“STEREO PLOTTRING”
FOTOGRAMETRI DIGITAL A
Disusun oleh:
Burhanuddin Nur 03311740000048
Dosen Pengampu :
Dr-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, M.Sc
NIP. 195908191985021001
Dosen Asistensi :
Cherie Bhekti Pribadi, ST, MT
NIP. 199101112015042001
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan saran yang membangun agar dalam
penulisan laporan praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi. Mohon maaf jika masih banyak
kekurangan, semoga laporan praktikum ini memberi manfaat untuk setiap pembaca dan juga
menambah ilmu bagi penulis sendiri. Terima kasih.
Penulis
STEREO PLOTTER i
DAFTAR ISI
STEREO PLOTTER ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Wahana kamera fotogrametri ......................................................................................... 3
Gambar 2 Cakupan kamera fotogrametri ........................................................................................ 5
Gambar 3 Prinsip Stereo Plotter ..................................................................................................... 7
Gambar 4 Tampilan awal e-foto ................................................................................................... 11
Gambar 5 Memilih "last Project" pada menu "Project" ................................................................ 12
Gambar 6 Memilih "Stereo Plotter" pada menu "Execute" .......................................................... 12
Gambar 7 Tampilan awal Stereo Plotter ....................................................................................... 13
Gambar 8 Window "add new features"......................................................................................... 13
Gambar 9 Window "add new features" yang sudah diisi.............................................................. 13
Gambar 10 Objek yang sudah dilakukan digitasi ......................................................................... 14
Gambar 11 Detail fitur yang sudah dilakukan digitasi ................................................................. 14
Gambar 12 Wilayah yang sudah dilakukan digitasi ..................................................................... 15
Gambar 13 Detail fitur pada wilayah yang telah dilakukan digitasi ............................................. 15
Gambar 14 Pemberian nama output file ....................................................................................... 16
Gambar 15 Pemberian nama pada export file ............................................................................... 17
Gambar 16 Hasil digitasi keseluruhan .......................................................................................... 17
Gambar 17 Hasil digitasi fitur polygon ........................................................................................ 18
Gambar 18 Hasil digitasi fitur line................................................................................................ 18
Gambar 19 Hasil digitasi fitur point ............................................................................................. 18
Gambar 20 Koordinat fitur polygon ............................................................................................. 19
Gambar 21 Koordinat fitur line..................................................................................................... 19
Gambar 22 Koordinat fitur point .................................................................................................. 20
Gambar 23 Detail fitur polygon .................................................................................................... 20
Gambar 24 Detail fitur line ........................................................................................................... 21
Gambar 25 Detail fitur point ......................................................................................................... 21
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Geomatika adalah ilmu perpaduan antara ilmu Geodesi dan ilmu Informatika. Oleh
sebab itu, program studi ini mempelajari bagaimana mengintegrasikan pengumpulan, pemodelan,
analisis, hingga manajemen data spasial (berbasis lokasi) yang berdasarkan pada ilmu Geodesi.
Hal ini dilakukan dengan cara mentransformasi data dari berbagai sumber pengukuran tersebut ke
dalam suatu sistem informasi/ ilmu Informatika.
Pada era pembangunan ini, diberbagai bidang perenacanaan dan pengembangan wilayah
perlu disiapkan tenaga teknisi, analisis dan pengelola di bidang pengolahan data dan informasi
kebumian, yang mampu menangani data informasi (numeric dan spasial), menganalisis,
melakukan control aktivitas manusia, dan mampu membuat perencanaan kegiatan. Tuntutan
terhadap spesifikasi berbagai keahlian ini menimbulkan aktivitas yang disebut pengembangan
sumber daya manusia.
Dari pengertian tersebut obyek yang dikaji adalah kenampakan dari foto udara dengan
menginteroretasikannya menggunakan sistem penginderaan jauh. Akan tetapi analisis
fotogrametri dapat berkisar dari pengukuran jarak, luas dan elevasi dengan alat atau Teknik,
sampai menghasilkan berupa peta topografik. Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu
dan teknologi yang berkaitan dengan proses perekaman, pengukuran/pengamatan, dan interpretasi
(pengenalan dan identifikasi) suatu kondisi permukaan bumi serta objek fisik di atasnya secara
presisi sehingga diperoleh informasi tentang suatu ukuran dan bentuk permukaan bumi serta objek
fisik di atasnya yang dapat dipercaya. Produk dari fotogrametri digunakan oleh berbagai disiplin
yang di dalam kegiatannya berkaitan dengan lahan/permukaan bumi.
Aplikasi fotogrametri yang apling utama ialah untuk survey dan kompilasi peta topografik
berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau citra satelit.
Fotogrametri merupakan suatu pengambilan atau pengukuran data/informasi mengenai sifat dari
sebuah fenomena, objek,atau benda dengan menggunakan sebuah perekam tanpa berhubungan
langsung dengan objek yang akan dikaji. Salah satu karateristik fotogrametri adalah pengukuran
terhadap objek yang dilakukan tanpa berhubungan perlu berhubungan ataupun bersentuhan secara
langsung dengannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, sistem fotogrametri telah mengalami
perkembangan dari sistem fotogrametri analog berkembang menjadi sistem fotogrametri analitik
dan kemudian yang termutakhir adalah sistem fotogrametri digital (softcopy fotogrametry).
Perkembangan sistem fotogrametri berdampak pada berkembangnya alat restitusi yang digunakan
dari alat restitusi analog dan analitik seperti analog/analitik stereo plotter dimana proses
pekerjaannya dilakukan oleh manusia, berganti menjadi alat restitusi otomatis dimana proses
pekerjaannya dikerjakan secara otomatis menggunakan komputer.
Pemotretan suatu daerah yang dilakukan dengan overlap atau pertampalan depan 60% serta
pertampalan samping sebesar 20%-40% semua titik dari obyek paling tidak akan terletak pada dua
STEREO PLOTTER 1
foto berurutan dipasang di dalam proyektor, dan diberi penyinaran maka akan terkonstruksi atau
terbentuk kembali berkas-berkas sinar di dalam kamera. Dalam fotogrametri akan diketahui
terdapat 4 macam orientasi yaitu, orientasi dalam, orientasi luar, orientasi relative, dan orientasi
absolut. Setelah melakukan orientasi perlu melakukan hal-hal lain yang penting dalam
mengkoreksi dan mengidentifikasi foto salah satunya yaitu, stereo plotter.
Metode stereo plotting dengan menggunakan software digital dapat dilakukan secara
otomatis maupun interaktif. Pemilihan metode yang digunakan dapat diseusaikan dengan tujuan,
tenggang waktu pelaksanaan serta biaya yang dimiliki dalam melakukan suatu pekerjaan. Data
foto udara yang dijadikan Iinput Idalam proses stereoplotting bertujuan untuk membentuk model
tiga dimensi dari permukaan bumi dengan menggunakan foto udara stereo.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengerti pengaplikasian stereo plotter.
2. Mahasiswa mampu melakukan proses stereo plotter menggunakan aplikasi e-foto.
STEREO PLOTTER 2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Foto Udara
Foto udara ini adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi dalam mengambil obyek,
daerah, atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini menggunakan alat berupa kamera dengan
proses perekaman secara fotografik dengan bantuan detector atau alat pendeteksi berupa film. Film
hasil perekaman ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam ruang gelap agar mendapatkan hasil
gambar yang sempurna.
Citra foto ini didapatkan dengan cara memotret dengan menggunakan sebuah wahana (atau
alat transportasi) biasanya berupa balon udara, pesawat udara, gantole, pesawat ultra-ringan, dan
pesawat tanpa awak. Pemotretan ini dilakukan dengan menentukan tujuan pemotretan (disesuaikan
dengan tujuan pemetaan pula), menentukan jalur penerbangan, dan menentukan arah penerbangan.
Dengan bantuan kamera udara dan pesawat udara ini, maka pemotretan udara dapat dilakukan.
Foto udara ini terdapat beberapa jenis pemotretan, yaitu : pemotretan udara secara tegak (vertical),
pemotretan udara secara condong (oblique), dan pemotretan udara sangat condong (high oblique).
Perbincangan mengenai pengelompokan atau klasifikasi jenis foto udara sangat beragam
tergantung dari sudut pandang apa foto udara tersebut dikelompokan.
a. Pengelompokan foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan.
Contoh : Foto Ultra Violet, Foto Visible (Pankromatik), Foto Inframerah.
b. Pengelompokan foto berdasarkan skala fotonya. Contoh Foto skala besar, skala
menengah dan skala kecil.
c. Pengelompokan foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, yaitu foto yang
direkam dengan kamera tunggal (satu saluran panjang gelombang), atau dengan
kamera jamak (satu kamera dengan lebih dari satu lensa untuk perekaman pada
berbagai saluran sekaligus).
d. Pengelompokan foto udara berdasarkan sumbu kameranya. Contoh Foto vertikal
(vertical photograph) dan foto condong (oblique photograph).
STEREO PLOTTER 3
Citra penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi citra foto dan citra non foto. Citra foto
secara umum disebut foto udara; sedangkan cita non foto biasanya diklasifikasikan berdasar
spectrum yang digunakan (gelombang mikro dan termal dan atau wahana yang digunakan (Citra
Satelit).
Ada beberapa dasar klasifikasi citra foto, antara lain diklasifikasikan berdasarkan panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan pada waktu pemotretan. Tujuan dari klasifikasi
tersebut adalah untuk memudahkan memahami karakteristik obyek muka bumi yang terekam oleh
suatu jenis citra foto tertentu. Atau dengan kata lain, dengan menggunakan panjang geombang
tertentu akan diperoleh suatu citra foto yang mempunyai karakteristik khusus.
Citra foto memungkinkan untuk diamati secara tiga dimensional dengan menggunakan alat
stereoskopik cermin maupun stereoskop saku. Sepasang citra dapat diamati secara tiga
dimensional apabila terdapat tampalan, dan pada daerah yang bertampalan tersebut terdapat beda
paralaks. Menggunakan alat stereoskop cermin sangat membantu untuk interprestasi obyek pada
foto udara yang bertampalan. Dengan penggunaan secara tiga dimensional penafsir akan lebih
mudah menentukan perbedaan tinggi antar obyek pada suatu daerah. Sehingga obyek yang
menonjol, misalnya pegunungan, perbukitan, dll. Akan lebih mudah dibedakan dengan obyek yang
tidak menonjol, misalnya : dataran, lembah/sungai, dan lain-lain.
Foto udara adalah salah satu jenis citra penginderaan jauh. Citra penginderaan jauh sendiri
adalah data berupa gambar yang diperoleh dalam sistem penginderaan jauh (Sabins, 1987 dalam
Soetoto, 2005 : 1). Atau disebut juga citra penginderaan jauh adalah gambaran rekaman obyek
yang dihasilkan dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, atau elektronik (Simonett dkk,
1983 dalam Soetoto, 2005 : 1). Foto udara dengan spektrum gelombang tampak mata, ultra violet
dekat, dan infra merah dekat dengan kamera sebagai sensornya.
Penginderaan jauh menggunakan sensor yang dapat mengukur pantulan matahari yang
membawa informasi mengenai struktur dan komposisi obyek permukaan bumi (geografis) secara
cepat dan akurat sering dimanfaatkan dalam pengadaan data sumber daya alam. (BALITBANG-
00405)
Informasi tersebut diperoleh dari gambaran radiasi spektrum elektromagnetis yang datang
dari obyek kemudian dicatat oleh sensor dalam berbagai bentuk, ukuran, skala dan lain sebagainya.
Hal ini dapat digambarkan dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh adalah salah satu
proses untuk mendapatkan informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung ke obyek yang diteliti. Dengan
menggunakan berbagai sensor peneliti mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis
untuk mendapatkan informasi tentang objek tersebut. Pengumpulan data dari jarak jauh yang dapat
STEREO PLOTTER 4
dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk variasi tagihan daya, agihan gelombang, atau tagihan
elektromagnetik.
Benda yang tergambar pada foto udara dapat dikenali pada ciri yang terekam oleh kamera,
antara lain adalah ciri spasial, ciri temporal dan ciri spektral. Ciri spasial adalah ciri yang berkaitan
dengan ruang atau yang disebut dengan unsur interpretasi, meliputi: warna, bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
1. Warna atau Rona
Objek yang berbeda mempunya warna yang berbeda pula. Objek yang tergenang
air mempunyai warna yang berbeda dengan warna genteng perumahan. Rona
adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar pada foto udara.
2. Bentuk
Ciri ini dapat membantu untuk mengenali beberapa objek. Contoh: rumah mukim
dalam citra dikenali dengan bentuk persegi panjang, dll.
3. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk
membedakan antara jalan setapak dengan jalan raya, ukuran sangat penting
digunakan.
4. Pola
STEREO PLOTTER 5
Pola berkaitan dengan susunan keruangan objek. Contoh: susunan ruang antara
pohon pada kebun ketela dibanding pada tumbuhan yang tumbuh alami terdapat
perbedaan dengan pola.
5. Bayangan
Suatu objek yang memiliki ketingian tertentu pasti akan menampakkan bayangan,
contohnya adalah gedung.
6. Tekstur merupakan frekuensi perubahan warna dalam foto udara atau halus
kasarnya gambar yang nampak pada foto udara.
7. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang
menunjukkan letak. Misalnya: sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel kereta
api dan mempunyai rel dengan kereta api, maka bangunan tersebut merupakan
stasiun.
8. Asosiasi
Setiap jenis objek memilki ciri-ciri tertentu. Hutan hujan tropis memilki asosiasi
lebat, pemukiman kota berasosiasi padat, dan jalan raya berasosiasi banyak
kendaraan.
Foto udara atau peta foto adalah Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan
lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran pada
foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring sekali. Yang dimaksud
dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar
dengan arah gravitasi, sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut
horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara
umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak.
2.2 Stereo Plotter
Stereo plotter merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara digitasi
titik obyek dari foto stereo secara tiga dimensi, sehingga dapat diperoleh data vektor yang memiliki
nilai ketinggian. Pembentukkan model dengan menggunakan dua buah foto stereo dapat
digambarkan seperti pada gambar dibawah.
STEREO PLOTTER 6
Gambar 3 Prinsip Stereo Plotter
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa koordinat obyek di lapangan dapat diperoleh
dengan melihat perpotongan sinar dari foto kiri dan foto kanan yang saling bertampalan. Secara
umum plotting dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, plotting interaktif dan plotting otomatis.
Plotting otomatis dilakukan dengan cara memperoleh posisi titik-titik obyek pada foto secara
matetais, proses penentuan titiktitik obyek dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
intersection linear model, seperti yang tertulis pada rumus 2.1 (Habib, 2007).
Plotting interaktif merupakan proses plotting yang dilakukan dengan cara menentukan
sendiri titik-titik obyek yang akan dilakukan digitasi pada ruang tiga dimensi. Posisi titik dapat
ditentukan dengan mengatur posisi x,y kursor plotter serta ketinggian dari kursor plotter. Terdapat
kelebihan dan kekurangan dari ke dua teknik pengumpulan data foto stereo.
Pada teknik plotting otomatis proses pengumpulan data dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat tetapi ketelitian pemilihan obyek yang didigitasi kurang baik, misalnya obyek yang akan
STEREO PLOTTER 7
di plot merupakan obyek ground tetapi pada prosesnya obyek-obyek lain yang bukan katagori
ground ikut di plot (bangunan atau pohon). Sedangkah untuk teknk plotting interaktif proses
pelaksanaan membutuhkan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan plotting otomatis,
karena penentuan titik obyek dilakuakan sendiri oleh operator. Hasil plotting yang dihasilkan
dengan menggunakan teknik plotting interaktif memliki ketelitian yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan teknik plotting otomatis.
2.3 Plotting
Plotting adalah menggambar atau membuat titik atau garis di peta, membuat atau
menggambar tanda-tanda tertentu di peta. Plotting membantu dalam membaca peta. Dalam
Teknik plotting lintasan ada beberapa tanda medan tertentu sebagai patokan dalam membuat
jalur. Jalur ini bersifat fleksibel tetapi menyesuaikan kondisi medan dengan tetap berpatokan
tanda medan tertentu.
STEREO PLOTTER 8
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
• Alat
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan dalam praktikum:
1. Laptop Acer Aspire E5-476G
2. Mouse
3. Software E-Foto
4. File Tutorial E-Foto
• Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Citra Foto
Fitur Plotting
Membuat Laporan
STEREO PLOTTER 9
3.3.1 Fitur Plotting
Pada praktikum ini diketahi beberapa titik yang ada pada foto udara dan dilakukan proses
orientasi. Fitur plotting yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Point
Pada proses stereo plotter digunakan untuk prosses digitasi objek yang besarnya tidak
memiliki panjang dan lebar yang lebih besar dari ukuran minimal skala. meliputi semua
objek grafis atau geografis dan pada umumnya selalu dikaitkan dengan penggunaan
koordinat sumbu X dan Y. Satu buah objek titik memiliki satu baris dalam tabel atribut.
Dan penggambaran karakteristik dari titik – titik yang terbentuk akan dijelaskan oleh
kolom-kolom yang ada dalam tabel atribut. Beberapa bentuk implementasi titik dalam
penggambaran dunia nyata adalah sebagai pembatas kota, pelabuhan, bandara, rumah sakit,
sekolah, dan sebagainya. Namun perlu dipahami juga skala peta yang lebih besar, kota dan
bandara bisa saja direpresentasikan sebagai area/luasan (polygon), oleh karena itu hal ini
tidaklah mutlak sepenuhnya.
2. Line
Pada proses stereo plotter digunakan untuk proses digitasi objek yang memiliki panjang.
merupakan bentuk geometri yang dibangun dengan menggunakan segmen-segmen lurus
dan terbentuk oleh dua titik koordinat atau lebih. Salah satu bentuk pengembangan lebih
lanjut juga mengenai titik yang menjadi suatu koordinat. Ada istilah line atau garis tunggal
yang terbentuk dari titik awal dan titik akhir saja , sedangkan jika garis memiliki segmen
banyak yang terbentuk dari banyak titik (vertex-) maka akan disebut Dalam bidang GIS,
penggunaan line maupun polyline dianggap memiliki artian yang sama. Dalam
penggambaran dunia nyata beberapa objek yang sering direpresentasikan sebagai polyline
antara lain jalan, sungai, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, dan masih
banyak lagi.
3. Polygon
Pada proses stereo plotter diguanakan untuk proses digitasi objek yang memiliki luasan.
dapat digambarkan sebagai suatu objek tertutup yang memiliki luasan. perlu diketahui
bahwa kebanyakan peta tematik dalam GIS selalu menggunakan bentuk geometri polygon,
metode-metode representasi dan pemanipulasian entity ini juga sangat sering mendapat
perhatian. Sama halnya dengan titik dan polyline, satu objek poligon juga diwakili oleh
satu baris pada tabel atribut. Poligon pada umumnya digunakan untuk menggambarkan
objek dunia nyata yang memiliki luasan seperti wilayah administrasi, danau, guna lahan,
jenis tanah, dan lain – lain.
Button Fungsi
Add New Feature - Untuk menambahkan fitur
STEREO PLOTTER 10
Remove Feature - Untuk menghapus satu fitur
1. Membuka software E-Foto yang sudah terinstall. Berikut ini tampilan dari software E-
Photo
STEREO PLOTTER 11
2. Pilih menu “Project”, kemudian pilih “Last project” untuk membuka project sebelumnya.
3. Akan muncul tampilan seperti dibawah, lalu pilih menu “Execute” dan pilih “Stereo
Plotter”.
STEREO PLOTTER 12
Gambar 7 Tampilan awal Stereo Plotter
5. Pilih “Add new feature”. Lalu akan muncul window seperti dibawah yang berisi “Name”,
“Feature type”, dan “Feature class”.
STEREO PLOTTER 13
7. Setalah lakukan digitasi dengan mengarahkan kursor pada satu titik pada bangunan,
kemudian klik pada satu titik tersebut dan titik- titik lainnya hingga membentuk objek
yang dimaksudkan. Jika objek yang diinginkan sudah terbentuk, klik “End Feature”.
8. Untuk melihat detail mengenai fitur, bisa dilihat di kolom 'Feature Data' dibawah layar
sebelah kanan.
STEREO PLOTTER 14
9. Lakukan juga pada Fitur tipe Point, Line, dan Polygon. Dan hasilnya serta Fitur listnya
terlihat seperti pada gambar dibawah.
STEREO PLOTTER 15
10. Untuk menyimpannya, pilih “Save features”. Lalu beri nama output file.
11. Setelah itu, klik ikon “Export Feature as…” maka akan muncul jendela dibawah ini. Lalu,
klik “Save”.
STEREO PLOTTER 16
Gambar 15 Pemberian nama pada export file
BAB IV
• Hasil digitasi
• Titik koordinat fitur
• Detail fitur
STEREO PLOTTER 17
• Tipe fitur polygon
STEREO PLOTTER 18
4.1.2 Koordinat fitur
• Tipe fitur polygon
STEREO PLOTTER 19
Gambar 22 Koordinat fitur point
STEREO PLOTTER 20
Gambar 24 Detail fitur line
STEREO PLOTTER 21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada pembuatan feature dapat digunakan feature type, yaitu untuk memilih type fitur
yang akan kita buat (point, line, polygon).
2. Kemudian feature class mendefinisikan dari feature type, jika point maka akan tersedia
point, jika line akan tersedia pilihan seperti highway, dan jika polygon akan tersedia
pilihan seperti building.
3. Stereo Plotter merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan titik
koordinat dari fitur plottingan. Point, line ,dan polygon yang ingin dicari.
4. Stereo plotter bertujuan untuk mendapatkan koordinat dan mengetahui hasil koordinat
antara foto udara yang telah dilakukan pertampalan.
5. Praktikum Stereo Plotter harus dilakukan dengan seteliti mungkin, agar kemudian objek
yang ingin dilakukan stereo plotting memiliki kemiripan antara fotoyang telah dilakukan
orientasi luar.
6. Fitur plotting terdapat 3 jenis :
• Point, meliputi semua objek grafis atau geografis dan pada umumnya selalu
dikaitkan dengan penggunaan koordinat sumbu X dan Y.
• Line, merupakan bentuk geometri yang dibangun dengan menggunakan segmen-
segmen lurus dan terbentuk oleh dua titik koordinat atau lebih.
• Polygon, Pada proses stereo plotter diguanakan untuk proses digitasi objek yang
memiliki luasan. dapat digambarkan sebagai suatu objek tertutup yang memiliki
luasan.
STEREO PLOTTER 22
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2016. Apa Itu Ground Control Point (GCP).
http://aerogeosurvey.com/2016/09/08/apa-itu-ground-control-point-gcp/. Diakses pada 24
Oktober 2019
Donald Moe, A.S. 2010. Self Calibration of Small and Medium Format Digital Camera.
http://www.efoto.eng.uerj.br/en diakses pada 22 Oktober 2019.
STEREO PLOTTER 23