Nrp: 5016201075
Sejarah fotogrametri
Ilmu Fotogrametri telah dikenal sejak lama pada tahun 350 Sebelum Masehi, jauh sebelum
ditemukannya fotografi. Tokoh yang pertama memperkenalkan adalah Aristoteles, menurutnya
fotogrametri merupakan proses untuk memproyeksikan gambaran objek secara optik. Pada awal
abad 18 Dr. Brook Taylor mengemukakan pendapat tentang perspektif linier. Setelah itu J.H.
Lambert menyatakan bahwa asas perspektif dapat dimanfaatkan untuk membuat peta. Proses
fotografi mulai berkembang sejak tahun 1839, yaitu pada saat Louis Daguerre menemukan proses
fotografi udara dengan plat logam yang dibuat peka terhadap sinar. Pada tahun 1840 Arago
memperagakan penggunaan fotogrametri untuk pemetaan topografi. Kemudian colonel Aime
Laussedat (Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Perancis) pada tahun 1849 membuat peta topografi
dengan fotogrametri. Dari pengalaman tersebut pada tahun 1859 Laussedat berhasil menggunakan
fotogrametri untuk pemetaan. Fotogrametri semakin pesat perkembangannya terbukti dengan
dikembangkannya proses fotografi dengan menggunakan tiga warna pada tahun 1861 yang
disempurnakan pada tahun 1891.
Pada tahun 1886 Kapten Deville (pimpinan surveyor Kanada) menggunakan fotogrametri untuk
membuat peta topografi di Amerika Utara (Kanada). Ia menyatakan asas Laussedat baik untuk
pemetaan daerah pegunungan Kanada barat yang bertopografi kasar. Dinas Survai Pantai dan
Geodesi US menggunakan fotogrametri pada tahun 1894 untuk memetakan daerah perbatasan.
Tahun 1902 semua pekerjaan fotogrametri lebih terpusat pada terrestrial foto. Kemudian tahun
1909, Dr. Carl Pulfrich dari Jerman melakukan percobaan dengan foto stereo. Hasilnya menjadi
landasan teknik pemetaan. Pertama digunakan pesawat udara pada tahun 1913. Pada saat perang
dunia I foto udara digunakan secara luas. Perang dunia II, fotogrametri digunakan untuk pemetaan
medan lawan. Sekarang fotogrametri telah mapan (akurat, efisien, dan 7 menguntungkan) sehingga
sebagian besar pekerjaan pemetaan menggunakan fotogrametri. Dukungan ketersediaan teknologi
pencitraan secara digital telah mendorong fotogrametri semakin banuyak digunakan, karena
kebutuhan peralatan fotogrametri yang mahal dapat dikurangi dengan perangkat lunak dan
perangkat keras yang murah.
Pemanfaatan fotogrametri telah berkembang luas dalam berbagai bidang, dari desain
keteknikan, inventarisasi sumberdaya alam dan lingkungan pemetaan arkeologi dan survey
hidrografi. Menurut Tao (2002) sebagian besar peta-peta topografi yang ada saat ini dibuat dengan
menggunakan fotogrametri, yang dibantu dengan pendekatan SIG (Sistem Informasi Geografis)
terutama dalam pembaharuan dan pengumpulan basis data. Sesuai dengan perkembangan
teknologi pencitraan, maka saat ini kecenderungannya bentuk data fotogrametri berupa citra digital,
baik citra digital asli maupun tidak asli. Citra digital asli adalah citra yang perekamannya dilakukan
dengan kamera digital, sedangkan citra digital tidak asli berasal dari digitasi data analog yang diubah
menjadi data digital dengan cara penyiaman (scanning).
Definisi fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata “photos” yang berarti sinar,
“gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang berarti
mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri” berarti pengukuran scara grafik dengan
menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983).
Dalam manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan sebagi ilmu atau seni untuk
memperoleh ukuran terpercaya dengan mengguanakan foto. Berdasarkan Perkumpulan
Fotogrametriawan Amerika (American Society of Photogrammetry/ ASP), Fotogrametri
didefinisikan sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang objek fisik dan lingkungannya melalui proses perekaman, pengukuran dan
interpretasi gambaran 2 fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam.
Foto yang dimaksud disini adalah foto udara, yaitu rekaman dari sebagian permukaan bumi
yang dibuat dengan menggunakan kamera yang dipasang pada wahana antara lain pesawat
terbang. Perkembangan fotogrametri selanjutnya telah mengantarkan kepada pengertian
fotogrametri yang dapat diberi makna lebih luas yakni merupakan ilmu pengetahuan dan
teknologi pengolahan foto udara untuk memperoleh data dan informasi yang tepat untuk
tujuan pemetaan dan rekayasa. Mendasarkan pada dua pengertian diatas bahwa pada
intinya fotogrametri adalah suatu ilmu dan tehnologi untuk mendapatkan ukuran yang
terpercaya dari foto udara. Hal ini telah memberikan arti bahwa semua ukuran objek fisik
yang dihasilkan secara fotogrametris harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
sehingga menghasilkan data dan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna.
– Aerial fotogrametri
Aerial fotogrametri melibatkan pesawat rc / UAV ( Unmaned aerial vehicle) atau drone Kamera
dipasang di pesawat terbang dan biasanya mengarah secara vertikal ke tanah. Foto udara
diambil dari udara dengan kamera khusus yang dipasang di pesawat di atas area dengan sumbu
kamera hampir vertikal. Beberapa foto tanah yang tumpang tindih diambil saat pesawat terbang
di sepanjang jalur penerbangan. Foto-foto ini diproses dalam plotter stereo (instrumen yang
memungkinkan operator melihat dua foto sekaligus dalam tampilan stereo). Foto-foto ini juga
digunakan dalam pemrosesan otomatis untuk pembuatan Digital Elevation Model (DEM).
– Fotogrametri terestial
adalah cabang fotogrametri di mana foto diambil dari posisi yang tetap, dan biasanya diketahui,
di atas atau di dekat tanah dan dengan sumbu kamera horizontal atau hampir seperti itu. Posisi
dan orientasi kamera sering diukur secara langsung pada saat pencahayaan. Instrumen yang
digunakan untuk mengekspos foto tersebut disebut foto theodolite.
Fotogrametri luar angkasa mencakup semua aspek fotografi ekstraterestrial dan pengukuran
selanjutnya di mana kamera dapat dipasang di bumi, terkandung dalam satelit buatan, atau
diposisikan di bulan atau planet. Istilah interpretasi foto diterapkan pada cabang fotogrametri di
mana foto udara atau terestrial digunakan untuk mengevaluasi, menganalisis,
mengklasifikasikan, dan menafsirkan gambar objek yang dapat dilihat pada foto. Akibatnya,
fotogrametri harus dianggap sebagai kombinasi pengukuran dan interpretasi.