lebih luas dari deposit bijih itu sendiri. Menurut Lindgren (1933) proses hidrotermal
salah satu medium pengubah batuan tersebut. Pada umumnya intrusi batuan beku
selalu diikuti oleh adanya injeksi larutan sisa, yaitu larutan hidrotermal. Larutan ini
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya mineral alterasi dan mineral
bijih dalam suatu sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1988), adalah :
Komposisi kimia dan konsentrasi larutan panas yang bergerak, bereaksi dan berdifusi
adalah batuan yang mengandung karbonat seperti batugamping dan dolomite yang
umumnya menghasilkan cebakan Tembaga (Cu), Seng (Zn), Timbal (Pb), dan Mangan
(Mn).
Struktur lokal batuan samping terutama struktur rekahan-rekahan atau celah-celah dan
batuan dinding.
Rekahan pada batuan samping dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
A. Rekahan asli:
c. Vesicles atau blow holes, yaitu lubang-lubang bekas keluarnya gas pada saat lava
membeku.
d. Cooling cracks, yaitu rekah kerut akibat kontraksi lava sewaktu membeku
e. Igneous breccia cavities, yaitu celah-celah seperti pada breksi vulkanik, breksi
b. Shear zone cavities, yaitu rekahan yang berkumpul pada suatu tempat akibat
patahan kecil
e. Tectonic breccias, yaitu rekahan-rekahan pada breksi akibat tektonik yang terjadi
f. Collapse breccia, yaitu rekahan pada breksi akibat kolaps atau roboh
mineral-mineral terhadap alterasi. Adapun mineral yang mudah terubah adalah mineral
plagioklas terutama terubah menjadi serisit, epidot, albit, klino-zoisit, klorit, dan mineral
lempung.
bergerak, bereaksi dan berdifusi, melarutkan serta membawa bahan-bahan yang akan
berkisar antara 78°C sampai 573°C, yaitu dibawah titik inversi mineral kuarsa.
Perubahan mineral pada proses alterasi dapat diketahui bila diamati pada sayatan tipis
contoh batuan di bawah mikroskop, namun akan lebih jelas lagi apabila diadakan
sekitar, terlebih pada batuan yang mengalami breksiasi, retakan-retakan yang kuat,
wama bisa menjadi bertambah terang atau memudar, hal ini disebabkan karena
melimpahnya mineral berwarna terang, misalnya saja mineral lempung, alunit, kuarsa,
dan karbonat, dan perubahan warna bisa juga bertambah gelap (oksidasi) misalnya
oksidasi pirit menjadi limonit, hematit, mineral klorit juga dapat menyebabkan warna
oleh mineral-mineral ubahan. Besar butir yang ukurannya kasar menjadi halus. Agregat
itu tidak menghilangkan tekstur semula karena masih terlihat jejak fenokrisnya.
Tingkat alterasi yang terjadi secara umum tidak dapat dibedakan secara mudah
Secara umum tekstur dan struktur yang diperlihatkan oleh mineral yang mengalami
g. Replacement, yaitu struktur penggantian mineral oleh mineral lain, yang terdiri dari :
(1) Marginal (rim structure) yaitu bagian pinggir mineral mengalami penggantian, (2)
Core (atoll structure) yaitu bagian inti mineral mengalami penggantian, (3) Selective
yaitu penggantian mineral secara selektif, (4) Relict structure yaitu struktur sisa mineral,
a. Crystalline, yaitu berupa belahan, kembar, tulang ikan, dendritik, serta zoning, dan
pendinginan dari lidah intrusi yang bersifat penerobosan. Berdasarkan dari pengamatan
lapangan pada sejumlah area endapan sistem porfiri, S.R. Titley dan R.E. Beane (1981)
menyimpulkan bahwa geometri intrusi, komposisi intrusi dan hubungan intrusi terhadap
kandungan tembaga akan berhubungan dengan besarnya areal intrusi atau komplek
intrusi yang terjadi. Intrusi yang hadir lebih dari satu kali pada tempat yang sama
dengan sumber tubuh magma yang berlainan maka antar intrusi tersebut dapat
intrusi dimana terdapat lebih dari satu kali pengintrusian, maka secara gradasi zona
dari batuan beku diorit hingga kuarsa monzonit akan memperlihatkan perubahan
umumnya akan hadir berasosiasi dengan intrusi yang lebih muda (Creasey, 1966).
zona ubahan, semakin jauh dari pusat hidrotermal tingkat ubahannya akan semakin
lemah. Menurut Lowell dan Guilbert (1970) perubahan terjadi secara lateral dan vertikal
dari bawah ke atas. Ubahan hidrotermal diartikan sebagai suatu proses yang
menyangkut perubahan fase akibat interaksi larutan hidrotermal terhadap batuan yang
Lowell dan Guilbert (1970) zona ubahan dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu Gambar
1:
1. Zona Potassic
Zona ini tidak harus selalu ada. Zona ini dicirikan oleh terbentuknya ortoklas sekunder
dan biotit, atau ortoklas-klorit dan ortoklas-biotit-klorit. Zona ini juga sering terdapat
mineral mafik. Anhidrit merupakan mineral yang menonjol pada zona ini. Feldspar
umumnya bersifat lebih sodik. Pada zona ini terdapat veinlet kuarsa yang membentuk
2. Zona Phillic
Nama lain zona alterasi ini adalah serisitisasi dan kelanjutan alterasi argilik. Zona ini
dicirikan oleh kumpulan mineral kuarsa-serisit-pirit dan umumnya terdapat sedikit klorit,
illit dan rutil. Piropilit ada pada zona ini sedangkan karbonat dan anhidrit sangat jarang.
Pada bagian dalam, zona ini didominasi oleh serisit. Terdapatnya mineral lempung pada
zona ini sangat penting. Efek serisitisasi pada feldspar dan umumya biotit menghasilkan
rutil yang jumlahnya sedikit. Reaksi pertumbuhan silika pada zona ini dengan zona,
potasik adalah secara gradasi yang panjangnya puluhan meter. Pembentukan pirit
3. Zona Argillic
Zona ini selalu ada pada setiap, pembentukan zona alterasi dan sering disebut sebagai
alterasi argilik intermediet. Mineral lempung sangat dominan apabila semakin dekat
dengan tubuh bijih. Pirit sangat umum pada zona ini tetapi sangat sedikit dibandingkan
dengan zona, filik. Pirit umumnya terdapat secara, veinlet daripada secara
disseminated. Feldspar dan biotit tidak begitu berpengaruh atau berubah menjadi klonit.
4. Zona Propylitic
Zona ini merupakan zona terluar dan selalu ada. Klorit adalah mineral yang umum pada
zona ini. Pirit, kalsit, dan epidot berasosiasi dengan mineral mafik (biotit dan
homblenda) yang teralterasi sebagian atau seluruhnya menjadi klorit dan karbonat.
Plagloklas adalah mineral yang tidak terpengaruh. Zona ini terdapat di sekeliling tubuh
Pirajno (1992) membagi tiga pola ubahan yang berdasarkan pada kestabilan mineral
primer yang mengalami ubahan, yaitu: (a) pervasif, (b) selektif pervasif, dan (c) tidak
pervasif.
Intensitas ubahan pada mineral primer terkait dengan kuat atau lemahnya
ubahan yang menimpa batuan pada saat proses ubahan berlangsung (Tabel 1.1 dan
1.2).
dalam pembentukan endapan bijih sulfida. Mineral ubahan umumnya berupa mineral
kuarsa yang berbentuk urat dan merupakan hasil peleburan dari silika yang terdapat
pada batuan dinding yang dekat dengan tubuh endapan bijih. Peristiwa ini dapat
terbentuk akibat adanya larutan dalam lingkungan kimia yang kuat dan luas, yang dapat
berasosiasi dengan zona ubahan argilik, seperti serisit, klorit, potassium silikat atau
dengan albitisasi dalam greisen. Mineral silika ini dapat terbentuk setelah mineral serisit
terbentuk, yang merupakan hasil ubahan dari ortoklas sebagai akibat dari kegiatan
larutan berupa air yang mengandung silika tinggi. Leach (1996) berpendapat bahwa
temperatur dan pH fluida merupakan dua faktor utama yang mengontrol sistem
hidrothermal, sehingga alterasi dapat dibagi dalam beberapa kelompok mineral, yaitu :
1. Silika (kuarsa)
Kelompok ini mempunyai ciri pH rendah (<2) dan dapat bervariasi pada temperatur
rendah (<100° C), dengan membentuk opalin silika, kristobalit, dan tridimit. Kondisi
sangat asam, pada pH tinggi membentuk silika amorf dan pada pH rendah sampai
tinggi dapat menghasilkan kuarsa, serta pada pembekuan yang cepat dapat
membentuk kalsedon.
2. Alunite
Kelompok ini mempunyai ciri pH > 2, dengan temperatur yang lebih tinggi dari kelompok
silika, terbentuk bersamaan mineral silika, pada temperatur > 350 - 400°c akan
· Supergen
· Magmatig
· Magmatig vein/breccia
Terbentuk pada lingkungan oksidasi, dimana larutan asam sulfida berasal dari gas H2S
yang dihasilkan oleh pendidihan sistem hidrothermal pada kedalaman. Ukuran sangat
halus, dengan bentuk kristal pseudo-cubic, terbentuk pada kedalaman 1-1.5 km,
Supergen
Terbentuk karena adanya larutan H2S dari hasil pelapukan dari endapan sulfida masif,
Magmatic
Berasal dari larutan magma dan mempunyai bentuk kristal yang sempurna, umumnya
berukuran kasar berbentuk tabular atau lath.like kristal. Umumnya mengisi rekahan
semen pada breksi. Terbentuk pada T>> tumbuh bersama muskovit dan / andalusit,
bisa berupa kristal yang iregular menutupi kuarsa atau mineral lain dengan membentuk
Magmatic Vein/breccia
Terdapat pada vein dan breccia, terbentuk langsung dari larutan hidrothermal yang kaya
akan volatil yang berasal dari larutan yang mengkristal, terbentuk prisma yang radial.
3. Kaolinit
Berasal dari larutan dengan pH 4, dan terdapat bersamaan dengan alunit group pada
pH 4-3, halloysite hasil dari pelapukan supergen atau pada $kondisi T<<, terbentuk
pada kedalaman yang rendah dan T 450~250°C, pyrophylite pada T < 200-250°C,
4. Illite
Terbentuk pada pH 5-6, asosiasi dengan kelompok kaolin pada pH 4-5, smektit hadir
5. Klorit
Pada kondisi mendekati pH netral, klorit akan dominan, dan akan bersama dengan
kelompok Illit pada pH 5-6, pada temperatur rendah, berupa interlayer klorit-smektit,
6. Kalk-silikat
Terbentuk pada pH netral sampai alkali, pada temperatur rendah terbentuk zeolit-klorit-
amphibol) terbentuk pada temperatur tinggi, kristal tidak baik (180°-220°C), kristal baik
(>325-350°C).
7. Karbonat
Terbentuk pada pH dan T dengan kisaran lebar, biasa berasosiasi dengan kaolin, illite,
klorit, dan fasa calc-silicate, Fe-Mn karbonat(siderit-rodokrosit) biasa dengan kaolin dan
illite.
8. Feldspar
Biasa berasosiasi dengan fasa klorit dan kalk silika, feldspar sekunder stabil pada pH
Terbentuk pada variasi temperatur dan pH, alunit pada pH (<3-4), anhydrit pH>> dan T>
100-150°C, gypsum terbentuk pada kondisi temperatur rendah, jarosit selain prosuk
pelapukan dari mineral sulfida juga bisa terbentuk pada lingkungan yang asam pada
kedalaman dangkal.
Matriks atau massa dasar batuan adalah massa berbutir lebih halus dari material tempat di mana kristal
atau klas yang lebih besar tertanam. Matriks batuan beku terdiri dari kristal berbutir halus (sering
berukuran mikroskopis) di mana kristal yang lebih besar (fenokris) yang tertanam. Tekstur porfiritik ini
merupakan indikasi dari pendinginan magma multi-tahap. Misalnya, andesit porfiri akan memiliki
fenokris plagioklas besar dalam matriks halus. Juga di Afrika Selatan, berlian sering ditambang dari
matriks batuan mirip-lempung yang lapuk (kimberlit) dan sering disebut "tanah kuning". Matriks batuan
sedimen adalah material berbutir halus, seperti tanah lempung atau lanau, di mana butir atau klas yang
lebih besar tertanam. Istilah matriks pada batuan sedimen juga digunakan untuk material halus tempat
fosil tertanam.
Pembagian batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi :
Selain itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Batuan beku volkanik yang merupakan hasil proses volkanisme, produknya biasanya
mempunyai ukuran kristal yang relatif halus karena membeku di permukaan atau dekat
dengan permukaan bumi. Batuan beku vulkanik dibagi menjadi batuan vulkanik intrusif,
batuan volkanik ekstrusif yang sering disebut batuan beku fragmental dan batuan
vulkanik efusi seperti aliran lava.
2. Batuan beku dalam (plutonik atau intrusif) terbentuk dari proses pembekuan magma
yang jauh di dalam bumi mempunyai kristal yang berukuran kasar.
3. Batuan beku hipabisal yang merupakan produk intrusi minor, mempunyai kristal
berukuran sedang atau percampuran antara halus dan kasar.
Pembagian Berdasar Komposisi Kimia
Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti kandungan
silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).
Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan
waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan beku menggunakan dasar komposisi
mineral pembentuknya. Sebenarnya analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang
ditunjukkan pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut :
Felsic minerals : quartz, 100 : alkali feldspars, 64-66; oligoclase, 62; andesin, 59-60;
labradorite, 52-53; dll.
Mafic minerals : hornblende, 42-50; biotite, 35-38; augite, 47-51; magnesium & diopsidic
piroxene; dll.
Degan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma asal, tempat
pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dll.
Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang
tersusun atas kristal-kristal mineral. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi
adalah :
Warna
Struktur
Tekstur
Bentuk
Komposisi Mineral
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun
batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat
diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
§ Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun
atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
§ Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
§ Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan
mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
§ Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan
beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan
di lapangan. Pada bekuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah :
Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di
dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan
hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi:
§ Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila
pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan
tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk
karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga akan
dihasilkan gelas.
§ Ukuran Kristal
Ukuran kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali. Ukuran kristal dapat
menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan.
Pada batuan beku non-fragmental, granularitasdapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Equigranular
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam. Tekstur equigranular dibagi
lagi menjadi:
1. Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang
dan berukuran seragam. Contoh : granit, gabbro.
2. Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakkan dengan
mata telanjang. Contoh : basalt.
2. Inequigranular
Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi
menjadi:
1. Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral
yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : diorit
porfir.
2. Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. Contoh : andesit
porfir.
3. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran butir yang menyolok.
Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral lainnya.Biasanya
merupakan mineral sulung, dengan bentuk subhedral hingga euhedral.
Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.
Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk
kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
a) Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oeh bidang yang jelas.
b) Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
bidan kristal.
c) Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas.
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na,
terkadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.
Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh mineral plagiokklas, hornblende,
piroksen, dan kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.
Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan
hornblende.
Kelompok UltraBasa
Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang mungkin adalah plagioklas Ca
dalam jumlah sangat kecil.
Identifikasi mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku karena
identifikaasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi temperatur, tempat
pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain.
1. Mineral Primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku. Mineral
utama terdiri dari :
Mineral utama ( essential minerals) : mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%).
Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.
Mineral tambahan (accesory minerals) : Mineral yang jumlahnya sedikit (<10%) dan
tidak menentukan nama batuan.
1. Mineral sekunder, merupakan mineral hasil perubahan (altersi) dari mineral primer.
Dapat mencerminkan komposisi mineralnya. Contohnya senyawa silikat dari alkali dan alkali
tanah (Na, Ca, K, dll) memberikan warna yang terang pada mineralnya.
~ Kilap
Merupakan kenampkaan mineral jika dikenai cahaya. Dalam mineralogi dikenal kilap logam dan
non-logam. Kilap non –logam terbagi atas:
ü Kilap Intan
~ Kekerasan
Merupakan tingkat resistensi terhadap goresan. Beberapa mineral telah dijadikan skala kekerasan
dalam skala mohs. Kekerasan relatif mineral relatif mineral ditentukan dengan membandingkan
terhadap mineral pada skala mohs.
~ Cerat
Adalah warna mineral dalam bentuk serbuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna
mineral.
~ Belahan
Kecenderungan mineral untuk membelah pada satu arah atau lebih tertentu sevagai bidang
dengan permukaan rata.
~ Pecahan
Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran /
pecahan) yang merupakan bagian dari batun volkanik. Batuan fragamental ini secara khusus
terbentuk oleh proses vulkanisme yang eksplosif (letusan). Bahan=-bahan yang dikeluarkan dari
pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum dan sesudah mengalami perombakan oleh
air atau es.
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi 4 tipe utama, yaitu :
Ukuran Butir
Komposisi Fragmen Piroklastik. Komponen-kompone dalam endapan piroklastik lebih
mudah dikenali dalam endapan muda, tidak terlitifikasi atau sedikit terlitifikasi. Pada
material piroklastik berukuran halus dan telah terlitifikasi, identifikasi sulit dilakukan
Tingkat dan Tipe Welding