Anda di halaman 1dari 27

MODUL 4

MOZAIK FOTO UDARA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANISAH YASMIN

NIM : A030319004

KELAS : 4/A TEKNIK GEODESI

JURUSAN : TEKNIK SIPIL

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI TEKNIK GEODESI
TAHUN AJARAN
2020/2021
LANGKAH KERJA MOZAIK FOTO UDARA
1. Mengolah Import Foto dan Rekonstruksi Jalur Terbang
a. Buka Agisoft Photoscan, Setelah agisoft terbuka, dari Menu Workflow pilih
Add Photos, kemudian pilih semua foto yang akan dimasukkan ke dalam
project. Hindari menggunakan foto dalam format JPEG (dan format lossy lain)
karena akan membuat proses rekonstruksi tidak optimal. Sebaiknya gunakan
format lossless seperti TIF dan BMP.

Gambar 1.0 Add photo pada agisoft

b. Setelah foto terimport, lakukan review hasil import foto dengan menggunakan
tool navigasi yang tersedia di dalam view, apakah sudah sesuai dengan jalur
terbang yang ada atau belum.
Gambar 1.1 Selesai Mengimport foto

2. Sistem Koordinat
Untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi,
nilai x ditulis (absis), dan diikuti dengan nilai y (ordinat). Demikian, format yang dipakai
selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik – balik.
a. Klik Convert – Coordinate system – WGS 84/UTM Zone - OK

Gambar 1.3 Convert Coordina


3. Aligh Photos
Align photos dilakukan untuk mengidentifikasi titik-titik yang ada di masing-
masing foto dan melakukan proses matching titik yang sama di dua atau lebih
foto. Proses align photos akan menghasilkan model 3D awal, posisi kamera dan
foto di- setiap perekaman, dan sparse point clouds yang akan digunakan di tahap
berikutnya :
a. Klik Aligh Photos dibagian menu Workflow

Gambar 1.4 Align Photo

b. Muncul pilihan Accuracy dan Pair Preselection (Generic Preselection


dan Reference Preselection). Untuk accuracy, anda bisa memilih
berdasarkan kebutuhan. Untuk kajian awal seperti melihat cakupan
overlap hasil foto selama survey, gunakan accuracy low,
sedangkan untuk tahap produksi citra yang sebenarnya, gunakan
accuracy highest. Sedangkan pilihan Pair Preselection digunakan
untuk mem- bantu Agisoft dalam proses aligning photos, Jika foto
mempunyai koordinat bawaan dari GPS Kamera UAV (geotagged),
gunakan mode Reference Preselection. Sedangkan jika foto tidak
mempunyai koordinat bawaan (ungeotagged), gunakan mode Generic
Preselection. Atau bisa juga dibandingkan antara keduanya untuk
melihat mana yang lebih efektif. Kem udian Klik OK .
 Klik lowest > generic > advanced > OK
Gambar 1.5 Aligh Photo General

c. Proses align photos akan mulai dijalankan. Waktu pemrosesan


bergantung pada pilihan accuracy dan kemampuan Hardware dari
komputer yang digunakan. Makin tinggi accuracy makin lama waktu
pemrosesan. Contoh hasil align photo seperti ditunjukkan di bawah ini :

Gambar 1.6 Proses Align photo


Gambar 1.7 selesai Align Photos

4. Input GCP
Input GCP dilakukan untuk memberikan referensi koordinat 3D (XYZ)
terhadap hasil operasi align photo, sehingga model 3D yang terbentuk dapat
diperbaiki kualitas geometriknya dan pada akhirnya mampu menghasilkan OEM
dan Orthofoto yang akurat sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Pada
umumnya input GCP dapat dilewati dalam pemrosesan data hasil drone, karena
biasanya kamera yang terinstal di dalam drone mempunyai built in GPS receiver
yang dapat digunakan sebagai referensi koordinat. Hanya biasanya built in GPS
receiver di kamera Drone mempunyai spesifikasi navigation grade (akurasi 5 - 25
meter atau lebih), sehingga kurang seimbang dengan kedetilan orthofoto yang
dihasilkan.
Oleh karena itu, untuk memperoleh orthofoto yang dapat digunakan untuk
pemetaan skala detil dengan baik, kita perlu memasukkan GCP yang diperoleh
antara lain dari GPS receiver Grade Mapping (1 meter sampai sentimeter) atau Grade
Geodetic (sentimeter sampai millimeter).
a. Kemudian dari menu Workspace klik Reference.
Gambar 1.8 Klik Reference

b. Selanjutnya, siapkan data titik GCP dalam format TXT (tab delimited).
Misalnya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1.9 File TXT

c. Import GCP ke dalam Agisoft dari menu Reference > Import. Masukkan
lokasi file TXT hasil pengukuran GPS, kemudian muncul jendela Import
CSV. Yang pertama, atur sistem koordinat dan proyeksi dari data GPS
anda, kemudian tentukan delimiter kolom dari file txt GPS (untuk kasus
saya menggunakan tab). Selanjutnya atur Columns sesuai dengan ket-
erangan di baris paling atas. Misalnya untuk Label kolom nomor
berapa? Demikian pula untuk koordinat latitude, longitude dan elevation.
Selanjutnya, karena baris pertama dari data saya adalah nama field, maka
saya mulai mengimport dari baris kedua yang dispesifikasi di pilihan Start
import at row. Setelah selesai, klik OK. Muncul keterangan "cant find
match the entry". Pilih Yes To All.

IMPORT

Gambar 1. 10 Klik Import

Gambar 1.11 Import CSV


Gambar 1.12 klik Yes to all

d. Daftar koordinat akan tersimpan di dalam Agisoft dalam bentuk marker.


Namun posisinya di foto belum terdefinisikan, oleh karena itu tugas
selanjutnya adalah mendefinisikan lokasi GCP di foto.

Gambar 1.13 Tampilan pada markers

e. Klik dua kali salah satu foto yang diidentifikasi terdapat lokasi GCP
pertama, foto akan ditampilkan di jendela baru. Cari lokasi GCP
kemudian klik kanan > Place Marker, pilih nama GCP yang sesuai
dengan lokasi dimaksud (pertimbangkan adanya kemungkinan relief
displacement dalam penempatan GCP).
Gambar 1.14 Place Marker titik dilapangan

Gambar 1.15 Hasil Place marker

f. Selanjutnya, buka foto lain yang meliput lokasi GCP yang sama, Agisoft
akan memberikan lokasi perkiraan dari GCP yang telah dimasukkan di
foto sebelumnya (biasanya posisinya bergeser), klik kanan di lokasi
GCP yang seharusnya kemudian Place Marker.
Gambar 1.16 Place marker digambar berikutnya

g. Setelah GCP pertama dimasukkan ke dalam minimal dua foto (mungkin


lebih, tergantung bentuk model), masih di jendela foto kedua, klik kanan
> filter by Marker.

Gambar 1.17 klik Filter by Marker

Agisoft akan menseleksi foto-foto yang memuat GCP pertama yang


telah dimasukkan dan kemungkinan lokasinya di foto - foto tersebut
(ditandai dengan adanya grey flag di kanan atas foto).
Gambar 1.18 Foto terseleksi

h. Selanjutnya, cek satu per satu foto yang ada grey flag-nya, jika
foto tersebut memuat lokasi GCP pertama, lakukan Place Marker
(geser ke posisi yang benar apabila posisi yang ditunjukkan foto grey
flag bergeser dari lokasi yang seharusnya), jika tidak biarkan saja.
Agisoft tidak akan menggunakan foto tersebut dalam rekonstruksi
model. Foto yang dilakukan Place Marker akan memiliki Green Flag
dan dipertimbangkan dalam rekonstruksi model.

Gambar 1.19 grey flag

i. Setelah semua foto diidentifikasi dan dikoreksi lokasi GCP pertama-


nya, hapus filter dengan cara klik tombol Reset Filter. Seluruh foto
akan ditampilkan kembali. Ulangi langkah pengisian GCP untuk GCP
kedua dan seterusnya.
Gambar 1.20 Reset filter

j. Setelah semua GCP selesai dimasukkan, lakukan operasi optimize


alignment/Camera dari Menu Reference. Centang semua menu di
parameter.

Gambar 1.21 Optimize Cameras


Gambar 2.2 Optimize Camera Alignment

Gambar 2.3 proses Camera Alignment

k. GCP yang telah dimasukkan akan ditampilkan di dalam model sebagai


Markers.
l. Untuk mengetahui akurasi dari GCP, gunakan Tombol View Errors.
Akurasi GCP berbeda dengan akurasi model/hasil orthomosaic, untuk
menguji akurasi hasil pemodelan/orthomosaic, anda harus menguji-nya
dengan independent check points (ICP) atau titik ikat independen yang
tidak digunakan sebagai GCP, dan murni hanya ditujukan untuk
menguji akurasi hasil pemodelan.

Gambar 2.4 View Errors

Gambar 2.5 tampilan errors


5. Pembangunan Dense Point Clouds
a. Untuk membuat Dense Point Clouds, setelah proses alignment dan uji akurasi
GCP selesai, dari menu Workflow klik Build Dense Point Clouds. Kemudian
muncul pilihan Quality dan Depth Filtering. Untuk Quality terdapat beberapa
pilihan mulai dari Lowest hingga Ultra High. Makin tinggi kualitasnya, makin
lama waktu pemrosesan dan makin besar alokasi memory RAM yang
dibutuhkan. Adapun untuk parameter depth filtering menunjukkan cara
perlakuan terhadap titik tinggi yang disinyalir merupakan noise (outliers). Ciri-
cirinya biasanya nilai ketinggiannya jauh lebih besar atau jauh lebih kecil dari
titik - titik di sekitarnya. Mild filtering ditujukan untuk rekonstruksi model 3D
yang kompleks dan mempunyai banyak detil, sedangkan Aggressive filtering
ditujukan untuk rekonstruksi model 3D yang sederhana dan tidak mempunyai
banyak detil. Ji ka te l a h di pi li h m a ka Klik OK.

Gambar 2.6 Build dende Cloud


Gambar 1.27 Proses Dense Point Clouds

b. Contoh hasil memprosesan dense point clouds ditunjukkan pada gambar di bawah
ini :

Gambar 1.28 Hasil Dense Point Clouds

6. Pembangunan Model 3D (MESH)


a. Untuk membuat Mesh, dari Menu Workflow klik Build Mesh. Muncul pilihan
Mesh Parameter. Untuk Surface Type, ada dua pilihan, Height Field dan
Arbitrary. Arbitrary digunakan untuk model 3D umum seperti bangunan, patung
dan lain - lain. Sedangkan Height Field digunakan untuk obyek permukaan bumi
seperti MedanlTerrain dan struktur spasial seperti jaringan Pipa, kabel, dan lain
- lain. Gunakan Height Field untuk memprosesan orthofoto. Untuk Source Data
dapat menggunakan Sparse Point Cloud atau Dense Point Cloud dari tahap
pemrosesan sebelumnya. Untuk memperoleh hasil terbaik, gunakan Dense Point
Clouds. Untuk parameter Face Count, ada pilihan dari Low, Medium hingga High.
Face Count ini menentukan jumlah polygon mesh yang akan dihasilkan. Face count
High dapat menghasilkan mesh dengan jutaan polygon yang mungkin nanti akan
menimbulkan permasalahan visualisasi, oleh karena itu harus ditentukan dengan
bijak. Selain tiga pilihan diatas, juga terdapat dua pilihan tambahan yaitu
interpolation dan point classes. Untuk interpolation sendiri ada dua pilihan, yaitu
interpolated dan extrapolated. Interpolated mode akan memungkinkan beberapa
gap diantara foto yang tidak terproses akan diinterpolasi secara otomatis. Pilihan
extrapolated tidak digunakan dalam pemrosesan orthofoto. Jika telah selesai
dipilih maka Klik OK.

Gambar 1.29 Build Mesh


Gambar 1.30 proses Build Mes

b. Hasil pembangunan Mesh dapat dilihat contohnya di gambar di bawah ini.

Gambar 1.31 Hasil Build Mesh (3D)

7. Pembangunan Model Texture


a. Untuk membuat model texture, dari menu workflow klik build texture. Muncul
Tampilan Build texture kemudian pada mapping mode klik orthophoto, blending
mode klik Mosaic (default). Bagian advanced tanda centang enable hole filling dan
Enable Ghosting filter.
Gambar 1.32 Build Texture

Gambar 1.33 Proses Build Texture


b. Berikut ini adalah contoh hasil pembuatan model texture yang dapat
ditampilkan secara 3D antara lain di aplikasi Sketchup dan Google Earth.

Gambar 1.34 Hasil Foto Texture

Gambar 1.35 Hasil Foto Texture


8. Pembangunan DEM
a. Untuk membuat DEM, dari Menu Workflow klik Build DEM. Muncul pilihan
DEM Parameter. Untuk Coordinate System, anda dapat mengatur apakah DEM
akan dieksport dalam sistem koordinat geografis atau projected. Untuk Source
Data dapat menggunakan Sparse Point Cloud atau Dense Point Cloud dari
tahap pemrosesan sebelurnnya. Untuk memperoleh hasil terbaik, gunakan Dense
Point Clouds. Untuk interpolation sendiri ada dua pilihan, yaitu interpolated dan
extrapolated. Interpolated mode akan memungkinkan beberapa gap diantara foto
yang tidak terproses akan di interpotasi secara otomatis sehingga menghasilkan
DEM yang solid dan tidak mempunyai Gaps. Pilihan extrapolated tidak
digunakan dalam pemrosesan DEM. Parameter Region menentukan luas
wilayah yang akan dieksport, anda dapat membiarkan seperti default atau
mengaturnya secara manual. Klik OK. Klik workflow > build DEM > pada bagian
type klik (Geographic) > pada bagian Parameters source data klik Sparse cloud > OK

Gambar 1.36 Build DEM


Gambar 1.37 Hasil Build DEM

b. Setelah proses pembangunan DEM selesai, kemudian melakukan proses export


DEM dengan cara, klik Menu File > Export DEM > Export TIFF/BIL/XYZ.
Selanjutnya muncul pilihan Export, tentukan proyeksi peta keluaran, resolusi
spasial DEM. dan batas area export. Setelah itu tentukan format keluaran apakah
akan menggunakan format TIF. Bil atau XYZ.

Gambar 1.38 Proses Export Gambar DEM


Gambar 1.39 Proses penyimpanan File

Gambar 1.40 Hasil Foto Export DEM (tiff)

9. Pembangunan Orthofoto
a. Untuk pilihan Projection, pilih antara koordinat geographic atau planar/projected.
Untuk parameter Surface, pilih OEM yang dihasilkan dari langkah sebelumnya.
Untuk pilihan blending mode, ada tiga pilihan, Mosaic, Average, Max
Intensity dan Min Intensity. Mosaic akan mempertimbangkan detail dalam
setiap foto sehingga menghasilkan orthofoto yang balance dari segi warna dan
kedetilan. Pilihan average akan menggunakan nilai piksel rata-rata dari setiap
foto yang overlap. Adapun untuk max dan min intensity menggunakan intensitas
maksimum dan minimum dari piksel yang ber- tampalan/overlap. Anda juga dapat
mencentang pilihan Enable Color Correction untuk melakukan koreksi warna
di setiap foto, namun waktu pemrosesan akan menjadi lebih lama. Dari menu
workflow klik Build Orthomosaic > bagian surface pilih DEM > Blending mode klik
mosaic > Ok

Gambar 1.41 Build Orthomosaic

b. Setelah pembangunan Orthomosaic selesai Kemudian melakukan proses eksport


hasil foto udara orthomosaic yang telah dihasilkan dari Menu File > Export
Orthomosaic > JPEG/TIFF/PNG. Untuk pilihan projection pilih antara geographic
dan planar, demikian pula untuk pilihan lain seperti compression dan Write World
file apabila diperlukan. Kemudian melakukan proses eksport hasil foto udara
Gambar 1.42 Proses Export Orthomosaic

c. Di bawah ini adalah contoh hasil akhir dari orthomosaic toto udara, DEM dan
tampilan 3D toto udara.

Gambar 1.43 Foto Selesai di Orthomosaic


Gambar 1.44 Gambar hasil Export ke JPG

Anda mungkin juga menyukai