Anda di halaman 1dari 14

GEOLOGI DAN STUDI FASIES BATUGAMPING FORMASI BOJONGLOPANG

DAERAH BOJONGLOPANG DAN SEKITARNYA KECAMATAN JAMPANG


TENGAH KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Ebsanroy Yatule1, Djauhari Noor2, Denny Sukamto Kadarisman3

Abstrak

Tujuan penelitian dan pemetaan geologi daerah Bojonglopang dan sekitarnya, Kecamatan
Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan
bentangalam (paleogeografi), sejarah perkembangan cekungan, dan sejarah perkembangan tektonik
daerah penelitian, selain itu dilakukan kajian fasies batugamping Formasi Bojonglopang. Metodologi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, penelitian lapangan, analisa
laboratorium dan studio yang keseluruhan dituangkan dalam sebuah laporan akhir.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian
berdasarkan morfogenesanya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu satuan
geomorfologi perbukitan lipatan yang berstadia dewasa, satuan geomorfologi perbukitan gunungapi
berstadia muda dan satuan geomorfologi dataran aluvial berstadia muda.
Tatanan batuan(stratigrafi) dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Breksi Sisipan Batupasir
berumur Miosen Awal Bagian Bawah-Miosen Awal Bagian Atas (N4-N7) diendapkan di lingkungan
laut dalam, secara tidak selaras diendapkan Satuan Batuan Batugamping Sisipan Batunapal pada kala
Miosen Tengah Bagian Bawah - Miosen Tengah Bagian Atas (N9-N14) di lingkungan neritik tengah-
neritik luar, dan kala Miosen Tengah Bagian Bawah-Miosen Atas Bagian Bawah (N12-N14) secara
menjemari (berubah fasies) diendapkan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung pada
kala Miosen Tengah Bagian Bawah-Miosen Atas Bagian Bawah(N12-N16) di lingkungan transisi-
neritik tengah. Satuan batuan breksi gunungapi diperkiraakan diendapkan pada kala Plistosen Akhir
pada lingkungan darat. Satuan aluvial merupakan satuan termuda berupa material lepas ukuran
lempung hingga bongkah.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terjadi dalam dua periode tektonik yaitu
Orogenesa Miosen Bawah Bagian Atas (N 8) yang melipat satuan batuan Formasi Jampang dan
Orogenesa Pliosen Akhir-Plistosen dengan arah gaya utama Utara-Selatan yang melipat, mengangkat
dan mensesarkan seluruh satuan batuan yang lebih tua, menghasilkan Struktur lipatan berupa antiklin
Padabeunghar dan sinklin Bojonglopang, Struktur sesar berupa sesar geser jurus Cirampo, Cibojong,
Ciembe Dua, Cilawang dan Sampalan.
Fasies batugamping, didaerah penelitian terdapat tiga asosiasi fasies batugamping yaitu, asosiasi
fasies Packstone – Grainstone – Rudstone yang terbentuk pada zona fasies 4 (FZ-4) yaitu Slope /
Foreslope, asosiasi fasies Framestone - Bafflestone – Rudstone, yang terbentuk pada zona fasies 5
(FZ-5) yaitu upper slope reefs and platform-margin reefs dan asosiasi fasies Wackstone, Pakcstone,
dan Floatstone, yang terbentuk pada zona fasies 7 (FZ-7) yaitu Platform Interior-Normal Marine.

Kata kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geolog, Fasies Batugamping, Formasi Bojonglopang

I. PENDAHULUAN (Anggota Batupasir dan Anggota


Batugamping), dan Formasi Bentang. Menurut
1.1. Latar belakang Soejono, M (1984), membagi batuan-batuan
yang terdapat di Cekungan Bogor dari yang
Daerah penelitian menurut Sukamto, Rab tertua hingga muda adalah: Formasi Ciletuh,
(1975), tatanan batuan dari formasi-formasi Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi
yang tertua hingga termuda adalah Formasi Rajamandala, Formasi Citarum menjemari
Ciletuh, Formasi Walat, Formasi Batuasih, dengan Formasi Jampang, Formasi
Formasi Rajamandala, Formasi Jampang Bojonglopang menjemari dengan Formasi
(Anggota Ciseureuh dan Anggota Cikarang), Cimandiri. Hasil dari kedua peneliti diatas,
Formasi Bojonglopang, Formasi Nyalindung yaitu Sukamto, Rab (1975) dan Soejono, M

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1


(1984) terdapat perbedaan dalam hal penamaan,
hubungan dan umur batuan dari formasi-
formasi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh
karena itu, penulis tertarik melakukan
penelitian dan pemetaan geologi di daerah
Bojonglopang, Kecamatan Jampang Tengah,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat .

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui kondisi geologi Daerah
Bojonglopang dan sekitarnya, Kecamatan Gambar 1. Peta Tunjuk Lokasi Daerah Penelitian
Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat yang meliputi geomorfologi, stratigrafi,
struktur geologi, sejarah geologi dan studi II. HASIL DAN PEMBAHASAN
fasies batugamping Formasi Bojonglopang.
2.1. Geomorfologi
1.3. Metodologi Penelitian
2.1.1 Fisiografi Regional
Metodologi yang dipakai dalam penelitian
ini adalah studi pustaka, pemetaan geologi Menurut van Bemmelen, (1949) Jawa
lapangan, pekerjaan laboratorium dan studio Barat dibagi menjadi 6 (enam) zona fisiografi
serta pembuatan laporan. Kajian pustaka yaitu, Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat,
dilakukan untuk mempelajari hasil penelitian Zona Antiklinorium Bogor, Zona Depresi
terdahulu yang berhubungan dengan daerah Tengah Jawa Barat, Zona Pegunungan Selatan
penelitian sedangkan pemetaan geologi Jawa Barat, Zona Kubah dan Pegunungan Pada
lapangan berupa pengamatan, pengukuran, dan Zona Depresi Tengah, dan Gunungapi Kuarter.
penyontohan batuan. Adapun pekerjaan
laboratorium berupa analisis petrografi dan
analisis mikropaleontologi. Pekerjaan studio
berupa analisa struktur geologi, pembuatan
peta-peta, dan pembuatan laporan sebagai
bagian ahir dari proses penelitian.

1.4. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah


Penelitian

Daerah penelitian berada di wilayah


administrasi Kecamatan Jampang Tengah,
Gambar 2. Zona Fisiografi Jawa Bara, Van Bemmelen 1949
Kabupaten Sukabumi, dan secara geografis
terletak pada 106° 45' 00" - 106° 50' 00" Bujur Berdasarkan ciri-ciri kenampakan
Timur dan 7° 00' 00" - 7° 04' 00" Lintang bentangalam yang terdapat di daerah penelitian
Selatan. Dengan luas wilayah penelitian sebesar berupa perbukitan lipatan yang tersusun oleh
9,0 km x 7,25 km atau sekitar 65,250 km2. batuan sedimen Miosen dan material breksi
Daerah penelitian berada +150 km di gunungapi kuarter, maka mengacu fisiografi
Selatan Kota Bogor, dapat ditempuh sekitar 5 regional Van Bemmelen (1949), daerah
sampai 6 jam perjalanan dengan menggunakan penelitian masuk kedalam Zona Antiklinorium
kendaraan darat roda empat atau roda dua Bogor dan Gunungapi Kuarter.
melalaui rute : Bogor – Sukabumi - Cikembar -
2.1.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
Jampang Tengah, sedangkan lokasi daerah
penelitian sebagian dapat dilalui kendaraan Berdasarkan genetika pembentukan
roda dua dan sebagian hanya dapat ditempuh bentang alamnya serta merujuk pada faktor-
dengan berjalan kaki. Daerah penelitian faktor yang mengontrol bentuk-bentuk
umumnya berupa persawahan dan ladang milik geomorfologi adalah struktur, proses dan
masyarakat serta lahan milik Perhutani.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2
tahapan, dengan demikian setiap proses yang intensif, menandakan satuan geomorfologi ini
mempengaruhi suatu daerah dengan segala termasuk tahap stadia dewasa.
aspeknya akan menghasilkan bentuk morfologi
sesuai dengan karakteristik di daerah tersebut. 2) Satuan Geomorfologi Perbukitan
Dengan konsep tersebut dan berdasarkan Gunungapi
klasifikasi yang dikemukakan oleh A.K Lobeck Satuan geomorfologi perbukitan
(1953), penulis membagi tiga satuan gunungapi terbentuk dari hasil pengendapan
geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi material piroklastik yang berasal dari aktivitas
perbukitan lipatan, satuan geomorfologi gunungapi Kuarter. Batuan penyusun satuan
perbukitan gunungapi dan satuan geomorfologi geomorfologi ini adalah satuan breksi
dataran aluvial. gunungapi menempati 12% luas pada bagian
utara daerah penelitian.
Proses-proses geomorfologi yang terjadi
adalah pelapukan batuan berupa tanah dengan
ketebalan berkisar antara 0,5 – 1,4 m dan hasil
erosi berbentuk alur-alur dengan diameter 5 cm
- 2 meter hasil “rill erotion” dan “ravine
erostion”dan erosi berlembar (sheet erotion).
Morfometri satuan geomorfologi ini berada
pada ketinggian antara 50 - 150 mdpl dan
kelerengan berkisar antara 20° - 30°, satuan
geomorfologi gunungapi dicirikan oleh bentuk
relief topografi yang bertekstur halus-sedang
yang menandakan bahwa proses erosi/denudasi
terhadap bentangalam perbukitan gunungapi
masih belum merubah bentuk aslinya. Sehingga
jantera geomorfologi satuan geomorfologi
Gambar 3. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian perbukitan gunungapi ini berstadia muda.

1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan 3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial


Satuan geomorfologi perbukitan lipatan Satuan geomorfologi dataran aluvial
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan. terbentuk dari hasil pengendapan sungai berupa
Membentuk pebukitan yang memanjang barat - material lepas berukuran lempung hingga
timur berjajar punggungan bukit dan lembah bongkah. Menempati 8% dari luas daerah
yang merupakan antiklin Padabeunghar dan penelitian, menempati bagian abutmen sungai
sinklin Bojonglopang. Tersusun oleh satuan Cimandiri yang berada di utara lembar peta.
batuan breksi sisipan batupasir Formasi Secara morfometri memiliki kisaran kelerengan
Jampang, Satuan batugamping sisipan napal 0% - 3%, dengan kisaran ketinggian 125-175
Formasi Bojonglopang dan satuan batuan meter di atas permukaan laut. Termasuk dalam
batupasir selang-seling batulempung Formasi stadia geomorfik muda.
Cimandiri yang berumur Miosen.
Morfometri satuan ini berada pada 2.2. Stratigrafi
ketinggian 150 - 727 mdpl dengan sudut lereng
berkisar 10°-30°, relief topografinya yang 2.2.1 Tatanan Stratigrafi Lembar Jampang
bertekstur kasar dimana perbedaan antara bukit - Balekambang
dan lembahnya berkisar antara 15-50 meter.
Menempati 80% dari luas daerah penelitian. Secara regional daerah penelitian masuk
Proses-proses geomorfologi yang dalam Lembar Jampang dan Balekambang
teramati adalah pelapukan berupa tanah dengan yang disusun oleh Rab Sukamto (1975),
ketebalan berkisar antara 0.15 cm – 5 m dan diketahui tatanan stratigrafi dari batuan yang
hasil erosi/denudasi berupa alur-alur hasil tertua hingga termuda adalah Formasi Bayah,
“gully erotion” dan lembah-lembah hasil Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala
“valley erotion”. Ciri-ciri bentangalam (Anggota Batugamping dan Anggota Napal),
perbukitan yang sudah sudah mengalami Formasi Jampang (Anggota Cikarang dan
proses-proses geomorfologi yang cukup Anggota Ciseureuh), Formasi Lengkong,
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3
Formasi Cimandiri (Anggota Bojonglopang dan menjadi 5 (lima) satuan batuan, dari tua ke
Anggota Nyalindung), Formasi Beser, Formasi muda adalah sebagai berikut: satuan batuan
Bentang Bagian Bawah , Formasi Cibodas, Breksi Sisipan Batupasir (Formasi Jampang),
Formasi Bentang Bagian Atas Endapan satuan batuan Batugamping Sisipan Batunapal
Gunungapi Tua, Endapan Gunungapi Muda, (Formasi Bojonglopang), satuan batuan
dan Endapan Aluvial. Batupasir selang seling Batulempung (Formasi
Cimandiri), satuan batuan Breksi Gunungapi,
dan satuan Endapan Aluvial Sungai.

Gambar 6. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian


Gambar 4. Stratigrafi Lembar Jampang dan Balekambang
(Sukamto, RAB., (1975)
1) Satuan Batuan Breksi Sisipan Batupasir
2.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian Singkapan satuan batuan ini tersebar di
bagian selatan dan bagian timur lembar peta,
dengan pelamparan batuan berarah barat -
timur. Di bagian selatan lembar peta,
kedudukan batuan berkisar N 280 0 E – N 3100
E dan kemiringan berkisar antara 17 0 – 450.
Dibagian timur lembar peta(selatan-timur),
kedudukan batuan berkisar dari N 850 E - N
1200 E dan kemiringan lapisan batuannya
berkisar 140 - 240 sedangkan kedudukan
lapisan batuan di sisi utara berkisar dari N 2850
E – 3300 E dengan kemiringan lapisaan 170 -
240 membentuk struktur lipatan antiklin.
Ketebalan satuan ini dihitung berdasarkan
penampang geologi diperoleh tebal 2000 meter,
sedangkan ketebalan Formasi Jampang menurut
Rab Sukamto (1975) adalah 5000 meter.
Pada bagian bawah dicirikan oleh breksi
tak berlapis berwarna abu-abu kehitaman
dengan fragmen berukuran kerikil hingga
Gambar 5. Peta Geologi Daerah Penelitian bongkah tersusun dari fragmen batuan beku,
Berdasarkan hasil pengukuran dan dan batuan sedimen. Dibagian tengah satuan
pengamatan batuan-batuan yang tersingkap di ini mulai dijumpai breksi yang bersisipan
lapangan serta analisa petrografi batuan dan batupasir (ciefly volcanic wacke) yang
mikropaleontologi di laboratorium, batuan mengandung mineral kuarsa, feldspar dan
penyusun daerah penelitian dikelompokan fragmen batuan (lithik), dengan ketebalan
breksi ditafsir mencapai 1 - 3 meter dan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4


batupasir memiliki ketebalan 10 - 40 cm. Pada yang diambil di lokasi pengamatan PB-30
batupasir dijumpai struktur sedimen paralel Sungai Cikembang Hilir diperoleh sebaran fosil
laminasi dan gelembur gelombang (ripple foraminifera benthonik berupa Robulus sp,
mark). Bagian atas satuan ini dicirikan oleh Bolimina spicula, Eponides turcidus yang
breksi dan batupasir, dengan ketebalan breksi menunjukan kisaran kedalaman 500-800 meter
40 - 100 cm dan batupasir memiliki ketebalan atau Bathyal Tengah
5-30 cm. Berdasarkan data-data stuktur sedimen
Analisis fosil foraminifera planktonik dan data fosil bentonik tersebut diatas maka
pada lapisan bagian bawah (LP CA-3) dapat ditafsirkan bahwa satuan batuan breksi
diperoleh kumpulan fosil-fosil Globigerinoides sisipan batupasir diendapkan pada kedalaman
siakensis, Globorotalia Siakensis LEROY, 500 – 800 meter dibawah permukaan laut atau
Globigerinoides diminutus yang menunjukan pada bathyal tengah dengan mekanisme arus
umur kisaran N4-N6 atas dasar kemunculan turbid pada kipas bawah laut pada bagian
fosil Globorotalia Siakensis LEROY dan “Channeled Portion of Supra Fan Lobes on
punahnya fosil Globigerinoides diminutus Mid Fan”.
menunjukan umur kisaran N4-N6 atas dasar
kemunculan fosil Globorotalia Siakensis A

LEROY dan punahnya fosil Globigerinoides


diminutus. Dan pada bagian atas (LP CA-13)
diperoleh kumpulan fosil-fosil Globigerinoides
Stainforthi, Globigerinoides Ambitacrena,
Globigerinoides insueta yang menunjukan
umur kisaran N5-N7 atas dasar kepunahan fosil
Globigerinoides Stainforthi dan kemunculan B
fosil Globigerinoides Ambitacrena.
Berdasarkan analisa fosil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa umur satuan batuan breksi
sisipan batupasir adalah N4- N7 atau Miosen
Awal Bagian Bawah – Miosen Awal Bagian
Tengah.
Struktur sedimen “gradded bedding”,
Gambar 7. Kesebandingan profil singkapan breksi sisipan
“parallel lamination”, dan “ripple mark” batupasir dengan model kipas bawah laut Walker (1978) yang
yang dijumpai pada satuan ini dapat terdapat di lokasi pengamatan CA-9(A) dan PB-30(B)
disebandingkan dan disetarakan dengan keduanya menunjukan facies “Channelled portion of Suprafan
Lobes on Mid Fan”
“Interval Ta” ; “Interval Tb” dan “Interval
Tc” dari Sekuen Bouma (1962). Selain itu Satuan batuan breksi sisipan batupasir
profil singkapan dari breksi sisipan batupasir merupakan satuan batuan tertua di daerah
memperlihatkan “sekuen menipis keatas” penelitian, hubungan stratigrafi satuan batuan
(thinning upward sequence); dan hadirnya ini dengan satuan batuan diatasnya adalah tidak
breksi masif (tebal breksi > 1m) yang dapat selaras dengan satuan batuan batugamping.
disetarakan dengan Masive Sandstone (MS) Didasarkan pada data lapangan dimana
dari model kipas bawah laut Walker (1978) kedudukan kedua satuan batuan batuan adalah
serta dijumpai struktur sedimen sekuen Bouma tidak sama dan didukung adanya rumpang
“graded bedding” dan “parallel lamination” waktu pengendapan kedua satuan batuan
dan “ripple mark” yang dapat disetarakan tersebut. Berdasarkan ciri fisik litologinya,
dengan “interval Ta”, “interval Tb” dan satuan batuan yang tersingkap di daerah
“interval Tc” dari Sekuen Bouma (1962) dan penelitian dapat disebandingkan dengan
atau dapat disebandingkan dengan Classical Formasi Jampang.
Turbidit (CT) pada model kipas bawah laut
Walker (1978). Profil singkapan breksi sisipan 2) Satuan Batuan Batugamping sisipan
batupasir yang dijumpai dapat disebandingkan Sisipan Batunapal
dengan model kipas bawah laut Walker (1978) Satuan batuan ini berada di bagian
yaitu berada pada“Channelled portion of tengah lembar peta dengan luas penyebaran
Suprafan Lobes on Mid Fan”. Hasil analisa mencapai 35% dari luas daerah penelitian.
foraminifera benthonik pada contoh batuan Pelamparan satuan ini ke arah barat – timur

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5


dengan kedudukan batuan berkisar antara N 85 0 (Fore Reef – Reef Wall – Back Reef).
E – N 1250 E dan kemiringan lapisan berkisar Hubungan stratigrafi antara satuan
200 – 260 dan N 2550 E – N 3000 E dengan batugamping sisipan batunapal dengan satuan
kemiringan lapisan berkisar 120 - 280 batuan batupasir selang-seling batulempung
membentuk struktur perlipatan sinklin dan diatasnya adalah berubah facies atau
antiklin. Ketebalan satuan ini berdasarkan menjemari. Hal ini didasarkan pada data
penampang geologi adalah 480 meter lapangan yang memperlihatkan adanya
sedangkaan menurut Sukamto, Rab (1975), perulangan satuan batuan serta umur satuan
ketebalan Formasi Bojonglopang diperkirakan batuan yang sama pada kedua satuan, yaitu
lebih dari 400 meter. pada kisaran umur N13-N15. Satuan batuan
Ciri litologi satuan batuan batugamping batugamping sisipan batunapal yang terdapat di
sisipan batunapal yang terdapat di daerah daerah penelitian memiliki kesamaan dengan
penelitian umumnya tersingkap dengan kondisi ciri litologi dari Formasi Bojonglopang.
cukup segar. Dibagian bawah satuan batuan ini
dicirikan oleh batugamping berlapis dan 3) Satuan Batuan Batupasir selang seling
terumbu dengan ketebalan lapisan batugamping Batulempung
20-100 cm. Bagian tengah satuan dicirikan oleh Satuan batuan ini tersebar dibagian utara
batugamping masif dan batugamping terumbu lembar peta dengan pelamparan berarah barat-
yang tidak memperlihatkan pelapisan, timur, menempati 12% dari luas daerah
sedangkan ke arah bagian atas satuan ini penelitian. Kedudukan lapisan batuan berkisar
batugamping bersisipan dengan batunapal. N 900 E - N 1300 E dan kemiringan lapisan
Ketebalan lapisan batugamping berkisar 25 – berkisar 160 - 240 dan N 2700 E - N 3100 E
50 cm sedangkan batunapal memiliki ketebalan dengan kemiringan berkisar 110-240
berkisar 10 - 25 cm. membentuk struktur antiklin. Ketebalan satuan
Analisis fosil foraminifera planktonik pada ini diukur berdasarkan penampang geologi
LP CB-6 yang mewakili lapisan bagian bawah adalah 320 meter. Adapun ketebalan
diperoleh kumpulan fosil-fosi Globorotalia maksimum Formasi Cimandiri menurut Rab
mayeri dan Globoquardina dehiscen yang Sukamto (1975) sekitar 800 meter.
menunjukan umur kisaran N9-N12 atas dasar
hadirnya fosil indek Globorotalia mayeri. Pada
sampel yang mewakili bagian atas satuan
batuan (LP PB-13), diperoleh kumpulan fosil-
fosil Sphaeroidinella subdehiscens, Orbulina
universa, Orbulinna bilobata, Globorotalia
lenguaensis yang menunjukan umur kisaran A B
N12-N14 atau pada kala Miosen Tengah Bagian
Atas, yaitu ditunjukan oleh hadirnya fosil
indek Globorotalia lenguensis. Kisaran umur
relatif dari hasil analisa fosil-fosil tersebut
dapat disimpulkan bahwa umur satuan batuan
batugamping sisipan batunapal adalah N9-N14 C D
atau Miosen Tengah Bagian Bawah-Miosen Gambar 8. Foto-foto dari satuan Batupasir selang-seling
Tengah Bagian Atas. Batulempung, singkapan bagian bawah satuan didominasi
Penyusun dari satuan didominasi oleh batulempung(A); singkapan bagian atas satuan didominasi
batupasir(B); Struktur sedimen “Gradded Bedding” dan
batugamping terumbu sehingga disimpulkan “Parallel Lamination” yang dijumpai pada batupasir pada LP-
bahwa lokasi sebaran singkapan batugamping C20 di S.Cimandiri(C); Struktur sedimen “Hearing Bones”
merupakan suatu daerah Reef Complex. (Struktur Tulang Ikan) yang dijumpai pada batupasir
Penyusun utama dari batugamping terumbu tersingkap pada LP C20 (D)

didominasi oleh berbagai jenis Coral, Molusca, Ciri litologi satuan ini bagian bawah
dan Foraminifera. Coral lebih banyak hidup di umumnya didominasi oleh batulempung,
daerah masih kaya akan cahaya matahari < 50 bersifat karbonatan dengan ketebalan
m. Sehingga dapat disimpulkan bahwa batulempung berkisar 20-40 cm sedangkan
lingkungan pengendapan satuan batugamping batupasir hanya tersingkap di beberapa tempat
sisipan batunapal yaitu Neritik Tepi – Neritik dengan ketebalan berkisar 5 - 10 cm. Pada
Tengah pada paparan karbonat Reef Complex bagian tengah mulai terlihat berselingan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6


dengan ketebalan batupasir berkisar 20-80 cm 4) Satuan Batuan Breksi Gunungapi
dan batulempung berkisar 10-15 cm. Pada Satuan batuan breksi gunungapi
bagian atas satuan batuan ini perselingan tersingkap di bagian utara lembar peta,
batupasir dan batulempung memperlihatkan sebagian berada di sebelah barat dan sebagian
bahwa batupasirnya semakin tebal dan di sebelah timur daerah penelitian menempati
batulempungnya semakin berkurang. Ketebalan 12% dari luas daerah penelitian. Kedudukan
batupasir berkisar 15-60 cm sedangkan satuan batuan ini menindih tidak selaras diatas
ketebalan batulempung berkisar 5-15 cm. satuan batuan batupasir selang-seling
Struktur sedimen yang umum dijumpai pada batulempung dan memiliki kedudukan lapisan
satuan ini adalah struktur sedimen “graded relatif horisontal atau mengikuti topografi
bedding”, struktur “parallel lamination”, sebelumnya. Ketebalan satuan batuan breksi
struktur “plannar crossbedding” dan struktur gunungapi diperkirakan 20 – 40 meter atas
“hearing bones”. Batupasir berwarna abu-abu, dasar elevasi dari singkapan batuan breksi
tekstur klastik, ukuran butir 0,5 - 2 mm, bentuk gunungapi yang dijumpai di lapangan.
butir menyudut - menyudut tanggung, kemas Ciri litologi satuan breksi gunungapi
terbuka, pemilahan buruk, semen karbonat, umumnya bersifat masif, fragmen tersusun dari
komposisi mineral: kuarsa 20%, feldspar 35%, satu jenis (breksi monomik), yaitu fragmen
lithik 25%, hornblende 10%, mineral opak 5%, batuan beku, berwarna abu-abu kehitaman,
dan lempung 5%. Secara mikroskopik kemas terbuka, pemilahan buruk, dan masa
diketahui jenis batupasir pada lokasi penelitian dasar berupa tuff. Fragmen-fragmen batuan
adalah Arkosik Wacke (Gilbert, 1975). beku (andesit) terlihat seperti mengambang
Fosil foraminifera planktonik yang diatas matriks (tufa) yang mengindikasikan
temukan pada conto batuan yang diambil pada jenis breksi laharik (allobreccia) yang secara
lokasi pengamatan di sungai Cimandiri antara genetik materialnya murni material erupsi
lain Globigerinoidessubdehiscen, Globigerinita gunung api yang tertansportasi secara gravitasi
sukensis, Orbulina universa, yang menunjukan ke lereng/kaki gunung api.
umur N12-N16 atau Miosen Tengah Bagian Berdasarkan data lapangan dan posisi
Atas–Miosen Akhir Bagian Bawah. Fosil stratigrafi, satuan batuan breksi gunungapi
foraminifera bentonik yang ditemukan adalah menindih secara tidak selaras satuan batuan
Ammonia beccari, Hyperammina elongata, batupasir selang-seling batulempung Formasi
dan Rotalia beccari menunjukan kedalaman Cimandiri yang diketahui berumur N13 - N16
50-120 meter pada zona Neritik Tengah – Genesa pembentukan gunungapi (volkanisme)
Neritik Luar. Hasil pengamatan struktur- berhubungan atau berasosiasi dengan aktivitas
struktur sedimen yang dijumpai pada satuan ini, tektonik (orogenesa). Di daerah penelitian
yaitu struktur sedimen “Gradded bedding”, diketahui bahwa orogenesa (aktivitas tektonik)
“Parallel lamination”, “Plannar crossbedding” dimulai pada N20 atau kala Pliosen Akhir dan
dan “Hearing bones” mengindikasikan aktivitas volkanisme biasanya terjadi pada fase
struktur-struktur sedimen pada lingkungan akhir orogenesa, yaitu pada kala Pleistosen.
darat dan lingkungan pantai (shore) serta Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
lingkungan pasangsurut (terutama struktur umur satuan batuan breksi gunungapi yang ada
“hearing bones”). Berdasarkan fosil bentonik di daerah penelitian berumur Plistosen Akhir.
dan struktur-struktur sedimen yang dijumpai Profil singkapan reksi laharik dan “tuff” pada
dapat disimpulkan lingkungan pengendapan lokasi penelitian dapat disebandingan dengan
satuan batuaan ini ditafsirkan diendapkan pada model yang dibuat oleh Vassel dan Davis
lingkungan transisi (pantai) - lingkungan laut (1981) yang menunjukan batuan gunungapi
(neritik tengah - neritik luar). yang terdapat di daerah penelitian diendapkan
Hubungan stratigrafi satuan batuan di lingkungan darat pada facies “Distal
batupasir selang-seling batulempung dengan Volcanoclastics Facies”. Satuan batuan breksi
satuan diatasnya yaitu satuan batuan breksi gunungapi yang terdapat di daerah penelitian
gunungapi adalah tidak selaras berupa jenis dapat disebandingkan dengan endapan
ketidakselaran bersudut (Angular Uncoformity). gunungapi muda dari Sukamto, Rab (1975).
Batuan batupasir selang-seling batulempung
yang terdapat di daerah penelitian memiliki 5) Satuan Endapan Aluvial Sungai
kesamaan dengan ciri litologi dari Formasi Satuan ini menempati sekitar ± 8% luas
Cimandiri. daerah penelitian, umumnya menempati daerah

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7


dengan relief datar dan tersebar di sekitar dijumpai umumnya berarah N 10° E - N 20° E;
sungai utama yaitu Sungai Cimandiri dan Kekar Release (Release Joint atau Extention
Sungai Cibojong di bagian utara daerah Joint)), dijumpai umumnya berarah N 900 E –
penelitian. Ketebalan satuan ini berdasarkan N 1200 E. Struktur kekar tersebut dijumpai
pengamatan di lapangan, memiliki ketebalan pada semua satuan batuan yang ada di daerah
antara 0,5 - 4 m. Satuan endapan aluvial ini penelitian, yaitu pada satuan batuan breksi
merupakan yang paling muda dan masih terus sisipan batupasir, satuan batuan batugamping
terjadi proses erosi dan sedimentasi. sisipan batunapal, dan satuan batuan batupasir
selang-seling batulempung.
2.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian
2.3.2 Struktur Lipatan
Hasil pengamatan lapangan, pengukuran
unsur-unsur struktur geologi berupa Struktur lipatan yang terdapat di daerah
pengukuran jenis dan arah kekar, kedudukan penelitian adalah struktur: Antiklin
perlapisan batuan, indikasi strukktur geologi Padabeunghar dan Sinklin Bojonglopang. Di
berupa bidang sesar, off-set batuan, breksiasi, lapangan struktur lipatan ini diketahui oleh
serta didukung oleh penafsiran peta topografi adanya perubahan jurus dan kemiringan lapisan
berupa kelurusan lembah, kelurusan bukit, batuan dengan arah kemiringan lapisan batuan
kelurusan sungai, pembelokan sungai secara yang saling berlawanan maupun berhadapan
tiba-tiba, maka struktur geologi yang terdapat membentuk antiklin dan sinklin dengan arah
di daerah penelitian adalah Kekar, Struktur sumbu lipatan relatif baratlaut- tenggara.
Lipatan dan Sesar. Penamaannya struktur-
struktur geologi disesuaikan dengan nama a) Antiklin Padabeunghar
lokasi geografis setempat. Penamaan struktur antiklin
Padabeunghar dikarenakan sumbu antiklin ini
melalui desa Padabeunghar dengan panjang
sumbu antiklin lebih kurang 9,5 km berarah
baratlaut -tenggara. Arah kemiringan lapisan
batuan yang berlawanan dengan kedudukan
batuan pada bagian sayap bagian timur laut
A B adalah N 2700 E - N 3100 E dengan kemiringan
berkisar 110 - 240 dan pada sayap bagian
baratdaya berarah N 900 E - N 1300 E dan
kemiringan lapisan berkisar 160 - 240. Antiklin
Padabeunghar dapat dikategorikan sebagai
antiklin yang simetri karena kedua
C D
sayapnya relatif sama besar.
Gambar 9. Foto-foto singkapan unsur-unsur struktur geologi:
Kekar Gerus(Shear Joint) pada batugamping berarah N 40° E
dan N 340° E pada LP PB-4 (A); Mikrofold pada batugamping di b) Sinklin Bojonglopang
LP RT-4 desa Sindang Resmi(B); Offset batuan dan bidang Penamaan struktur sinklin Bojonglopang
sesar dengan arah N 370 E/ 880 dijumpai di S.Cibojong(C); dikarenakan sumbu sinklin ini melalui desa
Bidang sesar dengan arah N 40° E / 88° di desa Sampalan(D)
Bojonglopang dengan panjang sumbu sinklin
2.3.1 Struktur Kekar lebih kurang 10,5 km berarah baratlaut –
tenggara. Bukti-bukti dari sinklin
Struktur kekar yang berkembang di Bojonglopang ditandai oleh arah kemiringan
daerah penelitian terdapat 3 (tiga) jenis yaitu: lapisan batuan yang saling berhadapan dengan
kekar gerus (shear joint); kekar tension; dan kedudukan batuan pada sayap bagian timur laut
kekar tarik (compression joint). Kekar Gerus adalah N 900 E - N 1300 E dan kemiringan
(Shear Joint atau Compression Joint) yaitu lapisan berkisar 160 - 240 dan sayap bagian
kekar yang terbentuk akibat adanya tekanan, baratdaya berkisar N 2700 E - N 3200 E dengan
dijumpai berarah N 40° E - N 45° E dengan kemiringan berkisar 110 - 240. Sinklin
kemiringan berkisar antara 75°- 82°, dan Bojonglopang dapat dikategorikan sebagai
pasangannya dengan arah umum N 339° E sinklin yang simetri atas dasar bahwa besarnya
sampai N 347° E dengan kemiringan berkisar kemiringan lapisan batuan pada kedua
antara 78°-80°; Kekar Tarik (Tension Joint), sayapnya adalah relatif sama besar.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8


2.3.3 Struktur Sesar dari Sesar Geser Jurus Ciembe Dua di daerah
penelitian antara lain berupa: Off-set batuan
Berdasarkan hasil pengamatan dan dan bidang sesar dengan arah N 380 E/880.
pengukuran unsur-unsur struktur geologi di Dijumpai di Sungai Ciembe Dua pada lokasi
lapangan dapat diketahui bahwa didaerah pengamatan BNN-1; Mikrofold pada
penelitian terdapat 5 (lima) jenis sesar, yaitu: batugamping yang dijumpai dilokasi
Sesar Geser Jurus Cirampo, Sesar Geser Jurus pengamatan RT-4 bagian selatan desa Sindang
Cibojong, Sesar Geser Jurus Ciembe Dua, Resmi; Offset Sungai Cimandiri yang berada di
Sesar Geser Jurus Cilawang; dan Sesar Geser sekitar Sungai Cibandong - Desa Parakan
Jurus Sampalan. Lima. Berdasarkan pergerakan relatifnya, sesar
geser jurus Ciembe Dua sebagai sesar geser
a) Sesar Geser Jurus Cirampo jurus mengiri (sinistral strike slip faults).
Penamaan sesar geser jurus Cirampo
dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di d) Sesar Geser Jurus Cilawang
sekitar desa Cirampo. Pada peta geologi, sesar Penamaan sesar geser jurus Cilawang
ini terletak disebalah barat lembar peta, dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di
memanjang dari baratdaya-timurlaut dengan sungai Cilawang. Pada peta geologi, sesar ini
panjang sesar diperkirakan 3,5 km. Indikasi terletak di bagian timur lembar peta memanjang
dan bukti-bukti sesar geser jurus Cirampo di dari baratdaya-timurlaut dengan panjang sesar
lapangan adalah: Kedudukan lapisan batuan diperkirakan 5,5 km. Bukti dari Sesar Geser
yang tidak teratur pada dinding sungai dan Jurus Cilawang di daerah penelitian antara lain
dasar sungai Cirampo di lokasi pengamatan berupa: Bidang sesar N 40° E / 85° dijumpai di
CM-4; Bidang sesar dengan arah N 450 E / 800 lokasi pengamatan JB-1 di Sungai Cilawang;
dan off-set batuan yang dijumpai di lokasi Kedudukan lapisan batuan yang tidak teratur di
pengamatan CM-4 di sungai Cirampo; dan sepanjang lokasi pengamatan GH-11, GH-10,
adanya off-set dari saluran Sungai Cimandiri. dan GH-9 sungai Cilawang Girang; Bidang
Berdasarkan pergerakan relatifnya, sesar geser sesar N 220° E / 87° dijumpai di lokasi
jurus Cirampo sebagai sesar geser jurus mengiri pengamatan GH-12 di selatan desa Pasir
(sinistral strike slip faults). Malang. Berdasarkan pergerakan relatifnya,
sesar geser jurus Cilawang sebagai sesar geser
b) Sesar Geser Jurus Cibojong jurus mengiri (sinistral strike slip faults).
Penamaan sesar geser jurus Cibojong
dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di e) Sesar Geser Jurus Sampalan
sungai Cibojong. Pada peta geologi, sesar ini Penamaan sesar geser jurus Sampalan
terletak dibagian tengah lembar peta, dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di
memanjang dari baratdaya-timurlaut dengan sekitar desa Sampalan. Pada peta geologi, sesar
panjang sesar diperkirakan 4,5 km. Bukti dari ini terletak di timur lembar peta bagian selatan,
Sesar Geser Jurus Cibojong di daerah penelitian memanjang dari baratdaya-timurlaut dengan
antara lain berupa: Bidang sesar yang berarah panjang sesar diperkirakan 2,5 km. Bukti dari
N 370 E/880 yang terdapat di Sungai Cibojong Sesar Geser Jurus Sampalan di daerah
pada lokasi pengamatan PB-28; Kedudukan penelitian antara lain berupa: Bidang sesar
lapisan yang tidak teratur yang dijumpai di dengan arah N 218° E / 87° dijumpai di lokasi
lokasi pengamatan; Offset sungai Cimandiri di pengamatan PB-6 di sekitar desa Sampalan;
daerah sekitar kampung Panyindangan. Bidang sesar dengan arah N 40° E / 88°
Berdasarkan pergerakan relatifnya, sesar geser dijumpai di lokasi pengamatan PB-6 di sekitar
jurus Cibojong sebagai sesar geser jurus desa Sampalan; Kedudukan lapisan batuan
mengiri (sinistral strike slip faults). yang tidak teratur di lokasi pengamatan PB-12
sungai Cibasan. Berdasarkan pergerakan
c) Sesar Geser Jurus Ciembe Dua relatifnya, sesar geser jurus Sampalan sebagai
Penamaan sesar geser jurus Ciembe Dua sesar geser jurus mengiri (sinistral strike slip
dikarenakan indikasi sesar ini dijumpai di faults).
sungai Ciembe Dua. Pada peta geologi, sesar
ini terletak di utara lembar peta sebelah timur,
memanjang dari baratdaya-timurlaut dengan
panjang sesar diperkirakan 2,25 km. Bukti

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9


2.3.4 Urutan Pembentukan Struktur mengalami orogenesa yang menyebabkan
Daerah Penelitian satuan batuan breksi sisipan batupasir Formasi
Jampang mengalami perlipatan dan
Berdasarkan data dan pengamatan pengangkatan. Paleogeografi daerah penelitian
dilapangan dan dipadukan dengan konsep pada N8-N9 diperkirakan sudah berupa laut
pembentukan struktur Moody and Hill (1954), dangkal. Pada N9 atau kala Miosen Tengah
maka arah umum gaya yang bekerja di daerah Bagian Bawah, daerah penelitian mulai
penelitian mempunyai arah N 1900 E atau diendapkan satuan batuan batugamping sisipan
Utara-Selatan, dimana arah gaya adalah tegak batunapal pada lingkungan neritik tengah -
lurus dari nilai rata-rata jurus perlapisan di neritik luar. Pengendapan satuan batugamping
daerah penelitian yang berarah N 80 0 E – N sisipan batunapal berlangsung hingga N14 dan
1300 E. Gaya yang bekerja di daerah penelitian bersamaan dengan itu pada N12 diendapkan
merupakan hasil aktivitas tektonik yang terjadi secara menjemari satuan batupasir selang-
pada saat Orogenesa Pliosen Akhir, sehingga seling batulempung Formasi Cimandiri.
gaya menekan seluruh satuan batuan yang ada, Pengendapan satuan batugamping sisipan
yaitu batuan-batuan dari Formasi Jampang, batunapal Formasi Bojonglopang berlangsung
Formasi Bojonglopang, dan Formasi Cimandiri, hingga N14 dan pengendapan dilanjutkan oleh
membentuk kekar-kekar yang dilanjutkan satuan batuan batupasir selang-seling
pembentukan struktur perlipatan berupa batulempung Formasi Cimandiri hingga N 16
Antiklin Padabeunghar dan Sinklin atau kala Miosen Atas Bagian Bawah. Satuan
Bojonglopang. Gaya ini terus bekerja daerah batupasir selang-seling batulempung
penelitian hingga melewati batas ambang diperkirakan diendapkan pada lingkungan
elastisitas batuan, sehingga menyebabkan neritik tengah – lingkungan litoral hingga
deformasi atau pegeseran membentuk sesar- lingkungan pasang-surut. Kondisi paleogeogrfi
sesar geser berarah Baratdaya – Timurlaut, daerah penelitian pada kala tersebut
yaitu sesar geser jurus Cirampo, sesar geser diperkirakan berupa laut dangkal – litoral. Pada
jurus Cibojong, sesar geser jurus Ciembe Dua, N20 atau Pliosen Atas di daerah penelitian mulai
sesar geser jurus Cilawang, dan sesar geser terjadi pegangkatan kembali (orogenesa kedua)
jurus Sampalan. yang mengakibatkan satuan-satuan batuan dari
Keseluruhan struktur geologi yang Formasi Jampang, Formasi Bojonglopang, dan
terdapat di daerah penelitian terjadi dalam 2 Formasi Cimandiri mengalami perlipatan dan
(dua) periode tektonik. Tektonik pertama, yaitu pengangkatan membentuk struktur sinklin –
Orogenesa Miosen Awal Bagian Atas yang antiklin yang dilanjutkan dengan pembentukan
berakibat pada satuan batuan breksi sisipan struktur sesar-sesar geser jurus Cirampo,
batupasir Formasi Jampang. Tektonik kedua, Cibojong, Ciembe Dua, Cilawang dan
yaitu Orogenesa Pliosen Akhir - Plistosen yang Sampalan.
mengakibatkan batuan-batuan dari Formasi Orogenesa yang terjadi di daerah
Jampang, Formasi Bojonglopang, dan Formasi penelitian diperkirakan berlangsung hingga
Cimandiri mengalami peng-kekaran, perlipatan kala Plistosen yaitu dengan terjadinya aktivitas
dan pensesaran. volkanisme yang menghasilkan endapan
piroklastik berupa breksi gunungapi yang
2.4 Sejarah Geologi Daerah Penelitian diendapkan di daerah penelitian. Paleogeografi
daerah penelitian pada kala Plistosen
Sejarah geologi daerah penelitian diperkirakan sudah berupa daratan. Seiring
dimulai pada kala N4 diendapkan satuan batuan dengan waktu geologi maka proses pelapukan
breksi sisipan batupasir (Formasi Jampang) terhadap batuan-batuan yang ada yang
dengan mekanisme aliran graavitasi pada kemudian dierosi dan diangkut oleh sungai-
kedalaman 500 – 800 meter dibawah sungai yang terdapat di daerah penelitian dan
permukaan laut atau neritik tengah – neritik diendapkan disepanjang aliran sungai sebagai
luar. Pengendapan satuan batuan Formasi endapan aluvial sungai. Satuan endapan aluvial
Jampang berlangsung hingga N7 atau Miosen sungai ini menutupi satuan batuan di bawahnya
Bawah Bagian Tengah. Kondisi paleogeografi dengan batas berupa bidang erosi.
daerah penelitian pada kala tersebut berupa laut
dalam. Kemudian pada N8 atau kala Miosen
Bawah Bagian Atas daerah penelitian mulai

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10


III. KAJIAN FASIES BATUGAMPING (1975). Hasil analisa fasies batugamping
digambarkan dalam peta penyebaran fasies
3.1 Teori Fasies Batuan Karbonat batugamping daerah penelitian.
Batuan karbonat adalah batuan dengan
3.3 Data dan Hasil Analisa Fasies
kandungan material karbonat lebih dari 50 % Batugamping
yang tersusun atas partikel karbonat klastik
yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil Analisa data singkapan batugamping
presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Formasi Bojonglopang pada setiap Lokasi
Sedangkan batugamping menurut definisi pengamata(LP) di lapangan dan pengambilan
Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang conto batuan lebih dominan dilakukan secara
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. megaskopis dan beberapa secara mikroskopis.
Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah Hasil analisa fasies(lithofacies) dengan
batugamping. Sedimen karbonat dihasilkan dari menggunakan klasifikasi Dunham(1962) dan
proses organik biokimia pada lingkungan laut Embry & Klovan (1971), diketahui pada daerah
yang jernih, hangat, dangkal. penilitian terdapat beberapa fasies batugamping
Fasies adalah suatu tubuh batuan yang yang dikelempokan menjadi 3 asosiasi fasies,
dicirikan oleh kombinasi ciri litologi, ciri fisik yaitu Packstone – Grainstone - Rudstone,
dan biologi yang membedakannya dengan Framestone – Bafflestone - Rudstone,
tubuh batuan yang berdekatan (Walker, 1992). Wackstone – Packstone - Floatstone.
Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu
yang sama dikatakan berbeda fasies jika kedua
batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia, atau
biologisnya. Penentuan fasies pada penelitian
ini didasarkan pada analisa lithofasies dan
lingkungan pengendapannya.
Analisa fasies batugamping berupa
pengamatan komponen penyusun (biota, mikrit,
semen), tekstur, struktur dan porositas, melalui
pengamatan megaskopis dan mikroskopis
dengan menggunakan klasifikasi
Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971).
Untuk analisa lingkungan pengendapan dan
asosiasi lithofasies batugamping merujuk pada
skematik diagram Reef Facies dan Asosiasi
sedimennya Standart Facies Belt dari Wilson,
1975 dalam Flugel (2010).

3.2 Metode Analisa Fasies Batugamping

Penelitian dilakukan dengan cara


Gambar 10. Foto-foto singkapan fasies batugamping pada
observasi langsung singkapan di lapangan yang
daerah penelitian: fasies framestone, dengan penyusun utama
termasuk didalamnya berupa pengambilan data berupa platy coral pada LP CR-8 (A); fasies framestone dengan
lapangan dan pengambilan conto batuan head coral sebagai frame builderpada LP RT-6 (B); fasies
karbonat (batugamping) untuk menentukan rudstone, terususun atas pecahan head coral pada LP RT-3 (C);
sayatan tipis sample fasies packckstone, fragmen penyusun
jenis lithofasies batugamping menggunakan didominasia foraminifera besar Lepidocyclina sp, sedikit
klasifikasi Dunham(1962) dan Embry & Globigerina sp dan rombakan koral (D); fasies Floatstone,
Klovan (1971). pecahan branching coral terlihat mengambang di atas lumpur
karbonat (matrix) (E); fasies bafflestone dengan branching
Menentukan sebaran fasies pada daerah coral sebagai baffler, LP RT-17 (F)
penelitian dengan mengelompokan fasies
(lithofacies) batugamping berdasarkan 1. Asosiasi Fasies Packstone - Grainstone –
perbedaan ciri-ciri yang ditemui di lapangan, Rudstone
selanjutnya dihubungkan dengan analisa Asosiasi fasies ini tersingkap di selatan
lingkungan pengendapan batugamping yang - barat dan pada sisi utara - timur peta. Ciri
merujuk pada standar fasies belt dari Wilson singkapan asosiasi fasies ini tersingkap berlapis

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11


baik selang-seling antara fasies Packstone, bidang kedudukan batuan. Asosiasi fasies ini
Grainstone, dan Rudstone. Ketebalan terdiri dari Fasies Framestone - Bafflestone –
perlapisan bervariasi antara 20 -100 cm, dengan Rudstone.
kemiringan perlapisan yang relatif terjal dengan Fasies Framestone berwarna krem-
dip berkisar 15°- 42°. Di antara antara coklat terang, memiliki septa-septa, beberapa
perlapisan kadang terdapat sisipan batunapal terisi mineral kalsit, rapuh-kompak. Penyusun
tipis (Shale Break) sekitar 1 - 1,5 cm. utamanya adalah kerangka coral jenis
Fasies Packstone berwarna coklat Platycoral yang sangat jelas terlihat sehingga
kekuningan, abu-abu kecoklatan hingga abu- dapat juag dinamakan Platycoral Framestone.
abu terang, kompak, berlapis baik. kaya akan Selain itu ada juga yang komponen penyusun
foraminifera, cangkang moluska, dan fragmen utamanya dari kerangka coral jenis head coral.
alga yang berukuran sedang dengan butiran Fasies Bafflestone berwarna coklat
utuh sampai pecah-pecah, serta memperlihat terang, terdiri dari pecahan cangkang dan
tekstur grain supported yang memiliki lumpur pecahan koral. Pecahan cangkang terdiri dari
karbonat sebagai matriks. cangkang foraminifera besar, chepalopoda dan
Fasies Grainstone berwarna coklat brachyopoda. Pecahan koral terdiri dari platy
terang, abu-abu kecoklatan, hingga abu-abu coral dan branching coral. Bioklas tersebar
terang, kompak, berlapis baik, terdapat sebagai matriks yang bersifat calcareous sand.
sebagian masif, kaya akan foraminifera, Meperlihatkan tekstur tumbuh (growth
cangkang moluska, fragmen alga merah, position) dari baranching coral yang berperan
berukuran sedang-kasar, keadaan fragmen utuh sebagai baffle yang memerangkap endapan
sampai pecah-pecah dengan tekstur grain hasil rombakan dan lumpur karbonat.
supported yang mengandung sangat sedikit Fasies Rudstone berwar warna abu-abu
bahkan hampir tidak terlihat lumpur karbonat. kecoklatan hingga abu-abu terang. Komponen
Fasies Rudstone berwarna coklat terang, penyusun didominasi pecahan head coral,
abu-abu kecoklatan, hingga abu-abu terang. platycoral, sebagian cangkang moluska dan
Tersusun atas fragmen hasil dengan ukuran foraminifera yang saling kontak satu dengan
antara 2 mm – 2,5 cm dengan tekstur grain yang lain. Menunjukan tekstur grain suported
supported dengan ukuran butir sangat kasar, dengan fragmen penyusun berukuran sangat
kehadiran lumpur karbonat sebagai matriks kasar kehadiran lumpur karbonat sebagai
sangat sedikit. Fragmen didominasi oleh matriks sangat sedikit.
pecahan koral (platycoral dan head coral), Berdasarkan ciri litologi dan asosiasi
foraminifera besar. Antar fragmen penyusun fasiesnya, dapat diketahui bahwa bahwa
saling kontak satu dan lainnya. asosiasi fasies ini diendapkan pada area organic
Berdasarkan ciri litologi serta asosiasi build up dengan energi sedang – tinggi.
fasiesnya dapat diketahui bahwa bahwa asosiasi Berdasarkan Standart Facies Zone
fasies ini diendapkan pada energi sedang – Wilson(1975) & Flugel (2010), disimpulkan
tinggi yang dicirikan dengan kehadiran lumpur bahwa asosiasi fasies Framestone - Bafflestone
yang sangat sedikit. Berdasarkan Standart – Rudstone diendapkan pada zona fasies 5 (FZ-
Facies Zone Wilson(1975) & Flugel (2010), 5) yaitu upper slope reefs and platform-
disimpulkan bahwa asosiasi fasies Packstone, margin reefs . Zona fasies 5 masih merupakan
Grainstone, dan Rudstone diendapkan pada zona terumbu inti bagian depan (Core Reef).
zona fasies 4 (FZ-4) yaitu Slope / Foreslope .
Zona 4 dijelaskan masih merupakan zona 3. Asosiasi Fasies Wackstone – Packstone –
terumbu bagian depan (Fore Reef). Floatstone
Asosiasi fasies ini tersingkap di bagian
2. Asosiasi Fasies Framestone - Bafflestone – tengah peta dan tersebar searah barat laut-
Rudstone tenggara bagian tengah sepanjang sumbu
Asosiasi fasies ini tersingkap di bagian sinklin bojonglopang. Ciri umum litologi
tengah peta dan tersebar searah barat laut – asosiasi fasies ini didominasi batugamping
tenggara. Ciri umum litologi asosiasi fasies ini klastik dengan kenmpakan di lapangan
didominasi batugamping terumbu yang masih tersingkap jelas perlapisan yang baik selang
memperlihatkan struktur tumbuh. Sebagian seling antara fasies wackstone, pakcstone, dan
besar tidak menujukan perlapisan yang baik floatstone dan juga terdapat lapisan batunapal
sehingga susah untuk melakukan pengukuran

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12


diantaranya. Ketebalan perlapisan bervariasi
antara 10 -50 cm.
Fasies Wackstone terdiri dari butiran
halus dimana lumpur karbonat cukup
melimpah. Berwarna putih kekuningan-abu
terang, keras, dan kompak. Berdasarkan
pengamatan petrografis nampak jelas
didominasi oleh matriks, tekstur klastik, terdiri
dari fragmen fosil (16%) berupa foraminifera
besar, pecahan cangkang moluska dan
rombakan koral, terdapat mineral opak (6%),
matriks (60%) berupa lumpur karbonat (mud
suported),semen kalsit (13%) menggantikan
fosil koral dan mengisi ruang antar butir.
Fasies Packstone berwarna coklat Gambar 12. Peta Sebaran Fasies Batugamping Daerah
Penelitian
kekuningan, abu-abu kecoklatan hingga abu-
abu terang. Kaya akan foraminifera, cangkang
moluska, dan fragmen alga yang berukuran IV. KESIMPULAN
sedang dengan butiran utuh sampai pecah-
pecah, serta memperlihat tekstur grain Geomorfologi daerah penelitian secara
supported yang memiliki lumpur karbonat morfogenesa dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
sebagai matriks berupa microsparry calsit. satuan geomorfologi, yaitu: Satuan
Fasies Floatstone berwarna abu-abu – Geomorfologi Perbukitan Lipatan yang
coklat terang. Terdiri dari pecahan branching berstadia dewasa; Satuan Geomorfologi
coral yang terlihat mengambang(floating) di Perbukitan Gunungapi berstadia muda dan
atas matriks yang bersifat pasiran(calcareous Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial yang
sand) hingga lumpur karbonat. Fragmen berstadia muda.
pecahan branching coral berbentuk memanjang Tatanan batuan yang terdapat di daerah
berukuran 2–8 cm. Matriks berupa hancuran penelitian dari yang tertua dan termuda adalah:
coral dan foraminifera besar yg berukuran Satuan batuan breksi sisipan batupasir Formasi
halus. Jampang, berumur N4 - N7 atau kala Miosen
Ciri litologi dan asosiasi fasiesnya, Awal Bagian Bawah - Miosen Awal Bagian
menunjukan asosiasi fasies ini diendapkan pada Tengah dan diendapkan pada kedalam 500-800
energi rendah-sedang, dicirikan dengan m atau bathyal tengah dengan mekanisme
kehadiran lumpur yang sangat melimpah. aliran gravitasi. Satuan batuan batugamping
Berdasarkan Standart Facies Zone sisipan batunapal Formasi Bojonglopang
Wilson(1975) & Flugel (2010), disimpulkan berumur N9 - N14 atau Miosen Tengah Bagian
bahwa asosiasi fasies fasies wackstone, Bawah - Miosen Tengah Bagian Atas pada
pakcstone, dan floatstone diendapkan pada lingkungan neritik tengah - neritik luar. Satuan
zona fasies 7 (FZ-7) yaitu Platform Interior- batuan batupasir selang-seling batulempung
Normal Marine (Open Marine) (Gambar 3.3). Formasi Cimandiri berumur N12-N16 atau kala
Zona fasies 7 merupakan zona terumbu Miosen Tengah Bagian Bawah – Miosen Atas
belakang (Back Reef). Bagian Bawah, yang diendapkan pada
lingkungan transisi (litoral) hingga neritik
tengah. Satuan batuan breksi gunungapi yang
berumur Plistosen Akhir diendapkan di
lingkungan darat pada fasies “proximal
volcaniclastic”. Satuan termuda adalah satuan
endapan aluvial berumur Holosen.
Struktur geologi yang terjadi di daerah
penelitian adalah kekar jenis kekar gerus, kekar
tarik dan kekar release. Struktur lipatan berupa
Gambar 11. Llingkungan pengendapan fasies batugamping Antiklin Padabeunghar dan Sinklin
pada daerah penelitian berdasarkan Standart Facies Zone Bojonglopang berarah baratlaut -tenggara.
Wilson(1975) modifikasi Flugel (2010)
Struktur sesar berupa sesar geser jurus

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 13


Cirampo, sesar geser jurus Cibojong, sesar Landscapes, Mc.Graw-Hill Book
geser jurus Ciembe Dua, sesar geser jurus Company, New York.
Cilawang, dan sesar geser jurus Sampalan. Noor, Djauhari, 2014, Geomorfologi, Edisi
Struktur geologi di daerah penelitian terjadi Pertama, Penerbit Deepublish (CV
dalam 2 periode, yaitu Orogenesa Miosen Awal Budi Utama), Jalan Kaliurang Km
Bagian Akhir (N8) yang melipat Formasi 9,3 Yogyakarta 55581.,
Jampang dan Orogenesa Pliosen Akhir – h.326.ISBN 602280242-6
Plistosen yang menyebabkan batuan-batuan Noor, Djauhari, 2016, Prinsip Prinsip
Formasi Jampang, Formasi Bojonglopang, dan Stratigrafi, Penerbit Khalifah
Formasi Cimandiri terdeformasi menghasilkan Mediatama, Komplek Pamulang
perlipatan, pengangkatan dan pensesaran elok, Blok K1A, No.20, Pondok
dengan arah gaya utama N 1900 E. Petir, Bojongsari, Depok, Jawa
Berdasarkan kajian fasies batugamping Barat, h.133.ISBN 978-602-7854-
Formasi Bojonglopang diketahui bahwa 43-7
batugamping Formasi Bojonglopang dapat Postuma, J.A., 1971, Manual of Planktonik
dibagi menjadi 3 asosiasi fasies. Antara lain Foraminifera, Elseiver Publishing
asosiasi fasies Packstone – Grainstone - Company, Amsterdam-London-
Rudstone, yang terbentuk pada zona fasies 4 New York.
(FZ-4) yaitu Slope / Foreslope. Asosiasi fasies Soejono Martodjojo (1984), Evolusi Cekungan
Framestone – Bafflestone - Rudstone, yang Bogor, Jawa Barat, Disertasi
terbentuk pada zona fasies 5 (FZ-5) yaitu upper Doktor, Fakultas Pasca Sarjana,
slope reefs and platform-margin reefs. Institut Teknologi Bandung (ITB),
Asosiasi fasies Wackstone - Pakcstone - Bandung, Tidak Dipublikasi.
Floatstone, yang terbentuk pada zona fasies 7 Sukamto, RAB, 1975, Peta Geologi Bersistem
(FZ-7) yaitu Platform Interior-Normal Marine Lembar Jampang dan
(Open Marine) Balekambang, Skala 1:100.000,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G),
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Walker, R.G., 1978, "Deep-water sandstone
Bemmelen, R. W. Van, 1949, General Geology facies and ancient submarine
of Indonesia and Adjacent fans: model for exploration for
Archipelagoes, Government stratigraphic traps", American
Printing Office, The Association of Petroleum
HagueMartinus Nijhoff, Vol. 1A, Geologists Bulletin, 62 (6), p. 932-
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969, “Range 966.
Chart, Late Miosen to Recent Williams, H., Turner, F.J., dan Gilbert, C.M.,
Planktonic Foraminifera 1954, Petrography an
Biostratigraphy”, Proceeding of Introduction to The Study of
The First. Rock in Thin Sections, W.H.
Bouma, Arnold, H, 1962, Sedimentology of Freeman and Company, New
some Flysch deposits: A graphic York.
approach to facies interpretation,
Amsterdam : Elsevier, 168 p.
Dunham, R.J., 1962, Classification of PENULIS
Carbonat Rock According to 1. Ebsanroy Yatule, ST., Alumni (Tahun
Depositional Texture, Houston, 2017) Program Studi Teknik Geologi FT-
Texas, USA. Unpak.
Flügel, E., 2010, “Microfacies of Carbonate 2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc., Staf Dosen
Rocks, Analysis, Interpretation Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak.
and Application”, Springer- 3. Ir. Denny Sukamto Kadarisman, M.T., Staf
Verlag, Berlin. Dosen Program Studi Teknik Geologi FT-
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology: An Unpak.
Introduction to the Study of

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 14

Anda mungkin juga menyukai