Anda di halaman 1dari 25

TUGAS I

Eksplorasi Sumberdaya Panas Bumi


Laporan Foto Udara Menggunakan Drone

Oleh:
PERISKA RASMA
22119015

PROGRAM MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................2
1. Tahap Persiapan Terbang......................................................................................3
2. Peralatan Penerbangan...........................................................................................4
3. Penerbangan Drone................................................................................................5
4. Pengolahan Data Dengan Agisoft Photoscan 1.4.2 dan Global Mapper...............6
5. Hasil Pengolahan Data.........................................................................................15
6. Analisis Akurasi Pengolahan Data......................................................................16
7. Interpretasi Stuktur..............................................................................................17
8. Kesimpulan..........................................................................................................24
9. Saran....................................................................................................................24

2
1. Tahap Persiapan Terbang
a. Penentuan Lokasi
Lokasi penerbangan drone di daerah Maribaya, tepatnya area sekitar Kopi
Pelangi (area ditunjuk panah merah).

(Sumber: Google Earth, 2020)

Berikut ini kenampakan 3D area sekitar penerbangan drone, diambil dari Google
Earth.

(Sumber: Google Earth, 2020)

3
b. Penentuan batas area terbang
Area terbang yang dijalankan oleh Misi 1 yaitu 250 m x 250 m.
c. Perencanaan ketinggian terbang, waktu terbang dan overlap foto
Pada Misi 1, ketinggian terbang drone 125 m dengan overlap foto sebesar
80% dan waktu terbang + 6 menit.
d. Perencanaan jumlah misi terbang
Misi terbang sebanyak 3 Misi, dijalankan oleh 1 orang/ misi dan pada arah
yang berbeda. Dengan area luas yang sama 250 m x 250 m, overlap 80%
namun ketinggian terbang yang berbeda. Untuk misi 2 pada ketinggian 100 m
dan misi 3 150 m.

2. Peralatan Penerbangan
a. Drone DJI Phantom 3 + remote

b. Smartphone (Software DJI Go dan PIX 4D)

4
c. Software Agisoft Photoscan 1.2.4
d. Global Mapper

3. Penerbangan Drone
Alat yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu, serta pengecekan
baterai dan memori SDcard. Kemudian Drone disambungkan dengan
Remote+Smartphone yang sudah terinstal software PIX 4D dan DJI Go untuk
mengatur dan memberi perintah kepada Drone untuk melakukan Misi 1 (yang
direncanakan).
Apabila semua peralatan sudah siap, lakukan kalibrasi Drone sebelum terbang.
Kalibrasi menggunakan aplikasi DJI Go. Pastikan Drone dan remote nyala
(ditandai dengan warna hijau) serta terhubung dengan aplikasi DJI Go. Kalibrasi
dilakukan dengan cara memutar Drone searah jarum jam. Kalibrasi bertujuan agar
Drone mengetahui posisi awal saat diterbangkan serta dapat terbang lebih stabil.

(Sumber: Google)

Setelah pengaturan tinggi terbang, area lintasan, speed, angle-camera dan overlap
pada aplikasi DJI Go telah sesuai dengan rencana maka Drone siap diterbangkan.
Drone akan mengambil foto secara otomatis dan kembali ke titik awal terbang
dengan sendirinya. Hasil foto udara akan tersimpan di SDcard untuk selanjutnya
diolah dengan software Agisoft Photoscan.

5
4. Pengolahan Data Dengan Agisoft Photoscan 1.4.2 dan Global Mapper
a. Import foto dari file yang sudah tersimpan di SDcard pada Drone setelah selesai
melakukan misi penerbangan yang sudah diatur pada awalnya, foto Misi 1
sebanyak 98 foto.

Identifikasi semua titik pengambilan gambar apakah sudah ter-align semua (98 foto).

6
b. Pada menu workflow, pilih Align Photo untuk mengidentifikasikan titik – titik
pada foto dan menggabungkan beberapa titik yang pada akhirnya akan
menghasilkan penampakan 3D awal. Untuk Accuracy-nya (Low, Medium atau
High) dan pilih “disabled” untuk Pair Preselection. Pada tahap ini, saya
menggunakan Medium untuk analisa hasil gambar/citra dan pada bagian
Advanced dapat mengatur jumlah titik maksimal yang akan di identifikasi
(10.000).

7
c. Untuk pengerjaan penempatan marker yang lebih cepat dan mudah, maka
diperlukan rekontruksi geometri terlebih dahulu, pada dialog building mesh diatur
parameter yang dibutuhkan.

d. Pembuatan titik tinggi udara dari building dense cloud, dengan menyesuaikan
parameter di lapangan. Pada bagian advanced diatur dari mild atau aggresive
untuk area terjal dan quality “low” (menyesuaikan dengan waktu processing dan
kemampuan komputer).

8
e. Untuk menentukan bagian-bagian seperti ground, vegetation dan building maka
dilakukan Selection Point Class.

9
Setiap warna menunjukkan class tertentu, yaitu warna hijau untuk vegetasi, coklat
untuk ground dan merah untuk bangunan/ permukiman.

Lalu diatur untuk mendapatkan pola mesh yang lebih halus dengan cara “smooth
mesh”.

10
f. Untuk menyesuaikan bentuk permukaan dilapangan, maka diatur Clasify Ground
Point.

g. Membuat DTM dari ground point saja pada dialog building mesh, agar kontur
yang dibaca berasal dari permukaan ground. Hal ini untuk mengurangi kesalahan
software dalam membaca perbedaan ketinggian dari vegetasi ataupun bangunan.

11
h. Membuat Digital Elevation Model (DEM), dari data DEM biasanya dapat
diturunkan informasi menganai elevasi/ topografi dan lereng.

12
i. Membuat Model Orthomosaic, hasil orthophoto dapat digunakan untuk
interpretasi struktur dengan bantuan peta topografi.

13
j. Eksport DEM dan Orthomosaic

k. Buka file export pada software Global Mapper

14
l. Klik toolbar analysis lalu pilih generate contour from terrain, lalu atur parameter –
parameter yang dibutuhkan.

5. Hasil Pengolahan Data

a. Kontur

15
b. Kerimiringan Lereng

c. Orthophoto

16
6. Analisis Akurasi Pengolahan Data
Hasil interpretasi software dengan berbagai kualitasnya dari high hingga low. Kualitas
high terlihat lebih akurat pada hasil gambar 3D model-nya. Untuk perbedaan antara
Misi 1,2 dan 3 yaitu ketinggian terbang yang mempengaruhi jumlah titik dan pixel
pada data citra. Pada Misi 1 dengan ketinggian 125 m memiliki 76,7 pixel, semakin
rendah ketinggian terbang maka pixel akan berkurang. Selain itu, pemilihan kualitas
juga mempengaruhi hasil data dimana low akan menyebabkan software membaca data
lebih sedikit.
Pada pembuatan garis kontur, software akan membaca warna bangunan sebagai
perbedaan ketinggian. Sehingga terjadi kesalahan yang jelas pada pembuatan
konturnya. Selain itu, software juga membaca perbedaan warna vegetasi sebagai
perbedaan ketinggian, serta atap bangunan akan dibaca sebagai kontur. Hal ini
merupakan kesalahan fatal, oleh karena itu perlu dilakukan koreksi manual dengan
membuat klasifikasi pada gambar (vegetation, building, ground).

7. Interpretasi Struktur

17
Lokasi pengamatan di daerah Maribaya, Mekarwangi merupakan area yang dilewati
oleh sesar lembang yang mengalami pengangkatan akibat sesar sehingga topografinya
cukup tinggi dapat dilihat pada kontur bahwa ketinggian area tersebut + 1175 m –
1296 m. Sesar merupakan pergerakan kerak bumi yang mengalami pergeseran. Sesar
lembang membentang ±30 kilometer mulai dari Manglayang, Tebing Kraton dan
Gunung Batu. Sesar ini termasuk sesar geser yang sedikit mengalami penunjaman dan
termasuk sesar yang aktif.

Sumber: geoportal.esdm.go.id

Tebing curam yang terbentuk akibat sesar dapat dilihat selama perjalanan menuju
lokasi pengamatan, dimana area terjal tersebut rentan terhadap erosi. Dari 3D model,

18
kontur/ topografi dan orthomosaic dapat terlihat areal punggung bukit, bidang erosi
dari kerapatan garis kontur serta indikasi aliran sungai/ drainase.

19
Area yang dilingkari warna merah menunjukkan indikasi area rawan erosi karena
berada pada lereng yang cukup curam, dan terlihat perbedaan warna/ kerenggangan
tumbuhan sebagai indikasi area bekas longsoran. Hal ini diperkuat dengan Peta
Kerawanan Gerakan Tanah di daerah Maribaya dari website geologi portal esdm, serta
Peta Kemiringan Lereng dan Peta Kerawanan Gerakan Tanah dari hasil olah data pada
Agisoft berupa DEM pada area pengamatan dengan foto udara di daerah Maribaya
dengan tingkat rawan medium to high.

Sumber: geoportal.esdm.go.id

20
21
Analisis batas litologi/ batuan pada wilayah pengamatan dapat dilihat dari perbedaan
warna, namun pada pengambilan foto udara pada daerah yang dominan tertutup
vegetasi cukup lebat. Serta area pengamatan yang tidak begitu luas yakni sekitar 6,25
Ha sehingga kemungkinan litologi nya masih sama. Berdasarkan Peta Geologi,
Maribaya tersusun atas litologi batuan lava, old volcanic product dan pumiceous tuff.
Kemungkinan pada area ini litologinya berupa old volcanic product, hal ini dapat
dilihat dari morfologi yang terjal dan sifat batuannya yang lebih resisten terhadap
erosi.

Untuk analisis kemenerusan/ lineaments pada lokasi pengamatan ditunjukkan dari


adanya lembah atau low lands. Diperkirakan kemenerusan area lembah tersebut
merupakan aliran sungai intermitten/ tahunan, karena pada saat pengambilan foto
udara tidak terlihat aliran air. Sedangkan untuk interpretasi mata air tidak terlihat pada

22
foto udara, diduga keberadaan mata air berada dekat area bidang lemah (curug
Maribaya).

Untuk mendapatkan hasil interpretasi struktur yang akurat perlu dilakukan ground
checking (pengecekan lapangan) untuk memverifikasi keberadaan sesar, bidang lemah,
lineaments, keberadaan mata-air dan litologi batuan yang ada.

23
Berdasarkan interpretasi awal mengenai struktur yang ada di lokasi Maribaya, jika
dikaitkan dengan perencanaan pembangunan Power Plant, Wellpad, Pipe line serta
konstruksi jalan untuk Pengembangan Geothermal/ Panas Bumi maka baiknya
menghindari area pengamatan yang rawan erosi dan cenderung curam/ terjal.
Untuk area Maribaya diindikasi keberadaan geothermal-nya dari keberadaan area
rekreasi pemandian air panas dan wisata Tangkuban Perahu. Apabila dilakukan
penelitian/ eksplorasi lanjut mengenai sumber panas yang ada maka memungkinkan
untuk membangun sebuah powerplant geothermal pada area yang lebih aman dan pada
struktur batuan yang stabil.

Berdasarkan pengamatan lokasi foto udara, disarankan area pengembangan


Geothermal berada di area yang cukup datar dan tidak terlalu terjal (dilingkari garis
merah), agar pembangunan lokasi power plant, wellpad, pipeline serta pembukaan

24
area awal pengembangan Geothermal seperti jalan berada pada area stabil, serta tidak
rawan terhadap erosi atau longsor.

8. Kesimpulan
a. Foto udara dengan Drone dapat mempercepat kegiataan pemetaan/ pembuatan
kontur dan survey lapangan, dengan menggunakan software Agisoft dan Global
Mapper dapat memberi output berupa gambaran suatu daerah sehingga membantu
dalam tahap awal penyelidikan sebuah manifestasi.
b. Akurasi pengolahan foto udara menggunakan metode high, medium dan low
sangat mempengaruhi hasil interpretasi visual oleh software. Semakin tinggi
akurasi yang dipilih, maka data yang terbaca juga lebih banyak sehingga waktu
yang dibutuhkan oleh software Agisoft untuk dapat memproses data tersebut lebih
lama.
c. Pada pembuatan kontur, software akan menjadikan pohon dan bangunan sebagai
bahan pertimbangan untuk dijadikan perbedaan ketinggian. Oleh karena itu,
analisa lanjutan seperti klasifikasi jenis – jenis material (vegetasi dan bangunan)
harus dilakukan, sehingga pembuatan kontur akan lebih baik.
d. Di daerah Maribaya menunjukkan adanya keberadaan sesar geser (bagian sesar
Lembang), bidang kemiringan yang rawan erosi serta pergerakan tanah yang
intens serta adanya kemenerusan/ lineaments. Namun, berdasarkan interpretasi
awal foto udara harus tetap dilakukan ground check untuk verifikasi data dan
memvalidasi area pengamatan apabila akan dilakukan pengembangan
Geothermal/ Panas Bumi.

9. Saran

Sebaiknya, sebelum melakukan pengambilan foto udara dilakukan record terhadap


arah mata angin dan koordinat tiap titik pengamatan menggunakan GPS.

25

Anda mungkin juga menyukai