Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam istilah geografi dan geologi endapan adalah bahan lepas yang
mengendap dan terhampar di dasar laut, danau, sungai, atau rawa; sedimen.
Sedangkan pengertian bahan galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral,
kumpulan mineral, batuan, bijih, termasuk batu bara, gambut, bitumen padat, panas
bumi, dan mineral radio aktif yang terjad secara alami dan mempunyai nilai
ekonomis. Berdasarkan proses pembentukannya, bahan galian dibagi menjadi 6.
Bahan galian pegmatite, bahan galian magnetit, bahan galian hasil metamorphosis
kontak, bahan galian hidrotermal, bahan galian hail pengendapan, serta bahan galian
hasil pengayaan sekunder.

Sedangkan jenis bahan galian yang akan kami bahas pada makalah ini adalah
jenis bahan galian hidrotermal (secara khusus endapan porfiri). Endapan porfiri
adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga sedang yang mineral
bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara spasial dan
pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik hingga intermedier
(Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar serta kontrol struktural
(contoh: urat, set urat, stockwork, rekahan, dan breksi) membedakan endapan porfiri
dengan endapan lain yang mungkin berdekatan. Seperti skarn, urat mesothermal, dan
endapan epithermal.

Kandungan metal dari endapan porfiri sangat beragam. Logam-logam seperti Cu, Au,
Mo, Ag, Re, Sn, W, Bi, Zn, In, Pb, serta logam-logam PGE bisa hadir dalam sebuah
endapan porfiri.
1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas mengenai endapan porfiri
dan mengetahui secara khusus segala macam hal yang bersangkutan dengan endapan
porfiri, mengetahui proses terbentuknya, persebaran, dan manfaat dari endapan
porfiri.

1.3 Manfaat

Agar kita dapat mengetahui lebih lanjut lagi bagaimana proses pembentukan
dan permodelan endapan porfiri di Indonesia. Agar kita dapat mengetahui method
penambangan apa yang sesuai untuk endapan porfiri dan bagaimana pemanfaatan
endapan porfiri yang ada di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori

Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga
sedang yang mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan
secara spasial dan pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik
hingga intermedier (Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar
serta kontrol struktural (contoh: urat, set urat, stockwork, rekahan, dan breksi)
membedakan endapan porfiri dengan endapan lain yang mungkin berdekatan. Seperti
skarn, urat mesothermal, dan endapan epithermal.
Kandungan metal dari endapan porfiri sangat beragam. Logam-logam seperti Cu, Au,
Mo, Ag, Re, Sn, W, Bi, Zn, In, Pb, serta logam-logam PGE bisa hadir dalam sebuah
endapan porfiri.

Endapan porfiri terbentuk dalam beragam setting tektonik. Endapan porfiri Cu


biasanya terdapat pada zona akar dari stratovolkano andesitik dalam seting busur-
kepulauan (island arc) dan busur-benua (continental arc) yang berhubungan dengan
subduksi (Mitchell dan Garson, 1972; Sillitoe, 1973, 1988a; Sillitoe dan Bonham,
1984 dalam Sinclair, 2007; gambar 1). Di Arizona Selatan, endapan porfiri Cu
dikaitkan dengan batuan granitik yang bertempat dalam setting kontinental, dalam
atau sepanjang batas dari kaldera yang sekarang tererosi intensif (Lipman dan
Sawyer, 1985 dalam Sinclair, 2007)

Endapan porfiri terbentuk dalam hubungan yang dekat dengan intrusi epizonal dan
mesozonal porfiri. Hubungan temporal yang dekat antara aktivitas magmatik dan
mineralisasi hidrotermal dalam endapan porfiri diindikasikan oleh adanya intrusi
antar-mineral dan breksi yang terbentuk antara atau selama periode mineralisasi
(gambar 2).

Pada skala endapan bijih, struktur yang berhubungan dapat menghasilkan variasi dari
tipe mineralisasi, termasuk urat, set urat, stockwork, rekahan, crackled zones, dan
pipa breksi (gambar 3). Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang
termineralisasi dan rekahan biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi. Orientasi
dari struktur mineralisasi dapat dihubungkan dengan lingkungan stress lokal disekitar
bagian atas dari pluton atau dapat menunjukkan kondisi stress regional. Ketika
struktur mineralisasi tumpang tindih satu-sama-lain dalam sebuah batuan bervolume
besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual menghasilkan zona dengan
kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran besar.
Pembagian zona lokasi dari masing-masing struktur yang timbul dari tipe mineralisasi
yang berbeda dapat dilihat pada gambar 4.

Alterasi hidrotermal terjadi secara ekstensif dan biasanya mengalami zonasi pada
skala endapan dan juga pada urat dan rekahan individual. Pada banyak endapan
porfiri, zona alterasi pada skala endapan terdiri dari zona bagian dalam potassic yang
dicirikan oleh K-feldspar dan/atau biotit ( amfibol magnetit anhidrit; gambar 5)
dan zona bagian luar alterasi propylitic yang terdiri dari kuarsa, khlorit, epidot, kalsit,
dan secara lokal, albit yang berhubungan dengan pirit. Zona alterasi phyllic (kuarsa +
serisit + pirit, gambar 5) dan alterasi argilic (kuarsa + ilit + pirit kaolinit smektit
montmorillonit kalsit) yang dapat menjadi bagian dari pola zonal diantara zona
potassic dan propylitic, atau dapat menjadi zona lebih muda berbentuk irregular atau
tabular yang menumpuk diatas alterasi lebih tua dan kumpulan sulfida. Zona sulfida
ekonomis paling banyak diasosiasikan dengan alterasi potassic. Hubungan spasial
dan temporal diantara tipe berbeda dari alterasi ditunjukan secara skematik dalam
gambar 6. Sementara zona alterasi dan mineralisasi dari sebuah endapan porfiri dapat
dilihat pada gambar 7.

Model umum dari sebuah endapan porfiri diilustrasikan secara skematis dalam
gambar 8, yang menunjukkan endapan porfiri Cu yang berhubungan dengan intrusi
porfiritik kecil subvolkanik dan dikelilingi oleh zona piritik yang lebih ekstensif.
Skala lebih besar dari sistem hidrotermal ditunjukkan oleh endapan tipe peripheral
yang berhubungan dengan endapan porfiri termasuk skarn Cu, manto replacement Zn,
Pb, Ag, Au dan berbagai macam tipe dari urat logam-dasar dan logam-berharga serta
endapan yang terdapat pada breksi.
Namun, model yang paling cocok diaplikasikan untuk endapan porfiri adalah
model magmatik-hidrotermal (gambar 9), atau variasi atas model tersebut, dimana
dalam model ini metal bijih didapat secara temporal dan pembentukan dari intrusi
yang berhubungan. Sistem hidrotermal banyak-fasa berukuran besar dikembangakan
didalam dan diatas dari intrusi yang berhubungan dan umumnya berinteraksi dengan
fluida hidrotermal (bisa juga dengan air laut) pada bagian atasnya atau sampingnya.
Selama tahap penyusutan dari aktivitas hidrotermal, sistem magmatik-hidrotermal
runtuh kedalam dan digantikan oleh air yang dominannya berasal dari air meteorik.
Redistribusi, dan konsentrasi lebih lanjut dari logam, terjadi pada beberapa endapan
selama tahap penyusutan.

2.2. Pemodelan Endapan Porfiri

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50%.
Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar
Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari.
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi
mineralnya, yaitu:

a. Potassic Zone

selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar k ketedapatan


sekunder, biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.

b. Phyllic Zone

tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz, sericite
and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar and
biotite.

c. Argillic Zone

tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung
kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase
teralterasi kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.
d. Propylitic Zone

selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan minor
epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt
terubah.

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa


zona, yaitu:

a. Inner Zone

bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi


paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar
3:1. Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.

b. Ore Zone

berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp
sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork
veinlet. Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.

c. Pyrite Zone

lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-
15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan
disseminasi.

d. Outer Zone

hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi


copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi
biasanya sub-ore grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein
epithermal).

Gambar 2.2 : Model Endapan Cu-Au Porfiri

2. Ganesa Endapan Porfiri

Endapan tembaga porfiri adalah endapan Cu-Mo-Au yang memiliki kadar


rendah tetapi tonase yang besar, dibentuk oleh sistem hydrothermal yang berasosiasi
dengan proses intrusi batuan beku dangkal. Pembentukan endapan ini berhubungan
langsung dengan proses tumbukan dan penunjaman lempeng, misalnya tumbukan
lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Asia Tenggara.

Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat
intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang
mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari
Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo. Endapan Porfiri adalah endapan penghasil
tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan porfiri umumnya terbentuk pada
jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik.

Gambar 2.3: Proses Pembentukan Endapan Porfiri

Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex
Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi
granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar
dalam bentuk urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga
derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada
batuan induknya (hosted rock). Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi
hidrotermal maka mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan
metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.

Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satu sama lain dalam sebuah
batuan bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual
menghasilkan zona dengan kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari
endapan porfiri berukuran besar.
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif
besar dengan kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur
geologi, Secara spasial dan genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik
sampai dengan intermediet.

2.4. Penambangan Endapan Porfiri

Emas Grasberg sebagai unsure logam ikutan dari jenis mineralisasi yang sama
merupakan cadangan terbesar di dunia. Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia
dapat dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua. Tetapi hanya cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang
dapat diusahakan secara ekonomis. Beberapa cebakan berkadar rendah di antaranya
belum layak untuk diusahakan apabila dikaitkan dengan kondisi harga tembaga pada
saat ini. Sementara setelah ditetapkannya batas kawasan Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone; maka cebakan tembaga porfiri di Cabang Kiri, Cabang Kanan dan
Sungai Mak di Bone Bolango, Gorontalo tidak dapat diusahakan karena menjadi
bagian dari kawasan taman nasional tersebut. Tambang Grasberg dan Batu Hijau
menurut skala dunia termasuk kedalam kategori ukuran raksasa. Dengan radius
bukaan akhir tambang berdiameter lebih dari dua kilometer dan kedalaman sekitar
satu kilometer diperlukan pembangunan infrastruktur penambangan dan pengolahan
berkapasitas besar. Pada dua lokasi tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer,
dan shovel berukuran raksasa, sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan,
pengolahan dan infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas
sangat besar. Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di
Indonesia dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian
disusul oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa.
Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis Cu-
Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode
tambang terbuka.

Menurut Sukandarrumidi (2009) penambangan dilakukan dengan cara


tambang terbuka, apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga
dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan membuat terowongan.
Pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat. Inventasi untuk usaha di industri
pertambangan tembaga memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu usaha
pertambangan jenis ini hanya mampu dilaksanakan oleh perusahan multi
internasional.
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri.
Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah
sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan
dengan cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan lapisan penutup
(overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem jenjang (benches).
Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak jenjang, dengan lebar
dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan yang berhamburan saat
peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai untuk alat pembongkar
(excavator) dan unit pemuat (haulage).
Gambar 3.1: Tambang Batu Hijau, Sumbawa, NTB dengan cara tambang terbuka
(open pit mining) Cebakan tembaga porfiri berdimensi sangat besar, dengan sebaran
bijih ke arah lateral bisa mencapai satu kilometer atau lebih, dan sebaran lebih dari
satu kilometer ke arah vertikal; sehingga pit (lubang tambang) yang dibuat
mempunyai lebar lebih dari dua kilometer, kedalaman penambangan disesuaikan
dengan sebaran bijih ekonomis yang dapat diambil. Karena penambangan dilakukan
dengan cara menggali dan memindahkan material dalam jumlah sangat besar, maka
Tambang Grasberg dan Batu Hijau mengoperasikan peralatan-peralatan berteknologi
tinggi berukuran raksasa dan berkapasitas angkut sangat besar.

2.5. Pemanfaatan Endapan Porfiri


Pemanfaatan Cu atau Au dapat kita temui disekitar kita, berikut ini akan
dipaparkan kegunaan Tembaga dan Emas yang bias kita temui :

1. Logam Tembaga, kegunaan:

a. Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan Sn10%) untuk
membuat patung, indutri arloji, atau ornament

b. Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu 30%)

c. Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk


komponen pesawat

d. Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan Au 55%)

e. Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn 30%) untuk
membuat aksesoris, alat musik, atau ornament

f. Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni 25%) untuk


membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam
senjata mengandung tembaga

g. Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo dan komponen


berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator, kabel
transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,
konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar,
reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur

h. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian kapal


i. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi
metanol menjadi metanal.

2. Senyawa Tembaga, kegunaan:

a. Tembaga (II) Oksida (CuO), sebagai insektisida, bahan baterai, bahan


penyepuh dan bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas, porselen
dan rayon

b. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut pada kolam renang dan
memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan dan zat
aditif dalam radiator

c. Tembaga (II) Klorida (CuCl2), sebagai pewarna keramik dan gelas, pabrik
tinta, untuk menghilangkan kandungan belerang pada pengolahan minya,
dan fotografi serta pengawet kayu dan katali

d. Campuran CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur boderiux banyak


digunakan untuk mematikan serangga atau hama tanaman, pencegah
jamur pada sayur dan buah

e. Cu(OH)2 yang larut dalam larutan NH4OH membentuk ion kompleks


cupri tetramin (dikenal sebagai larutan schweitser), digunakan untuk
melarutkan selulosa pada pembuatan rayon (sutera buatan).

3. Kegunaan Emas adalah sebagai berikut:


Mata uang.
Perhiasan (Emas murni terlalu lunak sehingga dicampur dengan tembaga atau
perak atau logam lain). Emas kuning atau emas merah dibuat dengan
dicampur tembaga, emas putih mengandung paladium, nikel, atau seng.
Komponen listrik kualitas tinggi. Sebagai jaminan moneter.

Anda mungkin juga menyukai