SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
i
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Diketahui oleh
DAFTAR ISI
2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
Lahan Gambut ..................................................................................................... 6
3 METODE ........................................................................................................... 15
Lokasi Penelitian ............................................................................................... 15
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis, Sumber Data, Teknik Analisis Data dan Output yang diharapkan 16
Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 21
Tabel 3 Rencana Biaya Penelitian......................................................................... 22
iii
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Sebagai kabupaten dengan memiliki kawasan gambut di provinsi
Sumatera Selatan, kebutuhan dalam kebijakan konservasi air di daerah tersebut
sangat penting dilaksanakan. Dengan luas mencapai 19.023,47 Km² kawasan
ini mempunyai potensi perubahan penggunaan lahan di wilayah gambut,
sehingga dibutuhkan pengendalian khusus konservasi lahan basah di wilayah
ini. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, dapat diperoleh perumusan
masalahnya sebagai berikut:
3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Indetifikasi tutpan lahan gambut berdasarkan tutupan lahan area pada
daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir .
2. Permodelan peta 3D kawasan lahan gambut untuk pembuatan Peta
Hidrotopografi di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
3. Analisis permodelan vegetasi Canopy High Model (CHM) metode
Individual Tree Segmentation dan Gap Detection..
4. Arahan Perencanaan Wilayah Kawasan Hutan Rawa.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan
rekomendasi bagi Pemerintah Daerah dalam evaluasi Rencana Detil Tata
Ruang dan Tata kelola Hutan Kabupaten dalam penyusunan serta pengambilan
kebijakan lingkungan, dan pengembangan wilayah di Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
Kerangka Pemikiran
Dalam perencanaan suatu kawasan hutan rawa diperlukan data spasial
yang akurat dalam perencanaan berkelanjutan baik secara konstruksi maupun
pemeliharaan dari pemerintah. Menurut lembaga Badan Informasi Geospasial
peta foto udara Lidar adalah suatu metode pemetaan secara pemotretan
udara dan/atau Lidar yang dapat memenuhi keseluruhan spesifikasi teknis,
maka pemenuhan kebutuhan peta dasar skala besar secara real time dilakukan
dengan teknologi Lidar, mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas untuk
percepatan pemetaan skala besar digunakan metode ini sebagai alternatifnya.
Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah salah satu kawasan gambut di
Indonesia. Wilayah ini perlu mempunyai perencanaan pembangunan
berkelanjutan yang baik, yang pada giliran perlu memperhatikan kondisi
karakteristik lahan dan landform yang ada, sehingga kebijakan dan program
pengembangan wilayah lebih terarah dan tepat sasaran. Pemetaan Lidar dapat
menyajikan peta dengan skala 1000 dengan menghasilkan peta otho foto dan
DEM/DSM resolusi 25 cm dan point density 5 point/sqm. Dengan dukungan
data survei lapangan akan didapatkan data groundtruth, data tersebut akan di
integrasikan dengan data lidar yang menginterpretasikan kondisi diatas
permukaan. Setelah semuanya disajikan maka peta dasar yang disajikan baik
4
dalam 3 dimensi secara real time ini dapat mengevaluasi karakteristik lahan
gambut berdasarkan topografi dan vegetasi yang ada diatas permukaan.
Sehingga data tersebut dapat dijadikan referensi dalam perencanaan
berkelanjutan baik secara rekayasa konstruksi maupun referensi zonasi rencana
detil tata ruang dan tata kelola hutan rawa pada wilayah Kabupaten Ogan
Komering Ilir .
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Gambut
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk
oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal
dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini
terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju
penimbunan bahan organic di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut
(Najiyati et al, 2005).
Di Asia Tenggara, lahan gambut terdapat di daerah pantai rendah
Kalimantan, Sumatera dan Papua Barat di Indonesia, Penisular Malaysia,
Serawak dan Sabah di Malaysia, Brunei, dan sebelah Tenggara Thailand.
Sebagain kecil juga terdapat di Delta Mekong Vietnam dan kepulauan sebelah
Utara Philipina. Sebagian besar berada pada daerah rendah dan tempat yang
masih terpengaruh dengan kondisinya, berada di daratan sampai jarak 100 km
sepanjang aliran sungai dan daerah tergenang. Lahan gambut menutupi lebih
dari 26 juta hektar (69% dari seluruh lahan gambut tropis) pada ketinggian
sekitar 50 m dpl. (Rieley, 2007).
Penggunaan LiDAR sendiri ada dua metode, antara lain Ground LiDAR
dan Airborne LiDAR. Ground LiDAR adalah metode pemetaan dengan
menggunakan sensor LiDAR yang diletakkan di permukaan bumi. Sementara
Airborne LiDAR adalah metode pemetaan dengan menggunakan sensor LiDAR
pada wahana pesawat terbang, pada umumnya menggunakan pesawat Cessna
7
(a) (b)
permukaan tanah adalah 6 km, karena sinar laser akan menempuh jarak
maksimal hanya 12 km sejak dipancarkan hingga diterima receiver. Jarak 12
km tersebut ditempuh dalam waktu 4 x 10-5 detik. Kemampuan sinar laser yaitu
memancarkan 5000-50,000 pancaran/detik, atau memerlukan 2 x 10-4 hingga 2
x 10-5 detik untuk 1 pancaran sinar. Berkas sinar tersebut ditembakkan secara
beruntun dan diarahkan sesuai pola scan melalui cermin yang berputar menyapu
berkisar 20° - 75°. Seperti yang diilustrasikan pada gambar II.10 di bawah ini.
Gambar 5 Prinsip scanning sensor laser. (1) Transmitter menembakkan laser (2)
Sudut scan yang diinginkan (3) Cermin yang memantulkan sinar laser ke bawah.
(Hvidegaard, 2006 dalam Nawangsidi, 2009)
(a) (b)
Gambar 6 Contoh Data DEM LiDAR
DEM terbentuk dari titik-titik yang memiliki nilai koordinat 3D (X, Y,
Z). Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-bidang
9
yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh
titik-titik pembentuk DEM. Titik-titik tersebut dapat berupa titik sample
permukaan tanah atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik-titik sample.
Titik-titik sample merupakan titik-titik yang didapat dari hasil sampling
permukaan bumi, yaitu pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian
titik-titik yang dianggap dapat mewakili relief permukaan tanah. Data sampling
titik-titik tersebut kemudian diolah hingga didapat koordinat titik-titik sample.
Kualitas suatu DEM dapat dilihat pada akurasi dan presisi dari DEM
tersebut. Yang dimaksud dengan akurasi adalah nilai ketinggian titik (Z) yang
diberikan oleh model DEM, berbanding dengan nilai sebenarnya yang dianggap
benar. Sedangkan presisi adalah banyaknya informasi yang dapat diberikan
oleh DEM. Presisi bergantung pada jumlah dan sebaran titik-titik sample dan
ketelitian titik sample sebagai masukan/input bagi pembentukan DEM dan juga
metode interpolasi untuk mendapatkan ketinggian titik-titik pembentuk DEM.
Titik-titik sample yang dipilih untuk digunakan harus dapat mewakili bentuk
terrain secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan aplikasi penggunaannya
(Shamsi 2005).
Model permukaan atau DSM merupakan representasi bentuk
permukaan yang diperoleh dari fitur-fitur diatas permukaan tanah seperti
vegetasi dan bangunan yang diperoleh dari data LiDAR. Nilai ketinggian dari
model ini masih dihitung dari muka laut rata-rata. Ilustrasi perbedaan DTM dan
DSM disajikan pada Gambar 7.
Gambar 10 Laplacian
Selain itu grow region dari sekumpulan benih titik, alternative lainnya
dengan membagi sebuah gambar ke dalam bagian-bagian secara acak,
region yang tidak berhubungan satu sama lain dengan merge dan split
region sehingga memenuhi kondisi yang ditentukan.
Prosedurnya yaitu :
1. Split menjadi empat disjoint quadrants pada
region Ri dimana P(Ri) = FALSE
2. Merge region yang
bersebelahan Rj dan Rk dimana P(Ri U Rk) = TRUE
3. Stop ketika tidak mungkin ada lagi merge dan split Properti yang
berdasarkan mean dan standard deviasi dari pixel pada sebuah
bidang untuk menentukan texture dari sebuah region. Konsep
texture segmentation berdasarkan kegunaan ukuran textur untuk
predikat P(Ri ).
Ada beberapa parameter yang perlu diterapkan untuk proses segmentasi yaitu
kesamaan dan daerah (similarity and area). Kesamaan (similarity) adalah nilai
batas yang digunakan untuk menunjukkan keanggotaan piksel untuk
dikelompokkan dalam kelas tertentu, sementara daerah (area) adalah nilai batas
yang digunakan sebagai jumlah minimal kelompok piksel. Karena tidak ada nilai
standar, nilai kesamaan dan daerah dilakukan secara berubah – ubah dengan
melakukan beberapa percobaan dan kesalahan sampai hasil segmentasi yang baik
diperoleh. Struktur fisik yang berbeda yang akan dikenali pada citra secara umum
memiliki ukuran yang sangat berbeda-beda. Metode berbasis objek adalah metode
baru yang banyak digunakan baru-baru ini di sejumlah penelitian besar untuk
memperkirakan hasil yang lebih akurat. Metode berbasis objek ini memakai analisis
berbasis pendekatan objek, tidak hanya informasi spektral yang akan digunakan
sebagai informasi klasifikasi, tetapi juga tektur dan informasi konteks dalam citra
akan digabung dalam klasifikasi juga (Flanders 2003).
13
Hidrotopografi
Pada pembuatan peta Hidrotopografi di wilayah hutan rawa gambut menggunakan
data Digital Elevation Model (DEM) Lidar resolusi tinggi yang menginformasikan
data ketinggian diatas permukaan gambut, dari data tersebut menggunakan
referensi ketinggian Mean sea level. Mean sea level (MSL) adalah referensi muka
air rata-rata laut bila laut yang menjadi acuan. Referensi ketinggian ini
menunjukkan kemiringan muka air yang harus dipertahankan di saluran agar hujan
dapat didrainase dari lahan. Dari pemetaan hidrotopo akan dianalisis tata kelola air
disekitar hutan rawa. Untuk itu terdapat beberapa kelas saluran yang nanti akan
diamati, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 kelas saluran air
Kode Nama Kelas/Kategori
SAL100 Saluran irigasi
SAL200 Saluran drainase
Sungai Besar bertanggul di
SNG111
dalam kawasan perkotaan;
Sungai besar tidak bertanggul
SNG112
di dalam kawasan perkotaan
Sungai besar bertanggul di
SNG113
luar kawasan perkotaan
Sungai besar bertanggul di
SNG114
luar kawasan perkotaan
Sungai sedang tidak
SNG121 bertanggul di dalam kawasan
perkotaan
Sungai sedang tidak
SNG122 bertanggul di luar kawasan
perkotaan
Sungai sedang bertanggul di
SNG123
dalam kawasan perkotaan
Sungai sedang bertanggul di
SNG124
luar kawasan perkotaan
15
3 METODE
Lokasi Penelitian
2. Alat
Peralatan dalam penelitian ini meliputi:
a. ArcGIS 10
b. AutoCad 2013
c. Surfer 10
d. Global Mapper
e. LiForest
f. Microstation Survey 2004
Tabel 2 Jenis, Sumber Data, Teknik Analisis Data dan Output yang
diharapkan.
Pada jadwal kegiatan penelitian dilakukan kegiatan yang di mulai dari penyusunan
draft proposal pada awal bulan September 2017 hingga jadwal ujian tesis yang
direncanakan pada Juni 2018. Pelaksanaan penelitian di lapangan diperkiranakan
akan berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Januari – Maret 2018. Adapun
jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Waktu Penelitian
Tahap
Penelitian Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli
2017 2018
Penyusunan draft
√
proposal tesis
Perbaikan Draft
√
Proposal
Sidang Komisi I √
Penyusunan
makalah √
kolokium
√
Kolokium
Finalisasi dan
pengesahan √ √
proposal
Pengumpulan
√ √ √
data
Analisis data √
Penyusunan draft
√ √
tesis
Siding Komisi II √
Seminar hasil
√
Penyusunan
√ √ √
makalah jurnal
Siding komisi III
√
Ujian tesis
√
Perbaikan dan
penggandaan √
tesis
22
2 Transportasi 5.000.000
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF). Bogor.
Flanders, D., H. Mryka adan P. Joan, 2003. Preliminary Evaluation of eCognition
Object Based Software for Cut Block Delineation and Feature Extraction.
Canadian Journal of Remote Sensing, 20: 441-452.
Nawangsidi, D. 2009 : Airborne Altimetric Lidar : Aplikasi dan Permasalahan,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Geodesi. Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung.
Najiyati, S., Muslihat L dan Suryadiputra I. N N. 2005 Panduan Pengelolaan Lahan
Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor (ID): Wetlands International
- IPB.
Pfilipsen, B, 2006, Volume Computation – A Comparison of Total Station Versus
Laser Scanner and Different Software, Thesis. England (UK): University of
Galve.
Rieley, J. O. 2007. Environmental and economic Importance of Lowland Tropical
Peatlands of Southeast Asia: Focus on Indonesia. In: Wosten, H.,
Radjagukguk, B. 2007. Open Science Meeting 2005, Session on The Role
of Tropical Peatlands in Global Change Processes, Science and Society:
New Challenges and Opportunities 27-29 September 2005, Yogyakarta,
Indonesia. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Shamsi, U.M., 2005, GIS Applications for Water, Wastewater, and Stormwater
System. Florida (US): CRC Press.
Seyhan, E. 1977. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University.
Sinnakaudan, S.K., 2009, Integrated Triangular Irregular Network (ITIN) Model
for Flood Plain Analysis, International Journal of Geoinformatic, 5 (2): 47
– 55.
Sonsang, R. (2014) : Detail Mapping with Topographic LiDAR, Artikel P.E.P
Topographic detail with LiDAR survey (Laser+Foto) di Aceh Barat. Jakarta
(ID): PT Karvak Nusa Geomatika.