Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dosen Pengampu:
Purwanto, S.Pd., M.Si.

ACARA 7
ANALISIS ELEVASI KETINGGIAN MENGGUNAKAN METODE
INTERPOLASI IDW DI KABUPATEN BONDOWOSO

Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Idham Akmalani
NIM : 190722638008
Off/Tahun : H/2019

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
7.1 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan proses interpolasi .
2. Mahasiswa dapat menerapkan proses interpolasi untuk memecahkan masalah
spasial.

7.2 DASAR TEORI


1. Pengertian Sistem Informasi Geografis.
SIG merupakan suatu perangkat yang telah berbasiskan teknologi komputer
berupa perangkat lunak dimana, mampu mengerjakan proses pemasukan (input),
penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan mengeluarkan informasi geografis.
Dengan demikian, Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang
memiliki empat komponen di dalamnya dan mampu menangani data yang
bereferensi geografis, yaitu: masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan
dan pemanggilan data), serta analisis dan manipulasi data (Prahasta, 2007).
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Dari kedua
jenis diatas perbedaan yang mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem
informasi manual hanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar
transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan
laporan survei lapangan. Keseluruhan data akan dikompilasikan dan di analisa
secara manual tanpa bantuan komputer. Sedangkan, sistem informasi geografis
otomatis ke semua proses tersebut dilakukan dengan bantuan komputer.
2. Interpolasi
Menurut Burrough and McDonell (1998), interpolasi adalah proses
memprediksi nilai pada suatu titik yang bukan merupakan titik sampel,
berdasarkan pada nilai-nilai dari titik-titik di sekitarnya yang berkedudukan
sebagai sampel. Penentuan nilai baru didasarkan pada data yang ada pada titik-
titik sampel. Tanpa adanya langkah interpolasi ini, maka analisis spasial tidak
dapat dilakukan secara akurat. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
melakukan interpolasi spasial. Menurut Demers (2000), interpolasi spasial dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni global and local interpolation, exact
interpolation and inexact interpolation, deterministic dan stochastic interpolation.
Di antara metode deterministik yang populer adalah Nearest Neighbor, Spline,
Trend, Inverse Distance Weighted (IDW) dan Kriging.
3. Interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW).
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) memiliki asumsi bahwa setiap titik
input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal dan berkurang terhadap jarak.
Pada metode interpolasi IDW pada umumnya dipengaruhi oleh inverse jarak yang
diperoleh dari persamaan matematika. Pengaruh akan lebih besar dari titik input
dengan titik yang lebih dekat sehingga menghasilkan permukaan yang lebih detail.
Namun seiring bertambahnya jarak pengaruh akan semakin berkurang detailnya
dan terlihat lebih halus.
4. Interpolasi Kriging
Metode interpolasi kriging adalah metode interpolasi spasial yang
memanfaatkan nilai spasial pada lokasi tersampel untuk memproduksi nilai pada
lokasi lain yang tidak tersampel. Metode kriging merupakan estimasi stochastic
yang mirip dengan IDW. Dimana menggunakan kombinasi linier dari weight
untuk memperkirakan nilai diantara sampel data. (Yulianto, 2012).
5. Interpolasi Natural Neighbor
Metode interpolasi Natural Neighbor dikenal juga dengan interpolasi sibson
atau “area-Stealing” dimana metode ini bekerja mencari titik-titik yang berdekatan
dengan titik sampel dan mengaplikasikan bobot (weight) pada titik-titik tersebut.
Sifat dasar dari metode interpolasi ini adalah “lokal” dimana hanya menggunakan
sampel yang berada disekitar titik yang ingin di interpolasi. (Junita, 2012).
6. Interpolasi spline
Metode interpolasi Spline adalah salah satu metode interpolsai spasial yang
mengestimasi nilai dengan fungsi matematika yang meminimalisir total
kelengkungan permukaan. Efek stretching yang dimiliki spline sangat berguna
jika kita ingin memperkirakan nilai dibawah nilai minimum dan nilai diatas nilai
maksimum yang mungkin ditemukan dalam data set yang digunakan.

7.3 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Laptop
b. Software ArcGIS 10.6.1
2. Bahan
a. Peta digital Administrasi Kabupaten Bondowoso skala 1:350.000
b. Peta digital titik acuan ketinggian.
c. Data ketinggian permukaan.

7.4 METODE
1. Mulai ArcMap dengan klik Start > Programs > ArcGIS > ArcMap 10.6.1Pada
laptop.

2. Loading…

3. Pada saat ArcMap 10.6.1 dijalankan, maka akan terlihat kotak dialog Startup
yang akan memberikan pilihan untuk memulai sebuah sesi pekerjaan. Kita
dapat memilih antara lain : membuka Map baru (open new map), membuka
format yang telah disediakan (template), atau membuka sebuah dokumen
yang telah ada atau dokumen yang telah dibuat sebelumnya.
4. Untuk halaman kerja kosong, klik Blank Map dan Ok. Maka tampilannya
akan seperti berikut :

5. Tampilkan peta administrasi, dan data titik ketinggian Kabupaten


Bondowoso.
6. Masukan data Atribute ketinggian.

7. Setelah selesai lakukan proses interpolasi dengan pilih ArcToolBox. Setelah


itu klik Spatial Analysis Tools > Interpolation > IDW maka akan muncul
jendela IDW.

8. Pada kotak dialog tersebut masukan


a) Input point feature untuk data *.shp titik ketinggian (ibukota kecamatan).
b) Z values diisi data elevasi, output raster untuk nama file dan direktori
penyimpanan.
c) Untuk memotong data raster IDW sesuai dengan wilayah Kabupaten
Bondowoso gunakan fungsi Extract By Mask pada ArcToolBox. Caranya
klik Spatial Analysis Tools kemudian pilih Extract By Mask.

d) Masukkan data hasil interpolasi IDW sebelumnya kedalam Input Raster


kemudian Admin_Bondowoso pada Input raster or feature mask data.
Sesuaikan nama baru dan direktori penyimpanan pada Output raster
kemudian klik OK.
7.5 HASIL
1. Peta Elevasi Ketinggian Kabupaten Bondowoso dengan Metode Interpolasi
IDW (terlampir).

7.6 PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil dari proses interpolasi dengan metode
Inverse Distance Weighted (IDW). Pada setiap metode akan dijelaskan parameter
yang bisa diubah, perhitungan statistik dan peta dari hasil interpolasi. Dalam
interpolasi dengan menggunakan metode IDW, terdapat dua parameter yang bisa
dipelajari yaitu power dan jumlah sampel. Power dapat digunakan untuk
menentukan pentingnya nilai sampel data pada perhitungan interpolasi. Interpolasi
lokal bisa dirubah menjadi interpolasi global dengan merubah power. Power yang
lebih tinggi akan menjadikan kurangnya pengaruh dari sampel data sekitarnya dan
hasil interpolasi menjadi lebih detail.
Interpolasi elevasi ini didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bondowoso, dengan acuan ibukota kecamatan dan titik-titik tertentu yang di plot
menggunakan Google Earth. Peta interpolasi ini menghasilkan tingkat elevasi
dengan tingkatan 0 – 7 berdasarkan titik-titik koordinat yang sebelumnya telah
mengalami digitasi. Selain itu elevasi ketinggian Kabupaten Bondowoso
dipengaruhi oleh bentang alam sekitar Kabupaten Bondowoso, seperti Kabupaten
Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten
Situbondo.
Tidak mudah membuat peta elevasi menggunakan metode interpolasi, karena
harus diketahui betul data elevasi didaerah sekitar objek supaya data yang
dihasilkan valid. Dari proses interpolasi ini menghasilkan elevasi dengan
tingkatan 0 – 7 golongan, yang kemudian di klasifikasikan menurut warna seperti
peta pada umumnya, yaitu hijau untuk daratan dengan elevasi rendah; kuning dan
oranye untuk elevasi sedang; merah hingga ke cenderung memutih untuk elevasi
yang lebih tinggi.

7.7 KESIMPULAN
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) memiliki asumsi bahwa setiap titik
input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal dan berkurang terhadap jarak.
Pada metode interpolasi IDW pada umumnya dipengaruhi oleh inverse jarak yang
diperoleh dari persamaan matematika. Pengaruh akan lebih besar dari titik input
dengan titik yang lebih dekat sehingga menghasilkan permukaan yang lebih detail.
Interpolasi elevasi ini didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bondowoso, dengan acuan ibukota kecamatan dan titik-titik tertentu yang di plot
menggunakan Google Earth. Tidak mudah membuat peta elevasi menggunakan
metode interpolasi, karena harus diketahui betul data elevasi didaerah sekitar
objek supaya data yang dihasilkan valid.
7.8 DAFTAR PUSTAKA
Aqli, Wafirul. 2010. Analisa Buffer dalam Sistem Informasi Geografis untuk
Perencanaan Ruang Kawasan. INSERSIA. 2(1): 192-201.
Pramono, G. H., 2008, Akurasi Metode IDW dan Kriging untuk Interpolasi
Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros Sulawesi Selatan, Forum Geografi,
Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 145-158.
Purwanto. 2013. Aplikasi Sistem Informasi Geografis ArcGIS 10. Malang;
Universitas Negeri Malang
7.9 LAMPIRAN
Peta Elevasi Ketinggian Kabupaten Bondowoso dengan Metode Interpolasi IDW

Anda mungkin juga menyukai