NRP : 3514100084
GEOID
Geoid merupakan salah satu permodelan bentuk permukaan bumi dengan suatu bidang
yang mempunyai nilai potensial yang sama. Geoid biasanya digunakan pada saat pengukuran
menggunakan waterpass/sipat datar. Untuk mendapatkan besaran nilai geoid ada beberapa
cara. Pertama melalui pengukuran sipat datar yang dikombinasikan dengan GPS. Kedua,
menggunakan perhitungan dari persamaan dengan metode yang sudah ada (menggunakan data
gravimetric).
Geoid juga disebut sebagai permodelan bumi yang sesungguhnya, karena itu secara
praktis geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL). Jarak
geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi geoid tidak sama di
semua tempat, hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi. Untuk
keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang
cukup tinggi.
Garis tegak, garis vertikal yakni garis arah gravitasi di suatu titik atau lokasi di permukaan bumi.
KONSEP DATUM
Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan
untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi serta orientasi sumbu koordinat terhadap tubuh
bumi. Datum geodetik diukur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat lagi
menggunakan satelit.
Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan horizontal.
Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan penggunaan datum
horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau regional.
Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum vertikal
digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman. Biasanya bidang
referensi yang digunakan untuk sistem tinggi ortometris adalah geoid.
Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada daerah yang
tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum Genoek, datum
Monconglowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum Geodetik Indonesia
1995).
Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang bentuknya
paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih luas dari datum
lokal. Datum regional biasanya digunakan bersama oleh negara yang berdekatan hingga
negara yang terletak dalam satu benua. Contoh datum regional antara lain : datum indian dan
datum NAD (North-American Datum) 1983 yang merupakan datum untuk negara-negara
yang terletak di benua Amerika bagian utara, Eurepean Datum 1989 digunakan oleh negara
negara yang terletak di benua eropa, dan Australian Geodetic Datum 1998 digunakan oleh
negara negara yang terletak di benua australia.
Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang sesuai
dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi. Karena masalah penggunaan datum yang
berbeda pada negara yang berdekatan maupun karena perkembangan teknologi penentuan
posisi yang mengalami kemajuan pesat, maka penggunaan datum mengarah pada datum
global. Datum datum global yang pertama adalah WGS 60, WGS66, WGS 72, awal tahun
1984 dimulai penggunaan datum WGS 84, dan ITRF.
Transformasi Datum
Banyak peta atau data geodesi yang memakai datum yang berbeda. Misalnya untuk
keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti penentuan batas batas antar negara, maka
diperlukan datum bersama. Perbedaan ini biasanya dapat mencapai ratusan meter jika dikonversi
ke satuan panjang. Untuk menyamakan Datum geodesi perlu suatu model transformasi
berdasarkan transformasi koordinat bumi. Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada
titik-titik yang sama atau disebut titik sekutu. Titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat
dalam berbagai datum. Dari koordinat koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum yang bersangkutan. Selanjutnya titik titik yang lain dapat ditransformasikan.
Pada tahun 1956, sebuah perkumpulan Flat Earth Society yang mendukung teori ini
dibuat.Bahkan pada tahun 1980, walaupun sudah ada bukti yang mengatakan bahwa bumi itu
berbentuk menyerupai bola, salah satu orang dari perkumpulan ini yang bernama Charles
Johnson mempublikasikan bahwa ia percaya bumi itu rata. Hal ini ia dapatkan dari melihat
permukaan air danau yang rata, ia mengatakan jika bumi itu bulat maka setidaknya akan ada
lengkungan (curvature) pada badan air.
Teori ini dicetuskan oleh John Symmes, seorang mantan kapten Tentara Amerika pada
perang tahun 1812. Ia mempercaya bahwa dunia ini mempunyai sebuah cangkang yang
setebal 800 mil, dengan pembukaan pada kedua kutub dan beberapa lapisan dalam yang
terdiri dari cengkungan-cengkungan. Cengkungan inilah tempat kita dan para hewan tinggal.
Jika membayangkan melihat bintang di malam hari, kita tentu juga akan melihat kegelapan
pekat malam hari bukan? Dengan hal itu, John Symmes mengatakan bahwa apa yang kita
lihat sebenarnya adalah pusat dari Bumi atau Dunia kita ini.
Bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah Nicoulas
Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus
yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta
merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan
pertama yang menggulirkan teori bumi bulat.
Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat
bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu. Para sejarawan
bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan
Islam. Para sejarawan sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan
pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 M hingga 15 M.
Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University of Beirut
menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk
mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam dua atau
tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim,
seperti Ibn Al Shatir (wafat 1375 M), Muayyad Al Din Al Urdi (wafat 1266 M), dan Nasir
Al Din Al Tusi (wafat 1274 M). Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih
dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa bumi itu
datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad
ke-17 M setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming.
Sejak abad itulah, melalui risalah yang ditulis Xiong Ming-yu dengan judul Ge Chi Cao,
wacana bentuk bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu
itu. Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk bumi
bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah Al Mamun,
pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi beserta para astronom lainnya
telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga
mampu mengukur volume dan keliling bumi. Saat itu, para astronom Muslim menyatakan
bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang
dilakukan pada abad ke-9 M itu hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari
perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang
luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu. Atas
permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh, para astronom Muslim sukses meng - ukur jarak
antara Tadmur (Palmyra) hingga Al Raqqah di Suriah. Para sarjana Muslim menemukan
fakta bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan
jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.
Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al Biruni (973 M-1048 M)
juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 kilometer.
Pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat
itu, Al Biruni mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri
yang didasarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak gunung.
Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisi ilmuwan dari Cordobasecara gemilang sukses
membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki
berat sekitar 400 kilogram.
Pada globe itu, Al Idrisi menggambarkan enam benua yang dilengkapi jalur perdagang an,
danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang
dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang, dan tinggi secara tepat.
Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al Idrisi pun menulis buku berjudul Al
Kitab Al Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja.
Ellipsoid Bumi
Bentuk geoid yang tidak beraturan tidak memungkinkan kita untuk melakukan perhitungan
matematis. Karena itu, sebagai representasi matematis dari bentuk fisik Bumi, digunakanlah
ellipsoid. Ellipsoid adalah ellips yang diputar pada sumbu pendeknya.
DEFLEKSI VERTIKAL
Defleksi antara garis unting-unting (yang merupakan referensi pengukuran) dengan garis
normal ellipsoid.
UNDULASI
Perbedaan tinggi dari geoid dengan tinggi dari ellipsoid disebut undulasi geoid. Jika H
adalah tinggi ortometrik, h adalah tinggi geodetik, dan N adalah undulasi geoid, maka: