besar seperti Sungai Ogan, Sungai

Lengkayap, Sungai Lengkiti, Sungai Komering, Sungai Selabung dan Sungai

Saka, serta sungai-sungai lainnya.

II-10
Laporan Eksplorasi

Tabel 2.1.
Stratifikasi Regional Daerah Penelitian
ENDAPAN BATUAN SEDIMEN BATUAN GUNUNG BATUAN SEDIMEN
ZAMAN UMUR
PERMUKAAN (Lajur Bengkulu) (Lajur Barisan) (Lajur Palembang)
Satuan
Satuan
Endapan Rawa Batu
HOLOSEN Satuan Batuan
dan Aluvium Gunung
KUARTER Batu Breksi
Api
Gamping
Formasi
PLISTOSEN Formasi Ranau Formasi Kasai
Bitunan
Formasi
PLIOSEN Simpang Formasi Lakitan Formasi Muara Enim
Aur
Formasi
M IO SEN

AKHIR Formasi Bal Formasi Air Benakat


Lemau
TERSIER
TENGAH Formasi Formasi Gumai
AWAL Seblat Formasi Hulu Formasi Talang Akar
OLIGOSEN
EOSEN Formasi Kikim
PALEOSEN
AKHIR
KA P U R

TENGAH
AWAL
Formasi Garba
JURA
PRA TERSIER
MESOZOIKUM
AWAL
PALEZOIKUM
Formasi Taraf
AKHIR

2.1.3.. Struktur Geologi

Struktur regional yang membujur sepanjang lajur gunung api aktif di Bukit

Barisan adalah sesar geser ke kanan (dextral strike-slip fault) Semangko

dengan laju pergeseran lateral bervariasi : 6 mm/th di sekitar Selat Sunda di

Selatan; d a n -19 mm/th di daerah Danau Singkarak. Pergerakan sesar

Semangko di Sumatera bagian Tengah sebesar -20 mm/th. Pergerakan "dextraf'

dari sesar geser ini telah berlangsung sejak 15 juta tahun yang lalu hingga

sekarang.

II-11
Laporan Eksplorasi

Sejarah tektonika Lembar Baturaja secara nisbi sangat kompleks, meliputi peristiwa-

peristiwa tektonika sejak Paleozoikum akhir sampai Resen. Unsur unsur struktur

utamanya yang menguasai tektonika pada Tersier Akhir sampai Kuarter Awal adalah

sebagai berikut :

a. Pelipatan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penafsiran potret udara dan citra SAR,

serta informasi dari lembar-lembar yang bersebelahan, arah lipatan utama di

Lembar Baturaja ialah baratlaut-tenggara dan timur-barat. Struktur lipatan pada.

batuan pra-Tersier rupanya berhubungan dengan fasa awal dari perlipatan

timur-barat, dan fasa lanjut dari perlipatan tegak yang berarah baratlaut-

tenggara. Namun perlu ditegaskan bahwa belum pernah dilakukan analisis

struktur terhadap batuan pra-Tersier, batuan malihan berderajat rendah dari

Formasi Tarap, karena sangat sedikit pengamatannya.

Pengamatan lapangan, dipadukan dengan analisa stuktur yang terbatas,

menunjukkan bahwa batuan tersier dan kuarter telah mengalami pencenanggan

lebih sedikit. Bantuan tersebut telah terlipat melalui lipatan-lipatan tegak, terbuka,

dengan sumbu berarah baratlaut-tenggara sejajar dengan arah stuktur Sumatera.

Lipatan-lipatan di dalam batuan Tersier lebih rapat daripada di dalam batuan

Kuarter .

Tidak terdapatnya pelipatan yang berarah timur-barat di batuan Tersier dan yang

lebih muda, menunjukkan bahwa pencenanggan ini berumur pra-Tersier.

Kenyataan bahwa perlipatan berarah baratlaut-tenggara sangat umum terdapat,

baik di batuan Tersier maupun Pra-Tersier, Membuktikan bahwa perlip tan

tersebut berumur lebih muda. Pencenanggaan yang terjadi mempengaruhi semua

II-12
Laporan Eksplorasi

batuan yang berumur tua dari Holosen dan diduga berumur Plio-Piistosen.

b. Pensesaran

Dilembar Geologi Baturaja pensesaran pada batuan pra-Tersier lebih insentif

daripada di batuan Tersier yang menindihnya. Tetapi secara umum, arah sesar

yang sama terdapat di semua batuan yag berumur pra-Holosen. Arah sesar utama

ialah baratlaut-tenggara dan timur-baratdaya, dengan sedikit yang berarah utara-

barat laut-selatan tenggara sampai utara-selatan dan kira-kira timur-barat.

2.2. Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu

Belum ditemukan penyelidik dan hasil penyelidikan terdahulu yang terkait langsung

dengan kegiatan ekplorasi penambangan sirtu di sekitar lokasi kegiatan. Namun

penyeldiikan sejenis terkait dengan komoditas lain adalah :

Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi Wai

Selabung, Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Nama-nama

penyelidik adalah : Mochamad Nur Hadi, Arif Munandar, Dedi Kusnadi, Ahmad

Zarkasyi, Dendi Suryakusuma, Wiwid Joni, Asep Sugianto yang tergabung dalam

Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi. Hasil

penyelidikan dituangkan dalam Prosiding Hasil kegiatan Pusat Sumber Saya Geologi

Tahun 2011.

II-13

Anda mungkin juga menyukai