Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada daerah Bendungan Benanga, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda
Utara, Kota Samarinda yang masih termasuk dalam Cekungan Kutai bagian bawah (Lower Kutai Basin).
Daerah penelitian termasuk pada Formasi Pulaubalang, Provinsi yang termasuk kedalam Cekungan kutai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan pengendapan daerah penelitian
berdasarkan data permukaan. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah pengambilan data permukaan
berupa data kedudukan perlapisan, tekstur, struktur dari batuan pada lintasan penelitian, kemudian Hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa lingkungan pengendapan sedimen yang terdapat pada daerah penelitian
adalah pada lingkungan ……..yaitu pada lingkungan …..
Abstract
This research was conducted in the area of the Benma Dam, Lempake Village, North Samarinda District,
Samarinda City which is still included in the lower Kutai Basin (Lower Kutai Basin). The research area
includes the Pulaubalang Formation, a province which is included in the Kutai Basin. The purpose of this
research is to determine the depositional environment of the research area based on surface data. The
research methodology used was surface data collection in the form of layering position data, texture, rock
structure on the research trajectory, then the results of the study showed that the sediment depositional
environment found in the study area was in the ……..environment…..
I. PENDAHULUAN
Cekungan Kutai merupakan cekungan terbesar di Indonesia yang berada pada pulau
Kalimantan bagian Timur dan berbatasan langsung dengan Selat Makassar di bagian Timurnya.
Pada bagian utara, Cekungan Kutai berbatasan dengan Cekungan Tarakan. Pada bagian selatan
Cekungan Kutai berbatasan. dengan Cekungan Barito dan di bagian barat dibatasi oleh Tinggian
Kuching.
Cekungan ini memiliki usia Tersier terbesar dan terdalam dengan evolusi cekungan yang cukup
pesat, bervolume tinggi dan proses sedimentasi yang berlangsung cepat dengan proses
1
prograding ke arah timur. Cekungan Kutai terbagi atas 2 bagian, yaitu Cekungan Kutai bagian
Bawah terdiri dari 5 formasi, diantaranya Formasi Kampungbaru (Tkpb), Formasi Balikpapan
(Tmbp), Formasi Bebuluh (Tmb), Formasi Pamaluan (Tomp). Kelima formasi ini memiliki
waktu pengendapan dan ciri khas tersendiri yang dijelaskan pada Geologi Regional Lembar
Saamrinda (Supriatna, 1978).Daerah penelitian berada pada sekitar Daerah Bendungan
Benanga, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda yang masih
termasuk dalam Cekungan Kutai bagian bawah (Lower Kutai Basin).
Daerah penelitian termasuk pada Formasi Pulaubalang. Pengambilan data stratigrafi pada
daerah penelitian dilakukan karena kurangnya informasi terkait analisis stratigrafi pada daerah
tersebut. Sehingga perlu dilakukan pembaruan data sebagai wadah pembelajaran untuk
kedepannya.
1.1 Kesampaian daerah
Lokasi daerah penelitian berada pada kawasan Bendungan Benanga Lempake, tepatnya berada
di Jl. Belimau, Gg. Keluarga, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota
Samarinda. Lokasi daerah penelitian dapat ditempuh sekitar ±25 menit dari Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman di Jl. Sambaliung, Kelurahan Sempaja Selata, Kecamatan Samarinda
Utara, Kota Samarinda dengan menggunakan sepeda motor. Lama perjalanan menuju lokasi
penelitian sangat relatif tergantung padatnya lalu lintas. Mengingat kondisi jalan utama menuju
lokasi sering terjadi banjir dan ramai penduduk.
2
Gambar 1 peta geologi regional lokasi
penelitian
Pada gambar peta yang dipaparkan menjelaskan mengenai geologi regional dengan lokasi
penelitian daerah bendungan benanga, kelurahan lempake, kecamatan samarinda utara. Adapun
keterdapatan formasi Pulau balang (Tmbp) diendapkan secara selaras di atas Formasi Bebulu.
Formasi ini tersusun atas perselingan grewake dan batupasir kuarsa dengan sisipan
batugamping. batulempung, batubara, dan tuff dasit. Umur Formasi Pulau balang adalah Miosen
Tengah dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut dangkal Formasi Balikpapan (Tmpb)
terbentuk dalam lingkungan pengendapan delta atau litoral hingga laut dangkal terbuka, dengan
kisaran umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir, diduga mempunyai ketebalan formasi 1.800
m, tendapat secara tidak selaras di bawah Formasi Kampungbaru. Terdiri dari batupasir kuarsa,
batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara. Lapisan batupasir
kuarsa berbutir halus sampai sedang, terpilah cukup baik dengan kandungan mineral kuarsa
sekitar 70 %, bersifat kurang padat, bersisipan oksida besi setebal 30 cm, lignit setebal 50 cm-
150 cm, dan serpih setebal 30 cm, serta lensa-lensa batugamping setebal 10 cm- 50 cm
yangpasiran.
3
2.3 System Track
Merupakan suatu paket sistem pengendapan seumur atau sebuah genetik stratigrafi yang dikontrol oleh
perubahan muka air laut. Masing-masing parasequence set akan membentuk system tract yang berbeda.
Parasequence ini merupakan pola penumpukkan (stacking pattern) yang terdiri dari beberapa pola
stratigrafi (stratigraphic pattern). Satuan pengendapan 3 dimensional memiliki pengertian tipe dari batas
sikuen, letak dalam sebuah sikuen, dan pola tumpukan parasikuennya (Van Wagoner et al., 1990).
System track diklasifikasikan menjadi 3 system (Gambar 4) yaitu:
Lowstand System Tract: ketika muka air alaut relatif mencapai titik paling bawah. Pola
pengendapan akan terbentuk jika ada kenaikan muka air laut relatif sebanding dengan jumlah
suplai sedimen. Pola pengendapan ini tidak menunjukkan pola menipis atau menebal melainkan
menunjukkan pola yang relatif sama.
a) Transgressive System Tract: terjadi pada fase kenaikan muka air laut relatif. Pola
pengendapan menunjukkan penipisan batupasir pada lapisan yang semakin keatas. Pola ini
mengindikasikan bahwa kecepatan tersedianya akomodasi lebih tinggi daripada kecepatan
suplai sedimen.
b) Highstand System Tract: pada saat laju muka air laut mulai menurun, setelah melewati masa
puncak. Pola pengendapan menunjukkan penebalan batupasir pada lapisan yang semakin
keatas. Pola ini mengindikasikan kecepatan suplai sedimen lebih tinggi daripada kecepatan
tersedianya akomodasi.
4
akomodasi, dimana akomodasi sendiri seperti ini telah di jelaskan sebelumnya di kontrol oleh
eustasi (sea level changes).
a) Progradasi Pola progradasi adalah pola yang menunjukkan parasekuen set yang lebih muda
akan lebih maju jauh ke arah cekungan dan terbentuk apabila laju pengendapan dari sedimen
leih besar dari kecepatan pembentukan akomodasi (berhubungan dengan subsidence dan sea
level changes).
b) Retrogradasi Pola retrogradasi adalah pola yang terbentuk apabila laju pengendapan lebih
lambat dari kecepatan pembentukan akomodasi (berhubungan dengan subsidence dan sea
level changes), yang menunjukkan parasekuen set yang lebih muda akan cenderung
diendapkan jauh lebih ke arah daratan.
c) Agradasi Pola agradasi adaah pola yang menunjukkan parasuken set yang lebih muda
diendapkan satu diatas lainnya tanpa adanya pergeseran.
5
d) Deskripsi morfologi
e) Observasi dari dekat dengan melakukan pengamatan litologi dan pembuatan ms
f) Dokumentasi foto zoom in dan zoom out
g) Melakukan sampling
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
6
1. Alvita, Alodia. 2019. Analysis of Facies and Depositional Environment Based On Sequence
Stratigraphy of Bireuen Area, North Sumatra Basin. Trisakti University.
2. Boggs, S. J. (1995). Principles of Sedimentology and Stratigraphy. University of Oregon,
Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
3. Supriatna, S., Sukardi., Rustandi, E, 1995.”Geological Map Of The Samarinda Sheet,
Kalimantan 1:250.000 Scale”. Geological Research And Development Centre 1995
4.