Anda di halaman 1dari 16

Final Project

LAPORAN PRAKTIKUM
FOTOGRAMETRI I

”Pengolahan Orthofoto dan Ekstraksi DEM Wilayah Fakultas Biologoi dari Pemotretan Udara
Menggunakan Perangkat Lunak Agisoft Photoscan Professional”

13 November 2019

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Aqshal Subhan Bani N (18/428696/TK/47200)


Henny Febriyanti (18/428708/TK/47210)
Muhammad Ichsanuddin (18/431139/TK/47732)
Muhammad Rifa‟I (18/428726/TK/47228)
Sheilla Evelinda (18/425059/TK/46764)
KELAS B

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. MATERI PRAKTIKUM
Pengolahan orthofoto dan ekstraksi DEM wilayah Fakultas Biologi dari pemotretan udara
menggunakan perangkat lunak Agisoft Photoscan Professional.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari praktikum Fotogrametri 1 adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengolahan orthofoto menggunakan software Agisoft Photoscan
Professional.
2. Mahasiswa dapat melakukan proses ekstraksi DEM dari pemotretan udara menggunakan
software Agisoft Photoscan Professional.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Komputer/Laptop
2. Software Agisoft Photoscan Professional Versi 1.4.5
3. Foto – Foto Udara (data) yang telah diberikan oleh asisten dosen yang akan diolah

IV. PELAKSAAN PRAKTIKUM


Hari : Rabu
Tanggal : 13 November 2019
Waktu : 13.00 – 15.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fotogrametri Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada

V. DASAR TEORI
Mosaic orthophoto merupakan produk fotogrametri yang dapat disetarakan dengan sebuah
peta, yaitu memiliki proyeksi orthogonal dengan distorsi yang minimal sehingga pengukuran jarak
dan sudut pada mosaic orthophoto ini akan mewakili jarak yang sebenarnya di lapangan. Mosaic
orthophoto dibuat melalui penggabungan orthophoto pada pembahasan sebelumnya menggunakan
data DEM dan GCP untuk koreksi kesalahan akibat variasi terrain (relief). Mosaic orthophoto
dibentuk melalui proses differential rectification yang mengkoreksi kesalahan variasi terrain,
kemiringan platform dan pengaruh ketinggian sehingga dibentuk foto udara yang membentuk satu
kesatuan pada daerah yang dipetakan.
Mosaic orthophoto yang telah dibuat kemudian dapat „ditempelkan‟ pada sebuah DEM
untuk menghasilkan tampilan tiga dimensi dari lokasi yang dipetakan. Proses penempelan foto
pada terrain ini disebut dengan draping.
DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi atau
bagiannya yang terdiri dari himpunan titik – titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan
algoritma yang mendefenisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli,
1991).
Agisoft adalah salah satu software yang dapat mengolah foto hasil foto drone. Agisoft
memiliki fitur yang beragam untuk memudahkan dalam pemrosesan data hasil drone.
a) Align foto
Digunakan untuk identifikasi titik – titik yang ada di gambar. Proses ini akan membuat
matching point dari 2 atau lebih foto. Proses ini menghasilkan 3D model awal dan sparse point
clouds yang akan digunakan untuk tahapan berikutnya.
 Accuracy : Memilih tinggkat akurasi kecocolan titik dalam proses macthing point
 Low : Akurasi lemah, proses cepat
 Medium : akurasi sedang proses sedang
 High : Akurasi bagus, Proses lambat
 Pair Selection : tipe kecocokan point yang dipilih
 Generic : untuk foto yang sudah built in geotagged (DJI dll sudah ada GPS di kamera)
 Ground Control : untuk foto dengan geo tangged manual
b) Build Mesh
Mesh atau 3D adalah modal untuk membuat DEM, baik DSM, DTM maupun
orthophoto, Mesh juga bsia di export kedalam software lain seperti sketchup, AutoCAD
atau ArcGIS. Type untuk memilih model yang di proses:
 Arbitary untuk patung, bangunan
 Height field untuk objek permukaan bumi seperti medan /terrain dll Source memilih
sumber 3D
 Sparse Cloud : jarang
 Danse Clouds : Padat
 Interpolation: Interpolated digunakan untuk menginterpolasi beberapa gap yang terdapat
diatara foto yang tidak terproses.
 Extrapolated tidak digunakkan dalam orthophoto
 Build Texture
Texture adalah model fisik 3D dari tampakan yang ada di area yang di cover oleh foto udara.
VI. LANGKAH KERJA
1. Membuka software Agisoft PhotoScan Professional Versi 1.4.5 (64 Bit).

2. Menambahkan foto dengan cara memilih menu Workflow  Add Photos dan memilih Pilih foto
yang dibutuhkan kemudian klik open.

3. Melakukan penyelarasan foto-foto untuk menentukan posisi kamera yang sesungguhnya dengan
cara memilih menu Workflow dan memilih Align Photos. Akan terbuka window Align Photos.
Tentukan parameter yang akan digunakan:
a. Accuracy  Highest, High, Medium, dan Low (semakin tinggi semakin akurat posisi
kamera)
b. Pair Selection  Generic preselection (Foto bertampalan menyesuaikan fitur) dan
Reference preselection (Foto bertampalan menyesuaikan posisi kamera sebenarnya)
c. Advanced
i. Key Point Limit  Semakin banyak, semakin banyak titik yang dapat diandalkan
ii. Tie Point Limit
Untuk Praktikum, minimum Accuracy yang digunakan adalah Medium. Setelah parameter
ditentukan, klik OK. Tunggu proses hingga selesai.

4. Melakukan perapatan point cloud pada foto-foto sebelumnya dengan cara memilih menu
Workflow dan memilih Build Dense Cloud. Tentukan parameter yang akan digunakan :
a. Quality  Ultra High, High, Medium, Low, Lowest \ (Semakin tinggi, hasil detil akan
semakin lebih rapat)
b. Depth Filtering Modes
i. Mild  Penyaringan ringan (Cocok untuk kanopi/ atap-atap dengan tekstur yang
kurang tegas
ii. Aggresive  Penyaringan tegas (cocok untuk area dengan detil-detil yang kecil)
iii. Moderate  Penyaringan diantara Mild dan Moderate
iv. Disabled  Noise dan kesalahan fokus tidak terkoreksi
Untuk Praktikum, minimum Quality yang digunakan adalah Medium Kemudian klik OK,
tunggu hingga proses selesai.

5. Melakukan pembangunan mesh dengan cara memilih menu Workflow dan memilih Build Mesh.
Tentukan parameter yang akan digunakan :
a. Surface Type
i. Arbitary  memodelkan objek apapun (penyimpanan besar)
ii. Height Field Surface  memodelkan permukaan sangat datar (penyimpanan kecil)
b. Source Data
i. Sparse Cloud  memodelkan 3D dengan titik-titik cloud sedikit
ii. Dense Cloud  memodelkan 3D dengan semua titik-titik cloud
c. Face Count  High, Medium, Low (semakin sedikit poligon yang dibentuk, semakin kasar
hasil kenampakan. Tetapi terlalu banyak akan merusak visualisasi hasil)
d. Interpolation
i. Disabled  menghasilkan model yang sesungguhnya (lebih akurat) tetapi model
yang berlubang tidak terkoreksi
ii. Enabled  rekonstruksi model menyesuaikan area disekitarnya da lubang akan
terisi secara ototmatis
iii. Extrapolated  rekonstruksi model memperhatikan area diluar bagian model dan
lubang akan terisi secara ototmatis

Kemudian klik OK, tunggu hingga proses selesai

6. Melakukan model texture model dari kenampakan yang ada di area liputan foto dengan cara
memilih menu Workflow dan memilih Model Texture. Tentukan parameter yang akan dipilih :
a. Mapping mode (Generic, Adaptive Orthophoto, Orthophoto, Spherical, Single Photo, Keep
uv)
b. Texture size
c. Blending Mode
i. Mosaic  mempertimbangkan detil setiap foto untuk texture yang seimbang
ii. Average  menggunakan pixel rata-rata dari setiap foto yang overlap
iii. Max Intensity dan Min Intensity  menggunakan intensitas maksimum dan
minimum dari piksel yang bertampalan/overlap.
Kemudian klik OK, tunggu hingga proses selesai.

7. Setelah semua proses selesai, melakukan uncheck pada semua foto yang telah terinput. Caranya
adalah tekan CTRL + A untuk select semua foto, klik kanan dan pilih Uncheck.

8. Lakukan Dense Cloud dan Mesh ulang. Setelah itu, proses selanjutnya ialah pembuatan DEM dan
Ortofoto dengan cara membuka menu Workflow dan memilih Build DEM. Melakukan beberapa
pendefinisian yang ditampilkan pada Window Build DEM :
a. Sistem koordinat  menyesuaikan GCP yang digunakan
b. Source Data  Dense Cloud, Sparse Cloud, dan Mesh (Dense cloud memiliki hasil yang
paling akurat)
c. Interpolation  Enabled, Disabled, dan Extrapolation. Disarankan menggunakan Enabled
agar DEM yang dihasilkan merupakan hasil perhitungan seluruh area yang dimodelkan
d. Point Classes  Hasil DEM merupakan klasifikasi dari DSM atau hanya DTM(ground)
e. Region  Cakupan wilayah
f. Resolution
Setelah semua parameter terisi, klik OK

9. Selanjutnya pembuatan Ortomosaik foto dilakukan dengan memilih menu Workflow dan memilih
Build Orthomosaic. Dalam pembuatan orthofoto menggunakan data foto dan model yang telah
dibuat Melakukan beberapa pendefinisian yang ditampilkan pada window Build Orthomosaic :
a. Projection  Menyesuaikan GCP
b. Type  Planar (2D) dan Geographic (3D)
c. Surface  Dense Cloud dan Mesh (merekonstruksi foto)
d. Blending Mode  Pembuatan mosaic foto
i. Mosaic : membagi-bagi data terlebih daulu menjadi beberapa bagian, kemudian
bagian-bagian tersebut digabungkan menjadi suatu kesatuan mosaik foto
ii. Disabled : didasarkan pada kesamaan nilai rata-rata piksel dari masing-masing foto
iii. Average : didasarkan pada posisi kamera yang hampir sama
e. Enable Color Correction : Pengaktifan koreksi radiometrik
f. Pixel Size : menampilkan nilai ground sampling distance (GSD) estimasi dari seluruh foto
yang akan dihasilkan.
g. Max. Dimension : Mengatur dimensi dari ortofoto
h. Region : Cakupan Wilayah
Setelah semua selesai, klik OK

10. Seluruh hasil pengolahan dapat diekspor melalui menu File pada Main Toolbar kemudian memilih
menu ekspor sesuai dengan file yang akan diekspor. Contoh untuk melakukan ekspor ortomosaik
foto adalah File - Export Orthomosaic - JPEG/TIFF/PNG. Atur sesuai kebutuhan.
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kalibrasi Kamera
Kaliberasi kamera menjadi hal yang penting di dalam pemrosesan hasil foto karena pada
saat melakukan pemotretan, terjadi kesalahan sistematis yang bersumber dari kamera yang
digunakan (Wolf, P., R. 1993). SKesalahan ini perlu dihilangkan atau dikaliberasi pada saat
sebelum pengolahan foto. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui nilai parameter
mulai dari F, Cx, Cy, K1, K2, K3, P1, P2. Parameter-parameter tersebut adalah Panjang focus
kamera, koordinat principal point, nilai transformasi skala dan skewing, distorsi radial dan
distorsi tangesial.

Value Error F Cx Cy K1 K2 K3 P1 P2
F 2409.53 2.8 1.00 -0.85 -0.65 0.38 -0.20 0.28 -0.37 -0.18
Cx -124.59 0.27 1.00 0.57 -0.44 0.17 -0.25 0.57 0.21
Cy 6.56999 0.19 1.00 -0.24 0.13 -0.19 0.25 0.55
K1 0.00962069 0.0003 1.00 -0.44 0.42 -0.74 -0.40
4
K2 -0.0119892 0.0002 1.00 -0.98 0.09 0.03
7
K3 0.00720827 0.0001 1.00 -0.12 -0.04
7
P1 - 2.1e-05 1.00 0.36
0.000936199
P2 -6.04162e-05 1.7e-05 1.00
Table 2. Calibration coefficients and correlation matrix

Pada tabel diatas, nilai parameter kaliberasi kamera yang diperoleh memiliki nilai eror atau
standard deviasi masing-masing. Nilai standard deviasi tersebut adalah nilai yang menunjukkan
ketelitian dari kaliberasi kamera. Hasil kaliberasi kamera yang diperoleh masih tergolong baik
khususnya pada nilai distorsi radial dan distorsi tangensial. Kedua distorsi ini yang memberikan
kesalahan geometri pada arah yang berbeda sesuai dengan kedudukan kamera. Vector arah
distorsi radian dan tangensial ditunjukkan pada gambar berikut.
1 pix
Fig. 2. Image residuals for FC330 (3.61mm).

B. Pembuatan DEM

DEM atau digital elevasi model, dibentuk untuk menghasilkan gambaran atau representasi
model terrain objek yang memiliki nilai elevasi atau ketinggian. Hasil DEM yang diperoleh
seperti ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar di atas memperlihatkan nilai resolusi atau ketelitian per pixel yang kurang baik yakni
sebesar 23.8 cm/pix. Nilai ini diperoleh akibat dari pengaruh tinggi terbang yang disetting pada
ketinggian 160 m. Menurut Lucieer et al. (2013), kesalahan yang terbentuk pada ketinggian terbang
antara 90 m – 180 m bernilai 0.35 m. Kemudian, paremeter yang diatur untuk menghasilkan DEM
wilayah GSP, mulai dari projection, source data yang digunakan, interpolation, dan region.
Proyeksi yang dipilih untuk dijadikan sistem referensi DEM adalah tipe geographic dengan
ellipsoid WGS 84. Pemilihan sistem proyeksi ini dikarenekan nilai koordinat foto dalam koordinat
geographic, lintang dan bujur. Nilai koordinat foto ditunjukkan pada gambar berikut

Source data yang digunakan adalah berasal dari point cloud. Ketika membangun DEM
menggunakan sumber data point cloud, DEM yang dihasilkan akan memberikan ketelitian yang
lebih akurat (Agisoft PhotoScan User Manual, 2018). Berdasarkan DEM yang sudah jadi, banyak
hal yang dapat dilakukan, yakni melakukan perhitungan titik per titik, jarak atau baseline, luasan,
volume, dan men-generate cross-section dari model DEM tersebut untuk mengetahui relief terrain.
Selain itu juga, dapat dibuat model kontur untuk mengetahui elevasi topografi tersebut.

C. Hasil Build Mesh


D. Hasil Build Texture

E. Pembuatan Ortofoto.

Ortofoto yang dihasilkan, berdasarkan proses pengolahan orthomosaic pada workflow


agisoft. Hasil peta ortofoto wilayah kawasan Fakultas Biologi ditampilkan pada gambar berikut

Ortofoto pada gambar di atas merupakan hasil dalam bentuk 2D wilayah Fakultas Biologi yang
telah diptoret menggunakan drone dengan Teknik fotogrametri. Hasil tersebut yang akan dijadikan
peta ortofoto setelah dilakukan proses kartografi. Produk ini menjadi proses akhir di dalam
pengolahan foto menggunakan software agisoft.

VIII. KESIMPULAN
Untuk melakukan proses ekstraksi DEM dan melakukan proses pengolahan ortofoto, dapat
dilakukan menggunakan software Agisoft. Ekstraksi DEM dilakukan guna mengetahui beda
tinggi suatu obyek sehingga kita dapat mengidentifikasi ketinggian suatu obyek. Lalu, proses
pengolahan ortofoto dilakukan guna mempertajam suatu obyek foto dan obyek foto terlihat dari
satu sisi yang sama dan tidak terlihat ada bayangan beda tinggi.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Diktat Mata Kuliah Fotogrametri I, Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.

Agisoft PhotoScan User Manual. Professional Edition, Version 1.4. 2018.


Putra H. Pebryana. 2016. “PEMBUATAN DIGITAL ELEVATION MODEL DAN
ORTHOPHOTO MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK AGISOFT PHOTOSCAN BLOK 1
PLTA GARUNG WONOSOBO”. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Wolf, P., R. 1993, Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan Penginderaan Jauh,
Penerjemah: Gunadi, Gunawan, T., Zuharnen, Edisi kedua, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Mukhlas., 2014. Pembuatan Digital Surface Model (DSM) Dari Citra Foto Unmanned Aerial
Vehicle (UAV) Menggunakan Software Agisoft PhotoScan Professional Versi 0.9. Skripsi. Jurusan
Teknik Geodesi., FTSP., ITN. Malang
Lucieer,A.,Turner,D.,King,D.H.,andRobinson,S.A.(2013). “Usingan unmanned aerial vehicle
(UAV) to capture micro-topography of Antarctic moss beds.” Int. J. Appl. Earth Obs. Geoinf.,
27(part A), 53–62.

Anda mungkin juga menyukai