PEMBAHASAN
utama, sehingga koreksi radiometrik juga dikenal untuk mengurangi atau bahkan dapat
menghilangkan gangguan (distorsi) yang ditimbulkan oleh atmosfer.
Koreksi radiometrik mempunyai asumsi bahwa nilai piksel terendah pada suatu
kerangka liputan (scene) seharusnya bernilai nol (null value) sesuai dengan bit coding
sensor. Apabila nilainya tidak nol, maka nilai penambah (nilai bias=offset) tersebut
dipandang sebagai hasil hamburan atmosfer. Koreksi ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: metode penyesuaian histogram, metode penyesuaian regresi,
metode kalibrasi bayangan maupun metode yang lainnya (Danoedoro 1996; Jensen1986).
Masing-masing metode mempunyai keunggulan.
Pada penelitian ini koreksi yang digunakan adalah metode penyesuaian histogram
(histogram adjustment). Alasan pemilihan metode ini adalah 1) metode ini cukup
sederhana, 2) waktunya cukup singkat dalam pemrosesan, 3) tidak memerlukan
perhitungan matematis yang rumit. Asumsi yang melandasi metode ini adalah setiap
obyek yang memberikan respon spektral paling rendah seharusnya bernilai nol (null
value) apabila nilainya lebih besar dari nol maka nilai tersebut perlu dikoreksi yaitu dengan
jalan mengurangi nilai masing-masing band dengan bias atau nilai minimum yang ada
pada masing-masing band.
Secara teori, hamburan atmosfer yang terjadi semakin besar pada panjang
gelombang yang lebih rendah. Hamburan atmosfer merupakan faktor pengganggu
kemurnian nilai spektral obyek air yang akan memperbesar setiap nilai piksel dalam suatu
liputan citra. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 bab 4. Band 1 (panjang gelombang
biru) mempunyai nilai bias yang paling tinggi yaitu 97 disusul dengan band 2 (panjang
gelombang hijau) dengan nilai bias 58 kemudian band 3 (panjang gelombang merah)
dengan nilai bias 43 disusul dengan band 4 (panjang gelombang inframerah dekat)
dengan nilai bias 16, band 5 dan 7 (panjang gelombang inframerah) dengan nilai bias 12
dan 9.
Setelah dilakukan pengurangan pada tiap-tiap band dengan masing-masing nilai
nilai bias maka nilai minimum spektral setelah koreksi radiometrik adalah nol, seperti
terlihat pada gambar 9 untuk band 1 dan Lampiran 1 untuk band 2-band 5 dan band 7.
Penghilangan nilai bias tersebut berarti telah menghilangkan faktor gangguan atmosfer
pada liputan citra.
50
Secara visual perbedaan citra sebelum dan setelah koreksi radiometrik dapat
dilihat pada Gambar 11. Secara umum gambaran hasil koreksi radiometrik akan
memberikan citra dengan kenampakan visual yang lebih gelap dari citra sebelum koreksi
radiometrik. Hal ini karena seluruh nilai piksel terkoreksi radiometrik mempunyai nilai yang
lebih rendah dari citra sebelum koreksi sehingga memiliki rona yang lebih gelap
dibandingkan dengan citra sebelum koreksi yang disebabkan menurunnya nilai digital
masing-masing piksel setelah dikurangi nilai bias (hamburan atmosfer).
kombinasi band 321. Dari hasil yang diperoleh maka algoritma Van Hengel dan Spitzer
dapat dipergunakan untuk memetakan kedalaman perairan khususnya di perairan pulau
pari.
1 dan proporsi ≥ 0 (dalam hal ini PC1), maka hasil analisis komponen utama menunjukkan
ada 3 kelompok, yaitu:
1. Band 1, band 2 dan band 3; dengan nilai konstanta PC1 antara 0.481-0.506
merupakan band yang paling berpengaruh (komponen utama) sebagai variabel bebas
dalam kandidat model,
2. Band 4 dengan nilai konstanta PC1 0.376 merupakan band yang tidak terlalu
berpengaruh sebagai variabel bebas dalam kandidat model,
3. Band 5 dan band 7 dengan nilai konstanta 0.271-0.299 merupakan band yang tidak
berpengaruh sebagai variabel bebas dalam kandidat model
Berdasarkan sifat panjang gelombang dan didukung dengan hasil analisis korelasi
dan analisis komponen utama maka band yang digunakan dalam model penelitian ini
adalah band 1 (panjang gelombang biru) yang secara teori mempunyai daya tembus pada
kolom air paling besar dibandingkan dengan panjang gelombang lainnya, band 2 (panjang
gelombang hijau) dan band 3 (panjang gelombang merah).
Namun band 1, band 2 dan band 3 berada pada kelompok utama yang sama
dalam PCA artinya masing-masing band memiliki korelasi erat atau bersifat multikolinear
yaitu masing-masing band akan menerangkan peubah bebasnya dengan sama kuat.
Sehingga dalam satu model tidak memungkinkan terdapat variabel bebas lebih dari satu
band komponen utama artinya band yang digunakan adalah band tunggal saja.
Penentuan kandidat model dilakukan dengan regresi antara nilai digital dan
kedalaman pada masing-masing band. Model yang diajukan ada 4 yaitu linear, logaritmik
eksponensial dan power sehingga diperoleh 12 buah kandidat model. Kandidat model dan
koefisien determinasi (R2) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Penentuan model terbaik dilakukan dengan melihat koefisien determinasi (R2)
yang tertinggi kemudian melihat secara visual sisaan yang dihasilkan dari model tersebut.
Hasil koefisien determinasi (R2) antara band 1 dan band 2 bisa dikatakan tinggi karena
lebih dari 0.75, artinya model yang dibuat bisa menerangkan keragaman kedalaman
perairan dangkal sampai lebih dari 75 %. Tetapi kandidat model terkuat adalah band 1
karena secara realitas di lapang kemampuan band 1 untuk berpenetrasi ke dalam kolom
air jauh lebih baik dibandingkan dengan band 2. Kandidat model terkuat tersebut
kemudian dianalisis residual untuk memeriksa asumsi-asumsi yang mendasari model
regresi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain kenormalan (normality), keacakan
56
5.6 Evaluasi Kemampuan Algoritma Van Hengel dan Spitzer serta Model Kedalaman
Nilai Digital Asli Terbaik dalam Menyajikan Informasi Kedalaman Perairan
Citra hasil pengolahan dengan menggunakan algoritma Van Hengel dan Spitzer
(321) dan model Nilai Digital Asli Terbaik sudah tentu menunjukkan hasil yang berbeda.
Walaupun penelitian ini menggunakan citra yang sama dan data primer yang digunakan
juga sama tetapi karena diterapkan algoritma (model) yang berbeda maka memungkinkan
memberikan hasil yang berbeda pula.
Secara umum kedua algoritma ini mampu menunjukkan kedalaman di perairan
Gugus Pulau Pari dengan cukup baik seperti yang ditunjukkan dengan nilai R2 lebih dari
0.80 (0.80 untuk algoritma Van Hengel dan Spitzer (321) dan 0.84 untuk model Nilai Digital
Asli Terbaik). Umumnya untuk penelitian kedalaman perairan yang dilakukan di wilayah
Indonesia angka tersebut tergolong baik. Tetapi apabila dilihat dari nilai galat (error) untuk
masing-masing algoritma maka akan terdapat beberapa perbedaan dari hasil pengolahan
ini sebagaimana dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 15 serta Gambar 16.
Algoritma Van Hengel dan Spitzer (321) menunjukkan nilai galat yang tinggi pada
kedalaman ≤ 3 meter, dengan rata-rata galat lebih dari 40%, bahkan pada beberapa titik
ada yang mempunyai galat 100%. Kemudian rata-rata galat ini menurun seiring dengan
bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman antara 3-6 meter mempunyai rata-rata galat
38%, pada kedalaman 6-9 meter mempunyai rata-rata galat 17%. Rata-rata galat ini
menjadi semakin kecil pada kedalaman lebih dari 9 meter.
Model Nilai Digital Asli mempunyai rata-rata galat yang lebih kecil dari algoritma
Van Hengel dan Spitzer (321) sampai dengan kedalaman 9 meter. Pada kedalaman lebih
dari 9 meter rata-rata galat meningkat kembali.
Dari nilai galat (Tabel 14 dan Gambar 17) Model Nilai Digital Asli memberikan
estimasi yang mempunyai kesalahan lebih kecil pada kedalaman kurang dari 9 meter
57
sedangkan Algoritma Van Hengel dan Spitzer (321) memberikan nilai kesalahan lebih kecil
pada kedalaman lebih dari 9 meter.
5.7 Evaluasi Kemampuan Citra Satelit Landsat-7 ETM+ dalam Menyajikan Informasi
Kedalaman Perairan
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui kekurangan dan kelebihan
Landsat-7 ETM+ dalam mengestimasi kedalaman perairan. Landsat mempunyai band 1,
band 2 dan band 3 yang merupakan band panjang gelombang sinar tampak. Band-band
inilah yang sering digunakan untuk mengestimasi kedalaman perairan karena mempunyai
karakteristik tersendiri. Band biru mempunyai kemampuan berpenetrasi terhadap
kedalaman air paling baik dibandingkan dengan band-band lainnya. Selain itu band biru
juga tidak banyak terpengaruh oleh material dasar perairan dan unsur-unsur fisik laut
seperti konsentrasi sedimen dan kandungan klorofil di perairan. Sehingga band biru
merupakan band yang paling baik dalam mendeteksi kedalaman perairan.
Meskipun band biru pada Landsat-7 ETM+ mempunyai banyak kelebihan, namun
ada beberapa kekurangannya. Ada percampuran panjang gelombang antara spektrum biru
dan spektrum hijau pada band 1 yang mengakibatkan citra band 1 kurang menunjukkan
penetrasi yang maksimal dalam menyadap informasi kedalaman perairan. Demikian juga
pada band 2 terdapat percampuran panjang gelombang antara spektrum hijau dan merah.
Kondisi ini dapat dimaklumi karena Landsat bukanlah satelit yang dikhususkan untuk
observasi kelautan tetapi merupakan satelit untuk invetarisasi darat.
Citra Landsat-7 ETM+ juga memiliki kekurangan dalam hal resolusi spasialnya
terutama untuk aplikasi pemetaan dengan skala yang detail. Resolusi spasial band 1-5
dan band 7 dari Landsat-7 ETM+ adalah 30 meter yang menunjukkan bahwa obyek terkecil
yang dapat direkam oleh sensor adalah obyek yang minimal berukuran 30x30 meter.
Untuk obyek yang berukuran kurang dari itu maka akan digeneralisir dengan obyek lainnya
yang dominan pada luas 30x30 meter. Untuk pemetaan yang bersifat detail atau
memerlukan kedetailan yang lebih baik lagi citra ini kurang tepat untuk digunakan. Karena
satu piksel di citra belum tentu menunjukkan kedalaman yang sama di lapangan. Ukuran
30x30 meter di lapang dapat menunjukkan angka yang sangat bervariasi terutama pada
wilayah perairan yang didominasi oleh terumbu karang atau pada perairan yang
mempunyai kedalaman tidak menurun secara tajam. Resolusi spasial ini lebih cocok
digunakan pada pemetaan kedalaman laut yang memiliki topografi dasar laut yang landai.
58
Metode pemrosesan yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada proses
penajaman citra untuk ekstraksi kedalaman laut dengan menggunakan transformasi
terhadap nilai digital saluran asli. Transformasi ini memegang peranan penting dalam
manipulasi data untuk analisa kualitatif. Transformasi yang digunakan merupakan
transformasi matematis baik untuk algoritma Van Hengel dan Spitzer maupun untuk model
nilai digital asli.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap hasil pengolahan citra, kedua
metode ini menunjukkan hasil yang baik terutama pada wilayah perairan yang mempunyai
topografi dasar relatif landai.