Anda di halaman 1dari 27

GDA - 307 HIDROGRAFI II

“MAKALAH HIDROGRAFI II”

Tanggal Penyerahan : 13 Januari 2020

Disusun Oleh :

Naura Dwi Saputri 23-2017-013

Kelas: A

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah GDA-307 Hidrografi II

Dosen :

Ni Made Rai Ratih Cahya Perbani, S.T., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
Makalah Hidrografi II

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II DASAR TEORI ........................................................................................ 3

2.1 Prinsip Dasar Sonar .................................................................................. 3

2.2 Distortions of Sonar Records ................................................................... 4

2.3 Feature Detection ................................................................................... 11

2.4 Calculating of Speed of Advance (SoA) ................................................. 15

2.5 Track-Keeping Errors ............................................................................ 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20

3.2 Saran ....................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A i


Makalah Hidrografi II

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Layback dan Kelengkungan Kabel Penghela .................................... 5


Gambar 2.2 Jarak Objek Terhadap Towfish .......................................................... 6
Gambar 2.3 Heading ............................................................................................. 7
Gambar 2.4 Pitch ................................................................................................... 8
Gambar 2.5 Roll .................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.6 Llyod Mirror Effect ........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.7 Diagram Yang Memperlihatkan Deteksi FiturError! Bookmark not
defined.
Gambar 2.8 Contoh Interpretasi Citra Side Scan SonarError! Bookmark not
defined.5
Gambar 2.9 Calculating Speed of Advance (SoA)Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.10 Diagram Penyerapan, Penghamburan dan Pemantulan .......... Error!
Bookmark not defined.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A ii


Makalah Hidrografi II

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Tinggi Towfish dan Jangkauan Pencitraan ........................................ 7


Gambar 2.2 Terms and Units Feature Detection ................................................ 12
Gambar 2.3 Track Keeping Errors ...................................................................... 19

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A iii


Makalah Hidrografi II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan bidang survei dan pemetaan sangatlah cepat,
bermula dengan penggunaan metode yang cukup konvensional untuk
membuat sebuah peta hingga digunakanlah teknologi yang modern dan
lebih efisien serta efektif untuk memetakan area yang cukup luas. Beragam
alat-alat mutakhir telah diciptakan dan siap dipergunakan sebagai
penunjang proses pemetaan. Terlihat bahwa pemetaan sekarang tidak hanya
pemetaan topografi yang dilakukan di daratan melainkan juga pemetaan
yang dilakukan di laut.
Hidrografi adalah ilmu yang mempelajari dan membahas tentang
deskripsi serta pengukuran kenampakan fisik laut, danau, sungai dan
kaitannya dengan wilayah pantai (BSN, 2010). Adapun kenampakan fisik
laut yang dimaksud meliputi topografi dasar laut, jenis material dasar laut,
dan morfologi dasar laut. Dalam hidrografi terdapat pengukuran dan
deskripsi mengenai dinamika badan air yang meliputi pasut dan arus. Data-
data tersebut diperoleh melalui survey batimetri. Salah satu kegunaan dari
informasi yang diperoleh tersebut adalah untuk keselamatan pelayaran
kapal di laut.
Pengukuran kedalaman laut lebih cepat dengan menggunakan alat-
alat pemancar gema suara (echosounder). Dengan teknik ini pengukuran
dapat dilakukan lebih cepat, karena kecepatan merambat suara pada air rata-
rata 1500 m/s. Side scan sonar merupakan salah satu aplikasi sistem
penginderaan jauh untuk pencitraan bawah laut dan sebagai bentuk nyata
dalam perkembangan teknologi dalam bidang survei kelautan. Mengingat
jangkauan dan kemampuan yang terbatas pada penerapan visual lingkungan
bawah air, sonar telah menjadi solusi pilihan untuk pengamatan dasar laut
sejak dimulai pada tahun 1950-an (Blondel, 2002 dalam Coiras and Groen

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 1


Makalah Hidrografi II

2009). Dengan adanya side scan sonar, dapat menghasilkan citra dasar laut
secara jelas dan memudahkan kita dalam menginterpretasikan kondisi dasar
laut dan objek yang ada. Hasil pencitraan side scan sonar disajikan dalam
bentuk 2 dimensi (2D). Namun pada perkembangannya banyak gambar 2D
side scan sonar yang bisa diubah menjadi representasi 3D dengan cara
penambahan data kedalaman atau dengan cara algoritmik menggunakan
informasi intensitas gema yang terkandung dalam derajat kehitaman.
Pembuatan model 3D bertujuan untuk meningkatkan visualisasi bawah laut
sehingga akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang objek bawah
laut, topografi dasar laut dan untuk pembuatan jalur pelayaran laut yang
bebas dan aman untuk keselamatan pelayaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini merupakan rumusan masalah yang terdapat dalam
pembahasan makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana prinsip kerja dari sonar?
2. Faktor penyebab apa saja yang membuat terjadinya distorsi
rekaman pada sonar?
3. Bagaimana cara mendeteksi fitur dasar laut menggunakan
sonar?
4. Bagaimana cara menghitung speed of advance (SoA) pada
sonar?
5. Bagaimana cara mengetahui kesalahan (tracking errors) pada
sonar?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan
informasi mengenai prinsip dasar sonar, cara mendeteksi fitur dasar laut,
menghitung speed of advance (SoA), dan mengetahui kesalahan (tracking
errors) pada sonar.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 2


Makalah Hidrografi II

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Prinsip Dasar Sonar


Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk
mendeteksi atau menemukan objek yang secara khusus berada di laut
(Hansen, 2011). Side scan sonar adalah instrumen yang digunakan dalam
survei untuk melakukan pencitraan dasar laut. Side scan sonar (SSS)
merupakan pengembangan sonar yang mampu menunjukkan dalam gambar
dua dimensional permukaan dasar laut dengan kondisi kontur, topografi,
dan target secara bersamaan. Instrumen ini mampu membedakan besar kecil
partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur, pasir,
kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan lainnya (Bartholoma, 2006). Side scan
sonar (SSS) digunakan untuk berbagai kegunaan, seperti pendeteksian
keberadaan pipa dan kabel laut, pendeteksian struktur dangkal dasar laut,
pelaksanaan pengerukan, studi lingkungan, kemiliteran, arkeologi,
perikanan, dan pertambangan (Manik, 2011).
Sonar adalah istilah umum untuk setiap instrumen yang
menggunakan deteksi forremote suara benda bawah air (Haykin, 1985).
Sistem sonar aktif akan menghasilkan ledakan singkat (ping) dari suara
frekuensi tinggi. Gelombang akustik yang dibangkitkan dari transduser
didalam kolom air dan dasar laut sehingga akan menghasilkan gema yang
diukur dengan empat kuadran dalam transduser beam pattern (Manik,
2015).
Untuk jenis sonar monostatik, yaitu sonar yang memiliki pemancar
dan penerima, hasil dari pancaran pada transduser menggambarkan
ketergantungan hambur balik (back scattering) pada sudut antara pusat
gelombang akustik pada target (MacLennan dan Simmonds, 2008).
Interpretasi secara kuantitatif adalah bertujuan untuk mendefinisikan
hubungan antara posisi kapal, posisi towfish dan posisi objek sehingga
diperoleh besaran horizontal dan besaran vertikal. Besaran horizontal yaitu

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 3


Makalah Hidrografi II

nilai posisi objek ketika lintasan towfish sejajar dengan lintasan kapal
maupun ketika lintasan dengan towfish membentuk sudut. Besaran vertical
meliputi tinggi objek dari dasar laut serta kedalaman objek (Mahyuddin,
2008).
Side scan sonar adalah suatu sistem yang terdiri dari transduser
dengan arah miring beserta unit perekamanya yang dapat digunakan untuk
memberikan informasi citra bawah laut untuk kemudian dapat diinterpretasi
sehingga menghasilkan informasi bawah laut (Aziz, 2011). Side scan sonar
sering digunakan dalam survei batimetri dikombinasikan menggunakan
singlebeam echosounder sebagai penambah informasi data kedalaman.
Proses dari pencitraan oleh side scan sonar dilakukan bersamaan dengan
proses pemeruman oleh singlebeam echosounder.
Bagian-bagian utama dari side scan sonar pada dasarnya adalah dua
buah transduser pada towfish dengan pancaran miring dan sebuah uni
perekam yang dipasang di atas kapal yang berfungsi merekam citra grafis
yang terbentuk dari jejak gema yang menggambarkan keadaan dasar laut
dalam bentuk sonograf. Karena transduser dipasang sedemikian rupa, maka
hasil dasar laut yang tersapu dalam sebuah lajur penyapuan merupakan
suatu jalur yang terdiri dari hasil visualisasi kedua transduser bagian port
(kiri) dan starboard (kanan) dengan bagian yang tidak tersapu di tengahnya.
Umumnya meningkatnya frekuensi akan meningkatkan resolusi gambar
yang diperoleh (Blondel, 2009). Untuk aplikasi bawah air, secara umum
tidak mungkin untuk dilakukan teknik akustik-stereo (Cuschieri dan
Hebbert, 1990).

2.2 Distortions of Sonar Records


Distorsi pada side scan sonar terdiri dari dua jenis, yaitu distorsi
akibat deviasi dari hubungan linear ideal antara intensitas citra dan kekuatan
pantulan objek dasar laut, dan distorsi geometrik yaitu adanya
ketidakcocokan keadaan antara citra side scan sonar dan keadaan
sebenarnya di dasar laut. Distorsi geometrik pada citra side scan sonar
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 4


Makalah Hidrografi II

1. Variasi kecepatan suara di dalam air yang disebabkan oleh suhu,


tekanan, dan salinitas air.
2. Cara kerja instrumen.
3. Keadaan towfish.

Distorsi geometrik yang diakibatkan oleh cara kerja instrumen


terjadi karena pengaruh jarak towfish terhadap antena receiver GPS, jarak
objek terhadap towfish, dan tinggi towfish dari dasar laut. Sedangkan
distorsi yang diakibatkan oleh kondisi towfish pada saat pencitraan terjadi
karena berkelok-keloknya lintasan towfish, arah gerak towfish tidak
mendatar, dan towfish berotasi pada sumbunya (Kamil, 1990). Berikut ini
merupakan distorsi yang terjadi pada saat pencitraan side scan sonar dan
pemberian nilai koreksinya secara real-time.
A. Panjang Layback
Layback atau stepback adalah jarak horisontal antara antena receiver
GPS (satelit) dengan titik penghela (a) ditambah jarak horisontal antara
titik penghela dengan towfish (X). Pada saat kabel penghela digunakan
untuk menghela towfish di dalam air, kabel penghela tidak akan
terentang lurus, tetapi membentuk suatu lengkungan.

Gambar 2.1 Layback dan Kelengkungan Kabel Penghela (Kamil, 1990)

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 5


Makalah Hidrografi II

Maka panjang layback didapat dari persamaan berikut:


Lb = a + X
X = (L^2 – d^2)^1/2 – K
Secara geometris, besarnya harga (K) dapat dilihat pada Gambar 2.1
besarnya harga (K) secara pendekatan adalah:
K = d^3 /2L^2
Dari persamaan diatas maka panjang layback didapat:
Lb = a + (L^2 – d^2 )^1/2 – d^3 /2L^2

dengan:
Lb = Panjang layback (m)
a = Jarak horisontal dari antena receiver GPS ke titik penghela (m)
X = Jarak horisontal antara titik penghela dengan towfish (m)
L = Panjang kabel penghela (m)
d = Kedalaman towfish (m)

B. Jarak Objek Terhadap Towfish


Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pulsa gelombang akustik pada
arah x dalam perambatannya di medium air laut, maka ukuran cakupan
pulsa bertambah besar, sehingga objek-objek yang tersaji pada citra
seolah-olah diregangkan dalam arah penyapuan. Dengan besar
peregangan semakin besar ke arah tepi citra.

Gambar 2.2 Jarak Objek Terhadap Towfish (Cervenka, 1993)

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 6


Makalah Hidrografi II

C. Tinggi Towfish Dari Dasar Laut


Hasil panjang suatu ukuran pada citra akan selalu lebih pendek dari
ukuran sebenarnya di lapangan. Sehingga penampakannya pada citra
seolah-olah ditekan sejajar arah lintasan towfish. Besaranya derajat
penekanan semakin kecil dengan semakin rendahnya tinggi towfish dari
dasar laut.

Tabel 2.1 Tinggi Towfish dan Jangkauan Pencitraan (Kamil, 1990)


Jangkauan Pencitraan Tinggi Jangkauan Pencitraan
Teoritis di Lapangan (m) Towfish (m) Pada Citra (m)
75 7.5 74.5
100 10 99.5
150 15 149.5
200 20 199.5
300 30 298.5

Oleh karena itu, agar diperoleh hasil pencitraan yang relatif baik,
penghelaan towfish dilakukan dengan ketinggian 1/10 jangkauan
pencitraan di lapangan (Kamil, 1990).

D. Berkelok-keloknya Lintasan Towfish


Berkelok-keloknya lintasan towfish (Heading) mengakibatkan tidak
sejajarnya sumbu pancar pulsa yang dipancarkan.

Gambar 2.3 Heading (Cobra, 1992)

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 7


Makalah Hidrografi II

Pada gambar diatas memperlihatkan citra side scan sonar pada satu sisi
arah pemancaran memusat dan pada sisi lainnya menyebar. Hal ini
menyebabkan objek yang terekam pada citra seolah-olah diregangkan
pada sisi pemancaran yang memusat dan terjadi penekanan pada sisi
pemancaran yang menyebar. Distorsi karena hal ini berpengaruh
terhadap posisi objek yang terekam pada citra.

E. Arah Towfish Tidak Mendatar


Arah towfish tidak mendatar (Pitch) terjadi pada saat kapal berlayar
memotong arah gelombang laut, sehingga kecepatan kapal bertambah
dan berkurang dengan cepat secara periodik dan menyebabkan
perubahan laju penghelaan yang mendadak.

Gambar 2.4 Pitch (Cobra, 1992)

F. Towfish Berotasi Pada Sumbunya


Towfish berotasi pada sumbunya (roll) terjadi karena bergesernya kapal
yang disebabkan oleh karena kapal berlayar dengan lambung kapal
sejajar gelombang laut. Sehingga kapal akan bergeser ke kanan dan ke
kiri dari garis lintasannya.

Gambar 2.5 Roll (Cobra, 1992)

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 8


Makalah Hidrografi II

G. Llyod Mirror Effect


Selama operasi sonar dalam kondisi sangat tenang refleksi dari beberapa
energi sonar dapat terjadi dari permukaan laut, Llyod Mirror Effect ini
akan menghasilkan maksimal dan minimum citra sonar. Hal ini biasanya
terjadi hanya ketika towfish dekat dengan permukaan dan dapat
diminimalkan dengan menarik towfish lebih dalam lagi.

Gambar 2.6 Llyod Mirror Effect

H. Cross Talk
Cross Talk antara saluran side scan sonar dapat menghasilkan gambaran
dasar laut fitur dari satu saluran ditampilkan di saluran yang berlawanan,
meskipun biasanya lebih redup. Cross talk dapat menghasilkan citra asli
di sisi yang terkena dampak kabur. Hal ini dapat mencegah deteksi fitur
yang keliru tentang fitur nyatanya dari sisi yang berlawanan. Ini bisa
menjadi masalah di daerah khusus karena akan sulit memverifikasikan
yang nyata dan tidak nyata.

I. Tilt Effect
Efek kemiringan terjadi jika pemindaian sisi tidak ditarik dengan rata,
dengan kata lain miring ke satu sisi, saluran yang menghadap ke bawah
menuju dasar laut akan menghasilkan pengembalian sinyal yang lebih
kuat dan karena itu gambar yang lebih gelap pada sisi saluran

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 9


Makalah Hidrografi II

menghadap ke atas akan menghasilkan gambar yang lebih terang.


Klasifikasi dasar laut didasarkan pada penafsiran bayangan gambar, dari
kekuatan relatif sinyal balik dari berbagai jenis dasar laut. Efek
kemiringan dapat mengakibatkan interpretasi yang sulit bahkan salah.

J. Automatic Gain Control (AGC)


AGC diperkenalkan sebagai sarana untuk memastikan gambar side scan
sonar dioptimalkan untuk deteksi fitur. Dengan kata lain di bidang
pengembalian yang kuat seperti batu, secara otomatis dikurangi untuk
memungkinkan fitur terdeteksi dengan latar belakang cahaya. Namun,
seperti halnya dengan efek tilt (kemiringan) mengubah gain karena
bayangan yang dihasilkan gambar menjadi sulit untuk diklasifikasi,
bahkan tidak mungkin diklasifikasi. Maka dari itu AGC seharusnya
dimatikan jika gambar sonar akan digunakan untuk klasifikasi dasar
laut.

K. Wash and Wake


Jika side scan sonar ditarik terlalu dekat dengan permukaan, gambar
akan terpengaruh kembali dari wash and wake bahkan kapal penarik itu
sendiri dapat berbelok. Sekali lagi, gangguan seperti ini dapat
berdampak serius pada klasifikasi dasar laut dan memang demikian
penting bahwa sonar log harus dipelihara sehingga insiden tersebut
dapat dicatat untuk membantu interpretasi gambar selanjutnya.

L. Thermocline
Seperti sonar apapun, transmisi side scan sonar tunduk pada efek
kelulusan mereka melalui air dengan sifat yang berubah dan dapat
menyebabkan distorsi gambar. Sementara perangkat lunak dapat
digunakan untuk membentuk gambar kembali ke bentuk semula,
penting bagi surveyor mengetahui karena tingkat ensonifikasi sonar
yang digunalan untuk mengatasi masalah ini. Misalnya di area dengan
tingkat redundansi yang lebih tinggi mungkin diperlukan dengan garis

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 10


Makalah Hidrografi II

yang berdekatan berjalan di arah yang berlawanan dan mungkin garis


tambahan disebelah sudut kanan, dengan rentang skala yang pendek, di
area yang kurang penting skala yang digunakan mungkin menjadi lebih
besar tingkat tumpang tindih dan redundansi lebih sedikit dan karenanya
distorsi akan menjadi lebih banyak masalah.

2.3 Feature Detection


Fitur dasar laut merupakan bagian dari panorama permukaan dasar
laut atau morfologi dengan gambaran sebagaimana yang ada di daratan,
seperti kenampakkan dari pegunungan, gunung api, lereng, dataran, lembah,
parit, dan channel. Bentuk morfologi tersebut, umumnya berkaitan dengan
proses-proses geologi dalam pembentukan dan perkembangannya baik
secara individual maupun secara berkelompok. Berdasarkan peta batimetri
Indonesia, pola batimetri yang berkembang memperlihatkan morfologi
dasar lautnya mengikuti garis pantai dan pola hasil tektonik (Salahudin,
2010).
Data fitur dasar laut dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi lepas
pantai seperti pembuatan anjungan, pemasangan pipa bawah laut, dan
pemasangan kabel. Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan
proses identifikasi fitur dasar laut untuk menganalisa resiko dan
menentukan tempat yang aman dalam pemasangannya. Selain kegiatan
konstruksi lepas pantai, fitur dasar laut juga dijadikan pertimbangan untuk
menentukan jalur pelayaran yang aman. Oleh karena itu fitur dasar laut baik
yang terbentuk secara alami karena proses alam ataupun buatan yang
terbentuk karena benda buatan manusia yang masuk ke dasar perairan, dapat
digambarkan dalam bentuk peta dan diklasifikasikan agar posisi dan
informasi dapat diketahui.
Metode akustik saat ini banyak digunakan untuk mendeteksi
keberadaan objek bawah laut. (Sothall dan Nowacek, 2011) menyatakan
sistem akustik sangat efektif untuk mengeksplorasi lingkungan bawah laut.
Prinsip dasar dari sonar adalah menggunakan gelombang suara untuk
mendeteksi objek khususnya di dasar laut (Hansen, 2011). Teknologi

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 11


Makalah Hidrografi II

akustik yang sangat berperan dalam survei hidrografi adalah multi beam
sonar (McGonigle, 2010).
Instrumen penunjang untuk melengkapi data hasil pengukuran
adalah side scan sonar (SSS). Hasil pengolahan data side scan sonar adalah
berupa citra sehingga dapat melengkapi data multibeam echosounder untuk
melakukan interpretasi objek atau fitur dasar laut. Selain side scan sonar
diperlukan juga data singlebeam echosounder sebagai data penunjang untuk
memvalidasi data kedalaman yang dihasilkan oleh multibeam echosounder.
Hal ini dikarenakan multibeam echosounder dapat melakukan perekaman
data dengan cakupan luas dan memiliki keakuratan yang baik dalam
positioning tetapi tidak dengan kedalaman, sedangkan singlebeam
echosounder memiliki keakuratan yang baik dalam postioning dan juga
kedalaman.
Berikut ini beberapa asumsi yang dibuat untuk deteksi fitur dasar
laut :
1. Ukuran fitur didefinisikan sebagai panjang yang disajikan
normal pada berkas sonar.
2. Jumlah minimum pengembalian untuk membuat tanda yang
dapat dilihat pada jejak diambil.
3. Kecepatan suara diasumsikan sebesar 1500 m/sec.
4. Sudut beam angle adalah 1.5 °.

Ketentuan dan unit :

Tabel 2.2 Terms and Units Feature Detection


No. Keterangan Satuan
1. Interval pulsa t detik
2. Interval pengulangan pulsa F pulsa/detik
3. Kecepatan kapal (diatas tanah) V meter/detik
4. Panjang fitur L meter
5. Kecepatan suara dalam air laut C meter/detik
6. Skala rentang perekam Rm meter

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 12


Makalah Hidrografi II

7. Lebar balok Bw meter


8. Rentang miring ke objek Rs meter
9. Panjang array l meter
10. Jarak yang ditempuh antar pulsa d meter

Persamaan Dasar :

Dapat dilihat dari Gambar 2.7 bahwa fitur A adalah fitur terbesar
yang Tidak Bisa menerima five pings, itu dapat menerima maksimal 4 yaitu
(ping 2, 3, 4 dan 1). Namun secara teoritis, peningkatan kecil dalam panjang
fitur A akan berarti bahwa ia menerima lima ping, untuk panjang pulsa N
diberikan oleh :

4.1

Fitur B adalah fitur terkecil yang Harus (secara teoritis) menerima


lima ping, yang ditangkap oleh yang pertama dan baru saja dilewatkan oleh
yang keenam. Panjangnya diberikan oleh :

4.2

Pada dasarnya ini merupakan persamaan yang sama seperti yang


digunakan untuk menentukan kecepatan saat gema terdengar. Kedua rumus
diatas menganggap bahwa sinar sonar berbeda. Secara umum persamaan 4.1
digunakan saat menentukan :
1. Panjang fitur yang akan menerima lima ping pada kecepatan yang
diberikan diatas tanah.
2. Kecepatan diatas tanah yang tidak dapat dilampaui jika fitur dengan
panjang tertentu akan diterima lima ping.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 13


Makalah Hidrografi II

Gambar 2.7 Diagram Yang Memperlihatkan Deteksi Fitur

Setiap fitur dasar laut yang terdeteksi oleh instrumen yang


digunakan mempunyai karakteristik khusus sehingga dapat membantu
dalam proses interpretasi. Berikut ini adalah karakteristik beberapa fitur
dasar laut (OGP, 2013):
1. Reefs: Fitur sedimen, tercipta oleh interaksi organisme dan lingkungan
mereka, yang memiliki relief sinopsis dan komposisi biotik yang
berbeda dari yang ditemukan di atas maupun di sekitar dasar laut,
misalnya terumbu karang (Coral Reefs).
2. Rock Dumps: Gundukan batuan atau kerikil di tempatkan di dasar laut
misalnya untuk menstabilkan kabel atau pipa.
3. Sandwaves: Gundukan pasir bawah laut yang bergerak dikarenakan
arus. Biasanya hingga kedalaman 10 meter bisa juga lebih tinggi.
4. Mud Flow/Slumps: Gerakan massa sedimen di bawah pengaruh
gravitasi. Contohnya adalah aliran sedimen dari dasar laut keluaran fitur
dasar laut seperti gunung lumpur. Biasa disebut sebagai Gravity
Transport.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 14


Makalah Hidrografi II

Gambar 2.8 Contoh Interpretasi Citra Side Scan Sonar

2.4 Calculating of Speed of Advance (SoA)


Calculating of Speed of Advance (SoA) digunakan untuk
menunjukan kecepatan yang akan dibuat di sepanjang trek yang dimaksud.
Kecepatan yang dimaksud berada di sepanjang lintasan sehubungan
dengan bumi, dengan mempertimbangkan efek arus yang diketahui atau
diprediksi, kecepatan di sepanjang trek. SoA juga digunakan untuk
menentukan kecepatan rata-rata yang harus dibuat baik untuk tiba di tujuan
pada waktu tertentu.
Tipikal skala survei yang digunakan adalah 1:25.000 dalam hal ini
jarak garis yang biasa adalah 125 meter dengan side scan sonar (SSS) pada
skala jangkauan 150 meter. Secara umum, menguntungkan jika batimetri
dan sonar menyapu dapat dilakukan pada saat bersamaan. Dengan garis
125 meter, dipisahkan 25 meter pada kedua sisi garis-garis yang berdekatan
diabadikan, meskipun ini dapat dikurangi dengan menjaga garis patuh.
Untuk mengenali fitur pada jejak SSS, perlu dipastikan ia menerima
lima ping. Untuk mengidentifikasinya sebagai fitur yang signifikan
memerlukan deteksi konfirmasi dari saluran lain. Ini tidak berarti bahwa
kontak yang tidak terdeteksi pada saluran yang berdekatan dapat dibuang
sebagai palsu tetapi itu bangkai kapal kecil di tepi luar jejak SSS dapat
dengan mudah diabaikan.
Dalam area sapuan perlu untuk menentukan kecepatan di atas tanah
yang tidak boleh melebihi agar fitur satu meter panjangnya harus menerima

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 15


Makalah Hidrografi II

lima ping dari dua garis yang berdekatan. Ini memberikan Speed over the
Ground (SoG) yang tidak boleh dilampaui.

Gambar 2.9 Calculating Speed of Advance (SoA)

Pada Gambar 2.9 A, B, dan C adalah tiga garis dengan jarak 125 meter.
Sebuah kapal survei sedang mengoperasikan kapal itu pada side scan sonar
(SSS) pada jangkauan 150 meter, kriteria yang harus dipenuhi untuk
mengetahui hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Near Field, Batas bidang dekat biasanya dalam 20 m. Oleh karena itu
dengan jarak 25 m dari garis yang berdekatan fitur yang tidak akan
menerima lima ping pada rentang tertentu di dekat bidang pada garis B
akan mendapatkan lima ping dari kedua garis A dan C. Dalam hal ini
deteksi medan dekat kecepatan 3,6 knot bukan merupakan faktor
pembatas.
2. Far Field, Kontak 1 harus dideteksi dari garis A dan B, Kontak 2 akan
mendapatkan lima ping dari garis A dan C, Hubungi 3 dari garis B dan
C. Perlu untuk menghitung kecepatan di atas tanah yang tidak boleh
dilampaui jika kontak dengan panjang L m adalah untuk mendapatkan
lima ping pada 25 m.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 16


Makalah Hidrografi II

Seiring perkembangan teknologi, beberapa SSS dapat dioperasikan


pada kecepatan yang lebih cepat di atas tanah dari yang sebelumnya
mungkin. Contohnya adalah seri Klein 5000, yang mempekerjakan kemudi
balok dan teknik fokus secara bersamaan menghasilkan beberapa
berdekatan, paralel balok per-sisi. Desain "multibeam" ini memungkinkan
kecepatan derek yang lebih tinggi sementara memberikan daya yang tinggi
citra resolusi. Perkembangan SSS lainnya termasuk penggunaan
interferometrik, multi-pulsa dan teknik aperture sintetis. Namun, seperti
semua sensor semacam itu, sangat penting untuk itu kinerja divalidasi
terhadap target yang diketahui, yang mewakili fitur yang diperlukan
terdeteksi. Validasi harus ditindaklanjuti dengan pengecekan kepercayaan
diri awal dan reguler wilayah survei.

2.5 Track-Keeping Errors


Instrumen side scan sonar ditarik di belakang atau dipasang pada
kapal dan sering disebut towfish atau Sonar 24 Fish. Instrumen ini
mengirim sinyal Sonar dengan pulsa yang tegak lurus dengan arah towfish.
Sinyal suara tersebut memantul di dasar laut dan kembali ke Sonar Fish.
Sonar Fish memiliki receiver yang sensitif yang disebut juga sebagai
hydrophone yang menerima sinyal kembali.
Guna memperoleh hasil terbaik yang dimungkinkan, kebanyakan
sistem adalah sistem dual frequency. Frekuensi tinggi seperti 500 kHz – 1
MHz memberikan resolusi bermutu tinggi, tetapi energi akustiknya hanya
menjangkau jarak yang pendek. Frekuensi yang lebih rendah seperti 50
kHz – 100 kHz memberikan resolusi yang lebih rendah, tapi jarak yang
dapat dijangkau lebih jauh. Ketika pulsa suara mencapai dasar laut, sinyal
suara bisa saja diserap, dipantulkan seperti pada cermin, atau dihamburkan
ke berbagai arah yang berbeda. Suara yang dihamburkan kembali ke arah
Sonar Fish disebut backscatter.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 17


Makalah Hidrografi II

Gambar 2.10 Diagram Penyerapan, Penghamburan dan Pemantulan


Gelombang Suara (Lekkerkerk, 2006)

Seberapa banyak penghamburan, backscatter, dan penyerapan yang


terjadi tergantung pada sifat material. Material keras, seperti batu, akan
menghamburkan lebih banyak suara dibandingkan material halus, seperti
lumpur yang akan menyerap lebih banyak suara. Perbedaan jumlah
hamburan menyebabkan perbedaan jumlah sinyal suara yang kembali ke
Sonar Fish dan perbedaan citra dasar laut. Data SSS yang
merepresentasikan backscatter diterima oleh Sonar Fish dari insonified
region di dasar laut. Backscatter akustik adalah sebagai fungsi:
1. Sudut datang dari gelombang akustik di depan dasar laut.
2. Kekasaran permukaan.
3. Kontras impedance yang melewati antarmuka solid water (sedimen
dasar laut yang lebih keras/lebih tegas atau obyek yang menghasilkan
backscatter yang lebih tinggi dan muncul lebih gelap pada record final;
karang dan kerikil adalah reflektor yang lebih baik dari pada lumpur
atau pasir).
4. Topografi (lereng bagian atas yang menghadap Sonar Fish adalah
reflektor yang jauh lebih baik dibandingkan lereng bagian bawah
dikarenakan perbedaan pada sudut datang).

Dengan citra SSS, backscatter yang tinggi direpresentasikan oleh


warna yang lebih gelap, backscatter rendah oleh warna terang, backscatter
nol direpresentasikan dengan warna putih. Pada umumnya, area dengan
backscatter tinggi diasosiasikan dengan sedimen yang relatif coarser-
grained (berbutir kasar), hard substrata (substrat keras), steep slopes

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 18


Makalah Hidrografi II

(lereng curam), dan rough seabed (dasar laut yang kasar). Area dengan
backscatter rendah sedimennya relatif finer-grained (berbutir lebih halus)
yakni dasar laut yang datar dan halus. Warna putih juga dikenal sebagai
shadow yang merupakan hasil dari acoustic blanking, ketika suatu obyek
atau struktur menghalangi pulsa suara dari SSS (Lekkerkerk, 2006).
Sebuah pertanyaan yang perlu diatasi adalah seberapa jauh jalur
yang dilalui kapal survei dapat dicapai sebelum jeda dalam cakupan
dibuat? Dengan asumsi hanya satu deteksi (lima ping) diperlukan untuk
fitur 1,0 m, survei standar 1: 25.000 sedang dilakukan dengan garis 125 m
terpisah dan skala rentang 0-150 m dipilih, kemudian tumpang tindih
adalah 25 m. Jumlah kesalahan harus ada di dalam gambar ini. Sebagai
contoh :
Tabel 2.3 Track Keeping Errors
No. Keterangan Satuan
1. Posisi towfish e1 10 m
2. Navigasi kapal e2 5m
3. Efek kemiringan e3 1m
4. Variasi kecepatan suara e4 1.5 m
Karena itu = Ʃ𝑒 2 128.25 m
Total error RMS = E 11.3m

Overlap ada di 25 meter, namun hanya 24 meter yang dapat digunakan


karena total kesalahan trek yang diizinkan adalah = √[242 − Ʃ𝑒 2 ] = 21
m. Hal ini mengasumsikan bahwa fitur deteksi pada 149 meter dimana ia
akan menjadi titik hitam sebesar 0.8 mm dengan bayangan 1 mm (yaitu
jika bayangan tidak dihilangkan oleh garis jangkauan 150 m). tunjangan
off-track yang lebih hati-hati adalah 15, dengan plot 0.6 mm pada skala
1:25.000.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 19


Makalah Hidrografi II

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah ini mengenai Sonar atau Side Scan
Sonar, dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk
mendeteksi atau menemukan objek yang secara khusus berada
di laut (Hansen, 2011).
2. Side scan sonar (SSS) adalah instrumen yang digunakan dalam
survei untuk melakukan pencitraan dasar laut. Side scan sonar
(SSS) merupakan pengembangan sonar yang mampu
menunjukkan dalam gambar dua dimensional permukaan dasar
laut dengan kondisi kontur, topografi, dan target secara
bersamaan. Instrumen ini mampu membedakan besar kecil
partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur,
pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan lainnya (Bartholoma,
2006).
3. Bagian-bagian utama dari side scan sonar pada dasarnya adalah
dua buah transduser pada towfish dengan pancaran miring dan
sebuah uni perekam yang dipasang di atas kapal yang berfungsi
merekam citra grafis yang terbentuk dari jejak gema yang
menggambarkan keadaan dasar laut dalam bentuk sonograf.
4. Distorsi pada side scan sonar terdiri dari dua jenis, yaitu distorsi
akibat deviasi dari hubungan linear ideal antara intensitas citra
dan kekuatan pantulan objek dasar laut, dan distorsi geometrik
yaitu adanya ketidakcocokan keadaan antara citra side scan
sonar dan keadaan sebenarnya di dasar laut.
5. Calculating of Speed of Advance (SoA) digunakan untuk
menunjukan kecepatan yang akan dibuat di sepanjang trek yang
dimaksud. Kecepatan yang dimaksud berada di sepanjang

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 20


Makalah Hidrografi II

lintasan sehubungan dengan bumi, dengan mempertimbangkan


efek arus yang diketahui atau diprediksi, kecepatan di sepanjang
trek. SoA juga digunakan untuk menentukan kecepatan rata-rata
yang harus dibuat baik untuk tiba di tujuan pada waktu tertentu.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pembuatan makalah kali ini
adalah bahwa dalam melakukan penelitian menggunakan Sonar maupun
Side scan sonar harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah yang tertera
dalam IHO atau dari instansi Hidrografi lain yang terpercaya diseluruh
dunia, serta dalam pembuatan makalah ini harus lebih baik lagi dengan
mencari literatur sesuai dengan topiknya, serta harus mengetahui batasan
masalah dari topik makalah yang didapatkan agar pembahasan tidak meluas
diluar dari topik yang diambil.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A 21


Makalah Hidrografi II

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2010. SNI : Survei Hidrografi Menggunakan


Singlebeam Echosounder. Jakarta : BSN. Hal 4.

Henry M. Manik, Liva Junaedi, Gentio Harsono. 2016. Pemrosesan Citra Side Scan
Sonar untuk Pemetaan Dasar Laut Pelabuhan Benoa. Jurnal JNTETI, Vol. 5,
No. 2, Mei 2016.

IHO. 2005. Manual On Hidrography. Monaco: International Hydrographic Bureau.

I Made Dwiva Satya Nugraha, Yuwono. 2014. Studi Aplikasi Multibeam


Echosounder dan Side Scan Sonar Untuk Mendeteksi Free Span Pada
Saluran Pipa Bawah Laut. Jurnal Geoid Vol.10, No.1, Agustus 2014 (65-69).

Jwfishers. 2015. Side Scan Sonar. jwfishers.com/products/sss.html.

Khomsi, Musdiyana Talif. 2017. Identifikasi Fitur Dasar Laut Dengan


Menggunakan Data Sonar. Journal of Geodesy and Geomatics Vol 13, No.1
2017.

Lekkerkerk dan Huibert-Jan. 2006. Handbook of Offshore Surveying Acquisition


and Processing. Fugro, Netherlands.

Muhammad Zainuddin Lubis, Wenang Anurogo. 2017. Identifikasi Profil Dasar


Laut Menggunakan Instrumen Side Scan Sonar Dengan Metode Beam
Pattern Discrete-Equi-Spaced Unshaded Line Array. Jurnal Kelautan
Volume 10, No.1, 2017.

Musdiyana Talif. 2017. Analisa Data Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar
Untuk Identifikasi Fitur Dasar Laut di Perairan Kepulauan Riau. Tugas
Akhir Jurusan Teknik Geomatika.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A


Makalah Hidrografi II

Shinta Dharmawijaya. 2018. Konsep Pengolahan Data Side Scan Sonar.


https://docplayer.info/50303027-Bab-2-konsep-pengolahan-data-side-scan-
sonar.html.

Wisnu Wahyu Wijonarko, Bandi Sasmito, Arief Laila Nugraha. 2016. Kajian
Pemodelan Dasar Laut Menggunakan Side Scan Sonar dan Singlebeam
Echosounder. Jurnal Geodesi Undip Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016.

Yatching. 1982. Calculation of Speed of Advance (SoA). https://books.google.co.id.

Naura Dwi Saputri / 23-2017-013 / Kelas A

Anda mungkin juga menyukai