Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK MIKROFASIES BATUAN KARBONAT SEBAGAI RESERVOIR

HIDROKARBON BERDASARKAN DATA OUTCROP


FORMASI KAIS CEKUNGAN SALAWATI
DISTRIK KLAYILI, KABUPATEN SORONG
PROPINSI PAPUA BARAT

Loreta Johanna M. Wongkey Osok¹, Conrad Danisworo², Achmad Subandrio³.

Magister Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta¹


e- mail : loretaosok2015@gmail.com
Magister Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta²
Magister Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta³

Abstrak

Jebakan hidrokarbon di Cekungan Salawati terdapat di Formasi Kais, batuan penyusun


Formasi Kais berupa batugamping kompleks terumbu dan paparan yang tersesarkan. Penelitian
tentang fasies Formasi Kais sebagai reservoir hidrokarbon ini telah banyak dilakukan dengan
menggunakan data bawah permukaan yaitu data pengeboran dan data seismik. Belum adanya data
atau penelitian tentang fasies Formasi Kais dengan menggunakan data outcrop terutama di daerah
Klayili ini yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian di daerah ini.
Berdasarkan pengamatan lapangan batuan karbonat Formasi Kais tersususn atas kalsilutit,
kalkarenit, batugamping terumbu dan batugamping kristalin. Sedangkan hasil analisis petrografi
menunjukan batuan karbonat Formasi Kais tersusun atas mudstone, wackstone, packstone, grainstone,
boundstone dan cristaline carbonate. Jenis platform yang berkembang didaerah telitian adalah
platform carbonate rimmed shelf, pembagian mikrofasies terdiri dari tiga jenis fasies yang
berkembang yaitu Facies Zone 8 (Restricted Circulation Shelf and Tidal Flats), Facies Zone 7 (Shelf
Lagoon Open Sirculation) dan Facies Zone 5 (Organic Build Up). Hasil analisis proses sedimentasi
berada pada lingkungan pengendapan Neritik Tepi (0 – 30 m) yaitu inner shelf-shallowest open
marine (inner neritic or shallow inner sublittoral). Secara petrografi batugamping Formasi Kais
daerah Klayili memiliki porositas yang telah banyak dipengaruhi oleh proses diagenesa yaitu proses
pelarutan oleh air meteorik, hal ini ditunjukan dengan adanya sebagian besar rongga-rongga porositas
baik inter dan intrapartikel batuan pada seluruh daerah penelitian telah terisi oleh sparit serta sedikit
limonit, dan sebagian telah mengalami proses rekristalisasi diduga akibat proses tektonik, sehingga
mengakibatkan reservoir quality yang buruk.

Kata kunci : Cekungan Salawati, Formasi Kais, reservoir, mikrofasies .

Abstract

The hydrocarbon trap in the Salawati Basin is found in the Kais Formation, the constituent rock of
the Kais Formation in the form of reef complex limestones and raised exposure. Research on the
facies of Kais Formation as a hydrocarbon reservoir has been carried out using subsurface data,
namely drilling data and seismic data. The absence of data or research on the facies of the Kais
Formation by using outcrop data, especially in the Klayili area, is the basis for the authors to conduct
research in this area.

Based on observations of the Kais Formation carbonate rock field composed of calcilutite,
calcarenite, reef limestones and crystalline limestones. While the results of petrographic analysis
show that the carbonate formations of Kais Formation are composed of mudstone, wackstone,
packstone, grainstone, boundstone and cristaline carbonate. The type of platform that is developing in

1
the research area is the rimmed shelf carbonate platform, the division of microfinance consists of
three types of facies that develop namely Facies Zone 8 (Restricted Circulation Shelf and Tidal Flats),
Facies Zone 7 (Open Sirculation Lagoon Shelf) and Facies Zone 5 (Organic Build Up). The results of
the analysis of the sedimentation process are in the Neritik Edge depositional environment (0-30 m)
which is the inner shelf-shallowest open marine (inner neritic or shallow inner sublittoral). In
petrographic limestone, Klayili Kais Formation has porosity which has been heavily influenced by
diagenesis process, namely the dissolution process by meteoric water, this is indicated by the
presence of most porosity cavities in both inter and intraparticle rocks in all study areas filled with
sparit and few limonite and some have undergone a recrystallization process thought to be due to
tectonic processes, resulting in poor reservoir quality.

Keywords: Salawati Basin, Kais Formation, reservoir, microfacies.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan atas peneliti


terdahulu yang menghasilkan pendapat yang
Cekungan Salawati diperkirakan berbeda tentang lingkungan pengendapan
terbentuk selama waktu Miosen dan fasies Formasi Kais (Vinclete (1973),
mengalami penurunan yang sangat intensif Gibson-Robinson dan Soedirdja (1986),
pada waktu Pliosen hingga Pleistosen yang Satyana (2003)), yang semuanya menggukan
diasumsikan sebagai akibat dari pergerakan data bawah permukaan. Belum adanya
Sesar Sorong (Pireno, 2005). Salah satu penelitian tentang fasies karbonat Kais ini
formasi yang diketahui sebagai reservoir mendorong penulis untuk melakukan
minyak dan gas bumi pada Cekungan penelitian ini sehingga diharapkan dari data
Salawati adalah Formasi Kais. Formasi ini permukaan fasies karbonat Kais ini bisa
diperkirakan terbentuk sejak Awal Miosen. mendukung data-data peneliti sebelumnya,
Batuan sumber Cekungan Salawati berasal terlebih khusus untuk mengetahui
dari marine shales batu lempung dan serpih karakteristik mikrofasies karbonat Kais
Formasi Klasafet, batugamping Formasi Kais daerah Klayili sebagai reervoir hidrokarbon.
dan batulempung dan serpih pada Formasi Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui
Klasaman Awal. Jebakan hidrokarbon di jenis lithofasies, analisis jenis platform
Cekungan Salawati terdapat di Formasi Kais karbonat, analsis tipe mikrofasies (Flugel,
berupa kompleks terumbu karbonat dan 1982) yang dikaitkan dengan klasifikasi zona
karbonat paparan yang tersesarkan. fasies (Wilson, 1975), analisis proses
Penelitian tentang fasies Formasi Kais sedimentasi dan siklus karbonat serta
sebagai reservoir hidrokarbon ini telah hubungan fasies karbonat Kais dengan
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti daerah Klayili dengan reservoir hidrokarbon
sebelumnya yang sebagian besar Formasi Kais.
menggunakan data bawah permukaan yaitu Metode yang digunakan untuk penelitian
data pengeboran dan data seismik. Belum ini berupa pengambilan data lapangan
adanya data atau penelitian tentang fasies (outcrop) dengan melakukan pengukuran
Formasi Kais dengan menggunakan data stratigrafi rinci (MS) pada 3 (tiga) lintasan
outcrop terlebih khusus di daerah Klayili ini pengukuran dan kemudian sampel batuan
mendorong penulis untuk melakukan dari lapangan diambil untuk dilakukan
penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat analisis petrografi yaitu sebanyak 30 (tiga
memberikan hasil mengenai perubahan facies puluh) sampel. Hasil analisis petrografi inilah
pada penyebaran secara lateral dan vertikal yang dipakai untuk menentukan karakteristik
yang merupakan factor yang sangat penting dari mikrofasies batuan karbonat Kais. Untuk
sebagai reservoir batugamping pada Formasi menentukan umur batuan dilakukan dengan
Kais dengan mengunakan data permukaan analisis mikrofosil serta klasifikasi huruf
(outcrop). tersier berdasarkan foraminifera besar yang
terdapat pada sayatan petrografi.

2
2. Lokasi Penelitian 3.1 Tatanan Tektonik
Daerah penelitian secara administratif Secara regional, tektonik Indonesia Timur
terletak di Distrik Klayili Kabupaten Sorong dikontrol oleh adanya interaksi antara
Papua Barat, dan secara UTM terletak di Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik
9901310 - 9897528 dan 792332 - 787460. yang mengakibatkan telah terjadinya
Lokasi Penelitian di jangkau dengan deformasi tektonik di daerah Kepala Burung,
menggunakan kendaraan roda dua (motor) Papua. Lempeng Benua Indo-Australia yang
maupun kendaraan roda empat (mobil). Jarak bergerak ke utara sebagai passive margin
waktu tempuh dari Bandara DEO Sorong bertemu dengan Lempeng Samudera Pasifik
sekitar 2 jam sampai ke Klayili. Kemudian yang bergerak relatif ke arah barat sejak kala
dilanjutkan dengan berjalan sejauh ± 4 km Miosen Tengah yang diasumsikan telah
atau sekitar 1 jam perjalanan. dikarenakan mengakibatkan berkembangnya sesar
akses jalan yang rusak tidak bisa dilalui mendatar sinistral Sorong (Hamilton, 1979).
kendaraan, serta harus melakukan flying Adanya interaksi antara pergerakan Lempeng
camp karena jauh dari permukiman. Australia dan Lempeng Samudera Pasifik ini
yang menyebabkan terjadinya pergerakan
16616 mendatar Sesar Sorong, yang diduga juga
sebagai penyebab terbentuknya Cekungaan
Salawati.
Lokasi Penelitian Ada beberapa periode patahan
terindentifikasi dalam cekungan ini, tetapi
yang paling ekstensif berkembang adalah
patahan-patahan yang terjadi pada kala
Pliosen hingga Pleistosen (Harper et al.,
1978). Diinterpretasikan bahwa patahan-
patahan yang sifatnya tensional ini bisa
bertindak sebagai jalur-jalur migrasi vertikal
bagi hidrokarbon dari dapur hidrokarbon ke
struktur perangkap yang mempunyai
75964 reservoar berkualitas baik, seperti batupasir
98525 98155 Sirga, batugamping terumbu Kais bawah dan
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian (Peta Administrasi batugamping terumbu Kais bagian atas,
Kab. Sorong, 1999) batupasir dan batugamping terumbu Formasi
Klasaman yang berumur Pliosen.
3. Geologi Cekungan Salawati
Cekungan Salawati merupakan salah satu
cekungan sedimentasi yang terletak di Papua
Barat, yang sudah dikenal sebagai cekungan
tersier pengahasil minyak yang besar di
kawasan Indonesia Bagian Timur. Cekungan
ini berarah timur-barat terletak di batas utara
Lempeng Benua Australia yang bergerak
kearah utara sebagai passive margin yang
berbatasan dengan Lempeng Samudra Pasifik
yang bergerak relatif kearah barat dan di
batasi oleh adanya sesar mendatar regional
yaitu Sesar Sorong. Cekungan Salawati
berkembang dibagian selatan Sesar Sorong
dan perkembangan cekungannya di kontrol Gambar 1. Peta Tatanan Tektonik di daerah Kepala
oleh pergerakan sesar besar mendatar ini Burung Papua yang memperlihatkan bahwa Cekungan
(Hamilton, 1979). Salawati dibatasi oleh Sesar Sorong di bagian Utaranya
(Satyana, 2003).

3
3.2 Tatanan Stratigrafi batupasir kuarsa, batupasir konglomeratan
3.2.1 Batuan Pra-Tersier dengan sisipan batulempung abu-abu dan
Batuan pra-Tersier tertua yang pernah batubara, batupasir abu-abu yang mengandug
tertembus sumur pemboran adalah Formasi lapisan-lapisan tipis konsentrasi sisa fosil
Kemum yang berumur Silur-Devon yang tanaman. Di bagian timur cekungan, Formasi
terdiri dari batuan metamorf berderajad Sirga teridiri dari selang-seling konglomerat
rendah yang dicirikan dengan ditemukannya yang berbutir kasar dengan fragmen kuarsa,
fosil Graptolites berumur Silur dan menyudut tanggung, sortasi buruk dengan
Ostracoda yang berumur Devon. Batuan batupasir konglomeratan, batupasir dan
metamorf ini berasal dari batulempung yang batulempung. Dengan ditemukannya lapisan-
berwarna kehitaman-coklat tua disisipi lapisan batubara dan fosil-fosil sisa tanaman
batupasir kuarsa tipis-tipis. diperkirakan diendapkan dilingkungan
Formasi Aifam terdiri dari batulempung pengendapan air dangkal dan paralik yang
laut dangkal yang berumur Karbon Akhir dan mengandung banyak kerogen spropel yang
selang-seling batulempung, batupasir dan tidak berstruktur.
batubara yang diendapkan dalam lingkungan Setelah pengendapan Formasi Sirga,
laut dangkal hingga sistem delta, serta kemudian disusul terjadinya fase transgresi
mengalami sedikit metamorfosa. mulai akhir Kala Oligosen Akhir, muka air
Formasi Kembelangan merupakan laut kembali naik dan menggenangi wilayah
formasi yang berumur Jura-Kapur, terdiri Cekungan Salawati. Pada fase transgresi ini
dari endapan tuff hasil kegiatan vulkanik dan diendapkan secara tidak selaras batulempung
intrusi yang menyertai tektonik di daerah itu. gampingan, batugamping paparan dan
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras batugamping terumbu Formasi Kais. Formasi
di atas formasi sebelumnya. Kais dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
Formasi Kais bagian bawah dan Formasi
3.2.2 Batuan Tersier Kais bagian atas.
Menurut Pireno (2005), batuan berumur Formasi Kais bagian bawah yang berumur
Tersier yang diendapkan dalam Cekungan Miosen Awal terdiri dari batugamping
Salawati adalah batuan-batuan yang paparan dan batugamping terumbu yang
tergolong dalam Formasi Fumai, Formasi disebut sebagai horizon intra-Kais dan hanya
Sirga, Formasi Kais, Formasi Klasafet, berkembang di daerah sub-cekungan Matoa
Formasi Klasman dan Formasi Sele. di bagian utara Cekungan Salawati. Batuan-
Formasi Fumai terdiri dari batupasir, batuan karbonat ini diendapkan di daerah
batulempung, batugamping dan dolomite paparan laut dangkal yang luas. Pada daerah
yang diendapkan dalam lingkungan yang mempunyai energi gelombang yang
pengendapan yang berbeda-beda, tidak lebih besar batugampingnya tumbuh sebagai
selaras menumpang di atas batuan metamorf batugamping terumbu dan pada daerah yang
Formasi Aifam berumur Perm. bagian selatan mempunyai energi rendah berkembang
dari cekungan Formasi Fumai berkembang sebagai batugamping paparan dan
sebagai batugamping terumbu dan batulempung gampingan. Pada saat
batugamping paparan. Pada awal pengendapan Formasi Kais bagian bawah ini,
pengendapan, saat mulai fase transgresi telah terjadi penurunan muka air laut yang
batugamping Fumai diendapkan berkembang singkat sehingga batugamping Formasi Kais
sebagai batugamping terumbu, kemudian bagian bawah ini tersingkap ke permukaan
disusul dengan pengendapan batugamping yang telah mengakibatkan berkembangnya
lempungan diendapkan dalam lingkungan porositas sekunder, karena adanya proses
laut yang agak dalam pada fase transgresi pelarutan oleh air tawar di bagian
akhir. permukaan. Berkembangnya porositas
Formasi Sirga diendapkan secara tidak sekunder ini menjadi reservoir baik minyak
selaras di atas batugamping Formasi Fumai, maupun gas dalam perangkap batugamping
tetapi ke arah daerah tinggian Formasi Sirga terumbu.
membaji di atas batuan dasar. Formasi Sirga Pada kala Miosen Tengah hingga Miosen
yang ditemukan di desa Sirga terdiri dari Akhir terjadi lagi fase transgresi sehingga

4
dengan naiknya muka air laut ini kemudian Formasi ini bisa berfungsi sebagai batuan
disusul lagi dengan pengendapan penutup di Cekungan Salawati.
batugamping Formasi Kais bagian atas. Di Kemudian pada akhir kala Pliosen
daerah tinggian Matoa, batugamping ini di terjadilah pengangkatan pada paparan
endapkan sebagai batugamping paparan yang Ayamaru di bagian timur cekungan dan juga
menutupi bataugamping terumbu Formasi daerah di utara Sesar Sorong yang akan
Kais bawah dan bisa berfungsi sebagai menjadi sumber dari batuan-batuan klastik
batuan penutup bagi batugamping kasar hingga halus yang diendapkan pada
terumbunya. Di daerah Kasim-Jaya-Walio Formasi Klasaman bagian atas dan Formasi
batugamping ini berkembang sebagai Sele terdiri dari batulempung, batuan
batugamping terumbu dan carbonate bank, sedimen klastik kasar, konglomerat atau
sebagai batuan reservoar utama di wilayah aglomerat menumpang secara tidak selaras di
ini. Dan di lepas pantai bagian selatan di atas Formasi Klasaman. Batuan-batuan
lapangan minyak STA-STC batugamping Formasi Sele banyak tersingkap di daerah
Formasi Kais bagian atas ini berkembang Sorong dan sekitarnya.
sebagai batugamping terumbu yang
berkembang menjadi batuan reservoar utama 4. Geologi Daerah Klayili
di lapangan ini. Geologi daerah Klayili yang merupakan
Pada saat akhir pengendapan lokasi penelitian merupakan bagian dari
batugamping Formasi Kais bagian atas ini, Formasi Kais yang tersingkap ke permukaan
mulai terjadi transgresi sehingga di atas dengan litologi penyusun berupa Satuan
batugamping Kais ini diendapkan Batugamping Kais (Tmka) termasuk
batulempung yang diendapkan di lingkungan didalamnya Kalsilutit, biokalkarenit,
pengendapan laut dangkal secara membaji di biokalsilutit dan biokalsirudit. Secara
atas batugamping Kais. Fasies batulempung stratigrafi terendapkan secara selaras menjari
ini kemudian disebut sebagai Formasi dengan Formasi Kais yaitu Formasi
Klasafet. Klamogun dan Formasi Klasafet yang
Formasi Klasafet terdiri dari batulempung berumur Miosen. Struktur geologi yang
dengan sisipan-sisipan batugamping tipis berkembang di secara regional adalah sesar
yang diendapkan pada saat mulai terjadinya mendatar dan antiklin.
fase transgresi setelah pengendapan
batugamping Formasi Kais dalam lingkungan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendapan laut dangkal tertutup yang
membaji di atas batugamping Kais di bagian 5. Geologi Daerah Klayili
utara dan selatan. Pengendapan Formasi Geologi daerah Klayili khususnya pada
Klasafet diakhiri dengan pengendapan daerah penelitian dapat dijelaskan sebagai
batugamping laut dalam yang disebut sebagai berikut:
batugamping Textularia, dan tumbuh sebagai
batugamping terumbu meja disebut sebagai 5.1 Geomorfologi
batugamping Klaili. 5.1.1 Satuan Geomorfik Bentukan Asal
Bersamaan dengan mulai aktifnya sesar Desudasional, Sub Satuan Geomorfik
mendatar Sorong, Cekungan Salawati juga Piedmonts (D8).
mengalami penurunan yang intensif selama Satuan ini ditandai Lereng landai
kala Pliosen sehingga diendapkalah Formasi menengah, topografi bergelombang kuat
Klasaman yang diendapkan secara selaras di pada kaki atau perbukitan dan zona
atas Formasi Klasafet. Formasi Klasaman pegunungan yang terangkat, tersayat
terdiri dari batulempung laut dalam yang menengah, menempati sekitar 15,62 % dari
bersisipan batupasir dan batugamping. keselurahan daerah penelitian. Berdasarkan
Karena sangat intensifnya penurunan klasifikasi relief sudut lereng dan beda tinggi
cekungan sehingga Formasi Klasaman (van Zuidam-Cancelado, 1979) maka
mempunyai ketebalan yang sangat signifikan termasuk dalam topografi tersayat kuat
yaitu mencapai sekitar 7.000-8.000 kaki. dengan kemiringan lereng 3-7 %. Litologi
penyusun satuan geomorfik ini berupa
batulempung.

5
5.1.1 Satuan Geomorfik Bentukan Asal komposisi terdiri dari material karbonat
Karst, Sub Satuan Geomorfik Karst/ dan mineral kalsit.
Denudation Slope and Hills (K2) - Batugamping terumbu: warna abu-abu
Satuan ini ditandai topografi dengan gelap, tekstur nonklastik, struktur
lereng menengah-curam, bergelombang kuat- pertumbuhan kerangka, komposisi koral
berbukit, permukaan tak teratur dengan dan mineral kalsit.
kemungkinan dijumpai lapies, depresi hasil - Batugamping kristalin: warna abu-abu
pelarutan dan sedikit lembah kering. terang, tekstur nonklastik, struktur masif,
Mempunyai morfologi perbukitan komposisi terdiri dari mineral kalsit.
berkelompok, menempati sekitar 74,4 % dari
keselurahan daerah penelitian. Morfostruktur Berdasarkan analisis mikrofosil (zonasi
aktif yang berkembang berupa kekar dan Blow, 1969) satuan batugamping Kais
sesar, memiliki resistensi yang sedang berumur akhir Miosen Tengah – Miosen
sampai tinggi, dengan batuan berbutir halus Akhir ( N13-N17), di endapkan pada
sampai kasar. Berdasarkan klasifikasi relief lingkungan bathimetri neritik tepi pada
sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam- kisaran kedalaman 0 – 30 meter.
Cancelado, 1979) maka termasuk dalam
topografi bergelombang kuat – perbukitan Satuan ini merupakan satuan tertua yang
dengan kemiringan lereng 14-20 %, beda tersingkap di daerah penelitian, batas
tinggi 187 m – 437,5 m. Tingkat erosi dan bawahnya tidak diketahui karena tidak
pelapukan sedang, terdapat lembah-lembah tersingkap. Sedangkan batas atasnya
kering dan sungai yang berkembang adalah memiliki hubungan pengendapan selaras
jenis sungai intermiten, dimana pola aliran menjari dengan satuan satuan batulempung
yang berkembang adalag pola aliran pinnte. dari Formasi Klasafet.
Litologi penyusun satuan geomorfik ini
berupa batugamping.
Proses-proses geologi yang telah
berlangsung pada daerah penelitian dikontrol
oleh litologi, struktur geologi dan morfologi
(proses) yang membentuk stadia daerah.
terdapat sungai bawah permukaa serta
sungai-sungai musim penghujan atau sungai
intermittent dengan bentuk lembah yang
lebar. Berdasarkan pengamtan pada peta pola
pengaliran yang didasarkan atas klasifikasi
Howard (1967), maka jenis pola pengaliran
pada daerah penelitian dapat dikategorikan Gambar 2. Singkapan batugamping pada Lp 12,
kedalam jenis pola pengaliran pinnate. lokasi Gliyu daerah Klayili (Penulis, 2018)
5.2.2 Satuan Batulempung
5.2 Stratigrafi Satuan ini termasuk dalam Formasi
5.2.1 Satuan Batugamping Kais Klasafet, tersingkap baik didaerah penelitian.
Penamaan batuan berdasarkan Berdasarkan pada pengamatan lapangan
pengamatan di lapangan (Grabau, 1904), maka litilogi Satuan ini hanya tersusun oleh
maka satuan batugamping Kais tersusun atas: lempung dengan warna abu-abu gelap,
- Batugamping kalsilutit: warna abu-abu struktur britle, ukuran butir lempung, bentuk
terang, tekstur klastik, struktur berlapis, butir membundar, pemilahan baik, kemas
ukuran butir lempung-lanau, komposisi tertutup, matrik lempung, semen silika.
terdiri dari fosil cangkang bivalvia dan Penentuan umur satuan ini didasarkan pada
material karbonat serta mineral kalsit. umur regional yaitu diendapkan pada Miosen
- Batugamping kalkarenit: warna abu-abu, Akhir. Satuan ini merupakan satuan paling
tekstur klastik, struktur masif, ukuran muda yang tersingkap di daerah penelitian,
butir pasir sangat halus-pasir kasar, batas bawahnya batugamping Kais dengan
hubungan stratigrafi selaras menjari,

6
sedangkan batas atas tidak diketahui karena
tidak tersingkap.

Gambar 3. Kenampakan satuan batulempung, lokasi Gambar 4. Penarikan kelurusan dan struktur pada
SRTM (2009)
Klaii daerah Klayili (Penulis, 2018)

5.3 Struktur Geologi


Analisis struktur geologi terhadap daerah
penelitian dilakukan melalui pendekatan
tidak langsung, yaitu dengan cara
menginterpretasikan gejala struktur di
lapangan dengan menarik kelurusan pada
peta topografi dan citra satelit (SRTM). Hasil
pengolahan tersebut berupa diagram roset Arah tegasan
yaitu arah tegasan utama dan kinematika
Arah tegasan utama
pergerakan sesar.
Dari penarikan pola kelurusan Gambar 5. Hasil pengolahan data struktur
punggungan dan struktur di daerah penelitian menunjukan arah tegasan utama baratlaut-tenggara
yang dilakukan pada citra satelit (Gambar (Penulis, 2018).
5.4) dengan mengunakan gabungan software
Global Mapper, ArcGis dan RockWoks14,
didapatkan arah umum (Gambar 5.5) yang 6. Analisis Jenis Karbonat Platform
setelah kemudian dielaborasi dengan data- Analisis jenis platform pada daerah
data lapangan menunjukkan arah tegasan penelitian dilakukan berdasarkan pembagian
utama baratlaut-tenggara (NW-SE) dengan platform karbonat oleh Tucker & Wright
kemiringan ke arah tenggara, yang (1990). Analisis jenis platform dilakukan
diinterpretasikan sebagai arah umum dari dengan menganalisis data geologi permukaan
sesar mendatar yang berkembang di daerah dan komposisi penyusun batugamping.
penelitian. Berdasarkan analisis petrografi maka
Hasil penarikan struktur ini diduga gaya komposisi pembentuk batugamping Formasi
yang bekerja didaerah penelitian ini lebih Kais ini tersusun dominan oleh bioklastika
banyak dipengaruhi oleh dua elemen besar terutama koral, ganggang (Algae), foram
yang saling bertumbukan secara aktif sejak bentonik, foram planktonik dan foram besar.
Tersier (Periode 3) yaitu Lempeng Samudera Maka kemungkinan paparan karbonat laut
Pasifik-Caroline bergerak ke barat-barat daya dangkal (carbonate platform) yang
dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan berkembang pada daerah penelitian dapat
Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke dikategorikan kedalam paparan karbonat
utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. rimmed (carbonate rimmed shelf).

7. Analisis Mikrofasies
Hasil analisis petrografi rinci
memperlihatkan ada beberapa kelas
mikrofasies batugamping yang dijumpai di
daerah penelitian. Analisis mikrofasies ini

7
dilakukan dengan mengamati 30 sayatan peloids, sporadic foraminifera,
petrografi pada 3 (tiga) lintasan pengukuran gastropods and algae.
di lapangan. Analisis ini bertujuan untuk - SMF 21 dengan ciri Spongiostrom
mengetahui komposisi penyusun batuan, mudstone. Convulated microbial fabrik
proses pengendapan, dan lingkungan in fine-grained micrite lime mud
pengendapan dari sampel batuan yang sediment.
diamati. Pembagian jenis mikrofasies ini SMF 19 dan SMF 21 ini menjadi penciri
didasarkan pada klasifikasi tipe mikrofasies pada lingkungan pengendapan Facies Zone 8
(Standard Micro Facies) oleh Flugel (1982) yaitu Restricted Circulation Shelf and Tidal
dengan karakter khususnya dalam kaitannya Flats.
dengan klasifikasi zona fasies (facies zone)
menurut Wilson (1975), dengan jenis Facies Zone 7 (Shelf Lagoon Open
platform carbonate rimmed shelf. Sirculation)
Penyebaran fasies pada daerah penelitian Berdasarkan penamaan batuan karbonat
diurutkan berdasarkan umur batuan daerah menurut Dunham (1962) maka sayatan
penelitian dari tua ke muda yaitu pada Lp 12, batuan yang termasuk dalam facies zone ini
Lp 9 dan Lp 1 (Gambar 6). dideskripsikan sebagai:
a. Foram lime wackstone, secara umum
7.1 Pembagian Fasies Pada MS Lp 12 memiliki ciri struktur klastik, mud
suported, butiran tersusun oleh fosil
Facies Zone 8 (Restricted Circulation Shelf foram besar Fluscolinella (Lp 12-7) dan
and Tidal Flats) Operculina complanata (Lp 12-3),
Berdasarkan penamaan batuan karbonat sedikit foram planktonik dan bentonik
menurut Dunham (1962) maka sayatan (Dentalina), serta pecahan ganggang/
batuan yang termasuk dalam facies zone ini algae dan koral, dengan ukuran 0,05-5,5
dideskripsikan sebagai: mm hadir merata dalam sayatan,
a. Foram lime mudstone dengan ciri sebagian besar rongga porositas terisi
keseluruhan sayatan ini menunjukkan oleh sparit. Kode sayatan Lp 12-7 dan
struktur klastik, mud suported, fosil Lp 12-3.
foram besar Amphistegina bowdenensis b. Alga lime wackstone, memiliki ciri
(Lp 12-8), serta sedikit foram planktonik struktur klastik, mud suported, butiran
dan bentonik, dengan ukuran 0,05-0,75 tersusun oleh campuran fosil pecahan
mm, sebagian besar rongga porositas ganggang/ algae dan koral, sedikit
terisi oleh sparit. Kode sayatan Lp 12-8 foram planktonik dan bentonik dengan
dan Lp 12-5. ukuran 0,05-2,5 mm hadir merata dalam
b. Algae lime mudstone dengan ciri sayatan, sebagian besar rongga porositas
keseluruhan sayatan ini menunjukkan terisi oleh sparit. Kode sayatan Lp 12-2.
struktur klastik, mud suported, butiran c. Lithiclas lime gaindstone, dengan ciri
tersusun oleh fosil pecahan struktur klastik, grain suported, butiran
ganggang/Algae dan koral, serta sedikit tersusun oleh campuran foram besar,
foram planktonik dan bentonik yang foram planktonik dan foram bentonik,
hadir merata dalam sayatan, dengan pecahan ganggang/ Algae dan koral,
ukuran 0,05-0,5 mm, sebagian besar yang sebagian besar sudah mengalami
rongga porositas terisi oleh sparit. Kode rekristalisasi (0,25 – 1,5 mm) serta
sayatan Lp 12-6 dan Lp 12-4. dendritus lithik berupa pecahan
Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan karbonat atau batugamping, dengan
batuan diatas maka dapat dimasukan kedalam ukuran (0,5-1,5 mm) hadir merata
Standard Micro Facies (SMF) oleh Flugel dalam sayatan serta sebagian besar
(1982) yaitu: rongga porositas terisi oleh sparit.
- SMF 19 dengan ciri Fenestral, Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan
laminated mudstone-wackestone, diatas maka dapat dimasukan kedalam
grading occasionally into pelsparite Standard Micro Facies (SMF) oleh Flugel
with fenestral fabrics. Ostracodes and (1982) yaitu:

8
- SMF 8 dengan ciri wackstone with Algae dan koral, foram planktonik dan
whole organism, well preserved infauna foram bentonik hadir merata dalam
dan epifauna. sayatan, dengan ukuran 0.05-5,5 mm,
- SMF 9 dengan ciri Bioclastic serta sebagian besar rongga porositas
wackestone or bioclastic micritc, terisi oleh sparit. Kode sayatan Lp 9-5.
Fragments of diverse organisms, Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan
bioturbated. Bioclasts тау bе diatas maka dapat dimasukan kedalam
micritized. Standard Micro Facies (SMF) menurut
- SMF 16 dengan ciri grainstone with Flugel (1982) yaitu:
peloids, probably faccal pellets, in place - SMF 8 dengan ciri wackstone with
admixed with concentrated ostracode whole organism, well preserved infauna
test or foraminifera. dan epifauna.
SMS 8, SMF 9 dan SMF 16 ini menjadi - SMF 16 dengan ciri grainstone with
penciri pada lingkungan pengendapan Facies peloids, probably faccal pellets, in place
Zone 7 (Shelf Lagoon Open Sirculation) admixed with concentrated ostracode
dengan tingkat energi gelombang lemah test or foraminifera.
sampai sedang (low-moderat energy). SMS 8 dan SMF 16 ini menjadi penciri pada
lingkungan pengendapan Facies Zone 7
7.2 Pembagian Fasies Pada MS Lp 9 (Shelf Lagoon Open Sirculation) dengan
tingkat energi gelombang lemah sampai
Facies Zone 7 (Shelf Lagoon Open sedang (low-moderat energy).
Sirculation)
Berdasarkan penamaan batuan karbonat Facies Zone 8 (Restricted Circulation Shelf
menurut Dunham (1962) maka sayatan
and Tidal Flats)
batuan yang termasuk dalam facies zone ini Berdasarkan penamaan batuan karbonat
dideskripsikan sebagai: menurut Dunham (1962) maka sayatan
a. Mixed fossile lime wackstone, secara batuan yang termasuk dalam facies zone ini
umum memiliki ciri struktur klastik, dideskripsikan sebagai:
mud suported, butiran tersusun oleh a. Foram lime mudstone dengan ciri
campuran foram besar Amphistegina sp keseluruhan sayatan ini menunjukkan
dan Opeculina sp (Lp 9-10) serta struktur klastik, mud suported, fosil
Asteracyclina matanzensis COLE sp (Lp foram besar Operculina sp (Lp 9-7 & Lp
9-4), fosil pecahan ganggang/ algae dan 9-6), Amphistegina bowdenensis (Lp 9-
koral, foram planktonik dan bentonik 2), serta sedikit foram planktonik dan
dengan ukuran 0,05-7,5 mm hadir bentonik, dengan ukuran yang berfariasi
merata dalam sayatan, sebagian besar dari 0,05-0,25 mm, sebagian besar
rongga porositas (inter dan intrapartikel) rongga porositas terisi oleh sparit. Kode
terisi oleh sparit. Kode sayatan Lp 9-10, sayatan Lp 9-9, Lp 9-7, Lp 9-6, Lp 9-3
Lp 9-4 dan Lp 9-1 dan Lp 9-2.
b. Alga lime wackstone, memiliki ciri Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan
struktur klastik, mud suported, butiran diatas maka dapat dimasukan kedalam
tersusun oleh campuran fosil pecahan Standard Micro Facies (SMF) menurut
ganggang/ algae dan koral, sedikit Flugel (1982) yaitu:
foram planktonik dan bentonik dengan - SMF 19 dengan ciri Fenestral,
ukuran 0,05-2,5 mm hadir merata dalam laminated mudstone-wackestone,
sayatan, sebagian besar rongga porositas grading occasionally into pelsparite
(inter dan intrapartikel) terisi oleh sparit. with fenestral fabrics. Ostracodes and
Kode sayatan Lp 12-2. peloids, sporadic foraminifera,
gastropods and algae.
c. Mixed fossile lime grainston, dengan ciri
SMF 19 ini menjadi penciri pada lingkungan
struktur klastik, grain suported, butiran
pengendapan Facies Zone 8 yaitu Restricted
tersusun oleh campuran foram besar
Circulation Shelf and Tidal Flats.
Amphistegina bowdenensis dan Borelis
primitifus (Lp 9-5), fosil ganggang/

9
7.3 Pembagian Fasies Pada MS Lp 1 sayatan, dengan ukuran 0.05-5,5 mm,
serta sebagian besar rongga porositas
Facies Zone 8 (Restricted Circulation Shelf terisi oleh sparit. Nampak pada sayatan
and Tidal Flats) batuan telah mengalami proses
Berdasarkan penamaan batuan karbonat rekristalisasi. Kode sayatan Lp 1-5.
menurut Dunham (1962) maka sayatan
batuan yang termasuk dalam facies zone ini b. Cristaline carbonate, dengan ciri
dideskripsikan sebagai: tersusun oleh mineral kalsit dan sedikit
a. Foram lime mudstone dengan ciri pada mineral opak, ukuran 0,15-0,5 mm.
sayatan ini menunjukkan struktur Kemungkinan batuan ini merupakan
klastik, mud suported, tersusun oleh hasil rekristalisasi dari grainstone jika
foram planktonik dan bentonik, dengan dilihat dari stratigrafi pengendapannya
ukuran 0,05-0,25 mm, sebagian besar yang saling berurutan atau berdekatan.
rongga porositas terisi oleh sparit dan
limonit. Kode sayatan Lp 1-12, Lp 1-5 Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan
dan Lp 1-4. diatas maka dapat dimasukan kedalam
b. Mixed fossile lime mudstone dengan ciri Standard Micro Facies (SMF) menurut
pada sayatan ini menunjukkan struktur Flugel (1982) yaitu:
klastik, mud suported, butiran tersusun - SMF 16 dengan ciri grainstone with
oleh campuran fosil ganggang/ Algae peloids, probably faccal pellets, in place
dan coral serta foram planktonik dan admixed with concentrated ostracode
bentonik yang hadir merata dalam test or foraminifera.
sayatan, dengan ukuran 0,05-5,5 mm, SMF 16 ini menjadi penciri pada lingkungan
sebagian besar rongga porositas terisi pengendapan Facies Zone 7 (Shelf Lagoon
oleh sparit. Kode sayatan Lp 1-7. Open Sirculation), merupakan laut dangakal
Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan dan sangat hangat dengan tingkat energi
diatas maka dapat dimasukan kedalam gelombang sedang (moderat energy).
Standard Micro Facies (SMF) menurut
Flugel (1982) yaitu: Facies Zone 5 (Organic Build Up)
- SMF 19 dengan ciri Fenestral, Berdasarkan penamaan batuan karbonat
laminated mudstone-wackestone, menurut Dunham (1962) maka sayatan
grading occasionally into pelsparite batuan yang termasuk dalam facies zone ini
with fenestral fabrics. Ostracodes dideskripsikan sebagai:
and peloids, sporadic foraminifera, a. Boundstone (framestone), ciri dari
gastropods and algae. sayatan batuan ini adalah secara umum
SMF 19 ini menjadi penciri pada lingkungan menunjukkan struktur non klastik,
pengendapan Facies Zone 8 yaitu Restricted komposisi tersusun oleh fosil coral dan
Circulation Shelf and Tidal Flats, yang ganggang/ Algae dengan ukuran 0,5 –
merupakan bentuk teluk yang sangan 25,5 mm, sebagian besar rongga
terbatas. porositas terisi oleh sparit. Nampak
batuan telah mengalami rekristalisasi
(Lp 1-3). Kode sayatan Lp 1-9 dan Lp 1-
Facies Zone 7 (Shelf Lagoon Open 3.
Sirculation) Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan
Berdasarkan penamaan batuan karbonat diatas, maka dapat dimasukan kedalam
menurut Dunham (1962) maka sayatan Standard Micro Facies (SMF) menurut
batuan yang termasuk dalam facies zone ini Flugel (1982) yaitu:
dideskripsikan sebagai: - SMF 7 dengan ciri subtypes of
framestone, bindstone, or bafflestone.
a. Mixed fossile lime grainston, dengan ciri SMF 7 ini menjadi penciri pada lingkungan
struktur klastik, grain suported, butiran pengendapan Facies Zone 5 (Organic build
tersusun oleh campuran fosil ganggang/ up), merupakan terumbu organik yang berada
Algae dan koral, foram planktonik dan di tepi paparan ( platform margin).
foram bentonik hadir merata dalam

10
penampang stratigrafi (MS), maka proses
Facies Zone 7 (Shelf Lagoon Open pengendapan batuan karbonat pada daerah
Sirculation) penelitian yang disesuaikan dengan zona
Berdasarkan penamaan batuan karbonat fasies (FZ) dan standar mikrofasies (SMF)
menurut Dunham (1962) maka sayatan menunjukan pengendapan karbonat Kais
batuan yang termasuk dalam facies zone ini yang terdapat didaerah penelitian dapat
dideskripsikan sebagai: dikategorikan kedalam marine shallow
a. Mixed fossile lime wackstone, secara water-lacustrine yaitu lingkungan
umum memiliki ciri struktur klastik, pengendapan laut dangkal yang endapan
mud suported, butiran tersusun oleh batuan karbonatnya paling melimpah.
campuran fosil pecahan ganggang/
algae dan koral, foram planktonik Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dan bentonik dengan ukuran 0,05-7,5 disimpulkan bahwa pengendapan yang
mm hadir merata dalam sayatan, terjadi di Lp 12 dan Lp 9 mempunyai
sebagian besar rongga porositas kesamaan umur dalam proses
(inter dan intrapartikel) terisi oleh pengendapannya jika dilihat dari pola
sparit. Kode sayatan Lp 1-8, Lp 1-2 pengendapan batuan yang berulang dimana
dan Lp 1-1. menunjukan SMF dan Facies zone (FZ) yang
b. Foram lime packstone, ciri dari sama, yaitu berada pada lingkungan
sayatan batuan ini menunjukkan pengendapan back-reef lagoon.
struktur klastik, grain suported,
butiran tersusun dominan oleh Sedangkan proses pengendapan yang
campuran foram besar Amphistegina terjadi pada Lp 1 menunjukkan terjadinya
bowdenensis (Lp 1-6), sedikit perubahan pola pengendapan, dimana pada
pecahan coral dan ganggang/ Alga, bagian awal pengendapan terlihat adanya
foram planktonik dan bentonik pola pengendapan transisi dari lingkungan
dengan ukuran 0,5 – 10,5 mm, back-reef lagoon kemudian diikuti oleh
sebagian besar rongga porositas terisi pembentukan struktur ditandai dengan
oleh sparit. munculnya litologi cristaline carbonate,
Berdasarkan ciri-ciri pada sayatan batuan kemudian terjadi transgresi yang singkat
diatas, maka dapat dimasukan kedalam ditandai dengan kehadiran bounstone yang
Standard Micro Facies (SMF) menurut berada pada facies zone Organic build up
Flugel (1982) yaitu: serta terbentuk pada lingkungan reef-front.
- SMF 9 yang memiliki ciri Bioclastic Setelah terjadi transgresi yang singkat
wackestone or bioclastic micritc, kemudian pada lingkungan tersebut terjadi
Fragments of diverse organisms, penurunan muka air laut atau regresi yang
bioturbated. Bioclasts тау bе membentuk kembali lingkungan back-reef
micritized. lagoon dengan pola pengendapan yang
- SMF 10 yang memiliki ciri Packstone- berulang.
wackestone with coatcd and abraded Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
bioclast. pada daerah penelitian terdapat perbedaan
SMF 9 dan SMF 10 ini yang menjadi penciri fasies pengendapan antara bagian timur dan
pada lingkungan pengendapan Facies Zone 7 barat, tetapi memiliki kesamaan dalam proses
(shelf lagoon open sirculation). pengendapan batuan karbonat yang berulang
serta diendapkan dengan pola perubahan
8. Analisis Proses Sedimentasi bathimetri yang tidak terlalu signifikan atau
masih dapat dikatakan sama dan konstan. Hal
Berdasarkan analisis jenis platform yang ini dibuktikan dengan hasil analisis
berkembang daerah penelitian yaitu paparan lingkungan bathimetri terhadap foram bentos
karbonat laut dangkal (carbonate platform), pada Lp 12 dan Lp 1 menunjukan kesamaan
yang dikategorikan kedalam paparan lingkungan bathimetri yang berada pada
karbonat rimmed (carbonate rimmed shelf), lingkungan Neritik Tepi (0 – 30 m) yaitu
serta hasil analsis jenis mikrofasies dari tiga

11
inner shelf-shallowest open marine (inner geomorfik perbukitan pedmonts (D8),
neritic or shallow inner sublittoral). serta satuan geomorfik bentukan asal
karst yang dimasukkan ke dalam
9. Karakteristik Batuan Karbonat subsatuan geomorfik Perbukitan Karst/
Formasi Kais daerah Klayili Dalam Denudation Slope and Hills (K2). Pola
Hubungannya Dengan Reservoir pengaliran yang berkembang pada
Hidrokarbon. daerah penelitian dikategorikan ke
dalam jenis pola pengaliran pinnate.
Singkapan batugamping Formasi Kais
 Stratigrafi daerah penelitian dibagi
yang berada di daerah penelitian menunjukan
menjadi dua satuan litostratigrafi tidak
litologi batugamping yang berukuran butir
resmi yang diurutkan dari tua ke muda
halus sampai kasar berupa batugamping
yaitu satuan batugamping Kais yang
kalsilutit, karkarenit, batugamping kristalin
berumur akhir Miosen Tengah sampai
dan batugamping terumbu. Secara petrografi
Miosen Akhir (N13-N17). Diendapkan
batugamping Formasi Kais daerah Klayili
pada lingkungan bathimetri Neritik tepi
memiliki porositas yang telah banyak
(0 – 30 meter). Di endapkan secara
dipengaruhi oleh proses diagenesa yaitu
selaras menjari dibawah satuan
proses pelarutan oleh air meteorik, hal ini
batulempung Klasafet. Satuan
ditunjukan dengan adanya sebagian besar
batulempung Klasafet yang berumur
rongga-rongga porositas baik inter dan
Miosen akhir.
intrapartikel batuan pada seluruh daerah
 Struktur geologi yang berkembang di
penelitian telah terisi oleh sparit serta sedikit
daerah penelitian berupa sesar mendatar
limonit, dan sebagian telah mengalami proses
yang berarah NW-SE dengan
rekristalisasi diduga akibat proses tektonik
kemiringan ke arah tenggara (SE).
yang bekerja didaerah penelitian tersebut.
 Analisis fasies karbonat Kais pada
Semen karbonat menjadi salah satu faktor daerah penelitian ditemukan jenis
yang cukup dominan dalam perusakan karbonat platform yang berkembang di
reservoir quality selain kompaksi. Selain itu, kategorikan ke dalam jenis paparan
indikasi pengaruh struktur selama migrasi karbonat rimmed (carbonate rimmed
hidrokarbon di dalam batugamping juga shelf).
perlu dikenali. Peran sistem fracture juga  Hasil analisis mikrofasies karbonat yang
menjadi sangat penting guna mencegah dilakukan dengan mengamati 30 satayan
terjadinya kekeliruan dalam menentukan tipis (petrografi) dari tiga lintasan
diagenetic unit. Disamping itu, geometri dari pengukuran dilapangan dapat
tumbuhan, terutama pada algae melembar disimpulkan bahwa jenis fasies yang
dan koral pipih, yang menyerupai tumpukan berkembang dengan ciri disesuaikan
daun teratai yang disusun rapi dapat dengan standar mikrofasiesnya (SMF)
memperkecil kemungkinan berkembangnya yaitu Facies Zone 8 (Restricted
porositas primer, serta banyak kasus lain Circulation Shelf and Tidal Flats),
(Permonowati, 2010). Facies Zone 7 (Shelf Lagoon Open
Sirculation) dan Facies Zone 5 (Organic
Berdasarkan penjelasan diatas maka build up).
batugamping Kais yang tersingkap pada  Lingkungan pengendapan berkembang
daerah Klayili secara keseluruhan memiliki dari backreef lagoon ke reef front
porositas yang buruk sehingga tidak memiliki kemudian kembali lagi ke backreef
reservoir quality yang baik atau buruk. lagoon, hal ini menunjukkan adanya
pengarug dari perubahan muka air laut,
10. Kesimpulan menunjukan bathimetri berada neritik
tepi ( 0 – 30 m) yaitu inner shelf-
 Geomorfologi daerah penelitian terdiri
shallowest open marine (inner neritic or
dari dua satuan geomorfik yaitu satuan
shallow inner sublittoral).
geomorfik bentukan asal denudasional
yang dimasukkan kedalam subsatuan  Batugamping Kais yang tersingkap pada
daerah Klayili secara keseluruhan

12
memiliki porositas yang buruk sehingga London, Edinburg, Cambridge:
tidak memiliki reservoir quality yang Blackwell Scientific Publications.
baik atau buruk. Vincellete, R.R., and Soeparyadi, R.A.,
1986, Oil-Bearing Reefs in Salawati
Basin of Irian Jaya, Indonesia, AAPG
DAFTAR PUSTAKA Bulletin, V.60, No.9.
Vincelette, R.R., 1973, Reef exploration in
Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to
Irian Jaya, Indonesia, Proceedings
Recent Planktonic Foraminiferal
Indonesian Petroleum Association, 2nd
Biostratigraph, Proceeding of
Annual Convention.
International Conf. Planktonic
Wilson, J.L., 1975, Carbonate Facies in
Microfossil 1st, Geneva.
Geologic History, New York,
Flugel E., 1982, Microfacies Analysis of
Heidelberg, Berlin: Springer-Verlag.
Limestone, Edisi ke-1, Springer-
Zuidam, van, R.A., and Zuidam-
Verlag, Berlin.
Cancelado, F.I., 1979, Terrain Analysis
Grabau, A. W., 1904, On The Classification
and Classification Using Aerial
Of Sedimentary Rocks, American
Photographs, A Geomorphology
Geologist, v. 33: America.
Approach, ITC, Netherlands.
Harper, J.D., Redmond, J.L., and
Whitaker, J.T., 1978, Stratigraphic
Seismic and hydrocarbon History,
Salawati Basin, Irian Jaya. Prepared
for Petromer Trend.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the
Indonesian region, United States
Geological Survey Professional Paper
No. 1078, United Stated Geological
Survey, Denver.
Howard, A.D, 1967, Drainage Analysis In
Geologic Interpretation: A Summation,
AAPG Bulletin, Vol.51 No.11 November
1967.
Pireno, G.E., 2005, Hidrocarbon Potensial
of the West Salawati Block, West Papua,
Prepare for Pearloil (Salawati) Ltd.
Premonowati, 2010, Optimalisasi Metode
Pendiskripsian Batugamping untuk
Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon
dalam Pemodelan Geologi, Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Robinson and Soedirdja., 1986,
Transgressive development of Miocene
reefs, Salawati Basin, Irian Jaya,
Proceedings Indonesian Petroleum
Association, 15th Annual Convention.
Satyana, A.H., 2003, Re-Evaluation of The
Sedimentology and Evolution of The
Kais Carbonate Platform, Salawati
Basin, Eastern Indonesia: Exploration
Significance, Proceeding IPA 27th
Annual Convention (DVD Version).
Tucker, M.E. and Wright, V.P., 1990.
Carbonate Sedimentology. Oxford,

13

Anda mungkin juga menyukai