Abstrak
Lapangan minyak di daerah Limau terdiri dari 8 blok struktur antiklin, dimana kondisi
sekarang sudah merupakan lapangan minyak tua. Lapangan ini pada 1 Januari 2005
dikembalikan kepada PT.Pertamina (Persero) dari JOB-PSEL. Pada saat ini 7 blok lapangan
minyak sudah dilakukan injeksi waterflood di beberapa lapisan terpilih. Original Oil In Place
(OOIP) di seluruh Limau status Januari 2005 adalah sebesar 823 MMBbl, kumulatif produksi
diperkirakan sudah mencapai 265.40 MMBbl,dengan Recovery Factor (RF) = 32.24 %.
Tetapi kenyataan sampai sekarang lapangan Limau (Niru) masih produksi di beberapa lapisan
pada sayap antiklin sebelah timur laut, oleh karena itu perlu ditinjau dan dikaji lebih
mendalam mengenai korelasi detil lapisan-lapisan produksi di daerah kawasan Limau ini.
Zona produksi terutama dari Formasi Talang Akar bagian atas (Transition Member/TRM)
dengan interval studi meliputi 500 meter, terdiri dari selang seling batupasir, shale,
batugamping dan batubara yang di endapkan pada kondisi lingkungan transisi sampai laut
trangresi secara umum.
Korelasi yang dilakukan di daerah Limau untuk mala lampau masih menggunakan
metode konventional berdasarkan korelasi sand to sand secara lithostratigrafi, hasilnya masih
kurang tepat dan tidak mencukupi untuk kebutuhan mendapatkan bodi reservoir yang
mempunyai genesa dan umur yang sama, pada skala sub-cekungan yang cukup luas. Korelasi
secara sekuen stratigrafi berdasarkan log sumuran (electro facies) yang di integrasikan
dengan data biostratigrafi akan lebih membantu di dalam identifikasi reservoir secara
kronostratigrafi sehingga sand body reservoir yang di identifikasi akan berada pada kondisi
lingkungan genesa dan umur yang sama, dengan demikian reservoir yang di identifikasi akan
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Di dalam kajian ini di aplikasikan 9 data sumur yang
dilengkapi dengan data biostratigrafi. Kunci utama adalah menentukan Maximum Floading
Surface (MFS)yang melampar secara regional didasarkan pada puncak kelimpahan fosil
(abundance fosil ), dan umur ditentukan berdasarkan fosil-fosil indek yang terkandung
didalam interval tersebut. Setelah MFS ditentukan kemudian baru menentukan batas sekuen
(sequence boundary/ SB) diantara 2 MFS dan biasanya ditandai adanya bidang erosi.
Pada interval F.TAF-TRM telah dapat di identifikasi sebanyak 3 sekuen utama, dimana setiap
sekuen dibatasi oleh batas sekuen(SB) dan pada setiap sekuen dicirikan ada Maximum
Floading Surface(MFS) dan batas sekuen paling atas ditentukan pada posisi Top- F.Talang
Akar. Hasil dari korelasi sekuen stratigrafi ini adalah merupakan marker sekuen yang
merupakan kerangka stratigrafi yang terdiri dari : SB-25 Ma, MFS-22.5 Ma, SB-22 Ma, MFS-
21 Ma, SB-20 Ma, MFS-19 Ma dan Top TAF. Dari 3 sekuen tersebut berdasarkan
lingkungan pengendapannya dibagi lagi menjadi siklus-siklus sedimen yang merupakan
sekuen system tract. Korelasi sand to sand secara lithostratigrafi di dalam koridor kerangka
system tract yang seumur akan menghasilkan bodi batupasir atau reservoir yang mempunyai
genesa dan umur yang sama. Sehingga kerangka marker sekuen ini akan dapat di pakai
sebagai pengikat atau kunci korelasi untuk daerah yang lebih luas di daerah Limau dan
32
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
sekitarnya. Dari korelasi yang sudah dibatasi dengan kerangka system tract ini akan terlihat
apakah hasil korelasi merupakan bodi batupasir yang melampar luas ( bar blanked sand) atau
merupakan endapan yang membaji atau channeling.
33
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
1992), dimana cekungan ini merupakan Akar Atas atau sering disebut sebagai
salah satu dari seri cekungan busur TRM/Transition Member dan Formasi
belakang Tersier yang terletak sepanjang Baturaja), dan endapan laut dalam
Sumatera-Jawa dan berkembang sepanjang (Formasi Gumai). Sekuen transgresi pada
pinggiran utama dari paparan Sunda, bagian atas diikuti oleh sekuen regresi
sebagai hasil subduksi dari Lempeng dengan diendapkannya Formasi Air
Samodra Hindia kebawah dari Lempeng Benakat, Formasi Muara Enim dan
Asia Tenggara (Gambar.2). Secara Formasi Kasai. Keseluruhan sekuen
struktural Cekungan Sumatera Selatan ini sedimentasi secara umum dikenal sebagai
dapat dibagi menjadi 4 sub cekungan, megacycle, dimana pada bagian bawah
yaitu : berupa fasies transgresi (Telisa Group),
Sub Cekungan Jambi yang terutama terdiri dari material klastik
Sub Cekungan Palembang Utara kasar sampai halus, dan pada bagian atas
Sub Cekungan Palembang Tengah berupa fasies regresi (Palembang Group),
Sub Cekungan Palembang Selatan yang terdiri dari material klastik kasar.
Daerah penelitian termasuk di dalam Sub Dari bawah ke atas urutan stratigrafi di
Cekungan Palembang Selatan, dimana Sub Cekungan Palembang Selatan
struktur geologi Lapangan Limau diilustrasikan pada (Gambar.3).
menunjukkan jalur antiklinorium Pendopo-
Limau diantara Lematang Depression 3. METODE PENELITIAN
(Muara Enim deep) dan Lembak Deep 3.1 Sekuen pengendapan.
atau dikenal juga dengan Limau Graben Sekuen pengendapan (depositional
yang merupakan suatu depresi bagian dari sequence), atau biasa disebut sekuen saja,
Sub Cekungan Palembang Selatan. didefinisikan sebagai kumpulan strata
( Rudd et al.,2013) (parasequence) yang berhubungan secara
genetis dan mengalami perubahan yang
2.2 Stratigrafi Regional relatif selaras serta dibatasi oleh
Urutan stratigrafi didalam Sub Cekungan ketidakselarasan atau permukaan selaras
Palembang Selatan telah dilakukan oleh yang korelatif dengannya. (Mitchum, 1977
Tobler, 1908 dalam Spruyt,1956 dalam dalam Van Wagoner et al., 1990). Satu
Pulunggono 1986. Penelitian selanjutnya sikuen merepresentasikan satu siklus
pada pertengahan tahun dua puluhan relative sea level dan terdiri dari beberapa
menentukan keberadaan ketidakselarasan system tract yaitu lowstand system tract,
antara sedimen Tersier dan batuan Pra- highstand system tract, dan transgresssive
Tersier yang berada di bawahnya. Sejak system tract.
saat itu diskusi dan review stratigrafi Perubahan dari HST ke LST atau Dari
sedimen endapan Tersier telah HST ke TST biasanya merupakan bidang
didokumentasi dalam laporan-laporan Sequence Boundary ( SB ) yang biasanya
geologi perminyakan. merupakan batas dasar dari suatu
Pembagian Lithostratigrafi Sub Cekungan Reservoar yang berupa Channel atau
Palembang Selatan dimulai dengan sekuen Distributary Channel yang terendapkan
transgresi dengan diendapkannya endapan diatas bidang erosi. Sedangkan perubahan
vulkanik non marine (Formasi Lahat atau dari TST ke HST biasanya merupakan
Formasi Lemat), endapan paralik (Formasi bidang condent section berupa Maximum
Talang Akar Bawah) yang sering disebut Floading Surface (MFS) yang merupakan
sebagai GRM ( Great sand member ), pelamparan batu lempung (shale) yang
endapan laut dangkal (Formasi Talang cukup luas dan berfungsi sebagai batuan
34
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
penyekat yang sangat baik. Kemudian yang mewakili Formasi Talang Akar
pada skala yang lebih kecil yaitu setiap bagian atas yang dikenal sebagai F.TAF-
perubahan dari parasekuen satu ke TRM.(Gambar.5). Kemudian untuk SB-8
parasekuen berikutnya selalu dibatasi oleh sampai MFS-1 hanya dapat ditelusuri pada
Floading Surface (FS) yang umumnya sumur-sumur yang relative cukup dalam
merupakan fraksi halus berupa shale. (TL-260 dan TGK-79) dan tidak tersedia
(Kendal,2005) data biostratigrafi, jadi penentuan marker
sekuen hanya dengan menggunakan data
3.2 System tract log (elektrofasies).
System tract adalah hubungan dari
beberapa sistem pengendapan yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
seumur. Setiap system tract terbentuk pada 4.1 Analisis penentuan umur marker
tahapan atau waktu tertentu dalam satu sekuen.
siklus perubahan muka air laut relatif. Data biostratigrafi didaerah penelitian
System tract dan sekuen didefinisikan atas tersedia dari 9 sumur pengembangan yang
bentuk geometri dan hubungan fisik dari tersebar dari lapangan Belimbing
suatu strata dan fasies yang tidak disebelah barat ada 2 sumur ( BEL- 33A
tergantung pada lamanya pembentukkan, dan BEL-32 ), di lapangan Niru ada 3
ukuran atau mekanisme pengendapan. sumur ( L5A-227 , 236 dan 237 ), di
Diatas System tract dipisahkan oleh lapangan Limau Barat ada 1 sumur (L5A-
permukaan stratigrafi kunci, permukaan 8A) , di lapangan Limau Tengah ada 1
tersebut yang paling penting adalah sumur ( LMC-49) , di Lapangan Limau P
sequence boundary (SB) dan maximum ada 1 sumur ( L5A-221) , di lapangan Q22
flooding surface (MFS), dimana diatas SB ada 1 sumur ( L5A-233) dan di lapangan
biasanya ada batuan reservoir yang cukup Limau Q51 ada 1 sumur (L5A-229).
baik dan pada posisi MFS secara umum (Gambar.6)
merupakan tempat kedudukan dari fraksi Dari data biostratigrafi 9 sumur yang ada
halus yang pelamparannya cukup luas dan dapat ditentukan umur dari marker sekuen
akan berfungsi sebagai batuan penyekat. yang mewakili interval dari Formasi
Didalam satu sekuen secara umum akan Talang Akar bagian atas (TAF-
terdiri dari Lowstand System Tract (LST), TRM),yaiitu:
Transgressive System Tract (TST) dan Posisi SB-8 diperkirakan berumur
Highstand System Tract (HST) Oligosen Akhir (NP.24) berdasarkan
(Gambar.4)(Kendal,2005). pemunculan fosil polen Meyeripollis
naharkotensis dan Floschuetzia trilobata
3.3 Korelasi Sekuen Stratigrafi dengan umur absolut SB-25 Ma).(TL-
Untuk menentukan marker sekuen telah 237)(Rahardjo,1994)
dilakukan korelasi sekuen stratigrafi yang Posisi MFS-8 diperkirakan berumur
terintegrasi dengan data biostratigrafi (NP.25) berdasarkan pemunculan teratas
melalui sumur-sumur TB-33A, TB-32, dari Dictyococcites bisectus dengan umur
TL-237, TL-227, TL-8A, TLM-49, TL- absolut (MFS-22.5 Ma) (TL-237).
233, TL-221st dan TL-229. Dari data (Martini.1971)
pemboran yang ada rata-rata sumur Posisi SB-9 diperkirakan berumur Oligo-
tersebut terdalam hanya mencapai SB- Miosen atau N4 bagian bawah berdasarkan
8 ,Jadi yang dapat ditentukan secara pemunculan Heterostegina
menyakinkan adalah SB-8,MFS-8, SB-9, cf.H.borneensis (Te bawah) dengan umur
MFS-9, SB-10 dan MFS-10 , yaitu interval absolut (SB-22Ma) (Berggren,1973)
35
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
36
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
[9]. Posamentir H.W., and Weimer,P., [12]. Ratna Asharina Rudd, Suraya
1993. Silisiclastic Sequence Tulot, Darius Siahaan, 2013,.
Stratigraphy and Petroleum geology. Rejuvenating Play Based Exploration
The American Association of Concept In South Sumatera Basin.,
Petroleum Geologists Proceeding IPA.37th,May 2013.
Bullettin,v.77,p.731-742. [13]. Van Wagoner J.C., Mitchum R.M.,
[10]. Pulunggono, A, 1986.Tertiary Campion K.M., Rahmanian
Structural Features Related to V.D.,1990. Silisiclastic sequence
Extentional and Compressive Tectonic stratigraphy in well log, core and
in the Palembang Basin, South outcrops : Concepts for high
Sumatera, Proceeding15th IPA resolution correlation of time and
Convention, pp. 187 213. facies, AAPG Metods in Exploration
[11]. Pulunggono, A. ,Haryo, A.S and series, no.7,Tulsa, Oklahoma,55h.
Kosuma, C.G, 1992. PreTertiary and
Tertiary Fault System as a Frame
Work of The South Sumatra Basin : A
Study of SAR MAPS, Proceeding
21st IPA Convention, pp. 339 360.
LOKASI
DAERAH
PENELITIAN
37
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar.2. Posisi Tektonik Cekungan Sumatra Selatan dan Pembagian sub-cekungan di Cekungan
Sumatra Selatan (Jastek Pertamina,2003)
38
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
MF
S
MF
S S
B MF
S
Gambar.4. Posisi Maximum Floading Surface (MFS) pada system tract LST,TST danHST (Kendal,2005)
39
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
M
F
W W W
W
3 3 3
3
W W W W
3 3 3 3
Gambar.5. Korelasi sekuen stratigrafi dari barat ke timur melalui TB-33A, TB-32, Tl-227, TL-237, Tl-
240, TL-08A, TLm-49, TL-221, TL-233
40
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
TB-33A TL-237
T-32
TL-08A
TL-221
TLm-49 TL-233
TL-227
TL-229
Gambar 7. Penentuan posisi marker MFS-8, MFS-9 dan MFS-10 di sumur TL-227
41
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Cibicidoides pseudoungerianus
Sphaeroidinellopsis seminulina
Neogloboquadrina continuosa
Globoquadrina praedehiscens
Globigerinoides trilobus-group
Globigerinoides subquadratus
Globigerina angustiumbilicata
Globocassidulina subglobosa
Globigerinoides altiaperturus
Jenis Perconto
Globorotalia peripheroronda
Hastigerina praesiphonifera
Cassigerinella chipolensis
Globigerinoides primordius
Globigerinoides parawoodi
Globigerinoides sacculifer
Globigerina praebulloides
Globoquadrina dehiscens
Globorotalia plesiotumida
Heterolepa subhaidingeri
Globigerina venezuelana
Globigerinoides obliquus
Globorotalia merotumida
Globorotalia menardii(s)
Globorotalia praescitula
Globigerinatella insueta
Globigerina falconensis
Uvigerina proboscidea
Catapsydrax unicavuus
Globoquadrina altispira
Kedalaman
Sphaeroidina bulloides
Globigerina nepenthes
Gavelinopsis lobatulus
Fursenkoina bradyana
Catapsydrax dissimilis
Bolivina/Brizalina spp.
Uvigerina multicostata
Globorotaloides suteri
Globorotalia semivera
Cassidulina laevigata
Quinqueloculina spp.
Globigerina glutinata
Globigerinoides spp.
Gyroidina neosoldaii
(Meter)
Ammonia umbonata
Globorotalia mayeri
Globorotalia obesa
Epistominella spp.
Globigerina woodi
Trifarina angulosa
Orbulina universa
Cibicidoides spp.
Cassidulina spp.
Globigerina spp.
Lenticulina spp.
Glandulina spp.
Anomalina spp.
Bulimina striata
Planktonic spp.
Nodosaria spp.
Dentalina spp.
Baggina indica
Uvigerina spp.
Ammonia spp.
Cibicides spp.
Fissurina spp.
Lagena spp.
Nonion spp.
1284 DC 1/4 47 15 23 0 0 1 4 0 2 14 2 0 1 9 0 0 2 8 0 1 0 0 3 9 1 0 3 1 0 1 0 0 0 2 0 0
1314 DC 1/4 52 9 17 0 0 1 2 1 16 0 3 0 11 1 7 0 0 4 0 0 6 0 1 1 0 0 0 0 3 1 0
1340 DC 1/8 55 16 24 0 3 1 13 1 1 3 0 0 4 2 0 0 7 0 2 2 1 0 2 0 0 0 0 0 0
1362 DC 1/8 51 13 26 0 0 2 0 0 11 3 6 1 5 5 0 0 3 2 2 1 2 0 1 0
1376 DC 3/32 59 19 17 0 0 0 7 2 17 1 3 7 1 4 0 0 3 0 0 1 3 0 3 2 0 0 0 0 0
1400 DC 1/16 63 15 24 0 0 1 9 0 2 31 2 2 5 2 6 1 0 7 0 0 2 0 2 0 2 1 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0
1420 DC 1/8 58 21 28 0 0 6 0 1 21 0 2 6 2 3 0 0 8 0 0 2 0 0 1 1 1 1 1 0 0
1440 DC 1/8 52 24 38 0 1 3 0 7 13 2 4 2 3 3 3 0 4 0 0 1 0 0 0 0
1450 DC 3/16 44 21 42 0 0 8 9 15 0 9 1 4 0 0 5 2 0 5 0 0 0 1
1460 DC 3/8 18 4 49 0 1 3 2 6 3 12 0 4 14 0 2 3 8 1 1 2 1 1 0 0 0
1476 DC 1/4 31 8 46 0 0 1 1 4 1 9 1 5 0 0 5 2 0 0 2 1 3 1 2 1 2 0 0 0 1 0 0
MFS-10 (MFS-
1490 DC 1/16 47 22 31 1 0 0 8 4 11 1 8 3 9 0 6 0 4 0 4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1504 DC 3/64 41 24 23 0 0 5 4 13 1 5 2 6 0 4 0 7 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1520 DC 1/32 45 26 19 0 0 6 2 15 0 4 0 2 0 7 0 9 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1536 DC 1/16 38 23 28 0 0 3 2 10 0 3 0 3 0 5 0 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1550
1570
1580
DC
DC
DC
1/2
1/4
1/4
29
20
24
3
1
23
21
11
0
1
1 1 2
2
1
14
12 1
17
3 13
1 5
2
1
1 0
1
3
1
0 1
1
2
1
1
1 2
2
0 3
19Ma) 2
1
1 2
1 1
0
1
1
4 1
3
1
1600 DC All 12 16 8 1 2 1 1 1
1610
1624
1640
DC
DC
DC
All
All
All
10
11
1
23
15
4
1
1
12
3
1
2 2
1
2
1 1
2
1
MFS-9 (MFS- 1
2
1 1 3
2 1 2
4
1
1646 DC All 1 2 1
1662
1670
1678
DC
DC
DC
All
All
All
5
26
5
6
2 16 3
7 3 4
3
1
1
1
21Ma)(MFS-
MFS-8 1
1
1
1
1
1 1 2
1
1690 DC All
1700
1710
1730
DC
DC
DC
All
All
All 1 3 28 1 1 22.5Ma )
?
1750 DC All 4
1756 DC All 3 2 12 1 1 5 2 2 1
1768 DC All 5
1776 DC All 5 13 3 1 1
1786 DC All 3 6 27 2 2
Gambar 8. Penentuan posisi marker MFS-8, MFS-9 dan MFS-10 di sumur TL-237
Outer
TL-
neritic 237
Top (MD)
Miosen Awal Inner to BRF
N5 bag. tengah Middle
Miosen Awal
neritic
Top
N5 bag. Awal
Miosen bawah Outer
N4 bag.atas MFS-
neritic
TAF MFS-10 (MFS-
Miosen Awal 10 19Ma)
bagian tengah-
SB- SB-10 (SB-
Middle
NN1 10
neritic 20Ma)
OLIGO-MIOSEN (
Miosen Awal N4 bag. MFS-
Inner neritic MFS-9 (MFS-
Bawah)
OLIGOSEN Lit
9 21Ma)
Akhir / Te
SB- SB-9 (SB-
ora
OLIGOSEN MFS-
9
Darat/litoral
l MFS-8
22Ma)(MFS-
Akhir / TNP25 8
22.5Ma)
Transisi
OLIGOSEN Akhir SB- SB-8 (SB-
bagian bawah 8 25Ma)
Ikhtisar Biostratigrafi dan Lingkungan pengendapan sumur
TL-237
Gambar 9. Penentuan umur marker SB-8, MFS-8, SB-9, MFS-9, SB-10 dan MFS-10 di sumur TL-237
42
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
TL
TB
F.
T TL
Umur N5-B To Umur N5-N6 To
B
Umur N5-
T Miosen To ToTop TAF (1340m)>>>
Umur M T M Umur N4
DATUM Umur M MFS DATUM
S Umur SB
Umur S Umur
S
?? S
Litoral SB-9
?
OLIGOSEN
Darat/lit
MFS-8 OLIGOSEN
MFS
Transisi
S SB
Gambar 10. Korelasi marker sekuen melalui sumur TB-33A-TB-32-TL-237-TL-227 (Datum MFS-10)
TL
TL
TL
TL
To
Miosen Awal- B B B Miosen Awal N5-
Miosen Awal Miosen Awal N5-
DATUM
Miosen M M DATUM
M M Miosen Awal
Miosen Awal Miosen Awal
S
S Miosen Awal
S
S
FAULT-78
S
S OLIGOSEN Akhir
Gambar 11. Korelasi marker sekuen melalui sumur TL-08A-TLm-49-TL-233-TL-229 (Datum MFS-10)
43
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
TB-32
TB-33A
TB-32
Litoral Litoral
Gambar 12. Paleobatimetri MFS-9 bervariasi dari barat (Belimling)- inner neritik di (NIRU)-deep
Middle neritik , di Limau Tengah-Litoral ,di Limau-P dan Q51 inner neritik.
44