Anda di halaman 1dari 67

MODUL I : PENGENALAN SOFTWARE ARCGIS

1.1. Deskripsi Umum


Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer untuk menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menampilkan data
geospasial. Dalam SIG terdapat 5 komponen agar sistem ini dapat berjalan dengan baik yaitu brainware, software, hardware, data dan metode.
Kemampuan SIG diperlukan dalam analisis spasial dalam hal tranformasi data yang mencakup mengatur sistem koordinat, menetapkan proyeksi,
konversi data raster ke data vektor, ataupun melakukan koreksi.
Dalam SIG, data yang kita gunakan adalah data spasial atau data keruangan. Data spasial dibagi menjadi 2 yaitu data raster dan data
vector. Data raster adalah data spasial paling sederhana yang berbentuk grid sedangkan data vector merupakan data yang diwakilkan oleh
simbol-simbol seperti garis, titik, polygon, dan lain-lain.
SIG merupakan salah satu bagian dari teknologi informasi berbasis komputer. Beda halnya dengan manusia, komputer yang merupakan
suatu kumpulan komponen elektronik tidak dapat mengerti tentang suatu object seperti jalan raya, bentuk bangunan, danau, batas wilayah daerah
tertentu ataupun object yang lainnya. Untuk dapat mengenali dan mempresentasikan suatu object tertentu, maka komputer melakukan proses
manipulasi terhadap object tersebut. Model data SIG adalah data spasial, dimana untuk dapat merepresentasikan data spasial ini digunakan
model data rester dan data vektor
a. Model Data Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang
membentuk grid. Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu data atribut dimana data atribut
dapat mengenai suatu object seperti perumahan, gedung, sawah, dan lain – lain. Dan juga data koordinat yang menunjukkan posisi
geometris dari suatu data tersebut. (Prahasta.E, 2001).
b. Model Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan garis-garis atau kurva, titik-titik, atau
poligon beserta atributnya. Dalam model sistem vektor bentuk dasar dari representasi data spasial didefinisikan oleh model sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x,y), pada model data vektor ini terdapat beberapa jenis entity data yaitu : entity model data vektor titik,
entity model data vektor garis dan model data vektor poligon.
SIG berperan besar dalam kehidupan manusia dalam berbagai bidang seperti bidang pertanian, infrastruktur, pertahanan dan tentunya
kelautan. Manfaat SIG dalam kelautan contohnya adalah monitoring daerah, pelacakan sumber daya alam, tata ruang, penentuan fishing ground,
dapat pula diaplikasikan sebagai bagian dari mitigasi bencana.
Seringkali kita dihadapkan dengan jumlah data yang sangat banyak dan beragam, sedangkan kita hanya akan melakukan proses pada
suatu data tertentu saja, untuk itu kita memerlukan pengetahuan mengenai bagaimana memunculkan data yang hanya kita perlukan atau
mudahnya kita sebut select data. Select data ini dapat kita lakukan berdasarkan attribut atau informasi yang terkandung dalam data tersebut
ataupun dengan menggunakan lokasi dimana data tersebut berada.
a. Select data by Attribute
Select data by attribute digunakan apabila kita ingin memilih satu atau sekumpulan data yang memiliki suatu informasi tertentu.
Contohnya kita ingin mengetahui areal mana saya yang sudah siap untuk dilakukan penanaman atau disebut Ready For Planted
(RFP).
b. Select data by Location
Select data by location digunakan apabila kita ingin memilih suatu data berdasarkan lokasinya, tentu dengan kriteria tertentu,
seperti contoh memilih data blok yang dilalui oleh jalan utama.
1.2. Tujuan
1. Mahasaiswa dapat memahami Pengertian ArcGIS.
2. Mahasiswa dapat melakukan perubahan data vektor ke raster.
3. Mahasiswa dapat memberikan Symbol pada peta.
4. Mahasiswa dapat mengetahui lokasi peta tersebut.

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mengenal Software ArcGIS.
2. Mahasiswa menginput data vektor yang sudah diolah menjadi data raster.
3. Mahasiswa dapat membuat symbol symbol pada peta
4. Mahasiswa dapat menemukan lokasi peta tersebut

1.4. Alat dan Bahan


a. Alat
- Software ArcGIS
- Laptop
- Website data spasial
b. Bahan
- Data shp.

1.5. Langkah
1. Edit vektor menggunakan data atribut
2. Edit vektor menggunakan fungsi Clip

1.6. Hasil
a. Hasil data vektor to raster
MODUL II. REGISTRASI, DIGITASI DAN CLIP

1.1. Deskripsi Umum


a. Registrasi. Registrasi peta adalah proses untuk memposisikan dan menghubungkan peta dengan sistem koordinat tertentu agar dapat
digunakan bersama dengan peta lain dalam suatu aplikasi atau analisis. Registrasi dapat dilakukan dengan menentukan titik kontrol yang
memiliki koordinat yang diketahui, kemudian memposisikan peta di atas koordinat yang sesuai dengan menggunakan teknik
transformasi.

b. Digitasi. Digitasi peta adalah proses untuk mengubah peta analog menjadi data digital dengan memasukkan titik-titik dan garis-garis pada
peta ke dalam format digital menggunakan perangkat lunak tertentu. Proses ini memungkinkan data pada peta untuk dimanipulasi dan
dianalisis dengan lebih mudah menggunakan perangkat lunak SIG, serta dapat digunakan untuk pembuatan peta digital yang lebih akurat
dan terkini.

c. Editing Attribute Table

1.2. Tujuan
1. Praktikan mampu melakukan registrasi peta dengan menggunakan Software ArcGis 10.3 atau 10.8.
2. Praktikan mampu melakukan registrasi dan digitasi peta.

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan registrasi peta dengan menggunakan software ArcGis 10.3 atau 10.8.
2. Mahasiswa dapat melakukan registrasi dan digitasi peta.
1.4. Alat dan Bahan
a) Laptop
b) Software ArcGis dan Google Earth Pro
c) Data
1.5. Langkah
a. Download Peta
- Google Earth Pro dibuka oleh praktikan.
- FISIP Undip dipilih oleh praktikan.
- Tools dan options dipilih secara berurutan, Degrees minute second dipilih pada show lat/long lalu OK.
- Buka notepad.
- Add placemark diklik, pada placemark pertama diberi nama “Poin 1” serta diletakkan pada pojok kiri atas lalu copy paste latitude dan
longitude pada notepad kemudian OK diklik.
- Pada placemark kedua diberi nama “Poin 2” serta diletakkan pada pojok kanan atas lalu copy paste latitude dan longitude pada notepad
kemudian OK diklik.
- Pada placemark ketiga diberi nama “Poin 3” serta diletakkan pada pojok kiri bawah lalu copy paste latitude dan longitude pada
notepad kemudian OK diklik.
- Pada placemark keempat diberi nama “Poin 4” serta diletakkan pada pojok kanan bawah lalu copy paste latitude dan longitude pada
notepad kemudian OK diklik.
- Save image diklik dengan ketentuan map option di-unchecklist semua dan maximum dipilih pada resolution.
- Save image diklik dengan format nama yang telah ditentukan oleh asisten.
b. Registrasi Peta
- ArcGIS dibuka oleh praktikan kemudian Add data file yang telah diunduh dari google earth pro.
- Layers diklik kanan lalu properties, coordinate system, WGS 1984, apply, dan oke dipilih secara berurutan.
- Layers diklik kanan lalu properties dan general dipillih, pada display dipilih degrees minute second, apply, dan oke dipilih secara
berurutan.
- Poin 1 di-zoom in lalu fitur add control points di toolbar georeferencing dipilih, pada ujung pin “Poin 1” diklik kiri dan langsung diklik
kanan lalu input dms long and lat dipilih.
- Notepad yang berisikan catatan longitude dan latitude dari setiap poin dibuka lalu longitude.
- dan latitude dari poin 1 di-copy paste dan OK.
- Langkah keempat hingga keenam diulangi pada poin 2, poin 3, dan poin 4.
- Georeferencing dan rectify dipilih lalu output location disesuaikan dan di-add, lalu pada bagian name diisi dengan format nama yang
telah ditentukan oleh asisten.
c. Digitasi Peta
1. Digitasi Point
- Add data diklik, data yang baru disimpan pada proses registrasi data ditambahkan dan di-add.
- Catalog diklik kemudian pada folder penyimpanan yang digunakan diklik kanan lalu pillih new dan shapefile.
- Bagian name dan feature type diisi point, lalu pada edit dipilih WGS 1984 dan OK diklik.
- Editor dan start editing dipilih.
- Create feature dipilih, pada bagian point dipilih point, sedangkan point dipilih pada construction tools.
- Dipilih 3 titik yang akan digunakan sebagai sampel lalu opsi save edit pada editor dipilih.
- Save editing dan stop editing dipilih pada editor.
- Open atribut table pada layer point dipilih kemudian table options dan add fields dipilih sedangkan bagian name diisi keterangan, type
diganti text dan OK.
- Editor dan start editing dipilih kemudian isi bagian keterangan diisi sesuai titik yang telah dipilih.
- Editor, save edit, dan stop editing dipilih secara berurutan.
- Pada lingkaran hitam diklik kanan, bentuk dan warna diatur, OK diklik.
- Properties layer point dibuka kemudian label features in this layer di-checklist pada opsi labels, untuk label field diubah menjadi
keterangan lalu tipe, warna, dan ukuran font disesuaikan kemudian apply dan OK diklik.
- Window table ditutup.
2. Digitasi Polyline
- Catalog diklik kemudian pada folder penyimpanan yang digunakan diklik kanan lalu pillih new dan shapefile.
- Bagian name dan feature type diisi polyline, lalu pada edit dipilih WGS 1984 dan OK diklik dua kali.
- Editor dan start editing dipilih.
- Create feature dipilih, dipilih polyline, sedangkan line dipilih pada construction tools, kemudian pilih 3 jalan yang akan digunakan
sebagai sampel lalu opsi save edit pada editor dipilih.
- Save editing dan stop editing dipilih pada editor.
- Open atribut table pada layer polyline dipilih kemudian table options dan add fields dipilih sedangkan bagian name diisi keterangan,
type diganti text dan OK.
- Editor dan start editing dipilih kemudian isi bagian keterangan diisi sesuai titik yang telah dipilih kemudian editor, save edit, dan stop
editing dipilih secara berurutan.
- Pada garis hitam diklik kanan, bentuk dan warna diatur, OK diklik.
- Window table ditutup.
- Properties layer polyline dibuka kemudian beri checklist di label features in this layer pada opsi labels lalu Label field diubah menjadi
keterangan lalu tipe, warna, dan ukuran font disesuaikan kemudian apply dan OK diklik.
3. Digitasi Polygon
- Catalog diklik kemudian pada folder penyimpanan yang digunakan diklik kanan lalu pillih new dan shapefile.
- Bagian name dan feature type diisi polygon, lalu pada edit dipilih WGS 1984 dan OK diklik dua kali.
- Editor dan start editing dipilih.
- Create feature dipilih, dipilih polygon, sedangkan polygon dipilih pada construction tools.
- Kemudian editor dan start editing dipilih kemudian isi bagian keterangan diisi sesuai titik yang telah dipilih.
- Editor, save edit, dan stop editing dipilih secara berurutan.
- Pada kotak biru muda diklik kanan dan warna diatur, OK diklik.
- Properties layer polygon dibuka kemudian beri checklist di label features in this layer pada opsi labels lalu label field diubah menjadi
keterangan lalu tipe, warna, dan ukuran font disesuaikan kemudian apply dan OK diklik.
- Window table ditutup.
- Export map dipilih, penyimpanan disesuaikan dan disimpan dengan format nama yang telah ditentukan oleh asisten.
1.5. Hasil
1.5.1. Download Peta
1.5.1.1. Google Earth Pro

Gambar 1. Peta FISIP UNDIP

1.5.1.2. Inageoportal
Gambar 2. Peta Kota Semarang

1.5.2. Registrasi Peta


Gambar 3. Hasil registrasi peta FISIP Undip

1.5.3. Digitasi Peta


- Digitasi Point

Gambar 4. Hasil digitasi point peta FISIP Undip

- Digitasi Polyline

Gambar 5. Hasil digitasi polyline peta FISIP Undip


- Digitasi polygon

Gambar 6. Hasil digitasi polygon peta FISIP Undip


MODUL IV. PENGGUNAAN TOOLS GEOPROCESSING
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

1.1. Deskripsi Umum


Geoprocessing tools merupakan kemampuan GIS untuk analisis data dan pengaplikasian fungsi - fungsi pada data spasial. Pada
software ArcGIS, geoprocessing merupakan sekumpulan fungsi dalam melakukan operasi pada layer data spasial. Geoprocessing
digunakan untuk mendeskripsikan fungsi model geospasial dengan data terkait. Terdapat tujuh tools utama dalam geoprocessing, yaitu
Clip, Union, Buffer, Merge, Dissolve, Intersect, dan Erase.

a. Clip
Clip merupakan salah satu fungsi geoprocessing yang digunakan untuk memotong layer atau data spasial yang tidak diperlukan. Dalam
proses ini, layer asli atau data spasial akan dipotong menggunakan poligon atau area tertentu yang disebut sebagai pemotong. Pemotong yang
digunakan dapat berupa layer lain atau poligon yang telah dibuat. Hasil dari proses clip adalah layer baru yang hanya berisi bagian dari layer
asli yang berada di dalam area pemotong. Fungsi ini sangat berguna untuk memfokuskan analisis pada area yang spesifik, menghilangkan
data yang tidak diperlukan, atau memperkecil ukuran file.
b. Union
Union digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih layer menjadi satu layer baru. Dalam proses ini, layer yang akan digabungkan
harus memiliki atribut yang sama. Union akan menghasilkan layer baru yang terdiri dari fitur-fitur yang tumpang tindih antara dua atau
lebih layer. Fitur-fitur tersebut akan dipertahankan di layer baru dan seluruh atribut dari masing-masing layer akan dijaga. Fungsi ini sangat
berguna untuk membuat layer baru yang lebih lengkap dari beberapa layer yang telah ada.

c. Buffer
Buffer digunakan untuk membuat area atau zona sekitar fitur yang telah dipilih. Dalam proses ini, buffer akan membuat zona sekitar fitur
yang sejauh atau sesuai dengan jarak yang telah ditentukan. Hasil dari proses ini adalah layer baru yang berisi zona sekitar fitur yang telah
dipilih. Fungsi ini sangat berguna untuk membuat area perlindungan, analisis jarak, atau area pelayanan.
d. Merge
Merge digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih layer yang memiliki atribut yang sama menjadi satu layer. Dalam proses ini,
merge akan menghasilkan layer baru yang terdiri dari seluruh fitur dari layer yang digabungkan. Atribut yang dimiliki oleh layer yang sama
akan digabungkan menjadi satu atribut. Fungsi ini sangat berguna untuk membuat layer baru yang lebih lengkap atau menggabungkan data
dari beberapa sumber yang berbeda.
e. Dissolve
Dissolve merupakan tool untuk menggabungkan fitur berdasarkan atribut tertentu. Dissolve digunakan untuk membuat kelas fitur
berdasarkan masing-masing daerah. Pada tool ini hanya bisa menggabungkan objek dalam sebuah layer dengan nilai yang sama. Dissolve
mengagregasikan feature dengan nilai atribut yang sama. Sebagai contoh, beberapa data kecamatan.shp pada layer dan jenis data yang sama,
dapat digabungkan menjadi satu daerah yang sama kabupaten.shp atau perluasannya menggunakan Dissolve.

f. Intersect
Intersect merupakan tool untuk menghitung persimpangan geometris sejumlah fitur dan lapisan fitur. Intersect dapat digunakan untuk
overlay theme pemotong dan theme yang dipotong. Output theme dengan Intersect memiliki atribut data dari kedua theme tersebut. Intersect
tools hanya dapat digunakan pada tipe polygon. Intersect berupa hasil perpotongan persimpangan geometris pada suatu data spasial.
g. Erase
Erase tools dilakukan dengan overlay input data dan input Erase features. Bagian input data yang terhapus hanya sebesar batas data
Erase features. Output yang dihasilkan berupa data dengan salinan fitur Erase.

1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui macam dan kegunaan Geoprocessing tools
b. Mahasiswa mampu membedakan tools dalam Geoprocessing berdasarkan fungsi dan kegunaanya
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Geoprocessing tools sesuai dengan kegunaannya dalam bidang kelautan
1.3. Manfaat
a. Dapat mengetahui macam dan kegunaan Geoprocessing tools
b. Dapat membedakan fungsi dan kegunaan setiap tools dalam Geoprocessing
c. Dapat melakukan pengaplikasikan Geoprocessing tools sesuai dengan kegunaannya dalam bidang kelautan
1.4. Alat dan Bahan
a. Laptop
b. Software ArcGIS 10.3 atau 10.8 (Sesuai spesifikasi laptop masing - masing)
c. Data spasial wilayah (.shp)
1.5. Langkah
● Clip
1. Buka software ArcGIS dan pastikan Anda memiliki data yang akan di-clip dan data clip.
2. Pastikan bahwa kedua data tersebut memiliki proyeksi yang sama.
3. Klik pada menu "Geoprocessing" lalu pilih "Clip".
4. Akan muncul jendela "Clip". Pilih data yang akan di-clip sebagai "Input Features".
5. Pilih data yang digunakan sebagai clip sebagai "Clip Features".
6. Tentukan lokasi dan nama output file yang baru.
7. Jika perlu, Anda dapat menentukan kondisi pada "Clip" (misalnya, hanya menampilkan data yang berada di dalam clip atau data
di luar clip).
8. Klik "OK" untuk memulai proses clip.
9. Tunggu hingga proses selesai dan hasil clip akan muncul pada jendela "Contents" di ArcGIS.

● Union
1. Buka ArcMap dan pilih Geoprocessing di toolbar utama.
2. Pilih Toolbox dan cari tool Union di dalamnya.
3. Klik dua kali pada tool Union untuk membuka jendela dialog.
4. Pilih input layer yang akan di-union dengan mengklik tombol Add.
5. Pilih layer yang akan di-union dengan layer input pada langkah 4.
6. Tentukan lokasi dan nama untuk output layer hasil union.
7. Pilih opsi untuk menggabungkan atribut dari kedua layer dengan mengklik pada kotak centang Join Attributes of All Features.
8. Klik OK untuk memulai proses union.
9. Tunggu hingga proses union selesai dan hasilnya akan ditampilkan sebagai layer baru di ArcMap.

● Buffer
1. Pastikan layer yang ingin dibuat buffer sudah dimasukkan ke dalam project ArcGIS dan diletakkan pada frame kerja (data frame)
yang benar.
2. Klik pada menu Geoprocessing, kemudian pilih Buffer.
3. Pilih layer yang ingin dibuat buffer pada input features.
4. Tentukan jarak buffer yang diinginkan pada Distance.
5. Pilih unit jarak yang diinginkan pada Unit.
6. Tentukan jenis buffer pada Method. Terdapat tiga jenis buffer yaitu buffer berdasarkan jarak, buffer berdasarkan area, dan buffer
berdasarkan persentase.
7. Tentukan apakah buffer yang dihasilkan akan berupa polygon atau polyline pada Output Type.
8. Tentukan direktori atau tempat penyimpanan buffer yang akan dibuat pada Output Features.
9. Klik OK untuk menjalankan proses buffer.
10. Setelah proses buffer selesai, layer buffer akan muncul di dalam data frame.

● Merge
1. Buka ArcMap dan buka tabel atribut dari setiap data yang ingin digabungkan. Pastikan semua data memiliki atribut yang sama.
2. Klik pada menu "Geoprocessing" dan pilih "Merge".
3. Pada jendela Merge, pilih input data dengan mengklik tombol "Add".
4. Setelah memilih data, atur nama dan lokasi data output pada kolom "Output Feature Class".
5. Pastikan pilihan "Add source information to output" dicentang untuk menyimpan atribut asal setiap fitur.
6. Klik pada "OK" untuk memulai proses Merge.
7. Setelah selesai, data gabungan akan muncul di ArcMap. Pastikan untuk menyimpan hasil Merge dengan menggunakan menu
"Save As" pada layer baru.
8. Data gabungan dapat diedit dan dianalisis seperti data biasa di ArcMap.
● Dissolve
1. Buka ArcMap dan masukkan data wilayah (.shp) dengan Add Data
2. Klik kanan pada layer untuk membuka Properties.
3. Pada Labels, checklist Label features in the layer dan masukkan Label Field sesuai nilai atribut data, serta checklist Remove duplicate
labels pada Placement properties
4. Sesuaikan nilai atribut data pada Symbology
5. Kemudian, klik “OK”
6. Pilih Geoprocessing di toolbar utama dan pilih Dissolve
7. Pada Input Features, dimasukkan data wilayah (.shp)
8. Pada Dissolve_Field(s), dipilih sesuai nilai atribut data
9. Tunggu hingga proses Dissolve berhasil
10. Pada layer baru hasil Dissolve, dimunculkan label nama dan symbol dengan cara yang sama dengan layer sebelumnya
● Intersect
1. Buka ArcMap dan pilih Geoprocessing di toolbar utama.
2. Pilih Toolbox dan cari tool Intersect di dalamnya.
3. Pada Input Features dimasukkan dua data wilayah bersinggungan yang akan digunakan.
4. Pada Output Feature Class disimpan dengan nama Intersect area.shp
5. Kemudian, tunggu hingga proses Intersect berhasil.
● Erase
1. Buka ArcMap dan masukkan data wilayah (.shp) dengan Add Data
2. Terdapat dua data yang dimasukkan, data wilayah keseluruhan dan data wilayah didalamnya dalam lingkup yang lebih kecil
3. Buka ArcToolbox, dan pada Analysis Tools dipilih Erase pada Overlay
4. Pada Input Features, dimasukkan data wilayah keseluruhan (.shp)
5. Pada Erase Features, dimasukkan data wilayah yang lebih kecil (.shp)
6. Kemudian, klik “OK”
7. Tunggu hingga proses Erase berhasil

1.6. Hasil
● Clip

● Union
● Buffer
● Merge
● Dissolve
● Intersect
● Erase
MODUL IV. PENGGUNAAN JOIN ATTRIBUTE TABLE

1.7. Deskripsi Umum


Join attribute table merupakan penggabungan antara dua tabel dengan relasi one-to-one, dimana sebuah data pada sebuah tabel
hanya memiliki relasi ke sebuah data pada tabel yang lain. Penggunaan join attribute table bertujuan untuk menggabungkan atau
mengintegrasikan data tabular ke dalam data spasial. Format data tabular yang diintegrasikan dengan menu standar ArcMap adalah
Comma Delimited (*.cvs) atau Text Delimited (*.txt). Namun pada umumnya, data tabular yang digunakan berasal dari Microsoft Excel
dengan format (*.xls) atau (*.xlsx). Sedangkan apabila menggunakan Plugin Spreadsheet Layers dalam ArcGIS, data tabular yang
dipakai menggunakan format (*.xls / *.xlsx).
a. Input Data Teks/Spreadsheet ke dalam ArcMap
Mengolah data spasial dalam software ArcGIS dibutuhkan berbagai data seperti koordinat geografi (lintang dan bujur) suatu
wilayah yang di input dalam bentuk tabel atau spreadsheet excel dengan format (*xlsx). Setelah tabel tersebut berhasil di input,
data pada tabel dapat dilihat melalui menu open attribute table.
b. Joint Attribute table
Menggabungkan data atribut atau join attribute table terdapat satu syarat yaitu tabel atribut yang akan ditambahkan harus
mempunyai satu kolom dengan informasi atau nilai yang sama. Hal tersebut dapat dinamakan dengan unique value. Apabila tidak
terdapat unique value, maka tidak dapat dilakukan penggabungan data tabel.
c. Query Data Attribute
Query merupakan sebuah fitur untuk memanggil data (feature atau tabular) berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh pengguna,
sehingga data yang ditampilkan hanya data tertentu yang memenuhi kriteria pengguna. Dengan menggunakan query, attribute
table dapat disusun atau dipilih berdasarkan objek tertentu serta dapat mencari objek yang dibutuhkan. Pada ArcMap, untuk
melakukan query terhadap attribute data spasial digunakan ekspresi SQL. Dalam SIG yang dioperasikan menggunakan ArcGIS,
query digunakan untuk beberapa hal, seperti untuk menampilkan fitur yang sesuai dengan query, mengeksplor, menampilkan data
serta melakukan editing pada fitur terpilih, memberi label pada fitur tertentu, dan menghitung statistik dari fitur terpilih.
1.8. Tujuan
a. Mahasiswa mampu melakukan input data teks/spreadsheet ke dalam ArcMap.
b. Mahasiswa mengetahui penggunaan dari join attribute table.
c. Mahasiswa mengetahui konsep query dan mampu melakukan query pada data geografis yang tersedia.
1.9. Manfaat
a. Mahasiswa dapat menginput data teks/spreadsheet ke dalam ArcMap.
b. Mahasiswa dapat memahami penggunaan dari join attribute table.
c. Mahasiswa dapat memahami konsep query dan dapat melakukan query pada data geografis yang tersedia.
1.10. Alat dan Bahan
a. Seperangkat komputer
b. Software ArcGIS
c. Data atribut
1.11. Langkah
1.11.1. Input Data Teks/Spreadsheet ke dalam ArcMap
1. Data teks/spreadsheet yang akan dimasukan ke dalam ArcMap disiapkan (disini menggunakan contoh data koordinat).
2. Pada peta yang akan kita input data text/spreadsheet pilih kolom “Add Data”.
3. Pilih file data text/spreadsheet yang akan kita input, kemudian tekan “Add”.
4. Pada kolom “Table of Content” pilih data text/spreadsheet yang telah kita masukan, kemudian pilih opsi “Display XY Data”.

5. Pada kolom “X field” dan “Y field” disesuaikan dengan kolom data yang akan kita input.
6. Pilih opsi “edit” dan pilih “XY Coordinate System” dengan WGS1984 (koordinat sistem ini merupakan koordinat sistem yang paling
umum digunakan sehingga kita menggunakan koordinat sistem tersebut), kemdian klik “OK”.
1.5.2. Join Attribute Table
1. Siapkan data Attribute Table yang akan ditambahkan. Disini menggunakan contoh data keterangan wilayah di Kota Semarang. (Perlu
diingat bahwa data yang akan dilakukan Join attribute table harus mempunyai satu kolom dengan nilai atau informasi yang sama.
2. Klik kanan pada peta yang akan digabung attribute table-nya, pilih “Join and Relates” kemudian pilih “Join”.

3. Pada kolom nomor 1 pilih nama kolom nilai yang memiliki informasi yang sama (pada contoh kali ini adalah “FID”, kemudian pada
kolom nomor 2 pilih file Excel yang berisi attribute table yang akan disatukan. Kemudian pada kolom ketiga disamakan dengan pilihan
kolom nomor 1 yaitu “FID”, lalu klik “OK”.
1.11.2. Query Data Attribute
Terdapat 2 cara dalam melakukan query data:
1. Cara pertama pada query data dapat dilakukan dengan membuka data attribute table dengan klik peta shp pada kolom “Table of
Contents” kemudian pilih “Open attribute table”.
2. Klik fitur “Find” yang disajikan dalam logo teropong.
3. Pada kolom “Find” masukan data yang akan kita cari, kemudian pada kolom “In” isikan dengan peta shp dengan data attribute table
yang kita gunakan. Kemudian klik “Find”. Data yang kita cari akan keluar pada kolom bawah.
4. Klik kanan pada data yang kita butuhkan kemudian kita dapat melakukan berbagai opsi untuk melihat ataupun mengolah data tersebut
seperti “Zoom to” dan “Identify”.
Adapun cara lain dalam melakukan query data dengan menggunakan fitur “select by attribute”
1. “Open attribute table” > “Select by attribute”
2. Klik dua kali pada “Desa”, kemudian klik kolom “Get Unique Value” ” untuk melihat nilai pada attribute table tersebut (Pada kolom
“Value” akan muncul nama-nama nilai “Desa”).
3. Untuk mencari nilai tertentu dapat menggunakan tanda sama dengan “=” selanjutnya masukan value yang kita butuhkan. Pada
praktikum kali ini kita akan mencari desa Rejosari.
1.12. Hasil
A. Input Data Teks/Spreadsheet ke dalam ArcMap
B. Joint Attribute Table
C. Query Data Attribute
1. Menggunakan fitur “Find”
2. Menggunakan “Select by Attributes” atau Formula SQL
MODUL V. INTERPOLASI DALAM SIG

1.1. DESKRIPSI UMUM :


Interpolasi adalah metode yang dapat diunggulkan untuk melakukan prediksi nilai-nilai sebaran pada suatu area berdasarkan data sampel.
Karakteristik data sampel sangat mempengaruhi hasil dari metode interpolasi yang digunakan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil
interpolasi yaitu teknik pengambilan data sampel, karakteristik data sampel, metode pengukuran sampel (hasil uji laboratorium), pemilihan
metode interpolasi. Sampel data yang tidak merata dapat mempengaruhi hasil interpolasi. Interpolasi juga merupakan proses pendekatan
sehingga memungkinkan terjadi perubahan khususnya degradasi kualitas citra pada saat algoritma interpolasi diterapkan.
Interpolasi dalam SIG terdiri dari beberapa jenis metode, antara lain Kriging, Inverse Distance Weighted (IDW), Spline, Topo to Raster,
dan Natural Neighbor. Setiap jenis dari metode interpolasi tersebut memiliki perbedaan dari segi fungsi dan juga tingkat akurasi. Hal tersebut
mampu ditimbang berdasarkan objek berupa data geografis yang dianalisis dan akan diinterpolasi. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut,
maka akan menyebabkan adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode interpolasi SIG yang tersedia.
1. Kriging adalah metode interpolasi yang digunakan untuk mengestimasi nilai z pada titik yang tidak tersampel berdasarkan informasi dari
karakteristik nilai z tersampel yang berada pada wilayah sekitarnya. Metode Kriging adalah estimasi stochastic yang mirip dengan
Inverse Distance Weighted (IDW) dimana menggunakan kombinasi linear dari weight untuk memperkirakan nilai diantara sampel data
(Ctech Development Corporation, 2004). Metode ini ditemukan oleh D.L. Krige untuk memperkirakan nilai dari bahan tambang. Asumsi
dari metode ini adalah jarak dan orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial yang penting dalam hasil interpolasi ESRI,
1996). Metode Kriging sangat banyak menggunakan sistem komputer dalam perhitungan. Kecepatan perhitungan tergantung dari
banyaknya sampel data yang digunakan dan cakupan dari wilayah yang diperhitungkan. Tidak seperti metode IDW, Kriging memberikan
ukuran error dan confidence. Metode ini menggunakan semivariogram yang merepresentasikan perbedaan spasial dan nilai diantara
semua pasangan sampel data. Semivariogram juga menunjukkan bobot (weight) yang digunakan dalam interpolasi
2. IDW adalah metode deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya (NCGIA, 1997). Asumsi dari metode ini
adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara
linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Metode ini biasanya
digunakan dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan. Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil
interpolasi. Nilai power yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi nearest neighbor dimana nilai yang
didapatkan merupakan nilai dari data point terdekat. Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai yang ada
pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi disebut sebagai isotropic. Dengan kata lain, karena metode ini
menggunakan rata-rata dari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih besar dari data sampel. Jadi,
puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat ditampilkan dari hasil interpolasi model ini (Watson & Philip, 1985). Untuk mendapatkan
hasil yang baik, sampel data yang digunakan harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal. Jika sampelnya agak jarang dan tidak
merata, hasilnya kemungkinan besar tidak sesuai dengan yang diinginkan.
3. Spline adalah metode interpolasi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai menggunakan fungsi matematika yang meminimalisir
tingkat kelengkungan atau kurva permukaan secara keseluruhan, sehingga dapat menghasilkan permukaan halus yang melewati titik
input dengan tepat. Metode ini juga dapat digunakan untuk memprediksi punggung bukit maupun lembah dalam suatu data serta
merupakan metode yang terbaik untuk menampilkan fenomena di permukaan yang bervariasi dengan lancar seperti suhu.
4. Topo To Raster adalah metode interpolasi yang dirancang khusus untuk pembuatan model elevasi digital (DEM) yang benar secara
hidrologi.
5. Natural Neighbor adalah metode interpolasi yang digunakan untuk menemukan subset terdekat dari input sampel ke titik kueri dan
menerapkan bobot padanya berdasarkan area proporsional dengan tujuan untuk menginterpolasi nilai tersebut. Metode ini dikenal juga
dengan istilah interpolasi Sibson atau interpolasi “area-stealing”. Dasar dari metode ini bersifat lokal dimana hanya menggunakan subset
sampel yang mengelilingi titik kueri saja, sehingga ketinggian interpolasinya dijamin berada dalam kisaran sampel yang digunakan.

1.2. TUJUAN :
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dan kegunaan dari interpolasi pada data geografis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis interpolasi yang biasa digunakan pada data geografis.
3. Mahasiswa mengetahui cara penerapan berbagai jenis interpolasi pada data geografis.

1.3. MANFAAT :
1. Mahasiswa menjadi paham mengenai konsep dan kegunaan dari interpolasi pada data geografis.
2. Mahasiswa menjadi bertambah wawasan akani jenis-jenis interpolasi yang biasa digunakan pada data geografis.
3. Mahasiswa mampu melakukan dan menerapkan berbagai jenis interpolasi pada data geografis.

1.4. ALAT DAN BAHAN :


1. Seperangkat komputer (PC/Laptop).
2. Software ArcGIS (sesuai dengan spesifikasi komputer masing-masing).
3. Data Vektor to Raster (Raster Interpolation)

1.5. LANGKAH

A. Kriging
1. ArcToolbox >> 3D Analys Tool >> Raster Interpolation >> Kriging

2. Masukkan parameter seperti pada gambar


B. IDW
1) ArcToolbox >> 3D Analys Tool >> Raster Interpolation >> IDW
2) Masukkan parameter seperti pada gambar
Input point feature : titik sampling grid (fishnet) Lombok. Z value : Field name nilai
ekstraksi value to point pada tabel atribut

A. Spline
1. ArcToolbox >> 3D Analys Tool >> Raster Interpolation >> Spline
2. Masukkan parameter seperti pada gambar
Input point feature : titik sampling grid (fishnet) Lombok. Z value : Field name
nilai ekstraksi value to point pada tabel atribut

A. Topo To Raster
1. ArcToolbox >> 3D Analys Tool >> Raster Interpolation >> Natural Neighbor
2. Masukkan parameter seperti pada gambar
B. Natural Neighbor
1. ArcToolbox >> 3D Analys Tool >> Raster Interpolation >> Natural Neighbor
2. Masukkan parameter seperti pada gambar
Input point feature : titik sampling grid (fishnet) Lombok. Z value : Field name nilai
ekstraksi value to point pada tabel atribut

1.6. HASIL
Gambar 1. Hasil dari Kriging

Gambar 2. Hasil dari IDW


Gambar 3. Hasil dari Spline

Gambar 4. Hasil dari Topo To Raster


Gambar 5. Hasil dari Natural Neighbor
MODUL VI. PENGGUNAAN MAP ALGEBRA DAN RASTER CALCULATOR

1.1. Deskripsi Umum


Data raster adalah matriks sel (piksel) yang disusun dalam baris dan kolom (grid) yang berisi nilai atau informasi tertentu. Model data
raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini, dunia nyata
disajikan sebagai elemen matrik atau sel-sel grid yang homogen. Dengan model data raster, data geografi ditandai oleh nilai nilai (bilangan)
elemen matrik persegi panjang dari suatu objek. Akurasi model data raster sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya di permukaan
bumi. Contoh unsur spasial raster adalah citra satelit (NOAA, spot, Landsat, Ikonos,dll), citra radar, dan model ketinggian digital (DTM).
Raster Calculator adalah salah satu tool pada ArcToolbox yang sangat berguna untuk analisa data raster. Salah satu formula yang paling
sering digunakan adalah formula formula CON (if, jika).
Map Algebra adalah modul perhitungan sederhana dan bermanfaat untuk melakukan analisis geografis (geographic analysis) Dapat
dieksekusi dalam Spatial Analyst tools, operators, and functions. Map Algebra dapat didefinisikan menjadi empat operasi yaitu local, focal,
zonal, dan global.
● Operasi lokal merupakan nilai keluaran (output) data raster berasal dari operasi yang dilakukan pada sel (pixel) yang sama (dari data
input), contoh: menghitung nilai rata-rata dari dua data raster.
● Operasi focal adalah nilai keluaran (output) data raster hasil dari operasi dari data masukan (input) di sekitarnya (Neighborhood values).
● Operasi zonal adalah nilai keluaran (output) data raster hasil dari operasi dari data masukan (input) melalui pemilihan zona. Data
masukan berada di dalam zona tsb.
● Operasi global merupakan nilai keluaran (output) data raster hasil dari operasi dari semua data masukan (input) yang ada

1.2. Tujuan
● Melakukan perhitungan data melalui fitur raster calculator
● Mengolah citra melalui Band satelit
● Memahami konsep dan penggunaan raster calculator
1.3. Manfaat
● Mahasiswa mampu melakukan perhitungan data menggunakan fitur raster calculator
● Mahasiswa mengetahui cara mengolah citra melalui Band satelit
● Mahasiswa memahami konsep dan penggunaan raster calculator
1.4. Alat dan bahan
● Data DEM
● Laptop
● Software Arcgis
1.5. Langkah-langkah
Raster Calculator

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Data diunduh dalam website USGS dengan data berupa band 5 dan band 6
3. ArcGis 10.8 dibuka kemudian coordinate system diubah menjadi WGS 1984 dalam menu properties
4. Selanjutnya, data yang sudah diunduh dimasukkan dengan cara klik “add data” dan data tersebut dimasukkan
5. Apabila layer sudah muncul, selanjutnya pada kolom search ketik raster calculator
6. Selanjutnya, raster calculator di klik dan rumus NDSI dimasukkan ke dalam kalkulator
7. Rumus NDSI adalah sebagai berikut :

NDSI= Float (Band 6-Band 5)/Float (Band 6 + Band 5)

8. Setelah rumus dimasukkan, layer terbaru yang sudah muncul hasil raster kalkulator dilakukan klasifikasi
9. Klasifikasi dilakukan dengan klik properties dan klik kolom symbology
10. Selanjutnya classes diubah menjadi 5 dan color ramp diubah sesuai kebutuhan. Saran color ramp untuk jenis tanah adalah warna merah
ke hijau.
11. Penentuan jenis tanah dilakukan dengan dicocokkan hasil symbology dengan data jenis tanah nasional yang tersedia di website.
12. Selanjutnya, apabila sudah terjadi hasil symbology tersebut, langkah terakhir adalah dilakukannya layouting peta dan di export dalam
bentuk PNG.
Hasil
MODUL VII. PENGGUNAAN EUCLIDEAN DISTANCE DAN RECLASSIFY

1.1. Deskripsi Umum


Berdasarkan teori Euclidean distance merupakan suatu rumus atau formula yang biasanya digunakan sebagai pengukuran jarak dari dua titik
dihitung dengan sistematis. Namun, sebelum mendapatkan hasil jarak dari kedua titik tersebut, perlu adanya direpresentasikan ke dalam dua
dimensi, yakni variabel x dan y. Pada data geospasial, Euclidean distance termasuk dalam analisis proximity (proximity analysis). Selain itu,
pada analisis tersebut memiliki Euclidean Direction dan Euclidean Allocation.
Pada software ArcGIS terdapat fitur Spatial Analyst yang memiliki banyak kegunaan dan fungsi, diantaranya adalah dapat digunakan untuk
membuat, meng-query, memetakan dan menganalisis data raster berbasis cell, melakukan analisis gabungan raster atau vektor, memperoleh
informasi baru dari data yang telah ada, meng-query informasi melalui persilangan layer data, menggabungkan data raster berbasis cell secara
penuh dari data vektor. Spatial Analyst Tool ini menyediakan banyak fitur pemodelan dan analisis spasial, salah satunya adalah Euclidean
Distance. Euclidean distance adalah suatu pengukuran data dan jarak untuk menghasilkan suatu nilai lokasi yang belum diketahui. Dapat
dikatakan pula, Euclidean distance ini memiliki fungsi sebagai perhitungan dari kedekatan objek di wilayah tertentu. Selain itu, tool ini juga
berguna untuk membandingkan hasil perhitungan dari beberapa lokasi dan menghitung jarak antara lokasi asal dengan lokasi yang akan dituju.
Pengolahan data Euclidean Distance menggunakan data raster yang dilakukan setelah proses interpolasi. Fitur yang digunakan pada pengolahan
data ini dapat berupa point, line, dan polygon. Cara perhitungan metode diukur dari titik tengah pixel objek yang dimaksud menuju titik tengah
pixel wilayah tertentu.
Menghitung jarak objek pada beberapa aplikasi GIS sangat diperlukan. Misalkan untuk menghitung jarak suatu titik dari sebuah sungai, dari
suatu pemukiman atau dari beberapa objek lain yang digunakan dalam melakukan analisis GIS. Contoh penerapan pada metode Euclidean
Distance adalah menentukan jarak terdekat dari beberapa wahana hiburan yang berada dari kawasan wisatawan yang akan memudahkan dalam
pemberian informasi wahana di tempat wisata tersebut. Penerapan lainnya adalah dapat mengetahui tempat yang terdekat dengan kawasan kita.
Hasil yang didapatkan dari metode tersebut akan menghasilkan informasi mengenai lokasi atau tempat, nama, gambar, jarak terdekat, jarak yang
akan ditempuh, dan masih banyak lagi.
Setelah melakukan Euclidean Distance pada sebuah data peta, perlu juga dilakukan proses Reclassify data. Reclassify dalam ArcGIS
merupakan pengubahan nilai pixel pada data raster menjadi bilangan bulat atau bilangan integer. Tujuan dilakukan adanya tools dari reclassify
adalah untuk melakukan klasifikasi ulang sesuai dengan parameter yang diperlukan sesuai pengolahan data. Pada reclassify ini biasanya terdapat
nama, warna, dan skala atau angka menunjukan parameternya sesuai kriteria yang telah ditentukan. Proses ini dimulai dengan melambangkan
lapisan raster dengan algoritma klasifikasi yang berbeda untuk ditampilkan. Setelah layer tervisualisasikan, pada opsi classify yang terdapat pada
tool Reclassify ini dipilih, dan dapat dilakukan pembuatan ulang klasifikasi dan jeda kelas sesuai yang dibutuhkan.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengertian dari Euclidean Distance dan Reclassify
2. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan objek pada data menggunakan tool Euclidean Distance dan Reclassify
3. Mahasiswa dapat memetakan kepadatan objek berdasarkan jarak pada data dengan menggunakan Euclidean Distance dan Reclassify

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pengertian dari Euclidean Distance dan Reclassify
2. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan objek pada data menggunakan tool Euclidean Distance dan Reclassify
3. Mahasiswa mampu memetakan kepadatan objek berdasarkan jarak pada data dengan menggunakan Euclidean Distance dan Reclassify
1.4. lat dan Bahan
1.4.1. Alat
No
Alat Fungsi
.
Laptop Sebagai tempat untuk melakukan proses
1.
pengolahan data

Microsoft Excel Sebagai penunjang dalam pengolahan data yang


2. masih mentah (raw data) yang nantinya akan
diolah menggunakan software ArcGIS

Software ArcGIS Sebagai tempat untuk melakukan proses Euclidean


3. 10.3 ; 10.8 Distance dan Reclassify menggunakan data yang
sebelumnya telah diolah di excel

1.4.2. Bahan
- Data spasial shp
- Excel data shp

1.5. Langkah-Langkah
Langkah-langkah untuk melakukan Euclidean Distance sebagai berikut
1. Software ArcGIS dibuka
2. Lalu pada add data dimasukkan data-data yang diperlukan untuk melakukan Euclidean Distance, seperti data shp wilayah
3. Kemudian pada menu ArcToolbox dipilih Euclidean Distance pada fitur Spatial Analyst
4. Pada Input raster or features source data diisi dengan objek yang akan menjadi acuan utama untuk melakukan proses ini
5. untuk bagian Output distance raster diisi dengan tempat atau lokasi penyimpanan file
6. Pada bagian Maximum distance (optional) diisi sesuai dengan jarak yang dibutuhkan, lalu diklik ok, dan data disimpan
7. Setelah data tersebut sudah disimpan, maka hasil dari dilakukannya proses Euclidean Distance ini akan muncul di layar

Langkah-langkah melakukan Reclassify sebagai berikut


1. Data yang sudah dilakukan pengolahan menggunakan Euclidean Distance, dilakukan klasifikasi
2. Menu search dilakukan pencarian tool reclassify (spatial analyst) untuk mengklasifikasikan sesuai parameter yang digunakan
3. Klasifikasi dilakukan sesuai parameter yang dianalisis pada data tersebut
4. Pada jendela classification diatur Method ke manual, Class, dan Break Value kemudian klik OK.
5. Value muncul sesuai klasifikasi. Kemudian, dilakukan penyimpanan data untuk output raster dan centang tanda change missing value to
NoData, lalu klik OK.
6. Hasil reclassify akan muncul pada layer

1.6. Hasil
Gambar 1. Hasil Euclidean Distance
Gambar 2. Hasil EucDist_shp2

Anda mungkin juga menyukai