Anda di halaman 1dari 11

Pegmatitik muncul pada tahapan akhir kristalisasi magma dan kadang-kadang mengandung

pengkayaan beberapa mineral jarang yang mengandung unsur-unsur seperti Boron, Lithium,
Uranium dan REE. Terbentuk pada bagian atas suatu komplek struktur dan biasanya berasosiasi
(berhubungan) secara spasial dengan intrusi plutonik dengan komposisi granitik.
A. Ganesa
Pada larutan sisa kristalisasi dengan kandungan silikat rendah yang memungkinkan
meningkatnya keterdapatan air dan volatile menurunkan viskositas larutan dan titik beku
mineral-mineral menyebabkan pegmatitik terbentuk (Bateman, 1981). Lebih jauh mungkin
saja terbentuk suatu zona transisi (Aqueo-igneous stage), pegmatitic quartz lebih lanjut
dapat menyebabkan terbentuknya hydrothermal quartz vein pembawa mineral ore. Lutton
(1959) memperlihatkan keberadaan granite pegmatite quartz molybdenite veinlet di sekitar
endapan porphyry molybdenum system. Silitoe (1973) menggunakan kehadiran pegmatites
pada porphyry copper mineralization untuk menjelaskan indikasi bahwa pembentukannya
dapat terjadi pada deep epizonal system. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran pegmatite
dapat digunakan sebagai penjelasan adanya wilayah transisi dari kondisi magmatik menuju
kondisi lingkungan hydrothermal.

Endapan residual Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material yang
terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali material atau unsur yang
tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut
dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama
untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar
batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material-material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal
sebagai laterit.

Besi (Fe) dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit
umumnya mengandung material ini. Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksida disebut
sebagai bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting.

Endapan tembaga porfiri adalah endapan Cu-Mo-Au yang memiliki kadar rendah tetapi tonase yang besar,
dibentuk oleh sistem hydrothermal yang berasosiasi dengan proses intrusi batuan beku dangkal.
Pembentukan endapan ini berhubungan langsung dengan proses tumbukan dan penunjaman lempeng,
misalnya tumbukan lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Asia Tenggara.

Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang
bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan
monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk uraturat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga
derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted
rock).

Pada endapan porfiri, terdapat 3 jenis tekstur dan struktur :

a. Porfiri CU Au Alkali: veinlets dan stockwork, breksi, sulfida dan pecahan halus butir magnetit.

b.Porfiri Cu+/-Mo+/-Au: quartz , kuarsa - sulfida dan sulfida veinlets dan stockwork , pecahan butian sulfida

c. Porfiri Timah (Sn): veinlets, dan pecahan di breksi beku dan wallrock berdekatan; stock umumnya
berbentuk corong dan 12 km.

Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga sedang yang mineral bijih
utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara spasial dan pembentukan berhubungan dengan
serial intrusi porfiri felsik hingga intermediet (Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar serta
kontrol struktural (contoh: urat, set urat/ Veintlet, stockwork, rekahan, dan breksi) membedakan endapan
porfiri dengan endapan lain yang mungkin berdekatan.
Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang termineralisasi dan rekahan biasanya memiliki
densitas yang sangat tinggi. Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satusama-lain dalam sebuah batuan
bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual menghasilkan zona dengan kadar bijih yang
lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran besar.

Lingkungan pengendapan:

Porfiri CU Au Alkali:High level (epizonal) stock level berada di busur magmatik , pada umumnya terdapat pada
arus laut busur pulau volkanik dari dasar samapai menengah dan batuan felsik piroklastik

Porfiri Cu+/-Mo+/-Au:terdapat pada stocks level tinggi (epizonal) pada busur gunung berapi-plutonik,
umumnya pulau vulkanik kelautan dan busur continentmargin.

Porfiri Timah (Sn): Terdapat pada stock subvulkanik sedalam 1-3 km

Bentuk deposit

Porfiri CU Au Alkali: stockwork dan veinlets, penyebarannya kecil dan penggantian seluruh daerah besar ubahan
batuan hidrotermal, biasanya bersamaan seluruhnya atau sebagian dengan hidrotermal atau intrusi breksi

Porfiri Cu+/-Mo+/-Au: zona besar ubahan hidrotermal batuan mengandung urat kuarsa dan stockwork,
bantalan veinlets sulfida, retakan dan penyebaran yang lebih rendah di daerah hingga 10 km2
Porfiri Timah (Sn): berbentuk corong dengan luas 1-2 km2

Mineral bijih

Porfiri CU Au Alkali: kalkopirit, pirit dan magnetit, bornit, kalkosit dan rare galena, sfalerit, tellurides,
tetrahderite, emas dan perak. Pirit lebih sedikit dibandingkan kalkopirit dalam zona bijih.

Porfiri Cu+/-Mo+/-Au: kalkopirit , molibdenit , kurang bornit dan langka ( primer) kalkosit . Minera; bawahan
antara lain tetrahedrite / tennantite , enargit dan emas kecil , electrum dan arsenopirit.

Porfiri Timah (Sn): Kuarsa disertai dengan mineral sulfida (terutama pirit) tetapi termasuk pirhotit yang
terbentuk, stannite, kalkopirit, sfalerit, dan arsenopirit, dan mineral Ag.

Mineral alterasi

Porfiri CU Au Alkali: biotit , K - feldspar , serisit , anhidrit / gypsum , magnetit , hematit , actinolite , klorit , epidot
dan karbonat

Porfiri Porphyry Cu+/-Mo+/-Au: Quartz, serisit, biotit, K-feldspar, albite, anhidrit / gypsum, magnetit,
actinolite, klorit, epidot, kalsit, mineral lempung, turmalin

Porfiri Timah (Sn): tin-silver veins, quartz-tourmaline, sericite-tourmaline, sericite, and propylitic alteration;
argillic alteration

Sistem kaya-fluorine seperti yang berhubungan dengan banyak cebakan porfiri Sn dan W Mo, beberapa
cebakan porfiri Mo, umumnya mengandung mineral-mineral pembawa fluorine sebagai bagian dari
kumpulan alterasi.
Tectonic Setting
Tersebar umumnya pada lingkungan tektonik busur kepulauan (island arcs) dan busur benua aktif
(active continental arcs),serta sebagian pada rifting zones.
Banyak diyakini bahwa rasio Cu/Mo akan turun apabila ketebalan kerak sialik makin meningkat, dan atau
jarak dari zone Beniof-nya bertambah. Kandungan Mo dan silika yang tinggi memberi indikasi adanya
kerak kontinen (sial)yang tebal, sebaliknya kandungan Au atau rasio Cu/Mo yang tinggi sebagai indikasi
adanya kerak yang tipis dan berkomposisi mafik (kerak samodra)

1. Jenis mineral
a. Porfiri tembaga
Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper
b. Porfiri timahArsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena,
Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite
2. Tipe alterasi
a. Porfiri tembaga
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Potassic
Porfiri timah
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Tourmalinization
3. Tectonic setting
Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi dengan sabuk (jalur)
orogenik.
a. Endapan tembaga porfiri
Andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan subduksi pada tatanan tektonik busur
kepulauan dan busur benua.
b. Endapan molibdenum porfiri
An-orogenic batuan granit yang terbentuk pada kerak benua, khususnya pada zona regangan.
c. Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada kerak benua yang
sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.
4. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets,
stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan struktur.
Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan oleh
tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures. Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan
semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk (host rock) sepanjang berlangsungnya
proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit (FeS2)
sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan Cu-Au (Ag),
yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan. Sebaliknya, pada endapan
porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan mineral-mineral sulfida yang rendah,
dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih dominan.

Pola alterasi-mineralisasi pada sistem porfir sangat tergantung pada komposisi larutan, komposisi
batuan intrusi dan batuan dinding,dan permeabilitas.Berdasarkan pola alterasi, mineralisasi dan tipe
batuan intrusinya,endapan bijih pada porphyry sistem ini dibagi menjadi dua model,yaitu model
monzonit-kuarsa (Lowell-Guilbert model) dan model diorit.
Model Monzonit-Kuarsa
Pada umumnya batuan beku intrusinya berupa monzonit-kuarsa porfir dan diorit-kuarsa
porfir,dengan pola alterasi pada bagian paling dalam adalah tipe potasik,kemudian kearah luar berturut-
turut adalah tipe filik, argilik dan propilitik . Mineral bijih yang umum pada model ini adalah
pirit,kalkopirit, bornit, molibdenit,dan sedikit Au.

Model Diorit
Model ini berasosiasi dengan batuan-batuan diorite porfir dan sienit porfir. Pola alterasi pada
model ini tidak selengkap pada model monzonit-kuarsa, tetapi pada umumnya hanya didapatkan tipe
alterasi potassic pada bagian dalam dan pada tipe propilitik pada bagian luarnya. Mineral-mineral yang
bijih yang hadir antara lain pirit,magnetit, kalkopirit, bornit, sedikit molibdenit, dan Au merupakan bijih
yang penting.

Deposit Porphyry Mo terbagi di sini menjadi dua sub-tipe; Tipe Climax dan Endako, yang
sesuai secara umum dengan klasifikasi Sillitoe (1980) mengenai deposit Mo porfiri yang terkait
dengan keretakan dan subduksi.
Climax-type
Endapan besar dan kaya, seperti yang dicontohkan oleh deposit Climax dan Henderson di
Colorado, dengan sumber daya sebesar 907 Mt dengan kadar 0,24% Mo dan 727 Mt dengan kadar
0,17% Mo masing-masing. Endapan-endapan ini mewakili salah satu ujung spektrum endapan Mo-
bearing, banyak yang memiliki nilai Mo dan / atau tonase yang lebih rendah
Endapan porfiri tipe-klimaks Mo biasanya berhubungan dengan granit anorogenik yang
telah terdapat dalam pengaturan benua, terutama keretakan atau ekstensional lingkungan
(Gambar. 10). Endapan Climax dan Henderson, misalnya, secara genetik terkait dengan stok kecil
yang terhubung pada kedalaman ke batholith regional yang dilempari selama perpanjangan aktif
di celah Rio Grande (Bookstrom, 1981; Carten et al., 1988b, 1993). Endako, di sisi lain, terkait dengan
batholith com- posite yang terbentuk di lingkungan yang berhubungan dengan subduksi kontinental
(Whalen et al., 2001). Beberapa deposit Mo porfiri, seperti Kitsault dan Gletser Gulch, terjadi di daerah
subduksi kontinental yang didasari oleh celah celah atau jendela (Kirkham, 1998). Yang lain tampaknya
telah terbentuk selama perluasan di daerah yang berdekatan dengan sesar geser-slip (misalnya Cordillera
Utara - Bukit Kuarsa, Adanac, Casmo dan Gunung Haskins; Gambar. 10). Deposit Mount Pleasant W-
Mo di selatan New Brunswick dikaitkan dengan batuan granit F-kaya yang telah menyusup sepanjang
zona batas Gander-Avalon selama periode perpanjangan mungkin terkait dengan delaminasi kerak
(Whalen et al., 1994, 1996). Beberapa deposit, seperti Questa, New Mexico, terkait dengan rhyolites silika
tinggi dan granit yang terbentuk dalam kaldera benua (Lipman, 1988). Untuk sebagian besar deposit
porfiri, bagaimanapun, kedalaman erosi sedemikian rupa sehingga pengaturan kaldera bersifat terkaan
(misalnya Lipman, 1984).

Beberapa deposit Mo porfiri, bersama dengan porfiri W-Mo dan deposit Sn porfiri, terbentuk di daerah-
daerah dengan ketebalan kontinyu yang besar terkait dengan pengaturan tektonik tumbukan, meskipun
endapan umumnya pascakonflik peristiwa tabrakan. Penumpukan Sn Porfiri di Bolivia, misalnya,
terkait dengan intrusi subvolusik yang ditempatkan di kerak benua yang tebal di atas zona
subduksi yang relatif dangkal (Sillitoe, 1976; Grant et al., 1980)

Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit
(FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan
Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan.
Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan
mineral-mineral sulfida yang rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih
dominan.

Bolivian Tin di Bolivia, Amerika Selatan


Sabuk timah Bolivian Tin ini terbentang dari bagian utara dari danau Titicaca hingga
perbatasan dengan negara Argentina sepanjang bagian timur Cordillera. Bentuk
endapan dari deposit ini adalah porfiri dan di tambang secara terbuka oleh
pemerintah Bolivia. Di wilayah ini terdapat dua tipe sabuk yang berbeda. Yang
pertama adalah vein hidrotermal yang dalam yang terbentuk dari mineralisasi yang
dekat dan berhubungan dengan magma granitic mesozoic. Dan yang kedua adalah
deposit bijih polimetalik yang mengandung banyak timah, tungsten, silver, timbal,
zink, antimoni dan bismuth.

Gambar Peta Sabuk Timah di Bolivia, Amerika Selatan

Cassiterite, stannite, kesterite, franckeite, hocartite, teallite, cylindrite, rhodostannite,


canfieldite, herzenbergite, incaite dan potosiite adalah mineral yang ditemukan yang
merupakan deposit bijih yang terbentuk dari aktifitas miocene acidic igneous.

Deposit ini mulai di tambang sejak tahun 1861. Semenjak adanya pertambangan ini, kehidupan
msyarakat di sekitar daerah ini menjadi maju karena banyak orang lokal yang dipekerjakan pada
tambang ini. Pada tahun 2013, deposit bijih ini berhasil menyumbangkan 732.000 ton timah yang
telah tertambang. Dan saat kini, deposit ini telah memasok kurang lebih dari 10% pasokan timah
dunia.

Penyebaran daerah tambang bauksit salah satunya adalah daerah Kalimantan Barat yang didukung
dengan batuan dasar yang bersifat asam-intermediet (seperti sienit, diorit kuarsa, granodiorit dan nefelin)
sehingga kaya dengan komposisi unsur Al berumur Pratersier (kapur) yang didukung dengan iklim tropis,
curah hujan yang tinggi dan mekanisme proses pelapukan untuk terjadinya proses lateritisasi
pembentukan endapan dan karakterisitik bauksit yang dihasilkan.
Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal oktahedral, terdiri dari 35-65% Al2O3, 210% SiO2, 2-
20% Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 1030% H2O. Sebagai bijih alumina, bauksit mengandung sedikitnya 35%
Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3, dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar
aluminium tinggi, kadar besi rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Pada saat batuan mengalami
pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan terlepas dari ikatan kristal begitu juga sebagian
unsur besi. Alumina, titanium dan mineral oksidasi terkonsentrasi sebagai endapan residu. Batuan yang
dapat memenuhi persyaratan itu antara lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan
mengalami proses lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami
pelapukan). Valeton (1972)
Secara komersial bauksit terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Pissolitic atau oolitic disebut pula “kemel”
yang berukuran diameter dari sentimeter, sebagai amorfous trihydrate. 2. Sponge ore (Arkansas), porous,
merupakan sisa dari batuan asal dengan komposisi utama mineral gibsit. 3. Amorphous atau bijih
lempung. Clay symposium (1952).
Berdasarkan kriteria lapisan tanah yang ideal dalam pengendapan bauksit, terdapat 3 jenis lapisan
tanah (Valeton (1972), yaitu : 1. Latosol : Tanah yang terbentuk dari batuan asal 2. Andosol : Tanah
mineral yang berasal bukan dari batuan asal biasanya dari abu gunung api yang kaya akan Al+ dengan
Gibbsite sebagai Aluminum. 3. Catena : Tanah yang ada bersama sama berkembang pada saat bersamaan
dibawah kondisi yang berbeda.
Menurut Zarasyandi, dkk (1984). proses-proses yang dapat membentuk endapan bauksit dijelaskan
sebagai berikut : 1. Proses Magmatik Alumina yang bersumber dari proses magmatik dijumpai dalam
bentuk batuan yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rich rock. 2. Proses
Hidrothermal Alumina produk alterasi hidrothennal dari trasit (trachyte) dan riolit (rhyolite). 3. Proses
Metamorfosa Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber alumina yang tidak
ekonomis. 4. Proses Pelapukan Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan
residual dan disebut sebagai bauksit.
Karakteristik Endapan Laterit Bauksit Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk pada
lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil pelapukan batuan (insitu). Setiap
batuan dasar memiliki karakteristik bauksit tertentu diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit
berwarna merah bata dengan tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa berukuran 1-3mm dengan
ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa membentuk endapan tanah laterit berwarna kuning
keorange-an dengan kondisi batuan/sampel lebih halus dengan mineral yang cenderung lepas dengan
ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan Diorit menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat
gelap dengan tanah laterit berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock, lempung
dan pasir silikaan pada bagian bawah dengan ketebalan lapisan saprolit relatif lebih variatif yaitu antara
2-8m.
Pada tanah laterit ditemukan senyawa Kaolinite (Al2Si2O5(OH)4), Nacrite (Al2Si2O5(OH)4), Gibsite
(Al(OH)3), dan Quartz (SiO2). Sedangkan pada bijih bauksit ditemukan senyawa Gibsite (Al(OH)3),
Quartz (SiO2), Goethite (FeO(OH)), Nordstandite (Al(OH)3), Hematite (Fe2O3), dan Kaolinite
(Al2Si2O5(OH)4).

Horizon dibagi menjadi Humus (padat vegetasi), tanah (laterit I, biasanya ditandai dengan butiran halus
dan lepas serta batuan dasar yang ada dibawahnya), Lapisan ferikrit hitam (iron cap), Ore/saprolit (biji
bauksit), dan batuan dasar.
Secara lateral terdiri atas tanah penutup, tanah laterit, Lapisan ferikrit hitam (iron cap/gossan), Ore/saprolit
(biji bauksit), dan source rock (batuan dasar). Lapisan saprolit mengalami penebalan pada lereng bukit
dan optimal jika kelerengan 20-25o, sedangkan pada bagian puncak/punggung bukit dan lembah akan
menipis.

Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit Unsur senyawa yang diperhatikan
merupakan ikatan pengayaan unsur tunggal yang bereaksi terhadap media air dan mengendapkan senyawa
baru, dalam pertambangan bauksit senyawa tersebut adalah Aluminium trihidrat (Al2O3), Besi trihidrat
(Fe2O3), Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2) dan Total silikat (R-SiO2). Intensifnya
perkembangan laterit di daerah tropis basah menyebabkan terbentuknya tanah laterit.

Anda mungkin juga menyukai