Disusun Oleh :
Kelas: A
Dosen :
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
2009). Dengan adanya side scan sonar, dapat menghasilkan citra dasar laut
secara jelas dan memudahkan kita dalam menginterpretasikan kondisi dasar
laut dan objek yang ada. Hasil pencitraan side scan sonar disajikan dalam
bentuk 2 dimensi (2D). Namun pada perkembangannya banyak gambar 2D
side scan sonar yang bisa diubah menjadi representasi 3D dengan cara
penambahan data kedalaman atau dengan cara algoritmik menggunakan
informasi intensitas gema yang terkandung dalam derajat kehitaman.
Pembuatan model 3D bertujuan untuk meningkatkan visualisasi bawah laut
sehingga akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang objek bawah
laut, topografi dasar laut dan untuk pembuatan jalur pelayaran laut yang
bebas dan aman untuk keselamatan pelayaran.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan
informasi mengenai prinsip dasar sonar, cara mendeteksi fitur dasar laut,
menghitung speed of advance (SoA), dan mengetahui kesalahan (tracking
errors) pada sonar.
BAB II
DASAR TEORI
nilai posisi objek ketika lintasan towfish sejajar dengan lintasan kapal
maupun ketika lintasan dengan towfish membentuk sudut. Besaran vertical
meliputi tinggi objek dari dasar laut serta kedalaman objek (Mahyuddin,
2008).
Side scan sonar adalah suatu sistem yang terdiri dari transduser
dengan arah miring beserta unit perekamanya yang dapat digunakan untuk
memberikan informasi citra bawah laut untuk kemudian dapat diinterpretasi
sehingga menghasilkan informasi bawah laut (Aziz, 2011). Side scan sonar
sering digunakan dalam survei batimetri dikombinasikan menggunakan
singlebeam echosounder sebagai penambah informasi data kedalaman.
Proses dari pencitraan oleh side scan sonar dilakukan bersamaan dengan
proses pemeruman oleh singlebeam echosounder.
Bagian-bagian utama dari side scan sonar pada dasarnya adalah dua
buah transduser pada towfish dengan pancaran miring dan sebuah uni
perekam yang dipasang di atas kapal yang berfungsi merekam citra grafis
yang terbentuk dari jejak gema yang menggambarkan keadaan dasar laut
dalam bentuk sonograf. Karena transduser dipasang sedemikian rupa, maka
hasil dasar laut yang tersapu dalam sebuah lajur penyapuan merupakan
suatu jalur yang terdiri dari hasil visualisasi kedua transduser bagian port
(kiri) dan starboard (kanan) dengan bagian yang tidak tersapu di tengahnya.
Umumnya meningkatnya frekuensi akan meningkatkan resolusi gambar
yang diperoleh (Blondel, 2009). Untuk aplikasi bawah air, secara umum
tidak mungkin untuk dilakukan teknik akustik-stereo (Cuschieri dan
Hebbert, 1990).
dengan:
Lb = Panjang layback (m)
a = Jarak horisontal dari antena receiver GPS ke titik penghela (m)
X = Jarak horisontal antara titik penghela dengan towfish (m)
L = Panjang kabel penghela (m)
d = Kedalaman towfish (m)
Oleh karena itu, agar diperoleh hasil pencitraan yang relatif baik,
penghelaan towfish dilakukan dengan ketinggian 1/10 jangkauan
pencitraan di lapangan (Kamil, 1990).
Pada gambar diatas memperlihatkan citra side scan sonar pada satu sisi
arah pemancaran memusat dan pada sisi lainnya menyebar. Hal ini
menyebabkan objek yang terekam pada citra seolah-olah diregangkan
pada sisi pemancaran yang memusat dan terjadi penekanan pada sisi
pemancaran yang menyebar. Distorsi karena hal ini berpengaruh
terhadap posisi objek yang terekam pada citra.
H. Cross Talk
Cross Talk antara saluran side scan sonar dapat menghasilkan gambaran
dasar laut fitur dari satu saluran ditampilkan di saluran yang berlawanan,
meskipun biasanya lebih redup. Cross talk dapat menghasilkan citra asli
di sisi yang terkena dampak kabur. Hal ini dapat mencegah deteksi fitur
yang keliru tentang fitur nyatanya dari sisi yang berlawanan. Ini bisa
menjadi masalah di daerah khusus karena akan sulit memverifikasikan
yang nyata dan tidak nyata.
I. Tilt Effect
Efek kemiringan terjadi jika pemindaian sisi tidak ditarik dengan rata,
dengan kata lain miring ke satu sisi, saluran yang menghadap ke bawah
menuju dasar laut akan menghasilkan pengembalian sinyal yang lebih
kuat dan karena itu gambar yang lebih gelap pada sisi saluran
L. Thermocline
Seperti sonar apapun, transmisi side scan sonar tunduk pada efek
kelulusan mereka melalui air dengan sifat yang berubah dan dapat
menyebabkan distorsi gambar. Sementara perangkat lunak dapat
digunakan untuk membentuk gambar kembali ke bentuk semula,
penting bagi surveyor mengetahui karena tingkat ensonifikasi sonar
yang digunalan untuk mengatasi masalah ini. Misalnya di area dengan
tingkat redundansi yang lebih tinggi mungkin diperlukan dengan garis
akustik yang sangat berperan dalam survei hidrografi adalah multi beam
sonar (McGonigle, 2010).
Instrumen penunjang untuk melengkapi data hasil pengukuran
adalah side scan sonar (SSS). Hasil pengolahan data side scan sonar adalah
berupa citra sehingga dapat melengkapi data multibeam echosounder untuk
melakukan interpretasi objek atau fitur dasar laut. Selain side scan sonar
diperlukan juga data singlebeam echosounder sebagai data penunjang untuk
memvalidasi data kedalaman yang dihasilkan oleh multibeam echosounder.
Hal ini dikarenakan multibeam echosounder dapat melakukan perekaman
data dengan cakupan luas dan memiliki keakuratan yang baik dalam
positioning tetapi tidak dengan kedalaman, sedangkan singlebeam
echosounder memiliki keakuratan yang baik dalam postioning dan juga
kedalaman.
Berikut ini beberapa asumsi yang dibuat untuk deteksi fitur dasar
laut :
1. Ukuran fitur didefinisikan sebagai panjang yang disajikan
normal pada berkas sonar.
2. Jumlah minimum pengembalian untuk membuat tanda yang
dapat dilihat pada jejak diambil.
3. Kecepatan suara diasumsikan sebesar 1500 m/sec.
4. Sudut beam angle adalah 1.5 °.
Persamaan Dasar :
Dapat dilihat dari Gambar 2.7 bahwa fitur A adalah fitur terbesar
yang Tidak Bisa menerima five pings, itu dapat menerima maksimal 4 yaitu
(ping 2, 3, 4 dan 1). Namun secara teoritis, peningkatan kecil dalam panjang
fitur A akan berarti bahwa ia menerima lima ping, untuk panjang pulsa N
diberikan oleh :
4.1
4.2
lima ping dari dua garis yang berdekatan. Ini memberikan Speed over the
Ground (SoG) yang tidak boleh dilampaui.
Pada Gambar 2.9 A, B, dan C adalah tiga garis dengan jarak 125 meter.
Sebuah kapal survei sedang mengoperasikan kapal itu pada side scan sonar
(SSS) pada jangkauan 150 meter, kriteria yang harus dipenuhi untuk
mengetahui hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Near Field, Batas bidang dekat biasanya dalam 20 m. Oleh karena itu
dengan jarak 25 m dari garis yang berdekatan fitur yang tidak akan
menerima lima ping pada rentang tertentu di dekat bidang pada garis B
akan mendapatkan lima ping dari kedua garis A dan C. Dalam hal ini
deteksi medan dekat kecepatan 3,6 knot bukan merupakan faktor
pembatas.
2. Far Field, Kontak 1 harus dideteksi dari garis A dan B, Kontak 2 akan
mendapatkan lima ping dari garis A dan C, Hubungi 3 dari garis B dan
C. Perlu untuk menghitung kecepatan di atas tanah yang tidak boleh
dilampaui jika kontak dengan panjang L m adalah untuk mendapatkan
lima ping pada 25 m.
(lereng curam), dan rough seabed (dasar laut yang kasar). Area dengan
backscatter rendah sedimennya relatif finer-grained (berbutir lebih halus)
yakni dasar laut yang datar dan halus. Warna putih juga dikenal sebagai
shadow yang merupakan hasil dari acoustic blanking, ketika suatu obyek
atau struktur menghalangi pulsa suara dari SSS (Lekkerkerk, 2006).
Sebuah pertanyaan yang perlu diatasi adalah seberapa jauh jalur
yang dilalui kapal survei dapat dicapai sebelum jeda dalam cakupan
dibuat? Dengan asumsi hanya satu deteksi (lima ping) diperlukan untuk
fitur 1,0 m, survei standar 1: 25.000 sedang dilakukan dengan garis 125 m
terpisah dan skala rentang 0-150 m dipilih, kemudian tumpang tindih
adalah 25 m. Jumlah kesalahan harus ada di dalam gambar ini. Sebagai
contoh :
Tabel 2.3 Track Keeping Errors
No. Keterangan Satuan
1. Posisi towfish e1 10 m
2. Navigasi kapal e2 5m
3. Efek kemiringan e3 1m
4. Variasi kecepatan suara e4 1.5 m
Karena itu = Ʃ𝑒 2 128.25 m
Total error RMS = E 11.3m
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah ini mengenai Sonar atau Side Scan
Sonar, dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk
mendeteksi atau menemukan objek yang secara khusus berada
di laut (Hansen, 2011).
2. Side scan sonar (SSS) adalah instrumen yang digunakan dalam
survei untuk melakukan pencitraan dasar laut. Side scan sonar
(SSS) merupakan pengembangan sonar yang mampu
menunjukkan dalam gambar dua dimensional permukaan dasar
laut dengan kondisi kontur, topografi, dan target secara
bersamaan. Instrumen ini mampu membedakan besar kecil
partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan, lumpur,
pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan lainnya (Bartholoma,
2006).
3. Bagian-bagian utama dari side scan sonar pada dasarnya adalah
dua buah transduser pada towfish dengan pancaran miring dan
sebuah uni perekam yang dipasang di atas kapal yang berfungsi
merekam citra grafis yang terbentuk dari jejak gema yang
menggambarkan keadaan dasar laut dalam bentuk sonograf.
4. Distorsi pada side scan sonar terdiri dari dua jenis, yaitu distorsi
akibat deviasi dari hubungan linear ideal antara intensitas citra
dan kekuatan pantulan objek dasar laut, dan distorsi geometrik
yaitu adanya ketidakcocokan keadaan antara citra side scan
sonar dan keadaan sebenarnya di dasar laut.
5. Calculating of Speed of Advance (SoA) digunakan untuk
menunjukan kecepatan yang akan dibuat di sepanjang trek yang
dimaksud. Kecepatan yang dimaksud berada di sepanjang
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pembuatan makalah kali ini
adalah bahwa dalam melakukan penelitian menggunakan Sonar maupun
Side scan sonar harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah yang tertera
dalam IHO atau dari instansi Hidrografi lain yang terpercaya diseluruh
dunia, serta dalam pembuatan makalah ini harus lebih baik lagi dengan
mencari literatur sesuai dengan topiknya, serta harus mengetahui batasan
masalah dari topik makalah yang didapatkan agar pembahasan tidak meluas
diluar dari topik yang diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Henry M. Manik, Liva Junaedi, Gentio Harsono. 2016. Pemrosesan Citra Side Scan
Sonar untuk Pemetaan Dasar Laut Pelabuhan Benoa. Jurnal JNTETI, Vol. 5,
No. 2, Mei 2016.
Musdiyana Talif. 2017. Analisa Data Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar
Untuk Identifikasi Fitur Dasar Laut di Perairan Kepulauan Riau. Tugas
Akhir Jurusan Teknik Geomatika.
Wisnu Wahyu Wijonarko, Bandi Sasmito, Arief Laila Nugraha. 2016. Kajian
Pemodelan Dasar Laut Menggunakan Side Scan Sonar dan Singlebeam
Echosounder. Jurnal Geodesi Undip Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016.