Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FOTOGRAMETRI I
Pengolahan Foto Udara untuk Menghasilkan
Digital Surface Model (DSM) Menggunakan Software Virtual Stereoplotter

DISUSUN OLEH :
FADIYA SALSABILA
18/425035/TK/46730

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. MATERI PRAKTIKUM
Pengolahan Foto Udara agar dihasilkan Digital Surface Model (DSM) menggunakan Software
Virtual Stereoplotter

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1) Memahami cara penggunaan Software Virtual Stereoplotter
2) Memahami cara menghasilkan Digital Surface Model (DSM) dari dua buah
foto yang saling bertampalan
3) Mengetahui kontur dari hasil foto udara

C. ALAT DAN BAHAN


1) Software Virtual Stereoplotter
2) Laptop
3) Hasil foto udara yang saling bertampalan
4) Data GCP maupun data calibrate dari kedua foto
5) Data Tie Point

D. DASAR TEORI

Digital elevation model (DEM) adalah data digital yang menggambarkan geometri
dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordianat
hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang didefinisikan permukaan tersebut
menggunakan himpunan koordinat. (Tempfli, 1991 dalam Purwanto, 2008). DEM khususnya
digunakan untuk menggambarkan relief medan. Gambaran model relief rupabumi tiga
dimensi (3 dimensi yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world)
divisualisaikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual
reality (Mogal, 1993).
Fotogrametri adalah seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan interpretasi
gambaran fotografik dan polaradiasi tenaga Elektromagnetik yang terekam (American Society
of Photogrammetry, 1979 dalam Wolf, P.R., 1993).
Virtual Stereoplotter adalah perangkat lunak pemrosesan digital foto udara
stereoskopis. Aplikasi ini dibuat dengan VB 2010 Express dengan mengintegrasikan
komponen-komponen dan pustaka seperti DotSpasial 1.2, Geostatistical Tool,
MathNet.Numerics, dan ZedGraph. Beberapa kinerja aplikasi ini seperti Orientasi Interior,
Cross Correlation, Penyesuaian Model Single Bundle, IDW, Pemfilteran Median, sehingga
diperoleh Digital Surface Model (DSM) yang bereferensi spasial. Kualitas hasil DSM ini
dikontrol dari kualitas titik kontrol foto udara, dan atau titik ikatnya.
E. LANGKAH KERJA
1. Membuka software Virtual Stereoplotter

2. Melakukan load image kiri dan kanan dengan klik load image.
3. Melakukan calibration camera untuk foto kiri dan foto kanan dengan memasukan data
calibration kamera sesuai data yang ada di folder.

4. Melakukan penentuan titik-titik GCP pada foto dengan klik ikon GCPs.
5. Tampilan setelah input GCP.
6. Setelah GCP ditampilkan, lanjutkan dengan menambahkan Tie Point sesuai data yang
sudah ada. Missal menambahkan 155 titik Tie Points

7. Setelah itu klik Perform Bundle Adjustment

8. Klik Ok kemudian tunggu proses yang berjalan


9. Hasil bundle adjustment harus memiliki nilai RMS < 1

10. Pada menu DSM, ditekan tombol ‘DSM Processing’ yang akan membuka jendela
‘Virtual Stereoplotter – DSM Processing’.
11. Pada menu Home di jendela ‘Virtual Stereoplotter – DSM Processing’, di-load file .shp
yang telah dikerjakan sebelumnya.

12. Pada menu DSM pada jendela ‘Virtual Stereoplotter – DSM Processing’, ditekan tombol
‘Generate’ untuk melakukan interpolasi DSM berdasarkan tie point.

Pada jendela Inverse Distance Weighted Configuration diisikan data sebagai berikut
13. Untuk melakukan median filtering, tekan tombol Filtering pada jendela ‘Virtual
Stereoplotter – DSM Processing’.

14. Pada jendela Median Filtering Configuration, diisikan data sebagai berikut
15. Tampilan setelah dilakukan Filtering

16. Klik pada layer ‘medianfiltering’ di kolom Map Layers.


17. Klik tombol Hillshading pada menu.

18. Tombol Hillshading tersebut akan menciptakan representasi hillshade pada DSM.
19. Untuk melihat kondisi terrain pada DSM, ditekan tombol Create Profile Path pada
panel Profile.
20. Gunakan pointer untuk membuat garis path pada DSM

21. Kemudian, ditekan tombol Create Profile pada panel Profile untuk melihat kondisi
terrain pada garis path tersebut
22. Mengulangi langkah yang sama dengan menggunakan 8 Tie Points

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut adalah beberapa hasil dari pengerjaan langkah-langkah diatas:
- 155 Tie Points
1. Pemasukan Manual GCP
2. Persebaran titik-titik Tie Point

3. Dengan adanya persebaran titik GCP dan titik-titik Tie Point dilakukan proses Bundle
Adjustment dan didapatkan RMS sebagai berikut
4. Saat melakukan DSM Processing, digunakan file .shp yang sudah diperoleh dari
Bundle Adjustment

5. Berikut adalah derah yang diseleksi agar dapat diketahui bagaimana grafik atau profil
ketinggiannya

Maka, hasil profil ketinggian daerah di atas adalah


- 8 Tie Points
1. Pemasukan Manual GCP

2. Persebaran titik-titik Tie Point


3. Dengan adanya persebaran titik GCP dan titik-titik Tie Point dilakukan proses Bundle
Adjustment dan didapatkan RMS sebagai berikut

4. Saat melakukan DSM Processing, digunakan file .shp yang sudah diperoleh dari
Bundle Adjustment
5. Berikut adalah derah yang diseleksi agar dapat diketahui bagaimana grafik atau profil
ketinggiannya

Maka, hasil profil ketinggian daerah di atas adalah


Dari hasil grafik diatas, baik dengan 155 Tie Points maupun 8 Tie Points menunjukkan
bahwa bagian yang telah di-select tersebut memiliki ketinggian yang berbeda-beda dan
tidak rata.

G. KESIMPULAN
1. DSM dapat digunakan untuk mengetahui profil 3D dari suatu objek yang telah ditentukan
2. Profil 3D menunjukkan bahwa setiap titik memiliki ketinggian yang berbeda

H. DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/viewFile/22555/20672 (diakses pada
03 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai