ABSTRAK
Salah satu perkembangan teknologi yang sangat pesat di bidang pemetaan adalah
penggunaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lebih sering disebut dengan
pesawat tanpa awak (drone). Pesawat tanpa awak ini merupakan teknologi yang sedang
banyak digunakan untuk pekerjaan pemetaan fotogrametri. Ketersediaan sensor dan
perangkat lunak yang semakin sederhana serta drone yang telah dilengkapi kamera dan GPS
telah memungkinkan untuk mengkombinasikan gadget dan drone yang memudahkan
proses pengambilan data pemetaan secara autopilot. Pengambilan foto pada penelitian ini
menggunakan wahana DJI Phantom dengan model kamera FC330. Perangkat lunak untuk
flight planning (perencanaan jalur terbang) menggunakan aplikasi berbasis android
DroneDeploy. Proses pengolahan data hasil foto udara untuk menghasilkan mozaik ortofoto
menggunakan perangkat lunak Agisoft Metashape Professional.
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sampai saat ini, drone sebagian besar dikembangkan dan digunakan untuk
aplikasi militer. Drone dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan
gelombang radio. Microcomputer ditanamkan pada drone sebagai navigasi
autopilot sehingga penerbangan tidak banyak melibatkan pilot secara manual.
Biaya sensor yang murah memungkinkan penggunaan drone di bidang non
militer, terutama drone yang lebih kecil sangat memungkinkan untuk digunakan
pada kegiatan pemetaan.
Dalam rangka mendukung kegiatan pemetaan skala besar maupun skala kecil,
saat ini banyak dilakukan proses pengambilan foto udara dengan menggunakan
wahana unmanned aerial vehicle (UAV) atau yang lebih dikenal dengan nama
drone atau pesawat tanpa awak. Pemanfaatan drone dalam pemetaan dengan
metode fotogrametri merupakan metode survei pemetaan yang sangat efektif
karena dapat memotret cakupan wilayah yang luas dari jarak dekat dan memiliki
ketelitian yang cukup tinggi hanya dalam waktu yang singkat.
Dalam melakukan pemotretan foto udara menggunakan drone, dibutuhkan
berbagai macam rencana yang harus dilakukan sebelum melakukan pemetaan.
Rencana yang harus dilakukan sebelum melakukan pemetaan dengan drone
antara lain adalah perencanaan jalur terbang yang meliputi pengaturan side
overlap, front overlap, dan pengaturan tinggi terbang. Penggunaan Global
Positioning System (GPS) memungkinkan untuk mempertahankan posisi terbang
drone dengan global reference system hampir di semua lokasi di dunia secara real
time. GPS dapat memudahkan pengambilan data pemetaan dengan aman melalui
perencanaan jalur terbang (flight planning) dengan menggunakan perangkat
lunak yang compatible dengan drone pada gadget yang dipilih.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat perencanaan jalur terbang yang aman.
2. Bagaimana mengidentifikasi data untuk pemetaan setelah perencanaan jalur
terbang selesai.
3. Bagaimana hasil peta mozaic orthofoto yang diperoleh.
1.3. Batasan Masalah
Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan drone komersial DJI Phantom 4.
2. Menggunakan perangkat lunak perencanaan jalur terbang DroneDeploy.
3. Pemetaan dilakukan pada ketinggian 125 meter.
4. Posisi kamera pada saat pengambilan data adalah vertical 90° ke bawah.
5. Hasil pengolahan data berupa peta mozaik ortofoto.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan bagi pengguna drone untuk memilih aplikasi
perencanaan jalur terbang pada gadget yang praktis, mudah, dan aman.
2. Pembuatan mozaik ortofoto untuk meningkatkan ketelitian geometrik.
Manfaat Penelitian adalah :
1. Memanfaatkan drone DJI Phantom 4 sebagai alat untuk pengambilan data
pemetaan.
2. Memanfaatkan perangkat lunak DroneDeploy dalam membuat perencanaan
jalur terbang (flight planning).
3. Mengoptimalkan teknologi drone yang sedang berkembang di masyarakat
dalam rangka penelitian di bidang pemetaan.
4. Memanfaatkan perangkat lunak Agisoft Metashape Professional dalam
membuat peta mozaik ortofoto.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam implementasi sistem ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mempelajari buku dan media internet tentang perencanaan
jalur terbang pada drone dan peta mozaik ortofoto.
2. Perancangan
Melakukan perancangan jalur terbang menggunakan aplikasi dan konfigurasi
serta integrasi antara data dengan sistem.
3. Uji Coba
Melakukan uji coba untuk menguji apakah sistem integrase benar-benar
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Evaluasi
Hasil uji coba akan dievaluasi untuk pengembangan pemetaan selanjutnya.
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Fotogrametri
Menurut Wolf (1989) dalam Bambang Syaeful Hadi (2007), fotogrametri
adalah suatu seni, pengetahuan, dan teknologi untuk memperoleh informasi yang
dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan di sekitarnya melalui
proses perekaman, pengamatan, atau pengukuran dan interpretasi citra fotografis
atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik. Berdasarkan pengertian
tersebut, terdapat 2 (dua) aspek penting fotogrametri, yaitu : aspek fotogrametri
metrik dan fotogrametri interpretatif. Fotogrametri metrik adalah proses
pengukuran yang cermat berdasarkan foto dan sumber informasi lainnya yang
pada umumnya digunakan untuk menentukan lokasi titik-titik pengukuran secara
relatif sehingga dimungkinkan untuk memperoleh ukuran jarak, sudut, luas,
volume, elevasi, ukuran, dan bentuk obyek. Sedangkan fotogrametri interpretatif
adalah pengenalan dan identifikasi obyek serta menilai arti pentingnya obyek
tersebut melalui suatu analisis sistematik dan cermat.
Menurut Arry Prasetya (2010), fotogrametri adalah suatu metode pemetaan
objek-objek di permukaan bumi yang menggunakan foto udara sebagai media,
dimana dilakukan penafsiran objek dan pengukuran geometri untuk selanjutnya
dihasilkan peta garis, peta digital maupun peta foto. Secara umum fotogrametri
merupakan teknologi geo-informasi dengan memanfaatkan data geospasial yang
diperoleh melalui pemotretan udara. Gambaran umum alur pembuatan geo-
informasi menggunakan metode fotogrametrik dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Pemotretan Udara Foto Udara Restitusi Foto
Titik
Kontrol
Geo-Informasi Plottin Foto Udara Terorientasi Tanah
g
Gambar 1. Alur pembuatan geo-informasi dengan metode fotogametri
2.2. Foto Udara
Foto Udara adalah citra fotografi hasil perekaman dari sebagian permukaan
bumi yang diliput dari pesawat udara pada ketinggian tertentu menggunakan
kamera tertentu. Foto udara memiliki ciri-ciri : skala pada foto udara sama untuk
satu lembar foto, sistem proyeksi perspektif, semua aspek terlihat, dan tidak ada
legenda atau simbol. Foto udara berdasarkan jenis kamera ada dua macam, yaitu
foto udara metrik dan foto udara non metrik. Foto udara metrik, yaitu foto udara
yang diambil dengan kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm). Foto
udara jenis ini sangat tinggi ketelitiannya karena kamera foto dibuat khusus untuk
keperluan pemetaan dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang sangat
baik dan dilengkapi dengan titik-titik bantu yang diketahui koordinatnya (fiducial
mark). Sedangkan foto udara non metrik adalah foto udara yang diperoleh dengan
menggunakan kamera yang umum digunakan untuk pemotretan.
Berdasarkan sudut kamera (sudut pengambilan gambar), foto udara dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu foto udara tegak (vertical), foto udara miring
(oblique), dan foto udara sangat miring (high oblique). Foto udara tegak (vertical)
merupakan foto udara yang pada saat pengambilan foto sumbu kamera tegak lurus
dengan permukaan bumi. Foto udara miring (oblique) adalah foto udara yang
pada saat pengambilan foto sumbu kamera berada pada posisi miring atau
membentuk sudut tertentu. Sedangkan foto udara sangat miring (high oblique)
adalah foto udara yang dihasilkan pada saat proses pengambilan foto sumbu
kamera berada pada posisi sangat miring. Jenis foto udara berdasarkan sudut
kamera dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2. Jenis foto udara berdasarkan sudut kamera (Wolf (1993) dalam Dany
Laksono (2019))
2.3. Penerbangan Tanpa Awak
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak, adalah sebuah
mesin terbang dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau tanpa pilot (autopilot) dan
mampu membawa muatan tertentu. Pesawat tanpa awak atau yang lebih dikenal
dengan sebutan drone banyak digunakan untuk keperluan militer maupun
keperluan non militer (sipil). Dalam kegiatan pemetaan, drone harus memiliki
kriteria sebagai berikut :
1. Kamera
Kamera pada drone berfungsi sebagai mata, yaitu membantu navigasi pilot
saat menerbangkan drone dan pada saat mengambil data yang dibutuhkan.
2. Remote Control
Membantu pilot dalam mengendalikan pergerakan drone selama terbang.
3. Ground Station
Gadget yang berfungsi untuk melihat secara actual obyek yang ditangkap oleh
kamera. Gadget dapat berupa tablet, pad, atau smartphone yang mampu
menjalankan aplikasi perencanaan jalur terbang.
4. Autopilot System
Fitur yang ada pada perangkat lunak perencanaan jalur terbang. Sistem
autopilot ini sangat membantu saat kegiatan pemetaan menggunakan drone.
5. Perangkat Lunak Pemetaan
Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah hasil pemotretan dengan
drone sehingga menjadi peta mozaik ortofoto.
6. GPS
Sensor GPS berfungsi untuk mengetahui posisi drone pada saat terbang baik
secara autopilot maupun kendali secara manual.
2.4. Orthofoto
Ortofoto berbeda dengan foto udara. Pada foto udara masih mengandung
distorsi yang disebabkan oleh sistem proyeksi foto udara yang masih perspektif
sehingga foto udara belum dapat digunakan untuk pengukuran karena tidak
mempunyai skala yang seragam. Sedangkan ortofoto secara planimetrik sudah
ada koreksi terhadap distorsi yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh sistem proyeksi
pada ortofoto adalah orthogonal dan dapat dijadikan untuk pengukuran karena
ortofoto memiliki skala yang seragam.
Ortofoto dapat didefinisikan sebagai foto yang menyajikan gambaran obyek
pada posisi ortografik yang benar. Perbedaan utama antara ortofoto dengan peta
adalah bahwa ortofoto terbentuk gambar kenampakan sedangkan peta
menggunakan garis dan simbol yang digambarkan sesuai dengan skala untuk
mencerminkan kenampakan (Randy Alihusni Wardana, 2016). Ortofoto dapat
digunakan sebagai peta untuk melakukan pengukuran langsung atas jarak, sudut,
posisi, dan daerah tanpa melakukan koreksi bagi pergeseran letak gambar.
2.5. Mosaik Ortofoto
Pembuatan model ortofoto dimaksudkan untuk dapat melihat daerah yang
direkam secara keseluruhan, baik dari foto asli maupun foto yang telah
mengalami rektifikasi. Mosaik ortofoto adalah gabungan dari dua atau lebih foto
udara yang saling bertampalan sehingga terbentuk paduan citra (image) yang
berkesinambungan dan menampilkan daerah yang luas.
III. Pembahasan
3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan atau data yang digunakan adalah foto udara format kecil yang sudah
memiliki sistem referensi sebagai hasil integrasi dengan GPS yang terpasang di
wahana UAV. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah drone DJI
Phantom 4 untuk melakukan pemotretan, GPS yang sudah terpasang pada wahana
UAV untuk menentukan posisi obyek penelitian, software DroneDeploy untuk
membuat perencanaan jalur terbang dan pengambilan data di lapangan, software
Agisoft Metashape Professional untuk melakukan pengolahan data hasil foto
udara.
3.2. Perencanaan Jalur Terbang dan Implementasinya
Perencanaan jalur terbang sangat penting dalam kegiatan pemetaan
menggunakan pesawat tanpa awak (drone). Perencanaan jalur terbang diperlukan
untuk memastikan bahwa drone dapat menangkap gambar yang dibutuhkan pada
waktu yang tepat dan posisi yang tepat. Selain itu, perencanaan jalur terbang juga
penting karena drone tidak dapat terlihat setiap saat pada waktu terbang sehingga
perlu adanya pengendalian terhadap drone agar dapat selalu terlihat posisinya
terutama di daerah yang luas cakupannya. Perencanaan jalur terbang selain dapat
mengendalikan drone juga dapat digunakan untuk menjaga keamanan drone.
Semakin tinggi penerbangan drone, maka akan semakin luas wilayah yang
dapat dijangkau. Namun, semakin tinggi penerbangan drone, tingkat akurasi dan
kedetilan obyek yang difoto akan semakin kecil. Gambaran tentang penerbangan
wahana pesawat tanpa awak (drone) dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Pengolahan Data
Seleksi Foto Udara Foto Udara Format Kecil
Foto Udara
4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan setelah penelitian selesai dilaksanakan dan
memungkinkan berguna untuk penelitian selanjutnya, antara lain :
1. Pada perencanaan jalur terbang dan pemotretan udara menggunakan wahana
pesawat tanpa awak sebaiknya menggunakan titik kontrol yang banyak dan
menyebar untuk meminimalisir kesalahan geometrik.
2. Sistem yang telah ada dapat digunakan untuk menganalisa faktor-faktor lain
yang mempengaruhi perencanaan jalur terbang drone.
3. Pemotretan udara sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari atau sore hari.
4. Setelah pengambilan data foto udara sebaiknya langsung diolah agar dapat
langsung diketahui apabila terjadi kekurangan data.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syauqani, Sawitri Subiyanto, dan Andri Suprayogi. 2017. Pengaruh Variasi Tinggi
Terbang Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Quadcopter DJI
Phantom 3 Pro Pada Pembuatan Peta Orthofoto (Studi Kasus Kampus Universitas
Diponegoro). Jurnal Geodesi Undip Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 ISSN : 2337-
845X. Universitas Diponegoro, Semarang.
Hadi, B.S. 2007. Dasar-dasar Fotogrametri. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Laksono, Dany. 2019. Drone Flight Planning. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Laksono, Dany. 2019. Drone Flight Data Processing. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Laksono, Dany. 2019. Konsep Dasar Fotogrametri dengan UAV. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada.
Prasetya, A. 2010. Konsep Dasar Pemetaan Fotogrametri.
http://arryprasetya.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-pemetaan-fotogrametri.html,
diakses pada 15 Maret 2019.
Wardana, Alihusni, Randy. 2016. Tutorial Agisoft Photoscan : Orthomosaic Foto Udara.
https://id.scribd.com/document/345929725/Tutorial-Agisoft-Photoscan, diakses pada
19 Maret 2019.
Wikipedia. 2018. Fotogrametri.
https://id.wikipedia.org/wiki/Fotogrametri, diakses pada 15 Maret 2019.