0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas stratigrafi dan sejarah geologi di daerah penelitian. Terdiri dari 7 formasi batuan mulai dari pra-Tersier hingga Kuarterner yang mencerminkan periode pra-vulkanisme, vulkanisme, hingga pasca-vulkanisme. Dimulai dari batuan metamorf pra-Tersier, kemudian terbentuk formasi karbonat dan vulkanik seperti lava dan tuff hingga akhirnya berakhir dengan formasi karbonat pasca aktiv
Dokumen tersebut membahas stratigrafi dan sejarah geologi di daerah penelitian. Terdiri dari 7 formasi batuan mulai dari pra-Tersier hingga Kuarterner yang mencerminkan periode pra-vulkanisme, vulkanisme, hingga pasca-vulkanisme. Dimulai dari batuan metamorf pra-Tersier, kemudian terbentuk formasi karbonat dan vulkanik seperti lava dan tuff hingga akhirnya berakhir dengan formasi karbonat pasca aktiv
Dokumen tersebut membahas stratigrafi dan sejarah geologi di daerah penelitian. Terdiri dari 7 formasi batuan mulai dari pra-Tersier hingga Kuarterner yang mencerminkan periode pra-vulkanisme, vulkanisme, hingga pasca-vulkanisme. Dimulai dari batuan metamorf pra-Tersier, kemudian terbentuk formasi karbonat dan vulkanik seperti lava dan tuff hingga akhirnya berakhir dengan formasi karbonat pasca aktiv
1. Batuan Dasar (Basement) Pra-Tersier Batuan dasar pra-tersier tersusun atas batuan metamorf hasil dari proses metamorfisme high-tempertature dan high-pressure, seperti skiss, gneiss, filit, kuarsit, marmer, serpertinit dan sebagainya. Pada batuan dasar Bayat, litologi yang ditemukan ialah skis, marmer, kuarsit dan filit dan diduga bahwa batuan dasar Bayat berbeda dengan batuan dasar pada Karang Sambung. 2. Formasi Wungkal-Gamping Formasi Wungkal-Gamping terendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar pra-tersier, yang sering juga disebut kelompok Eosen. Secara regional formasi ini tersusun atas litologi berupa konglomerat, batupasir kuarsa, batugamping numulit dan batulempung. Pada daerah pengamatan, litologi yang ditemukan berupa konglomerat alas yang merupakan hasil erosi dari batuan dasar, batugamping numulit dan batupasir kuarsa. Lingkungan pengendapannya mencerminkan endapan transgresif, dimana terjadi penghalusan keatas. Dari yang awalnya terbentuk konglomerat kemudian terbentuk batupasir kuarsa dan batugamping numulit yang terbentuk pada laut dangkal. 3. Formasi Kebo-Butak Formasi Kebo-Butak berumur Oligosen, tersebar secara regional dengan litologi berupa perselingan konglomerat, batupasir tufaan, serpih dan lanau, kemudian lava bantal dan intrusi diorite, mencirikan lingkungan pengendapan laut. Pada daerah pengamatan litologi yang ditemukan ialah lava bantal. 4. Formasi Semilir Formasi Semilir terendapkan secara selaras menjari di atas Formasi Kebo-Butak. Formasi ini merupakan hasil endapan proses vulkanisme yang amat besar, berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.Secara regional, litologi pada Formasi Semilir berupa lapilli tuff, batupasir tuffan, breksi autoklastik, dan breksi polimik hingga batupasir tuff karbonatan. Adapun litologi yang ditemukan pada lokasi pengamatan berupa pumice dan tuff. Lingkungan pengendapan dari formasi ini ialah lingkungan darat (terrestrial). 5. Formasi Nglanggeran Formasi Nglanggeran terendapkan secara selaras ataupun secara menjari di atas Formasi Semilir berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Lokasi tipenya berada di Desa Nglanggeran, dengan litologi berupa breksi dengan sisipan batupasir tuffan yang mencirikan endapan gravitasi di laut. Pada daerah penelitian litologi yang ditemukan berupa aglomerat. Lingkungan pengendapannya berupa lingkungan darat hingga laut, dikarenakan bahwa gunung api purba Nglanggeran diidentifikasi sebagai gunung api sub-aerial. 6. Formasi Sambipitu Formasi ini terendapkan selaras di atas Formasi Nglanggeran dengan litologi berupa batupasir tufaan, serpih dan lanau dengan umur Miosen Awal bagian tengah hingga Miosen Awal bagian akhir. Formasi Sambipitu merupakan akhir dari endapan vulkanisme dan peralihan menuju endapan post-vulkanisme. Pada daerah pengamatan litologi yang ditemukan merupakan breksi dan batupasir. 7. Formasi Wonosari Formasi Wonosari memiliki ciri litologi berupa batugamping terumbu dan batugamping berlapis yang kerap mengalami pelarutan yang tinggi dan membentuk morfologi karst. Satuan batuan formasi ini merupakan endapan carbonate platform berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Hadirnnya batugamping disini menandakan bahwa periode vulkanik sudah benar-benar terhenti sehingga terumbu dapat tumbuh dengan baik pada masa ini. Lingkungan pengendapan dari Formasi Wonosari ialah lingkungan laut dangkal (Neritik). Pada lokasi pengamatan litologi yang ditemukan ialah batugamping berlapis, sehingga diidentifikasi bahwa lokasi pengamatan tersebut merupakan bagian dari Formasi Wonosari bagian bawah.
Gambar III.1. Stratigrafi Zona Pegunungan Selatan Berdasarkan Lintasan Ekskursi Besar Geologi 2021
III.2. Sejarah Geologi
1. Periode Pra Vulkanisme Periode ini merupakan periode dimana aktivitas gunung api belum hadir. Litologi penyusun dari periode pra vulkanisme yaitu batuan malihan atau batuan metamorf dengan litologi filit dan hadir lensa marmer pada batuan filitnya. Nainya batuan basement yaitu batuan metamorf ke permukaan erat dikaitkan dengan adanya rifting mikrokontinen pada pola meratus. Hal ini juga yang dikaitjan antara Bayat dengan daerah Karangsambung yang diindikasikan merupakan pusat dari kegiatan tabrakan antara mikrokontinennya. Kemudian Secara tak selaras diendapakan batugamping Nummulites pada Fm Wungkal Gamping dan juga batupasir yang pada kenampakan lapangan berada diatas batugamping. Setelah itu ketiga formasi ini kemudian diterobos oleh hadirnya intrusi diorite Gunung Pendul. 2. Periode Vulkanisme Periode ini merupakan periode diantara mulai bertumbuhnya aktivitas gunung api hingga kejayaan gunung api. Periode ini dicirikan dengan hadirnya litologi litologi berupa material hasil erupsi gunung api seperti tuff, breksi piroklastik ataupun lava. Pada daerah kunjungan ditemukan lava bantal dengan litologi berupa andesit yang menandakan bahwa gunung api setengah dari tubuhnya terendam oleh air. Akibat hal ini melelehnya magma dan magma tersebut menyentuh dari air dan mengakibatkan terbentuknya lava bantal. Secara stratigrafi lava bantal ini masuk ke dalam Formasi Kebobutak. Setelah itu bukti lain dari kejayaan gunung purba Semilir yaitu hadirnya breksi piroklastik dengan fragmen berupa pumice. Breksi pumice ini masuk ke dalam Formasi Semilir dan menindih secara selaras diatas Formasi Kebobutak. Kejayaan gunung api masih terus berlangsung dengan bukti hadirnya batuan aglomerat yang secara stratigrafi masuk ke dalam Formasi Nglanggeran yang menindih secara selaras diatas Formasi Semilir. 3. Periode Pasca Vulkanisme Periode ini ditandai dengan berangsurnya atau mulai mereda nya aktivitas vulkanisme dan mengerosi batuan yang tua kemudian hadir Formasi Sambipitu. Formasi ini merupakan Formasi yang menjadi transisi antara periode vulkanisme dan pasca vulkanisme yang ada pad Zona Pegunungan Selatan. Formasi ini menindih tepat diatas Formasi Nglanggeran. Secara litologi batuannya adalah batupasir yang semakin ke atah dip dari perlapisannya menunjukkan adanya penambahan unsur karbonat yang semakin menguatkan indikasi bahwa formasi ini adalah batas transisi antara periode vulkanisme dan pasca vulkanisme didaerah kunjungan. Setelah itu diendapkan te[at di atasnya yaitu batuan karbonat berupa batugamping berlapis yang hadir dan secara stratigrafi masuk ke dalam Formasi Oyo. Dimulai dati Formasi Oyo lah kejayaan perioda karbonat dimulai yang kemudian diatasnya hadir Formasi Wonosari dan Kepek.