Anda di halaman 1dari 4

TAKE HOME TEST UTS

1. Survei deformasi dan geodinamika dapat dilakukan melalui banyak metoda. Salah satunya
adalah metoda geodetik. Metoda geodetik menggunakan pengukuran secara geometri dan
memiliki output kuantitatif berupa nilai atau besarnya deformasi yang terjadi. Dalam survey
deformasi dan geodinamika, dibutuhkan output dengan ketelitian tinggi. oleh karena itu metode
dan alat yang digunakanpun harus merupakan metoda dan alat yang memberikan ketelitian
tinggi. Misalkan saja metoda sipat datar biasa tidak akan dapat menentukan besarnya
deformasi, utnuk itu digunakan metode sipat datar teliti, selain itu metoda lain yang bida
digunakan adalah menggunakan total station dan GNSS.
2. Aktivitas gunung api adalah suatu fenomena geodinamika dari alam yang menjadi objek menarik
untuk pemantauan dinamika karena ternyata didapatkan fakta bahwa sebelum gunung api
meletus, terjadi aktivitas magma dibawah permukaan bumi yang menyebabkan inflasi dari
pemukaan tanah gunung api tersebut. Besarnya inflasi dapat diukur dengan metoda geodetik.
Inflasi ini terjadi karena akumulasi magma di kerak seingga sering menyebabkan gerakan kecil
permukaan tanah, yang dapat diukur ketika sinyal yang didapat tidak terlalu kecil. Peneliti
menggunakan pergeseran permukaan tanah dan perubahan kecil dalam percepatan gravitasi
untuk mempelajari proses gunung berapi yang sedang aktif dan untuk mencari lokasi tumpukan
magma di bawah gunung berapi aktif. Dengan demikian,hasil pengukuran dari pemantauan
dinamika menggunakan metoda geodetik dapat digunakan untuk mempelajari fenomena
gunung api bahkan untuk selanjutnya diharapkan agar data yang didapatkan juga dapat
digunakan untuk memprediksi waktu meletusnya atau erupsi gunung berapi.
3. Fenomena deformasi dari jembatan menjadi objek menarik untuk pemantauan dinamika
menggunakan metoda geodetik karena jembatan juga mengalami perubahan. Perubahan
tersebut berupa deflasi atau penurunan muka bidang yang umumnya terjadi di jembatan besar
dan panjang yang dilewati ratusan bahkan ribuan kendaraan tiap harinya. Deflasi tersebut
terjadi karena materi apapun yang diberi suatu tekanan pasti akan merespon, bahkan materi
yang menyusun jembatan sekalipun. Tekanan diberikan oleh aktivitas manusia yang melewati
jembatan tersebut. Deflasi akan terus terjadi (misal: di tengah jembatan) sampai suatu saat
jembatan tersebut akan roboh ketika materi yang menyusun jembatan tersebut sudah tidak
dapat lagi memepertahankan bentuknya akibat tekanan yang diberikan. Jika jembatan tersebut
tidak dipantau untuk melihat seberapa besar deflasi yang terjadi maka suatu saat jembatan
tersebut akan roboh tanpa kita sadari dan tentunya akan memakan banyak korban. Untuk itulah
diperlukan adanya pemantauan dinamika dari fenomena deformasi jembatan. Dalam
pemantauan jembatan ini, metode yang sering digunakan adalah metode geodetik. dimana
dengan menggunakan metode ini, maka koordinat ketinggian dari suatu titik di jembatan
tersebut akan diketahui. Jika pengukuran ini dilakukan secara berkala, maka akan didapatkan
besarnya perubahan koordinat ketinggian dari sebuah titik di jembatan tersebut sehingga
besarnya deflasi dapat diketahui.
CONTOH SKEMA PEMANTAUAN LONGSOR REAL TIME DENGAN METODE GEODETIK GPS

Berupa rover station yang


SENSOR PERGERAKAN LONGSOR
ditempatkan di titik-titik
deformasi

RADIO TRANSMITTER REPEATER KOMPUTER SERVER PENERIMA DATA


Berupa reference station
yang diletakkan di daerah PENGOLAHAN DATA
stabil

INTERNET
LAPANGAN
OUTPUT
Apakah terjadi
Deformasi?

PERSONAL COMPUTER
CARA MEREALISASIKAN KERANGKA REFERENSI GEODETIK STATIK

Pertama, perlu diketahui definisi kerangka referensi. kerangka referensi adalah suatu realisasi dari
sistem referensi yang didefinisikan. Misalkan ITRS (International Terrestrial Reference System) adalah
sistem referensi yang direalisasikan dalam sebuah kerangka referensi bernama ITRF (International
Terrestrial Reference Frame). Pada prakteknya bentuk kerangka referensi biasanya adalah sebuah jaring
yang dibentuk oleh titik-titik di permukaan bumi dimana masing-masing titik tersebut menyimpan suatu
nilai koordinat.

Kerangka referensi dapat dibagi menjadi 3 jenis:

1. Kerangka Referensi Statik. Yaitu kerangka referensi yang menyimpan suatu nilai koordinat yang
tetap. Kerangka referensi ini umumnya digunakan untuk referensi pengukuran geodetik skala
kecil atau lokal yang tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi
2. Kerangka Referensi Dinamik. Yaitu kerangka referensi yang menyimpan suau nilai koordinat
yang selalu berubah tiap satuan waktu, kerangka referensi ini selalu dipantau dan dipudate
secara kontinu. Kerangka referensi ini digunakan untuk pengukuran geodetik skala global dan
membutuhkan ketelitian tinggi seperti pemantauan deformasi dan geodinamika. Kerangka
Referensi Dinamik ini dapat direalisasikan setelah adanya teknologi satelit mengingat
pemantauan kerangkan referensi ini menggunakan teknologi satelit.
3. Kerangka Referensi Semi Dinamik. Yaitu kerangka referensi yang menyimpan nilai suatu
koordinat yang tetap untuk 1 selang waktu atau epoch tertentu. Nilai dari koordinat kerangka ini
dipudate dalam selang waktu tertentu yang cukup panjang, misalkan setiap 5 tahun sekali. Jenis
kerangka referensi ini muncul setelah adanya pertimbangan bahwa koordinat yang ditentukan
akan selalu berubah mengingat bumi itu dinamis.

Dalam merealisasika kerangka referensi yang statik tersebut perlu diperhatikan beberapa faktor seperti:

a. Metode yang digunakan. Untuk merealisasikan Kerangka referensi yang statik, tidak dibutuhkan
teknologi yang tinggi seperti satelit, namun biasanya untuk mempermudah maka digunakanlah
teknologi tersebut. Metode tradisonal yang dapat digunakan adalah pemakaian jaring
triangulasi dengan theodolit. Metode lain yang dapat digunakan yang lebih canggih adalah jaring
trilaterasi dengan EDM, atau jika diperlukan dapat memakai teknologi GPS. Pemilihan metode
ini bergantung pada kebutuhan seperti skala atau luasnya kerangka yang akan direalisasikan dan
ketelitian yang diinginkan. Pemilihan metode ini juga akan mempengaruhi bentuk jaring
kerangka referensi dan persebaran titik kerangka referensi tersebut.
b. Sistem referensi acuan. Kerangka referensi merealisasikan suatu sistem referensi tertentu,
untuk itulah perlu didefiniskan sistem referensi mana yang akan digunakan. Apakah akan
digunakan sistem referensi global seperti ITRS ataukah sistem lokal. Dalam hal ini, parameter-
parameter lain juga perlu diperhatikan seperti datum geodetik apa yang akan dipakai dan jenis
koordinat apa yang akan digunakan, apakah koordinat geosentrik/ toposentrik. Koordinat
kartesian ataukah koordinat geodetik.
c. Jenis kerangka referensi. Selain faktor-faktor diatas perrlu diperhatikan pula mengenai jenis
kerangka referensi yang akan dibuat, apakah kerangka referensi static yang akan dibuat ini
hanya akan merealisasikan koordinat secara 2D (horizontal) saja ataukah juga akan
direalisasikan kerangka dasar secara 3D dengan memasukkan parameter tinggi kedalam nilai
koordinat.

Setelah memikirkan faktor-faktor tersebut maka dilakukanlah pengukuran sesuai dengan metode yang
dipakai, setelah didapatkan hasil koordinat titik-titik di permukaan bumi maka langkah selanjutnya
adalah mengabadikan titik-titik tersebut menjadi sebuah benchmark atau hanya sebuah patok. Pada
umumnya, kerangka referensi yang ada berbentuk benchmark dengan warna yang mencolok, dibuat
dari bahan-bahan yang kokoh sehingga tidak mudah hancur dan dipendam pada kedalaman tanah
tertentu sehingga tidak mudah bergeser. Dengan selesai dibuatnya patok atau benchmark tersebut,
maka selesailah cara merealisasikan kerangka referensi statik ini.

Anda mungkin juga menyukai