Dosen :
Oleh:
BANDUNG
2021
LANDASAN TEORI
1. FOTOGRAMETRI
Secara umum fotogrametri dapat diartikan sebagai suatu keahlian untuk
mendapatkan informasi dari obyek-obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui
fotoudara. Informasi dari obyek-obyek fisik dan keadaan disekitarnya diperoleh
melalui serangkaian proses pengolahan, pengukuran, dan penafsiran pada foto udara.
Foto udara adalah citra fotografik yang diperoleh dari hasil peliputan menggunakan
kamera yang dipasang pada suatu wahana (pesawat, balon, dll) di udara.
Pemotretan dilakukan mengikuti garis jalur terbang yang telah ditentukan pada
peta kerja. Jalur-jalur terbang biasanya didesain dengan orientasi lapangan pada arah
Utara-Selatan atau Timur Barat yang sejajar satu sama lain.
Ditinjau dari jenis foto udara yeng dihasilkan dari hasil pemotretan
menggunakan suatu kamera, jenis foto udara dibedakan menjadi: foto udara metrik
dan foto udara format kecil. Foto udara metrik diperoleh dari hasil pemotretan
menggunakan kamera metrik, sedangkan foto udara format kecil diperoleh dari hasil
pemotretan menggunakan kamera biasa.
Dari segi geometrik, karakteristik foto udara hasil dari suatu pemotretan
dibedakan menjadi : foto udara tegak (near vertical), foto udara miring (low oblique),
dan foto udara sangat miring (hight oblique). Foto udara yang diperoleh dari hasil
pemotretan udara memiliki proyeksi yang sentral artinya semua obyek yang terliput
pada foto udara sinar proyeksinya menuju ke pusat proyeksi yaitu pusat lensa kamera.
Peta mempunyai sifat proyeksi yang orthogonal.
2. Triangulasi Udara
Titikkontrolplanimetrik (X,Y)
Titikkontroltinggi (h)
Model stereo
h
X,Y,h
X,Y
h
Dalam orientasi absolut, setiap model minimal membutuhkan minimal titik control
planimetrik (x,y) titik control tinggi (h).
3. Tahapan Triangulasi Udara
Tahap-1 : Pembentukan unit satuan dasar :
Berkas (bundle)
Model
Jalur (strip)
berkas
model
jalur
Tahap-2 :
Titik-titik sekawan pada masing-masing daerah overlap (pada satuan dasar:
berkas, model, jalur) digabungkan/ disambung sehingga membentuk suatu
‘superstruktur’ yang melingkupi daerah yang lebih luas.
Tahap-3 :
A B
1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
D C
11 X
Dimana :
X x Tx
[] [] [ ]
Y =S. R
Z
y
z
+ Ty
Tz
dimana :
S = factor skala
R = matriks rotasi
Z
z
TZ
Y
TX
TY
x
X
Gambar – 1.3.2.aSistemkoordinat 3-D : XYZ , xyz;
rotasi : , translasi : TX,TY,TZ
Gambar-1.3.2.a, mengilustrasikan suatu titik yang berada pada system
koordinat xyz akan ditransformasi kan kedalam system koordinat XYZ. Proses
pengimpitan system salib sumbu xyz XYZ meliputi rotasi pada sumbu x(), rotasi
pada sumbu y(), rotasi pada sumbu z(), dan translasi pada arah sumbu x (T X),
translasi pada arah sumbu y (Ty), translasi pada arah sumbu z (Tz).
Gambar – 1.3.2.bSistemkoordinat 3-D XYZ dan xyz
1. Rotasi
2. Penskalaan dan translasi
Ketika digunakan dengan benar, GCP sangat meningkatkan akurasi global peta
drone Anda. Artinya, mereka membantu memastikan bahwa garis lintang dan bujur
titik mana pun di peta Anda secara akurat sesuai dengan koordinat GPS yang
sebenarnya. Ini penting dalam situasi di mana pemetaan presisi dan akurasi global
yang sebenarnya diperlukan. Seperti yang telah disebutkan di atas, perusahaan survei
umumnya menggunakan GCP, karena tingkat akurasi global yang tinggi penting
dalam sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan. Desain virtual dan konstruksi
adalah sektor lain yang sering membutuhkan tingkat pemetaan dengung presisi ini.
Setiap proyek pemetaan drone adalah unik, dan tidak semua proyek
memerlukan tingkat akurasi global yang tinggi. Karena itu, penting untuk menilai
setiap proyek secara individual sebelum Anda memutuskan untuk mengambil langkah
ekstra menggunakan GCP. Namun secara umum, proyek seperti overlay geo-
referensi, dokumen desain dan survei judul tanah mendapat manfaat dari penggunaan
ground control point. Dalam posting yang akan datang, kami akan melihat lebih
dalam pada jenis proyek mana yang paling sesuai untuk menggunakan GCP.
Kesimpulan dalam Mengetahui apa maksud dan fungsi GCP dalam pemetaan udara
Gunakan minimal 4 GCP dalam aplikasi pemetaan drone aerial: sebagai contoh
software DroneDeploy membutuhkan minimal 4 GCP. Masing-masing harus
berukuran setidaknya 100cm.Kecuali untuk peta yang lebih besar.
Sebarkan GCP secara merata di area wilayah yang akan anda petakan , Untuk
sebagian besar peta ukuran sedang, kami menyarankan 5 GCP, satu terletak di
dekat setiap sudut dan satu terletak di tengah. Juga, pastikan GCP diberi jarak
yang cukup berjauhan, untuk menghindari kebingungan. Sebagai aturan umum,
jika Anda dapat melihat lebih dari satu GCP dalam sebuah gambar, mereka terlalu
berdekatan.
Buat zona buffer di sekeliling batas peta Anda: Kami menyarankan zona buffer di
antara tepi peta Anda dan GCP. untuk memastikan ada cukup cakupan gambar
untuk melakukan pemrosesan ulang. Ukuran zona buffer Anda harus berada di
antara 50-100 kaki, tergantung pada tumpang tindih penerbangan Anda. Overlap
yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak gambar dan umumnya membutuhkan
lebih sedikit buffer zone.
Waspadai perubahan ketinggian: Jika area yang dipetakan memiliki perubahan
elevasi yang nyata seperti bukit dan lembah, pastikan untuk menempatkan
setidaknya satu GCP pada setiap elevasi utama yang berbeda.
Pastikan GCP tidak terhalang: Obstruksi visual seperti overhang, salju, bayangan
atau silau membuat titik kontrol tanah sulit diidentifikasi pada peta.
Ketahui kode EPSG: Sebelum memproses peta harus memasukkan kode EPSG
yang terkait dengan pengukuran GPS Anda. Pilih kode EPSG Anda dengan
memodifikasi pengaturan perangkat pengukuran GPS Anda. Dalam kebanyakan
kasus, kami merekomendasikan menggunakan WGS84 (EPSG: 4326).
9. Orientasi Eksternal (EO)
Orientasi Eksternal (EO) adalah orientasi kamera dalam ruang yang terdiri dari
enam parameter yang menggambarkan posisi sistem koordinat dari kamera yang
digunakan untuk pemotretan udara (Aulejtner, 2011). Parameter-parameter itu yakni
koordinat posisi principal point (X, Y, Z) dan rotasi (omega, phi, kappa) dari titik
pusat foto (Rizaldy dan Wildan, 2012). Adanya parameter rotasi kamera untuk setiap
foto yang dihasilkan disebabkan oleh ketidaksempurnaan posisi terbang pesawat pada
saat pemotretan.
Parameter omega (ω). Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan roll
pada pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu X.
Parameter phi (φ). Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan pitch pada
pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu Y.
Parameter kappa (κ). Parameter ini bertujuan untuk mengkoreksi gerakan yaw
pada pesawat yang menyebabkan foto berotasi terhadap sumbu Z.
Teknik ini dilakukan apabila foto udara telah melalui proses triangulasi udara.
Penentuan orientasi ini bertujuan untuk menentukan parameter yang berkaitan dengan
sistem koordinat foto dan ruang obyek dimana membutuhkan sebaran titik-titik
kontrol (GCP) secara proporsional pada derah pengamatan. Pelaksanaannya mirip
dengan prinsip metode pemotongan kemuka (Prasetyo.Y, 2007 dalam Nugroho,
2009).
2. Direct GeoreferencingTeknologi GNSS dan IMU yang terpasang pada kamera saat
diterbangkan juga dapatmenghasilkan enam parameter orientasi eksternal. GNSS
yang umumnya disebut juga dengan pengamatan GPS ini menggunakan metode
pengamatan relatif kinematik atau diferensial kinematik (Jacobsen, 2004).
Pengamatan ini menggunakan minimal dua buah receiver yang salah satunya
berupa titik yang harus diketahui koordinat tiga dimensinya dan pengamat (rover)
dalam keadaan bergerak (Abidin, 2006).
Pengadaan data koordinat model dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut :
a. Dengan menggunakan alat stereo plotter. Hasil pengukuran dengan stereo plotter
adalah koordinat model dengan sisitem koordinat yang independent (bebas).
Pengadaan data koordinat foto Pengadaan data koordinat foto dilakukan dengan
menggunakan alat komparator. Hasil pengukuran dengan komparator ini berupa
koordinat komparator yang selanjutnya diubah ke sistem koordinat foto.
a. Image digital;
b. Interior Orientation;
c. Exterior Orientation;
Studi berikutnya mulai terfokus pada penggunaan DSM dari data LiDAR
seperti yang dilakukan oleh Liu et al. (2007), Barazzetti et al. (2007) dan Oliveira &
Galo (2013). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan data ketinggian dari LiDAR
dapat dimanfaatkan untuk memproduksi true-orthophoto. Penggunaan wahana UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) dalam teknologi akuisisi data foto udara serta
berkembangnya pengolahan untuk menghasilkan data ketinggian dengan metode
dense matching atau image matching, mendorong modifikasi dalam pembentukan
true-orthophoto menggunakan input data ketinggian yang berbeda. Penelitian yang
dilakukan oleh Barazzetti et al. (2014) menunjukkan hasil cukup baik, karena pada
data UAV terdapat multiple images, sehingga permasalahan occluded areas dapat di
refilling dengan image yang lain. Belum diketahui jika metode tersebut diterapkan
pada data hasil akuisisi fotogrametri dengan kamera udara metrik.
Permasalahan dalam Produksi Orthophoto
1. Ghost images, yaitu efek pada data orthophoto berupa atap bangunan yang
tumpang tindih dengan bagian bawah bangunan sehingga terlihat dua.
2. Occlusion dan building lean, adanya fitur atau objek pada orthophoto yang
terdistorsi dari lokasi yang seharusnya. Distorsi tersebut menyebabkan bangunan
tinggi terlihat rebah hingga ke jalan atau fitur lain yang lebih rendah.
4. Orthorektifikasi yang tidak sempurna karena model ketinggian yang tidak akurat,
5. Refilling occluded area yang tidak sempurna, hal ini dapat dipengaruhi oleh
presentasi overlap dan sidelap dari foto udara, terutama jika di area urban terdapat
bangunan yang tinggi, perencanaan misi sebelum akuisisi perlu diperhatikan.
6. Perbedaan akurasi geometri dari orthophoto yang berdekatan, hal ini dapat
disebabkan oleh koreksi distorsi lensa yang kurang sempurna, besarnya distorsi
akan mempengaruhi posisi objek pada bidang foto. Pemasalahan lainnya yaitu
adanya
7. Perbedaan radiometrik padaorthophoto yang berdekatan, berupa perbedaan
kecerahan diantara fitur yang ada pada scene yang berbeda akan mempengaruhi
hasil mosaik.Ragam Input Model Elevasi untuk Produksi True-orthophoto
DSM atau disebut pula Model Permukaan Digital adalah model permukaan
bumi dengan menggambarkan seluruh objek permukaan bumi yang terlihat. Objek
bangunan, vegetasi yang menutupi tanah dan objek tanah yang terbuka termasuk
dalam data tersebut. Kenampakan DSM akan menggambarkan bentuk permukaan
bumi seperti keadaan nyata yang terlihat dari foto.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/vdocuments.in_triangulasi-udara%20(1).pdf