KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
3.2. ArcMap.....................................................................................................................12
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................................25
4.1. Rangkuman..............................................................................................................25
ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Contoh citra komposit true color 432 landsat5 122065 Juli 2008..............7
Gambar 12. Proyeksi Tranverse Mercator dengan pembagian Zone UTM untuk
Indonesia.............................................................................................40
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu materi penting bagi pemula sistem informasi geografis adalah
tentang georeferencing dan transformasi koordinat. Georeferencing merpakan suatu
konsep tentang bagaimana membuat sebuah citra yang menggambarkan ruang
menjadi sebuah data geospasial. Suatu data geospasial berarti mempunyai
koordinat yang jelas di permukaan bumi dimana koordinat ini dapat saling kenal
dengan koordinat lainnya dan dapat dipetukarkan di dalam perangkat lunak sistem
informasi geografis. Georeferencing merupakan awal dari pekerjaan sistem informasi
geografis karena sebuah data geospasial yang dibentuk kemudian diikuti dengan
tahapan lanjutan bagaimana menjadikan sebuah informasi geospsial tertentu. Jadi
langkah awal sistem informasi geografis sebelum pengolahan berikutnya adalah
georeferencing untuk membangun data geospasial. Sebuah citra/layer peta sebagai
sebuah data geospasial dalam sistem informasi geografis harus mempunyai sistem
koordinat tertentu.
Hasil georeferencing adalah data geospasial layer/citra raster baru yang sudah
siap untuk dijitasi unsur tematiknya atau ditumpangtindihkan dengan data geospasial
lainnya dengan tujuan tertentu. Beberapa data geospasial yang daerahnya sama
dapat ditumpangtindihkan satu sama lainnya bila mempunyai referensi geospasial
yang sama. Kalau tidak sama referensi geospasialnya, maka perlu dilakukan
transformasi koordinat peta/layer ke dalam satu sistem yang sama. Proses
georeferencing pada dasarnya adalah proses transformasi koordinat, dimana
koordinat layar/file dibawa ke koordinat bumi baik koordinat geogeografis ataupun
bidang proyeksi. Transformasi koordinat pada georeferencing memerlukan titik
sekutu antara di citra dengan koordinat bumi. Sedangkan transformasi koordinat
peta/layer akan mengkonversi seluruh area citra/layer peta asal beserta koordinat
asal menjadi citra/layer peta baru dengan koordinat baru.
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan memahami:
1. Pengertian transformasi koordinat;
2. Pengertian koreksi geometrik;
3. Mengapa perlu koreksi geometrik;
4. Pentingnya sistem koordinat;
5. Istilah penting georeferencing.
Gambar di atas menunjukkan sistem koordinat kartesian dua dimensi (2D) dan
proses transformasi-nya (di gambar kanan). Dua sistem koordinat di atas adalah
berbeda arah, tetapi origin nya sama sehingga tidak ada proses pergeseran dan
tidak ada perbedaan skala. Gambar 1 kanan menggambarkan transformasi koordinat
sederhana. Pelajaran lebih lengkap mengenai trasformasi koordinat silakan lihat
buku acuan.
Dalam peta dasar (yaitu peta rupabumi-RBI) umumnya ada dua sistem
koordinat yang tertera di dalamnya.
1. Yang pertama adalah sistem koordinat geografis yaitu dalam koordinat yang
merepresentasikan permukaan lengkung bumi (sferoid bumi). Ada banyak
sferoid yang dikenal, namun yang dijadikan acuan dalam RBI adalah sistem
referensi geosentrik yaitu World Geodetic System 1984 atau dikenal sebagai
Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 1995). Selanjutnya DGN 1995 ini
disempurnakan dengan manganggap bahwa datum dalam sistem referensi
yang ditetapkan bersifat dinamis yaitu Sistem Referensi Geospasial Indonesia
2013 (SRGI-2013). Dalam peta RBI, satuan atau ukuran dinyatakan dalam
derajat desimal atau derajat menit detik. Indonesia membentang dari barat ke
timur yaitu 950 bujur timur sampai dengan 1410 bujur timur. Dari utara ke
selatan yaitu terletak antara 60 lintang utara sampai 110 lintang selatan.
2. Yang kedua adalah sistem koordinat terprojeksikan, yaitu permukaan bumi
direpresentasikan kepada dinding silinder kemudian silinder didatarkan
menjadi lembaran peta datar. Sferoid yang diterapkan projeksi ini adalah DGN
1995. Kedudukan silinder adalah melintang, sehingga disebut juga
Transversal Mercator. Sementara pembagian grid koordinat dinyatakan dalam
Universal Transversal Mercator (UTM). Untuk mempermudah maka dibagilah
ke dalam zone, dimana setia zone lebarnya 6 derajat. Seluruh dunia ada 60
zone UTM. Indonesia terletak pada zone UTM 46 sampai dengan 54. Satuan
dari sistem UTM adalah dalam meter baik ke arah X (Easting) maupun ke
arah Y (Northing). Dalam peta RBI cetak arah Easting disebut juga mT (yaitu
meter Timur), sementara arah Northing disebut sebagai mT (meter Utara).
Keterangan:
Indikator Keberhasilan
Kedua sistem koordinat baik geografis maupun UTM terdapat dalam peta RBI
cetak. Semua unsur rupabumi disajikan dalam satu lembar peta cetak dengan
pembeda adalah symbol unsur-unsurnya. Sementara peta dijital dalam Sistem
Informasi Geografis unsur-unsur rupabumi dipilah sesuai dengan tema. Masing-
masing layer/tema disimpan tersendiri termasuk sistem koordinatnya. Setiap layer
tersimpan dalam satu file terpisah, sehingga transformasi dilakukan setiap layer.
Transformasi koordinat layer dilakukan dari koordinat asal ke koordinat baru yang
keduanya definitive. Jadi transformasinya dilakukan sekaligus beserta resamplingnya
tanpa memerlukan titik kontrol.
1. Buat lah map document baru pada ArcMap. Dari menu pilih FileNew,
pilih/klik Blank map kemudian OK. Kalau muncul/ada pertanyaan ‘Save
changes to Georef2, maka jawab saja Yes dengan meng-kliknya.
2. Sekarang map canvas jendela peta dan TOC ArcMap kosong. Mulai
memanggil layer Bogor_kor2.tif dari jendela Catalog di kanan untuk di bawa
(drag and drop) ke jendela peta.
3. Selanjutnya memanggil perintah atau tool Project Raster. Caranya, dari
toolbar ArcMap, klik tool Search.
11. Kita mempunyai dua data frame yaitu Layers dan yang kedua New Data
Frame. Ubahlah properties data frame layers dengan Bogor_UTM. Pada
TOC, klik kanan Layers kemudian pilih properties.
12. Pada kotak dialog Data Frame Properties, klik tab General. Ketik Name
dengan Bogor_UTM. Jadikan Units Maps dan Display dalam Meters. Klik
Apply dan OK. Dengan cara yang serupa sesuaikan data frame kedua New
Data Frame menjadi Bogor_GEO dengan Units Display: Degrees Minutes
Seconds.
13. Simpan project simpan map document dari menu FileSave (atau Ctrl-S)
kemudian beri nama Trans_koordinat.mxd di folder yang diinginkan.
Layer vektor yang akan kita pakai untuk Latihan transformasi korrdinat adalah
Jalan.shp. Layer jalan.shp ini asalnya adalah dalam sistem koordinat WGS 1984
UTM Zone 48S. Dalam latihan masih tetap memakai map document
Trans_koordinat.mxd pada latihan sebelumnya.
4. Daftar perintah yang muncul, klik dua kali Project (Data Management)
sampai muncul kotak dialog Project.
5. Isilah kotak dialog dengan Input Dataset or Feature Class adalah Jalan.shp
6. Beri nama layer Output Dataset or Feature Class. Misalnya namanya
Jalan_geo.shp.
7. Tentukan/pilih nama sistem koordinat baru Output Coordinate System
adalah GCS_WGS_1984. Klik opsi sistem koordinat (kanan), kemudian
pada kotak dialog Spatial Reference System pilih Geographic Coordinate
Systems WorldWGS 1984. Klik OK.
8. Pada kotak dialog Project klik OK untuk mengeksekusi perintah project
yakni layer vektor Jalan.shp dari UTM ke lintang-bujur WGS 1984.
Pembagian Zone TM3 merupakan pendetilan dari Zone UTM. Zone UTM 48
sebagai contoh, untuk menjadi Zone TM3 kemudian dibagi menjadi Zone 48.1 dan
48.2. Pemisahnya adalah meridian tengah/sentral dari Zone 48 yaitu garis bujur
1050. Jadi zone TM3 48.1 misalnya, batas kiri adalah 102 0 dan batas kanan 1050.
Yang berbeda dari TM3 dari UTM adalah nilai koordinatnya. Kalau UTM nilai false
Easting adalah 500.000, sementara false Northing adalah 10.000.000. Di TM3 false
Easting adalah 200.000, sementara false Northing adalah 1.500.000. Faktor skala di
UTM adalah 0,9996 sementara di TM3 adalah 0,9999.
4.1. Rangkuman
Transfromasi koordinat adalah konversi koordinat peta atau citra dari satu
sistem ke sistem lainnya melalui hitungan matematis. Tujuan dari transformasi
koordinat adalah menyatukan atau menyeragamkan dua atau lebih sistem koordinat
yang berbeda, dan memberikan koreksi terhadap gambar/citra dijital untuk dapat
dimanfaatkan sebagai peta.