Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAUT

GEOPROCESSING

OLEH:

MUHAMMAD MULYANTO
08051381823086
B

DOSEN PENGAMPU:
T. ZIA ULQODRY, S.T., M. Si., Ph. D.
ELLIS NURJULIASTI, M. Si
FITRI AGUSTRIANI, S. Pi., M. Si

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI


GEOGRAFIS
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geoprocessing adalah kemampuan GIS untuk analisis data dan
mengaplikasi fungsi-fungsi pada data spasial. Geoprocessing perlu input data, lalu
melakukan operasi pada data tersebut, dan menghasilkan data baru atau data
turunan. Geoprocessing akan membantu dalam memperbaiki, mengatur dan
menganalisa informasi geografi untuk membuat keputusan. Berbagai ekstraksi
informasi pada data pada umumnya menggunakan geoprocessing. Proses
geoprocessing diberlakukan terhadap satu data spasial dengan dasar batasan pada
data spasial lainya. Proses ini akan menghasilkan satu data spasial baru yang
merupakan hasil proses geoprocessing tersebut (Renyut et al. 2018).
Penginderaan jauh terdiri atas pengukuran dan perekaman terhadap energi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi dan
atmosfer dari suatu tempat tertentu di permukaan bumi. Penginderaan jauh adalah
suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau
fenomena dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa melakukan kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang
dikaji. Pengerjaannya dilakukan dengan berbagai wahana antariksa, diantaranya
pesawat terbang, radar maupun satelit. Penginderaan jauh digunakan karena
manfaatnya yang dapat mengamati sifat fisis laut tanpa harus langsung datang ke
objek yang diamati (Maryoni dan Suprayogi, 2017).
Geoprocessing merupakan proses pengolahan data-data spasial yang
terintergrasi dengan data base dan display. Sedangkan fungsi lainnya merupakan
aplikasi tingkat lanjut pada ArcVew GIS. ArcView GIS dalam geografi dapat
mempermudah dalam menemukan letak suatu lokasi. ArcView GIS merupakan
salah satu dianatara sekian banyak perangkat lunak yang digunakan dalam Sistem
Informasi Geografis, sedangkan Geoprocessing merupakan komponen penting
yang seringdigunakan dalam GIS. (Qossam et al. 2020).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukan (capturing),
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan datadata yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan
bumi. Dalam pengolahan peta yang terdapat pada ArcView GIS terdapat
geoprocessingSistem Informasi Geografis atau Geographic Information System
(GIS) merupakan sistem informasi yang mempunyai kemampuan untuk
memasukan, menyimpan, mengolah, menganalisa dan menghasilkan data
geografis atau data geospatial dalam mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan (Sugiarto, 2010).
Perkembangan teknologi SIG hingga saat ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan kemampuannya untuk memperoleh,
menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua
bentuk data dan informasi ke dalam sistem yang bereferensi geografi. Informasi
tersebut kemudian dijadikan sebuah kebijakan dalam pengambilan suatu
keputusan dalam perencanaan maupun pengelolaan dalam pemanfaatannya.
Analisis utama data iklim yaitu suhu dengan bantuan sistem informasi geografi.
Kemampuan tersebut mengakibatkan sebuah data maupun informasi dapat
disajikan secara efisien dan efektif ke dalam bentuk peta (Zhang et al. 2020).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu geoprocessing.

2. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan dan perbedaan tiap fungsi


geoprocessing pada software ArcGis.

3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari geoprocessing, termasuk


didalamnya Clip,Intersect, Union, Merge, dan Dissolve dalam kaitan
pemetaan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu geoprocessing.

2. Mahasiswa dapat memahami penggunaan dan perbedaan tiap fungsi


geoprocessing pada software ArcGis. Mahasiswa dapat memahami fungsi-
fungsi yang ada di dalam geoprocessing.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Geoprocessing


Menurut Marjuki (2014) dalam Rumetna et al. (2017) mengatakan bahwa
geoprocessing sekumpulan fungsi yang dapat melakukan operasi berdasarkan
lokasi geografis layer input dengan menggunakan fungsi-fungsi geoprocessing
yang digunakan sebagai pelengkap (fungsi buffer) dan terdapat enam fungsi
dalam geoprocessing. Geoprocessing dapat didefinisikan sebagai suatu proses
yang digunakan untuk melakukan pengolahan analisa data spasial, dimana pada
proses akhirnya akan menghasilkan data dan informasi yang baru.
Proses geoprocessing sendiri terbagi menjadi input, proses dan ouput.
Dimana data akan masuk (input) dan akan dilakukan proses analisis dan akan
mengeluarkan output berupa shapefile baru. Dalam software ArcGIS fungsi
geoprocessing paling umum digunakan. Geoprocessing sendiri dapat digunakan
untuk mengelola, menentukan serta menganalisa suatu informasi untuk dijadikan
dapat dijadikan suatu informasi terbaru. Geoprocessing memiliki kemampuan
untuk dapat menganalisis data dan mengaplikasikan fungsi tersebut pada data
spasial (Kristiyanto et al. 2017).
Geoprocessing adalah komponen yang menjadi bagian dari studi area dan
yang paling kuat dalam SIG, geoprocessing dapat menentukan, mengelola, dan
menganalisa informasi untuk dijadikan sebuah keputusan. Geoprocessing menjadi
bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang menggunakan SIG. Tidak
terhitung jumlah tugas geoprocessing yang dilakukan dalam sehari. Fungsi
geoprocessing yang pada umumnya sering dipakai adalah clip, intersect, buffer,
dissolve, merge dan union (ESRI, 2006 dalam Hawi et al. 2018).
Geoprocessing adalah salah satu proses dalam SIG yang digunakan untuk
mengolah atau melakukan analisa terhadap data spasial, dimana pada akhirnya
akan menghasilkan data dan informasi yang baru. Dapat dikatakan geoprocessing
adalah aspek yang paling penting dalam SIG. Geoprocessing dibedakan menjadi
dua kategori yakni geoprocessing vector dan geoprocessing raster.
Geoprocessing vector adalah teknik-teknik geoprocessing yang dimplementasikan
pada struktur data vektor. Sedangkan geoprocessing raster adalah teknik-teknik
geoprocessing yang dimplementasikan pada struktur data raster. Contoh dari
teknik geoprocessing vector adalah clipping, buffering, splitting, merging, dan
overlay vector (Marjuki, 2014).
Teknik geoprocessing yaitu kemampuan pendekatan penggunaan
Geographic Information System (GIS) untuk analisis data dan mengaplikasi pada
fungsi-fungsi data berbasis spasial. Teknik Dissolve pada geoprocessing proses
bertujuan untuk menggabungkan objek-objek dalam sebuah layer yang memiliki
value pada field data tertentu yang sama, dengan operasi dissolve atribut yang
memiliki kesamaan nilai akan diagregasikan. Teknik Merge pada geoprosesing
proses bertujuan untuk menggabungkan beberapa peta menjadi satu peta dengan
mengambil bentuk susunan entity atau table dari salah satu peta yang digabung
tersebut (Rogers dan Staub, 2013 dalam Kristiyanto et al. 2017).
Geoprocessing merupakan suatu sekumpulan tools yang digunakan untuk
mengubah informasi dan dapat menghasilkan informasi geografis baru dari data
yang sudah terlebih dahulu dikumpulkan. Geoprocessing dapat melakukan proses
pengolahan data-data spasial yang dapat terhubung dengan data base dan display.
Geoprocessing menjadi bagian terpenting dalam software ArcGIS karena sangat
berguna dalam sistem geografis dan banyak tugas yang dapat dilakukan oleh
geoprocessing. Umumnya fungsi geoprocessing yang paling sering dipakai yakni
buffer, merge, union clip, intersect dan dissolve. Masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda satu sama lain (Hawi et al. 2018).
Pada clip, data atribut yang terekam hanyalah atribut yang berasal dari data
sumbernya. Clip didalam proses geoprocessing digunakan untuk memotong atau
menggunting suatu theme. Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe sesuai
dengan theme obyek yang dipotong dimana theme baru akan menghasilkan unsur-
unsur spasial dari theme obyek (Hawi et al. 2018).
Pada Identity, sebuah theme baru dari overlay dua buah theme dimana salah
satunya adalah poligon. Hasil dari overlay adalah seluruh bagian thema input, dan
hanya poligon yang bertampalan saja dari poligon overlay. Input theme dapat
berupa titik, garis, dan poligon, sedangkan theme overlaynya harus poligon. Data
tabel dari theme output berisi semua kolom/field dari semua tabel theme input dan
theme overlay yang dipilih. Update, perintah ini digunakan untuk memperbarui
data dengan overlay dari data lain. Misalnya ada dua wilayah administrasi
dimekarkan menjadi tiga (Sugiarto, 2010).

2.2 Data Spasial


Secara sederhana format dalam bahasa computer berarti bentuk dank ode
penyimpanan data berbeda antara file satu dengan yang lainnya. Data spasial
diartikan juga sebagai sebuah data yang berorientasi geografis, memilki sistem
koordianat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting
yang membuatnya berbeda dari yang lain yaitu informasi lokasi (spasial) dan
informasi deksriptif (atribute). Data vektor direpresentasikan kedalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik dan nodes (titik perpotongan antara dua buah garis). Data spasial
dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaramya peta analog (Marjuki, 2014).
Produk data geospasial pada beberapa situasi dan kondisi dapat dibuat
dengan beberapa langkah langkah geoprocessing. Data awal (data mentah) sangat
diperlukan apabila memakai data produk geospasial menggunakan teknik
geoprocessing untuk memberikan transparansi dan membantu untuk memahami
dan menentukan kemampuan dan tingkat ketepatan dari data produk. Sebelum
dilakukan pengujian dan perbandingan menggunakan data awal, data produk
geospasial belum dapat digunakan karena tingkat ketepatan dan kelayakan
informasi masih belum diketahui (Zhang et al. 2020).

2.3 Pengertian Pemetaan


Pemetaan seringkali digunakan untuk menunjukkan proses pemindahan
informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Proses tersebut serupa dengan yang
dilakukan oleh kartografer yaiu untuk memindahkan informasi dari permukaan
bumi kedalam kertas. Pemetaan sendiri juga berkaitan dalam bentuk gambar,
tulisan, peta, dan grafik. Sehingga hasil keluaran atau outputnya adalah dalam
bentuk peta (Setiawan et al. 2018).
Sistem koordinat dalam GIS digunakan untuk meregistrasikan basis data
spasial, artinya semua basis data spasial harus diregistrasikan dalam sistem
koordinat yang sama. Bagi software yang tidak bisa melakukan “on the fly
projection” untuk menangani berbagai macam sistem koordinat proyeksi atau
datum, maka registrasi setiap layer informasi harus diregistrasi dalam sistem
datum dan sistem koordinat proyeksi yang sama. Software ArcGIS mempunyai
kemampuan menangani persoalan perbedaan sistem proyeksi peta yang
digunakan, tetapi untuk perbedaan dalam sumber data tetap harus dilakukan
transformasi datum. Apabila perbedaan datum diabaikan maka terjadi
ketidakakuratan posisi peta produk maupun informasi posisi (Anam, 2005).
Sebelum kegiatan pengukuran perlu dipersiapkan peta areal kerja yang
dapat diukur. Peta kerja dihasilkan dari peta RBI dan peta kawasan. Peta
RBI/Rupa Bumi Indonesia yang berisi tentang kondisi topografi, jalan, dan sungai
lokasi yang akan diukur. Peta kawasan hutan yang berisi tentang batas kawasan
hutan, yakni hutan lindung, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan
konservasi, dan area penggunaan lain. Peta kerja diperlukan untuk memberikan
gambaran awal mengenai lokasi yang akan diukur serta memberikan batasan-
batasan pengukuran areal yang akan diukur. Misalnya untuk area kerja hutan
rakyat tidak diperbolehkan untuk masuk (Putra, 2010).
Pemetaan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari secara khusus
bentuk kenampakan muka bumi yang menggunakan suatu alat dan menghasilkan
informasi yang akurat dan presisi. Dengan kata lain, pemetaan dan ilmu geografi
itu juga sama dikarenakan sama-sama membahas sesuatu yang berada di dalam
atau di atas bumi selama hal tersebut dapat juga turut mempengaruhi bentuk
permukaan bumi (Ambarwati dan Johan, 2016).
Proyeksi peta yang berbeda mempunyai beberapa karakteristik unik yang
berbeda dan menyajikan tujuan yang berbeda. Terlepas dari jenis proyeksi yang
digunakan adalah suatu kemustahilan untuk mengkonversikan spheroid ke bidang
datar tanpa distorsi. Proyeksi peta adalah suatu cara untuk menggambarkan
permukaan lengkung ke permukaan datar atau metode penggambaran secara
sistematis garisgaris yang mewakili lingkaran meridian dan paralel (graticule)
pada suatu permukaan datar. Metode tesebut dapat dilakukan dengan
memproyeksikan geometri secara langsung atau transformasi yang diturunkan
secara matematis. Karakteristik suatu metode proyeksi dapat dilihat dari pola garis
gratikul yang diplot di atas peta (Anam, 2005).
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pemetaan Sumberdaya Laut kali ini dilaksanakan pada hari
Selasa, tanggal 22 September 2020 pada pukul 11.00 WIB sampai dengan selesai.
Bertempat Jalan Lintas Timur Kelurahan Timbangan Kost Adinda no.10.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunaka pada praktikum kali ini, yaitu:
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Laptop/Komputer Sebagai media pengaplikasian software
2. Mouse Menggerakan kursor
3. Software ArcGIS Untuk mengolah data
4. Video tutorial praktikum Panduan selama praktikum

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Dissolve
Buka software ArcGIS/ArcMap pada laptop

Kemudian add data shpIndo

Lalu klik open attribute table, pilih table options dan pada select by attribute
pilih provinsi yang kamu inginkan, lalu klik apply

Kemudian klik kanan pada layers shpIndo, klik data dan pilih export data

Lalu pilih provinsi yang anda pilih sebelumnya pada output feature class

Lalu unceklist shpIndo, kemudian untuk membuat shpIndo kabupaten lakukan
langkah seperti sebelumnya

Pilih 3 kabupaten yang lokasinya berdekatan

Kemudian klik geoprocessing, pilih dissolve, pilih input featurenya dengan
provinsi yg telah dipilih sebelumnya

Kemudian pilih tempat penyimpanan pada output feature class dan diberi nama

Kemudian untuk melakukan erase, lakukan sama seperti dissolve

3.3.2 Clip
Untuk melakukan langkah clip, terlebih dahulu klik windows, klik catalog dan
buat shape file baru dengan nama batasan dan tipe polygon dan jangan lupa
untuk sistem koordinatnya diubah menjadi WGS 1984

Kemudian klik editor, start editing untuk batasan

Setelah itu create features, kemudian buat batasan dengan menggabunngkan
daerah

Lalu klik editor, save edit dan stop edit

Kemudian klik geoprocessing, pilih clip dan pilih provinsi untuk input
featurenya

Lalu piih batasan untuk clip featurenya

Beri nama penyimpanan pada bagian output feature, lalu klik ok

Kemudian unceklist seluruh layers kecuali pada clip untuk melihat hasil clip
yang telah dilakukan

Lakukan langkah yang sama seperti langkah clip untuk melakukan intersect

3.3.3 Union
Untuk melakukan langkah union, terlebih dahulu kita klik geoprocessing

Pilih union, pilih hasil clip dan provinsi untuk input featurenya

Lalu beri nama untuk union dan klik ok/save

Untuk melakukan langkah merge, pilih 2 kabupaten yang berdekatan untuk input
datasetnya an jangan lupa di beri nama, lalu klik ok

3.3.4 Buffer
Untuk melakukan langkah buffer, terlebih dahulu buatlah shape file yang baru
dengan nama line buffer dan tipe polyline

Kemudian klik editor, start editing, pilih line buffer dan create feature

Buat lah line pada perbatasan pada 2 kabupaten

Lalu klik editor, save editing dan stop editing

Lalu klik geoprocessing, pilih buffer dan pilih line buffer untuk input featurenya

Kemudian untuk linear unitnya tulis sesuai keinginan masing-masing dengan
satuan km, lalu klik ok

Seetelah itu unceklist seluruh layers kecuali pada layers buffer dan provinsi
untuk melihat hasil buffer yang telah diakukan

3.3.5 Multiple Line Buffer


Untuk melakukan langkah multiple line buffer, klik geoprocessing, klik Arc
toolsbox, lalu pilih proximity

Lalu pilih multiple ring buffer, pilih hasil buffer untuk input featurenya, dan
jangan lupa untuk diberi nama

Untuk distances bisa dibuat 10 hingga 40 dengan klik +

Dan untuk buffer unitnya diubah menjadi km, lalu klik ok

Unceklist seluruh layers kecuali layers line buffer dan multiple ring untuk
melihat hasilnya
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati W, Johan Y. 2016. Sejarah dan perkembangan ilmu pemetaan.


Enggano Vol. 1 (2): 80-82.

Anam S. 2005. Menggunakan ArcInfo untuk Proyeksi Peta. Bandung :


Informatika.

Handayani DUN, Soelistijadi R, Sunardi. 2015. Pemanfaatan analisis spasial


untuk pengolahan data spasial sistem informasi geografi. Jurnal Teknologi
Informasi Dinamik Vol. 10 (2) : 108 – 116.

Hawi FN, Ramdani F, Rokhmawati RI. 2018. Evaluasi tampilan antarmuka qgis
dan ArcGIS menggunakan pendekatan user-centered design (ucd): studi
kasus fungsi geoprocessing tools. Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer Vol. 9 (2): 151-163.

Kristiyanto DY, Widiastuti S, Guruh A. 2017. Pendekatan geoprosessing pada gis


untuk menentukan pembangunan infrastruktur bisnis di kota Semarang.
Ilmiah Komputasi Vol 16 (1) : 1-10.

Marjuki B. 2014. Sistem Informasi Geografis menggunakan Quantum GIS 2.0.1


Durfour.

Maryoni E, Suprayogi I. 2017. Analisis kejadian banjir sub-DAS pasir


pengarayan menggunakan data hujan satelit TRMM terkoreksi. Rab
Construction Research Vol. 2 (2) : 221-222.

Putra EH. 2010. ArcView GIS Pengukuran dan Pemetaan Areal Kerja Skala
Besar. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Qossam IA, Nugraha AL, Sabri LM. 2020. Pemetaan Spasial Tingkat Risiko
Bencana Tsunami di Wilayah Kabupaten Serang Menggunakan Citra Spot-
6. Jurnal Geodesi UNDIP Vol. 9 (2) : 132-144.

Renyut LR, Kumurur VA, Karongkong HH. 2018. Identifikasi dan pemetaan
lahan kritis dengan menggunakan teknologi Sistem Infomasi Geografis
(Studi Kasus Kota Bitung). Spasial Vol. 5 (1) : 92-104.

Rumetna MS, Eko S, Kristoko DH. 2017. Analisis Perubahan Tata Guna Lahan di
Kabupaten Bantul Menggunakan Metode Global Moran’s. Buana
Informatika Vol. 8 (4) : 225-234.

Setyawan D, Arief LN, Bambang S. 2018. Analisis potensi desa berbasis sistem
informasi geografis (studi kasus: Kelurahan Sumurboto, Kecamatan
Banyumanik, Kabupaten Semarang). Geodesi Undip Vol. 7 (4) : 1-10
Sugiarto E. 2010. Modul Pelatihan SIG (Sistem Informasi Geografis) ArcGIS.
Makassar : PT Geomatik-Konsultan.

Zhang, M., Jiang, L., Zhao, J., Yue, P., & Zhang, X. (2020). Coupling {OGC}
{WPS} and W3C {PROV} for provenance-aware geoprocessing
workflows. Computers & Geosciences, 138, 104419.

Anda mungkin juga menyukai