Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN
III.I Lokasi Pengamatan 1
Lokasi pengamatan ini berada pada daerah Bukit Cinta Watu Prahu, Bayat,
Klaten, Jawa Tengah dengan koordinat X = 463614, Y = 9141481. Terdapat batuan
metamorf yang merupakan basement dari pulau Jawa dan menarik untuk dikaji.
Basement merupakan batuan yang secara stratigrafi berumur paling tua.
Secara deskriptif, batuan yang dijumpai berupa batuan metamorf foliasi
dengan nama batuan filit. Batuan ini memiliki kedudukan foliasi N053°E/47°. Pada
singkapan ini terdapat point of interest berupa hadirnya lensa marmer yang
menyisip diantara filitnya. Hal tersebut berkaitan dengan rifting yang berhubungan
dengan daerah Kompleks Melange Lok Ulo di Karangsambung.
Kemudian pada timur dari batuan metamorf dengan jarak sekitar 100meter
dari lokasi tersebut dijumpai kontak antara batugamping fragmen Nummulites
Formasi Wungkal Gamping dengan batupasir Formasi Kebobutak dengan
kemiringan relatif ke arah selatan. Kedudukan lapisan batuan pada singkapan
tersebut N109°E/43°.

Gambar 3. 1 Singkapan Batuan metamorf Filit


Gambar 3. 2 Singkapan batupasir Formasi KeboButak

Gambar 3. 3 Singkapan grainstone di Watu Prau

III.II Lokasi Pengamatan 2


Lokasi pengamatan yang kedua berada di Wilayah Temas, Bayat, Klaten,
Jawa Tengah dengan koordinat X=464377; Y=9141337. Pada singkapan LP 2 ini
berkaitan dengan adanya duo porosity berupa batuan klastik (karbonat) dan
basement. Pada singkapan batuan beku terdapat kekar kekar atau fracture dan
batuan dalam kondisi lapuk yang diinterpretasikan memiliki porositas baik sebagai
akuifer. Selain itu singkapan tersebut menjadi penciri fracture basement reservoir.
Bagian bawah diinterpretasikan sebagai batuan yang lebih masif dan keras. Hal ini
terbukti dengan adanya sumur warga yang berdekatan dengan singkapan sebagai
sumber air baku bagi masyarakat sekitar yang tidak pernah surut karena adanya duo
porosity tersebut.
Gambar 3. 4 Batuan beku dengan kekar yang terisi oleh urat kalsit dan sumur dengan duo porosity

Gambar 3.5 Singkapan kontak batuan beku dan napal

III.III Lokasi Pengamatan 3


Lokasi pengematan ketiga terdapat di Wonogiri, Jawa Tengah dengan
koordinat X=490180; Y=9138339 dan elevasi 163 mdpl. Pengamatan dilakukan di
core storage yang dikelola oleh PT. Alexis. Sampel batuan inti pemboran yang
diamati berasal dari prospek Randukuning. Dalam pengamatan core terdapat
beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain jenis litologi, alterasi,
struktur, dan tekstur. Hal tersebut dapat mempermudah dalam pengidentifikasian
sampel inti batuan. Sampel batuan inti pemboran PT. Alexis diinterpretasikan
berupa batuan mikrodiorit dengan kenampakkan urat mineralisasi endapan
epitermal sulfidasi tinggi (high sulphidation).

Gambar 3. 6 Beberapa Core batuan dengan jenis vein tertentu

III.IV Lokasi Pengamatan 4


Lokasi pengamatan ini berada di wilayah Pacitan, Jawa Timur dengan
koordinat X=497980; Y=9106114 dan pada elevasi 412 mdpl. Singkapan ini
memiliki tinggi ±8meter dengan lebar singkapan ±15 meter. Bidang perlapisan
batuan berorientasi N105°E/15°. Singkapan batuan perselingan batugamping dan
batupasir – batulanau karbonatan, serpih dengan setempat dijumpai sisipan lapisan
batubara tingkat rendah (lignit).
Pada awalnya ditemukan batugamping terumbu yang menginterpretasikan
lingkungan pengendapan marine. Kemudian adanya sisipan batubara tingkat
rendah dapat menginterpretasikan bahwasanya dahulu wilayah tersebut merupakan
rawa. Kemudian terdapat proses transgresi yaitu kenaikan muka air laut sehingga
terendapkan batugamping. Oleh karena itu dapat diketahui proses perubahan
lingkungan pengendapan dari marine ke darat kemudian ke marine lagi. Singkapan
ini merupakan anggota Formasi Nampol dengan lingkungan pengendapan zona
transisi dan batugamping terbentuk pada daerah lagoon.

Gambar 3. 7 Singkapan batuan perselingan batugamping dan batupasir – batulanau karbonatan

Gambar 3. 8 Litologi batuan perselingan batugamping dan batupasir – batulanau karbonatan

III.V Lokasi Pengamatan 5


Lokasi pengamatan ke lima ini merupakan salah satu geopark dan museum
karst pertama di Indonesia tepatnya di Daerah Pracimantoro, Wonogiri, Jawa
Tengah dengan koordinat X=476107; Y=9111207 dan elevasi 296 mdpl. Kars
Gunung Sewu berkembang pada lapisan batugamping berumur Miosen Tengah-
Pliosen. Satuan batugamping yang berkembang menjadi kars dikenal sebagai
Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Setempat berkembang Formasi Kepek
sebagai satuan batugamping yang termuda di Gunung Sewu. Karstifikasi Gunung
Sewu dimulai Ketika batugamping terangkat pada permulaan kuarter yang
membentuk deretan undak pantai. Kars wilayah Gunung Sewu memiliki tipe berupa
tipe kerucut tropis. Terdapat beberapa bentukan bentang alam dari proses
pembentukan kars di Gunung Sewu seperti ovala, polje, stalaktit, stalakmit, conical
hills, sungai bawah tanah, gua, dll.

Gambar 3. 2 Beberapa ornament dan penjelasan mengenai karst

III.VI Lokasi Pengamatan 6


Lokasi pengamatan ini berlokasi di Klaster Dayu, Sragen, Jawa Tengah
dengan koordinat X=483003; Y=9173869 dan elevasi 144 mdpl. Lokasi ini
merupakan suatu museum yang digunakan untuk memperingati jalan Panjang
pencarian alat batu tertua tinggalan manusia purba Jawa, me-reka rupa alam
Sangiran dari hasil telaah.
Pada museum tersebut terdapat beberapa singkapan tertentu. Pertama
terdapat singkapan berupa lapisan pasir anggota Formasi Kabuh bagian atas dari
kala Pleistosen Tengah yang berumur sekitar 350.000 tahun yang lalu. Kedua
terdapat singkapan sedimen pasir dengan struktur silang siur dan merupakan bagian
dari Formasi Kabuh. Struktur ini terbentuk oleh arus air sungai yang lemah dengan
arah aliran yang berubah-ubah. Lapisan ini terendapkan sekitar 400.000 tahun yang
lalu. Ketiga terdapat lapisan horizon tipis caliche pada lapisan pasir anggotaFormasi
Kabuh menunjukan bahwa sekitar 400.000 tahun yang lalupernah terjadi iklim yang
sangat panas dan kering.

Gambar 3. 10 Singkapan Caliche Formasi Kabuh

Selain itu terdapat beberapa penemuan-penemuan fosil sebagai penciri


formasi tertentu.

Gambar 3. 11 Beberapa fosil yang ada di Museum Klaster Dayu

III.VII Lokasi Pengamatan 7


Lokasi pengamatan ke 7 ini merupakan Bendungan Kedungombo yang
berada di Sragen, Jawa Tengah dengan koordinat X=482760; Y=9197232 dan
elevasi 116 mdpl. Kedungombo merupakan salah satu contoh bangunan hasil
rekayasa keteknikan. Bendungan Kedung Ombo ini berada di atas Formasi Kerek
berumur Miosen, dengan litologi yang menyusun lokasi bendungan berupa
batugamping kalkarenit dan lempung gampingan asal Formasi Kerek, serta napal
masif berselingan dengan batupasir tufaan asal Formasi Kalibeng. Bendungan
Kedung Ombo merupakan bendungan dengan tipe Bendungan Urugan. Selain itu
Bendungan Kedung Ombo ini juga dimanfaatkan sebagai penggerak generator
PLTA yang menghasilkan listrik berkekuatan 22,5 MW.
Gambar 3. 12 Bangunan bendungan Kedungombo

III.VIII Lokasi Pengamatan 8


Lokasi pengamatan ini merupakan mud volcano Kuwu atau lebih dikenal
sebagai bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten
Grobogan, berjarak sekitar 28 km kearah timur dari kota Purwodadi dengan
koordinat X=513368; Y=9213427 dan elevasi 59 mdpl. Di lapangan dapat diamati
letupan-letupan lumpur yang bercampur air dan gas. Air Lumpur yang ada di
Bledug Kuwu juga banyak mengandung garam. Adanya fragmen rijang dan sekis
yang yang terbawa bersama letupan umpur, menunjukkan bahwa sumber lapisan
batuan dari mud volcano ini cukup tua. Material yang dikeluarkan berupa lumpur,
air, gas, dan batuan. Material lumpur, air, gas dan batuan dapat menuju ke
permukaan dikarenakan tekanan tubuh lumpur karena tekanan pembebanan
sedimentasi (overburden pressure) yang didapat saat pengendapan formasi batuan.
Gambar 3. 3 Material lumpur yang dihasilkan dari Bledug Kuwu

III.IX Lokasi Pengamatan 9


Lokasi pengamatan 9 terletak di daerah Polaman, Blora, Jawa Tengah
dengan koordinat X=548745; Y=9236889 dan elevasi 129 mdpl. Singkapan
batupasir kuarsa Formasi Ngrayong dengan bagian bawah singkapan tersusun oleh
batulempung karbonan yang berubah ke arah atas menjadi batulempung berseling
dengan batupasir dan batuserpih. Menuju ke arah atas secara gradasional dijumpai
lapisan batugamping. Perubahan batuan pada Formasi Ngrayong ini menunjukkan
perubahan lingkungan dari daerah transisi menuju laut dangkal. Singkapan ini
berada pada bagian antiklin Polaman sayap selatan. Batupasir kuarsa ini berperan
sebagai batuan reservoir dalam suatu sistem petroleum Zona Rembang.

Gambar 3. 14 Litologi batupasir kuarsa Formasi Ngrayong


Gambar 3. 15 Litologi batulempung karbonan

Gambar 3. 16 Litologi batugamping

III.X Lokasi Pengamatan 10


Lokasi Pengamatan berada di tepi jalan dan sungai dengan singkapan
berupa batulempung Formasi Mundu yang diinterpretasikan sebagai seal rock yang
berumur Miosen-Pliosen. Singkapan ini menjadi salah satu bukti adanya petroleum
system yang berkembang di zona Rembang. Diinterpretasikan lingkungan
pengendapan yang berkembang berupa laut dalam.

Gambar 3. 17 Batulempung Formasi Mundu


III.XI Lokasi Pengamatan 11
Lokasi singkapan ini berada di daerah Batokan, Bojonegoro, Jawa Timur
dengan koordinat X=566995; Y=9210315. Pada lokasi ini dijumpai fenomena
rembesan minyak dan gas yang membentuk genangan minyak. Rembesan minyak
dan gas ini muncul keluar pada litologi batulempung Formasi Lidah. Fenomena
rembesan minyak dan gas ini menunjukkan pada Cekungan Rembang terdapat
sistem perminyakan yang cukup baik.

Gambar 3. 18 Rembesan minyak di Daerah Batokan

III.XII Lokasi Pengamatan 12


Singkapan ini terletak di Kawengan dengan koordinat X=576256;
Y=9218600 dan elevasi 196 mdpl. Pada lokasi ini dijumpai singkapan batupasir
kuarsa berseling dengan kalsirudit. Singkapan ini merupakan bagian dari antiklin
yang berada di Area Kawengan. Orientasi jurus perlapisan berarah baratlaut-
tenggara. Rekonstruksi dari semua data singkapan yang berada di Area Kawengan
ini dapat menunjukkan adanya perlipatan yang berupa antiklin. Hal ini ditunjukkan
oleh orientasi kemiringan jurus perlapisan dan urutan formasi batuan.

Gambar 3. 4 singkapan batupasir kuarsa berseling dengan kalsirudit


III.XIII Lokasi Pengamatan 13
Singkapan ini terletak di Daerah Kawengan dengan koordinat X=577349;
Y= 9219793 dan elevasi 192 mdpl. Pada lokasi ini dijumpai singkapan batupasir
karbonatan berseling dengan batulanau karbonatan. Litologi ini termasuk dalam
Formasi Ledok. Singkapan ini merupakan bagian dari antiklin Sayap utara yang
berada di Area Kawengan. Orientasi jurus perlapisan berarah baratlaut-tenggara
dan kemiringan perlapisan N355°E/20°. Orientasi jurus dan kemiringan perlapisan
batuan dapat digunakan sebagai bukti dari posisi batuan pada bagian sayap utara
antiklin.

Gambar 3. 20 Bagian Singkapan antiklin sayap utara

Anda mungkin juga menyukai