Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dosen Pengampu:
Purwanto, S.Pd., M.Si.

ACARA 6
ANALISIS JANGKAUAN PELAYANAN IBUKOTA KECAMATAN
MENGGUNAKAN METODE BUFFERING DI KABUPATEN BONDOWOSO

Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Idham Akmalani
NIM : 190722638008
Off/Tahun : H/2019

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
6.1 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan proses buffering pada peta Kabupaten
Bondowoso.
2. Mahasiswa mampu membuat peta jangkauan pelayanan ibukota kecamatan
menggunakan metode buffering.
3. Mahasiswa mampu menerapkan analisa buffering untuk pengaruh jangkauan
pelayanan administrasi kecamatan melalui aplikasi ArcGIS.

6.2 DASAR TEORI


1. Pengertian Sistem Informasi Geografis.
SIG merupakan suatu perangkat yang telah berbasiskan teknologi komputer
berupa perangkat lunak dimana, mampu mengerjakan proses pemasukan (input),
penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan mengeluarkan informasi geografis.
Dengan demikian, Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang
memiliki empat komponen di dalamnya dan mampu menangani data yang
bereferensi geografis, yaitu: masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan
dan pemanggilan data), serta analisis dan manipulasi data (Prahasta, 2007).
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Dari kedua
jenis diatas perbedaan yang mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem
informasi manual hanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar
transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan
laporan survei lapangan. Keseluruhan data akan dikompilasikan dan di analisa
secara manual tanpa bantuan komputer. Sedangkan, sistem informasi geografis
otomatis ke semua proses tersebut dilakukan dengan bantuan komputer.
2. Buffering
Dalam Prahasta, (2002) secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona
yang mengarah keluar dari sebuah objek pemetaan apakah sebuah titik, garis, atau
area (polygon). Dengan membuat Buffer, akan terbentuk area yang melingkupi
atau melindungi suatu objek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak
tertentu. Jadi, zona-zona yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk
mengidentifikasi kedekatan-kedekatan spasial suatu objek peta terhadap objek-
objek yang berada di sekitarnya. Bentuk Buffer akan menyesuaikan dengan
bentuk elemen yang ada. Buffer yang terbentuk dari titik biasanya
menggambarkan kondisi mengenai cakupan atau jangkauan pelayanan dari sebuah
fungsi titik tersebut. Sementara unsur-unsur Buffer yang berbentuk garis dan
polygon lebih banyak menggambarkan kondisi dampak dari fenomena yang
terkandung dalam unsur peta.
Fungsi Buffer sering digunakan untuk membuat penyangga dengan suatu
jarak tertentu pada feature titik, garis maupun polygon yang diseleksi. Hasil dari
Buffer ini dapat berupa garis atau feature polygon. Feature yang dipilih dapat
lebih dari satu layer dan dapat lebih dari satu tipe feature. Berikut adalah cara
kerja Buffer:
 Buffer memproses algoritma matematika untuk mengidentifikasi ruang yang
berada di sekitar bentang kenampakan.
 Kenampakan yang dipilih untuk buffering harus melalui beberapa proses
seleksi dan pertimbangan.
 Jarak Buffer dapat berasal dari input langsung, dari atribut dan dari data
lainnya.
 Sebuah garis pada peta dapat digambar dalam banyak arah di sekitar
kenampakan yang terpilih hingga terbentuk sebuah polygon yang solid.
 Sebuah basis data baru yang mengundang data mengenai Buffer dihasilkan
setelah polygon Buffer selesai dibentuk.

Gambar 1. Ilustrasi Kinerja Buffering


Sumber : proarcgis.com
Pada dasarnya metode buffering dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Single Buffer, yaitu metode buffer tunggal yang menghasilkan unsur-unsur
spasial yang berupa poligon tunggal yang memiliki jarak tertentu dari suatu
objek. Jarak antara area ditentukan dari unsur-unsur spasial yang menjadi
masukannya.

Gambar 2. Peta zonasi wilayah endemik penyakit kolera sebagai salah satu contoh analisis
spasial dengan menggunakan metode Single Buffer.

 Multiple Ring Buffer, merupakan salah satu metode buffer yang berfungsi
untuk membuat lebih dari satu buffer dengan jarak interval tertentu dari suatu
objek. Dengan adanya buffer maka akan dapat menghasilkan layer spasial
baru yang berbentuk poligon dengan jarak tertentu dari unsur-unsur spasial
yang menjadi masukannya (Prahasta, 2009).
Gambar 3. Peta zonasi wilayah rawan kriminal sebagai salah satu contoh analisis spasial
dengan menggunakan metode Multiple Ring Buffer.
Kelebihan dan kekurangan dari metode buffer ini diantaranya, yaitu:
 Kelebihan
o Mudah dilakukan buffering berdasarkan feature yang diseleksi.
o Memberikan banyak manfaat dan kegunaan untuk berbagai aplikasi.
o Proses buffering tidak membutuhkan waktu yang lama.
 Kekurangan
o Buffering tidak dapat dilakukan untuk beberapa layer secara langsung,
sehingga proses buffering dilakukan satu per satu.
o Hasil dari beberapa buffering membutuhkan penyusunan atau pengaturan
agar layer tidak tumpang tindih, dalam hal ini tidak terjadi secara otomatis.

6.3 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Laptop
b. Software ArcGIS 10.6.1
2. Bahan
a. Peta digital Administrasi Kabupaten Bondowoso skala 1:350.000
b. Peta digital ibu kota

6.4 METODE
1. Mulai ArcMap dengan klik Start > Programs > ArcGIS > ArcMap 10.6.1Pada
laptop.

2. Loading…

3. Pada saat ArcMap 10.6.1 dijalankan, maka akan terlihat kotak dialog Startup
yang akan memberikan pilihan untuk memulai sebuah sesi pekerjaan. Kita
dapat memilih antara lain : membuka Map baru (open new map), membuka
format yang telah disediakan (template), atau membuka sebuah dokumen
yang telah ada atau dokumen yang telah dibuat sebelumnya.
4. Untuk halaman kerja kosong, klik Blank Map dan Ok. Maka tampilannya
akan seperti berikut :

5. Buffering Single Ring


a) Buka Peta ibukota

b) Klik ArcToolbox, lalu klik Analysis tools. Setelah itu klik buffer
c) Pada kotak dialog buffer pada bagian menu isikan sebagai berikut: - Input
Features : Ibukota Kecamatan; - Output Feature Class : Tuliskan nama file
outputnya, - Distance : 500. Klik Ok, tunggu hingga proses selesai.

d) Hasil proses buffer pada data ibukota kecamatan.

6. Multiple Ring Buffer


a) Klik ArcToolbox, lalu klik Analysis tools. Setelah itu pilih Multiple Ring
Buffer
b) Pada kotak dialog buffer pada bagian menu isikan sebagai berikut: -
Input Features : Ibukota Kecamatan; - Output Feature Class : Tuliskan
nama file outputnya, - Distance : isikan nilai jarak buffer, kemudia klik
tanda (+). Klik ok.

c) Sehingga akan menghasilkan produk buffer sebagai berikut

6.5 HASIL
1. Peta Jangkauan Pelayanan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Bondowoso
Radius 3000 m (terlampir).
2. Peta Jangkauan Pelayanan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Bondowoso
Radius 500; 1.000; 2.000; dan 3.000 m (terlampir).

6.6 PEMBAHASAN
Buffer merupakan salah satu fungsi yang terdapat dalam ArcGIS. Dimana
pembuatan buffering biasanya digunakan untuk kepentingan analisis yang
dilakukan berdasarkan jarak atau zona tertentu. Buffer biasanya dibangun dengan
arah keluar untuk melindungi elemen-elemen spasial yang bersangkutan. Analisis
buffer ini digunakan untuk mengidentifikasi jangkauan pelayanan ibukota
kecamatan di kabupaten Bondowoso, dengan menggunakan empat zonasi atau
radius yaitu 500 m; 1.000 m; 2.000 m; dan 3.000 m.
1. Radius 500 m
Pada radius 500 m ditunjukkan oleh warna merah muda. Pada radius ini,
jangkauan pelayanan di ibukota kecamatan hanya menjangkau daerah-daerah
terdekat dari ibukota kecamatan itu sendiri. Sehingga belum mencapai wilayah
pelosok kecamatan. Wilayah di sekitar ibukota kecamatan bisa berupa wilayah
komersial atau juga wilayah permukiman. Biasanya, wilayah sekitar ibukota
kecamatan merupakan wilayah padat penduduk, sehingga akses pelayanan masih
bisa terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
2. Radius 1.000 m
Pada radius 1.000 m ditunjukkan oleh warna hijau muda. Pada radius ini,
jangkauan pelayanan di ibukota kecamatan sudah menjangkau daerah-daerah yang
lebih jauh dari ibukota kecamatan. Pada beberapa ibukota kecamatan, radius
jangkauan pelayanan bersinggungan dengan kecamatan lain. Wilayah di sekitar
ibukota kecamatan bisa berupa wilayah komersial atau juga wilayah permukiman.
Biasanya, wilayah sekitar ibukota kecamatan merupakan wilayah padat penduduk,
sehingga akses pelayanan masih bisa terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
3. Radius 2.000 m
Pada radius 2.000 m ditunjukkan oleh warna biru muda. Pada radius ini,
jangkauan pelayanan di ibukota kecamatan sudah menjangkau daerah-daerah yang
lebih jauh dari ibukota kecamatan. Pada radius ini juga sudah melayani wilayah
agak pelosok, meskipun belum sepenuhnya terlayani. Pada beberapa ibukota
kecamatan, radius jangkauan pelayanan bersinggungan dengan kecamatan lain.
Biasanya, wilayah sekitar ibukota kecamatan merupakan wilayah padat penduduk,
sehingga akses pelayanan masih bisa terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
4. Radius 3.000 m
Pada radius 3.000 m ditunjukkan oleh warna biru muda. Pada radius ini,
jangkauan pelayanan di ibukota kecamatan sudah menjangkau daerah-daerah yang
lebih jauh dari ibukota kecamatan. Pada radius ini juga sudah melayani wilayah
agak pelosok, meskipun belum sepenuhnya terlayani. Pada beberapa ibukota
kecamatan, radius jangkauan pelayanan bersinggungan dengan kecamatan lain.
Biasanya, wilayah sekitar ibukota kecamatan merupakan wilayah padat penduduk,
sehingga akses pelayanan masih bisa terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
Jika dilihat pada peta, persebaran ibukota kecamatan tersebar pada jalan besar
dan wilayah yang cenderung datar. Hal ini dilakukan untuk mempermudah akses
pelayanan di kecamatan. Selain itu juga, kebanyakan penduduk tinggal di wilayah
yang cenderung datar hingga landai, meskipun pada beberapa penduduk, mereka
tinggal di dekat dengan gunung. Kebanyakan penduduk juga tinggal dekat dengan
jalan utama. Karena aksesibilitas yang baik juga akan mempermudah pelayanan.

6.7 KESIMPULAN
Buffer merupakan salah satu fungsi yang terdapat dalam ArcGIS. Dimana
pembuatan buffering biasanya digunakan untuk kepentingan analisis yang
dilakukan berdasarkan jarak atau zona tertentu. Buffer biasanya dibangun dengan
arah keluar untuk melindungi elemen-elemen spasial yang bersangkutan. Dengan
dibuatnya buffer maka akan terbentuk suatu area, poligon atau zona baru yang
melindungi/menutupi objek spasial dengan jarak tertentu.
Analisis menggunakan buffering dapat dilakukan dengan Single Ring Buffer
dan Multiple Ring Buffer, fungsinya hampir sama dengan single ring akan tetapi,
perbedaannya terletak pada penggunaannya untuk analisis bertingkat pada elemen
titik, garis, dan luasan. Analisis buffering ini berfungsi untuk melihat
mengidentifikasi jangkauan pelayanan ibukota kecamatan di kabupaten
Bondowoso, dengan menggunakan empat zonasi atau radius yaitu 500 m; 1.000
m; 2.000 m; dan 3.000 m. . Pada semua radius, jangkauan pelayanan di ibukota
kecamatan sudah menjangkau daerah-daerah yang lebih jauh dari ibukota
kecamatan. Pada radius 2.000 m dan 3.000 m, jangkauan pelayanan sudah
melayani wilayah agak pelosok, meskipun belum sepenuhnya terlayani.
6.8 DAFTAR PUSTAKA
Aqli, Wafirul. 2010. Analisa Buffer dalam Sistem Informasi Geografis untuk
Perencanaan Ruang Kawasan. INSERSIA. 2(1): 192-201.
Prahasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung:
Informatika.
Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar. Bandung:
Informatika.
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar.
Bandung: Informatika.
6.9 LAMPIRAN
1. Peta Jangkauan Pelayanan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Bondowoso
Radius 3000 m

2. Peta Jangkauan Pelayanan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Bondowoso


Radius 500; 1.000; 2.000; dan 3.000 m

Anda mungkin juga menyukai