Anda di halaman 1dari 53

Panduan Praktikum

Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

PANDUAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 2


APLIKASI DAN PEMODELAN SPASIAL

Menggunakan Perangkat Lunak ArcGIS 10.2

Disusun oleh:
Listumbinang Halengkara, S.Si., M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017

1
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Modul Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) 2 ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Modul Praktikum ini berisi panduan dan langkah kerja bagi mahasiswa yang sedang
menempuh mata kuliah SIG 2 dalam melaksanakan kegiatan praktikum secara digital di
laboratorium dengan menggunakan perangkat lunak (software) ArcGIS 10.x. Perlu diketahui
bahwa SIG 2 merupakan mata kuliah lanjutan sehingga setiap mahasiswa yang akan
mengambil mata kuliah ini diwajibkan untuk mengambil mata kuliah SIG 1 terlebih dahulu
pada semester sebelumnya.
Jika pada praktikum SIG 1 difokuskan pada pelatihan dasar-dasar kemampuan dalam
penyusunan basisdata spasial (meliputi input data, digitasi, editing, pemberian atribut,
hingga pembuatan layout peta), maka praktikum SIG 2 ini lebih fokus pada bagaimana
melakukan pemodelan spasial dan mengaplikasikannya dalam berbagai bidang. Beberapa
pemodelan yang akan digunakan sebagai bahan latihan dalam praktikum adalah
tumpangsusun (overlay) peta menggunakan tool geoprocessing, pemrosesan citra
menggunakan tool image analysis, pemodelan 3 dimensi menggunakan tool 3D analysis,
serta analisis jaringan jalan dengan tool network analysis.
Tentunya modul praktikum SIG 2 yang telah disusun ini masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu kami
harapkan agar ke depan modul ini dapat lebih disempurnakan lagi. Akhir kata semoga modul
ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi para
mahasiswa dan bagi semua orang yang membacanya dalam mengaplikasikan pemodelan
spasial menggunakan SIG.

Bandar Lampung, 2017

Listumbinang Halengkara

2
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................................................


Daftar Isi ....................................................................................................................................................
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Praktikum................................................................................................
Format Laporan Praktikum........................................................................................................................
Pendahuluan..............................................................................................................................................
Acara 1 Pengenalan Perangkat Lunak ArcGIS, Geoprocessing, dan Digitasi ..........................................
Acara 2 Editing dan Pemberian/Pengisian Atribut.................................................................................
Acara 3 Input Data Koordinat GPS..........................................................................................................
Acara 4 Pembuatan Layout Peta ............................................................................................................
Acara 5 Tumpangsusun (Overlay) Peta dengan Geoprocessing .............................................................
Acara 6 Image Analysis...........................................................................................................................
Acara 7 3D Analysis.................................................................................................................................
Acara 8 Network Analysis .......................................................................................................................

3
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM

Praktikum Sistem Informasi Geografis 2 : Aplikasi dan Pemodelan Spasial direncanakan akan
diselenggarakan sebanyak delapan (8) kali pertemuan, dimana setiap pertemuan terdiri dari
4 jam (2 jam tatap muka dan 2 jam kerja mandiri). Sehingga secara total, pelaksanaan
praktikum ini setara dengan 16 kali pertemuan. Rincian materi/acara yang akan dilaksanakan
pada setiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel berikut:

No Pertemuan Acara Praktikum Keterangan


Pengenalan Software ArcGIS 10.2, Georeferencing,
1 1
dan Digitasi
2 2 Editing dan Pemberian/Pengisian Atribut
3 3 Input Data Koordinat GPS
4 4 Penyusunan Layout Peta
5 5 Overlay Peta dengan Geoprocessing
6 6 Image Analyst
7 7 3D Analyst
8 8 Network Analyst

4
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

Setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum Sistem Informasi Geografi 2 : Aplikasi dan
Pemodelan Spasial ini wajib membuat dan mengumpulkan laporan praktikum. Laporan
praktikum dibuat untuk masing-masing acara dan dikumpulkan paling lambat satu minggu
setelah praktikum pada masing-masing acara selesai dilaksanakan. Laporan praktikum dibuat
dengan format lengkap seperti yang dijabarkan dalam penjelasan berikut:

Cover
I. Pendahuluan (Tinjauan Pustaka)
II. Tujuan
III. Alat dan Bahan
IV. Langkah Kerja
V. Hasil Praktikum
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
.

5
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya
akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:
Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis
dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis .
Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang
berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang
berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar
(dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data
yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi
geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar
referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi,
kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari
berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat
lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia
untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang
menentukan keberhasilan SIG.

1.2. Data Spasial


Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar
referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain,
yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini

6
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

:
1 Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi
(lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan
proyeksi.
2 Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki
beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi,
populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

1.3. Format Data Spasial


Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial
dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:
1.3.1. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama),
titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 1. Format Data Vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam


merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa
yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh
penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.
Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi
perubahan gradual.

7
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

1.3.2. Data Raster


Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari
sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai
struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Gambar 2. Format Data Raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan
kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah,
kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data
raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula
ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data
yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume
data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor
relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit
untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya
membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah,
tetapi lebih mudah digunakan secara matematis

1.4. Sumber Data Spasial


Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain :

8
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

1) Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam
bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi
peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses
dijitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.
2) Data Sistem Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara
berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai
jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
3) Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas
administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan
dan lain-lain.
4) Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG.
Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data
ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS
akan diterangkan selanjutnya.

1.5. Pemodelan Spasial


Pemodelan dapat diartikan sebagai sebuah proses pembuatan model sedangkan
data spasial sendiri merupakan data yang memiliki referensi koordinat dan terkait dengan
permukaan bumi. Oleh karena itu secara umum dapat dikatakan bahwa pemodelan spasial
merupakan sebuah proses pembuatan model data spasial.
Jika didefinisikan secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan pemodelan spasial
adalah proses manipulasi dan analisis data spasial untuk menghasilkan suatu informasi baru.
Pemodelan spasial ini merupakan tahapan lanjut dari pemanfaatan SIG. Bisa dikatakan juga

9
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

bahwa pemodelan spasial merupakan inti dari SIG. Selama ini masih banyak kalangan yang
menganggap bahwa SIG hanya sebatas tentang pembuatan peta secara digital (digital
mapping) saja. Padahal sebenarnya kemampuan dari SIG tidak hanya sebatas itu. SIG
merupakan sebuah ilmu dan teknik yang sangat luas dan bisa kita gunakan untuk
menganalisis berbagai fenomena dan memecahkan berbagai persoalan di segala bidang.
Beberapa contoh pemodelan spasial yang saat ini banyak digunakan adalah geoprocessing,
3D analysis, image analysis, dan network analysis.

10
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 1
PENGENALAN SOFTWARE ARCGIS, GEOREFERENCING, DAN DIGITASI

1.1. Tujuan
1. Melakukan pengenalan pada antar muka (user interface) perangkat lunak ArcGIS
dan mengenali setiap Menu, Button, dan Tools yang dimiliki.
2. Melakukan proses registrasi peta atau pengikatan koordinat (Georeferencing) pada
peta JPG yang telah disediakan.
3. Melakukan proses digitasi untuk membuat basisdata spasial digital, baik berupa
titik, garis, dan area pada peta yang telah ter-georeference.

1.2. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Software ArcGIS 10.2
3. Peta Administrasi Provinsi Lampung (dalam bentuk JPG)

1.3. Langkah Kerja


1. Buka program ArcGIS dari start menu Program ArcGIS ArcMap 10.2
2. Pilih blank map (double-click) untuk memulai pekerjaan baru.

3. Jika ingin menentukan lokasi folder geodatabase terlebih dahulu, silakan ubah
lokasi default geodatabase for this map yang ada di bagian bawah. Kemudian
klik OK
4. Akan terlihat tampilan halaman muka program ArcGIS 10.2

5. Silakan coba setiap tombol yang ada sebelum memulai melakukan tahapan
selanjutnya.

MEMULAI REGISTRASI PETA


6. Tahapan Input Data terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu registrasi peta, digitasi,
editing, dan pemberian atribut.

11
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

7. Untuk memulai tahapan registrasi (georeferencing), peta (.jpg) yang akan di


register harus ditampilkan/dipanggil terlebih dahulu dengan menekan icon
(add data) kemudian cari pada folder yang berisi peta tersebut. Jika folder tidak
dapat ditemukan, klik tombol connect to folder yang ada pada bagian kanan
atas.

8. Setelah peta ditampilkan maka langkah selanjutnya adalah mengaktifkan tool


bar Georeferencing dengan cara klik kanan mouse pada lokasi tool bar
kemudian pilih Georeferencing.

KLIK KANAN
PADA TOOLBAR

9. Setelah keluar jendela Georeferencing, buatlah 4 titik kontrol pada tiap


perpotongan koordinat yang ada pada tiap pojok peta yang akan diregister
menggunakan tombol Source and Destination berikut:

Nama peta yang Source and Rotasi peta


diregistrasi Destination View Link Table
Mengedit titik
dan melihat RMS
Error

10. Setiap selesai membuat satu titik ikat pada perpotongan koordinat, klik kanan
untuk memasukkan koordinat X dan Y sebenarnya (UTM) sesuai yang tampak
pada peta JPG. Lakukan hal ini pada titik ikat berikutnya.
11. Setelah empat titik ikat selesai dibuat, buka tabel dengan klik tombol View Link
Table dan lihat angka RMS Error-nya. Jika nilainya sudah baik (<0,5) simpan hasil
georeferencing dengan cara klik tombol georeferencing yang ada di sebelah kiri
atas update georeference.

12
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

12. Peta siap digunakan untuk proses digitasi.

MEMULAI DIGITASI PETA


13. Tahapan selanjutnya adalah digitasi peta. Digitasi adalah sebuah proses
penggambaran peta atau membuat data spasial digital (dalam bentuk shapefile
atau .shp) yang biasanya berupa peta dasar (administrasi, jalan, sungai, dan
lainnya).
14. Proses digitasi dimulai dengan membuat file (theme) baru dengan
menggunakan fasilitas Arc Catalog.

15. Buka fasilitas Arc Catalog dengan klik tombol/button warna putih kuning di
sebelah kanan atas.
16. Sebelum membuat theme baru, tentukan terlebih dahulu folder penyimpanan
yang akan digunakan sebagai basisdata.
17. Jika folder penyimpanan telah dibuat, klik kanan pada folder tersebut new
shapefile. Pilihlah jenis shapefile sesuai kebutuhan (point, polyline, atau
polygon).

13
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

18. Berikan nama file pada setiap shapefile yang akan dibuat. Pada panduan
praktikum ini, yang akan dijabarkan secara lebih lanjut hanya digitasi dalam
bentuk polygon.
19. Nama yang dipilih adalah Admin_Lampung, Pilih tipe data (Feature Type)
berupa polygon, klik edit untuk menentukan sistem proyeksi, sistem proyeksi
yang digunakan adalah UTM sehingga pada bagian edit pilih Projected
Coordinate System UTM WGS 1984 Southern Hemisphere WGS
1984 Zone 48 S.
20. Setelah sistem koordinat ditentukan kemudian klik OK.
21. Untuk memulai proses digitasi aktifkan terlebih dahulu menu/toolbar Editor

dengan klik tombol atau dapat juga dilakukan dengan klik kanan pada
toolbar kosong kemudian pilih Editor.
22. Klik tombol Editor (1) start editing klik tombol Create Features (2)

1 2

23. Gunakan tombol polygon yang ada pada bagian kanan bawah untuk memulai
membuat batas administrasi seluruh kabupaten di Provinsi Lampung.

24. Proses digitasi polygon administrasi Provinsi Lampung dapat dilakukan dengan
dua cara. Cara yang pertama adalah dengan men-digitasi tiap kabupaten satu
per satu. Cara yang kedua adalah dengan menggambar polygon untuk seluruh
Provinsi Lampung kemudian dipotong per kabupaten dengan fasilitas Cut
Polygon Tools. Untuk pemula, disarankan menggunakan cara yang kedua
karena lebih mudah.

14
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

25. Untuk memotong polygon, klik terlebih dahulu pada polygon Provinsi Lampung
yang telah didigitasi sebelumnya menggunakan tombol Edit Tool yang ada pada
Editor. Kemudian klik tombol Cut Polygon Tools dan lakukan digitasi pada batas
kabupaten yang akan dipotong. Digitasi harus dilakukan dengan memotong
garis awal dan akhir pada batas polygon Provinsi Lampung.

Edit Tool Cut Polygon Tools

26. Setelah proses digitasi selesai dilakukan pada semua batas kabupaten, klik pada
tulisan Editor kemudian pilih Stop Editing untuk menyimpan hasil digitasi.

15
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 2
EDITING DAN PENGISIAN ATRIBUT

1.1. Tujuan
1. Melakukan proses editing pada hasil digitasi (polygon) administrasi Provinsi
Lampung yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Melakukan pengisian data atribut nama kabupaten/kota pada hasil digitasi
(polygon) administrasi Provinsi Lampung yang telah dilakukan sebelumnya.

2.1. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Software ArcGIS 10.2
3. Peta Administrasi Provinsi Lampung (dalam bentuk JPG)
4. Data shapefile (shp) kabupaten/kota Provinsi Lampung

3.1. Langkah Kerja


1. Untuk memulai melakukan proses editing, panggil terlebih dahulu file
kabupaten_lampung.shp yang telah dibuat sebelumnya menggunakan tombol
(button) Add Data
2. Lakukan Start Editing pada file kabupaten_lampung.shp menggunakan tool
Editor.

3. Tekan tombol Edit Tool pada menu Editor kemudian pilih polygon yang akan di
edit.

4. Pilih tombol Edit Vertices kemudian pilih salah satu titik vertex (yang berwarna
hijau) tekan, tahan, dan geser (drag) untuk memperbaiki hasil digitasi pada
polygon yang telah dipilih.

16
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

Catatan penting!!
Fasilitas Edit Vertices ini sebaiknya hanya dilakukan untuk memperbaiki hasil
digitasi pada batas polygon kabupaten/kota terluar luar saja (batas provinsi). Jika
akan dilakukan untuk memperbaiki batas antar polygon kabupaten/kota yang
berimpitan, proses penggeseran vertex harus dilakukan pada kedua garis batas
polygon kabupaten/kota yang berimpitan tersebut agar tidak terjadi gap (lubang)
antar polygon.

5. Tahap selanjutnya adalah pengisian data atribut berupa nama masing-masing


kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Pengisian data atribut dimulai dengan
membuka data atribut file/theme kabupaten_lampung.shp dengan cara klik
kanan open attribute table

6. Sebelum mengisi data atributnya, kita harus membuat kolom (field) baru dengan
cara klik pada menu Table Option, kemudian pilih Add Field.

7. Pada window Add Field, isikan Name dengan Keterangan, pilh Type berupa Text,
kemudian klik OK
8. Setelah kolom untuk pengisian nama kabupaten/kota tersedia, klik Start Editing
pada menu Editor kemudian mulailah mengisikan nama kabupaten/kota satu per
satu sesuai dengan data grafis pada file/theme kabupaten_lampung.shp
9. Klik salah satu polygon yang akan diisi, kemudian isikan nama pada bagian atribut
yang berwarna biru/cyan. Lakukan hal yang sama sampai seluruh nama
kabupaten/kota terisi.

17
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

10. Setelah semua nama kabupaten kota terisi, simpan hasilnya dengan cara klik
menu Editor dan pilih Stop Editing.
11. Berikan simbol warna pada masing-masing kabupaten/kota dengan cara klik
kanan pada file/theme kabupaten_lampung.shp kemudian pilih properties.

12. Pilih menu tab pada bagian Symbology, pada bagian Show pilihlah Categories
Unique Value, pada bagian Value Field pilihlah field/kolom yang berisi nama
kabupaten/kota yang dalam hal ini adalah Keterangan. Kemudian pada bagian
bawah klik tombol Add All Values hingga setiap kabupaten/kota diwakili oleh
satu warna yang berbeda, dan klik Ok.

(1) Pilih Symbology

(2) Pilih (3) Pilih


Categories Keterangan
Unique Value

(5) Klik OK

(4) Klik
Add All Values

18
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

13. Tampilkan nama/toponimi masing-masing kabupaten kota dengan cara klik kanan
pada file/theme kabupaten_lampung.shp pilih Label Features.

14. Apabila setelah memilih Label Features, toponimi nama kabupaten/kota belum
muncul, lakukan setting pada Properties. Klik kanan pada file/theme
kabupaten_lampung.shp pilih Properties. Masuk pada bagian tab Labels dan
pastikan pada Label Field berisi Keterangan. Kemudian klik OK.

15. Simpan hasilnya sebagai hasil praktikum.


16. Jangan lupa untuk menyimpan project dalam bentuk .mxd melalui menu File
Save Project As.

19
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 3
INPUT DATA KOORDINAT GPS

1.1. Tujuan
1. Melakukan plotting posisi koordinat menggunakan GPS Handheld dan aplikasi GPS
Essentials.
2. Input data koordinat ke dalam program ArcMap.
3. Menampilkan data titik ke dalam aplikasi Google Earth

1.2. Alat dan Bahan


1. GPS Handheld
2. Smartphone dengan OS Android
3. Aplikasi GPS Essentials yang bisa di download via Google Play Store
4. Seperangkat komputer/Laptop
5. Perangkat lunak ArcMap dan Google Earth

1.3. Langkah Kerja


Perkembangan dalam bidang teknologi informasi yang sangat pesat turut memberikan
pengaruh juga pada perkembangan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG yang
dulunya lebih banyak digunakan dengan berbasis desktop, saat ini telah mengalami
perkembangan ke arah mobile. Kondisi ini sesuai dengan tren yang sedang terjadi di
masyarakat, dimana mereka saat ini lebih senang menghabiskan waktu bermain dengan
handphone/smartphone dari pada berada di depan laptop atau perangkat personal
computer (PC). Akibatnya banyak sekali program-program atau aplikasi-aplikasi SIG berbasis
mobile, baik itu untuk platform android, iOS, maupun windows phone. Kondisi ini
memberikan keuntungan bagi para praktisi di bidang survey dan pemetaan dimana mereka
akan lebih terbantu dalam melakukan kegiatan survey dan pemetaan tersebut dengan hanya
bermodalkan smartphone saja.
Platform yang saat ini paling banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah
android. Hal ini disebabkan karena sifat platformnya yang lebih terbuka, mudah digunakan,
serta sudah banyak dijumpai pada perangkat-perangkat komunikasi (smartphone) entry level
yang berharga murah. Salah satu aplikasi berbasis android yang paling mudah digunakan
untuk kepentingan survey dan pemetaan adalah aplikasi GPS ESSENTIALS. Aplikasi ini
merupakan aplikasi yang mampu menyulap smartphone yang kita miliki menjadi alat GPS
Navigasi yang biasa digunakan untuk keperluan survey dan pemetaan standar. Sebelum
memulai untuk plotting koordinat suatu lokasi, instal terlebih dahulu aplikasi GPS Essentials
melalui Google Play Store.

1. Jalankan aplikasi GPS Essential

20
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

2. Masuk ke bagian Setting Position Format, untuk mengubah sistem koordinat


(geografis atau UTM) sesuai kebutuhan. Untuk praktikum ini, kita akan
menggunakan sistem koordinat UTM sehingga pilihkan sistem UTM/UPS.

3. Kembali ke menu utama dan klik menu Satellite jika ingin melihat sinyal satelit
yang mampu ditangkap oleh smartphone. Sinyal satelit yang siap digunakan akan
berubah warna menjadi hijau/biru terang.

4. Jika sudah yakin bahwa banyak sinyal satelit yang bisa diterima silakan kembali ke
menu utama dan klik menu Waypoint untuk memulai menyimpan atau plotting
posisi koordinat suatu lokasi yang kita inginkan.

5. Klik tanda + dengan lingkaran biru di bagian kanan bawah untuk mulai menyimpan
titik koordinat (waypoint).
6. Tunggu hingga jumlah Satellite dan Used mencapai maksimal dan angka
penyimpangan GPS mencapai angkat stabil terkecil. (+ 3 Meter).
7. Beri nama titik yang akan diplot pada bagian kolom Add a Name.
8. Klik Create untuk menyimpan titik/waypoint.

21
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

Tunggu hingga jumlah


satellite dan angka
Beri nama sesuai used maksimal, serta
lokasi plotting nilai terkecil.

Klik Create untuk


menyimpan titik
(waypoint)

Yang perlu menjadi catatan adalah aplikasi GPS ESSENTIALS ini tidak disarankan untuk
kegiatan pemetaan profesional serta pengukuran untuk pembuatan peta skala detil.
Hal ini disebabkan karena tingkat akurasi hasil pengukuran koordinat masih memiliki
bias yang lebih besar bila dibandingkan dengan alat GPS receiver apalagi Total Station.
Namun demikian, aplikasi ini tetap berguna bila kita perlu melakukan plotting posisi
suatu lokasi tertentu yang akan kita masukkan ke dalam peta digital (shapefile) yang
telah kita miliki. Sebagai contoh peta lokasi tempat wisata, lokasi sekolah, lokasi
fasilitas kesehatan, lokasi gedung perkantoran pemerintah, dan lain-lain.
Hasil plotting posisi lokasi (waypoint) yang kita peroleh dari aplikasi GPS ESSENTIALS
dapat kita masukkan ke dalam peta digital (shapefile) yang telah kita miliki. Untuk
memasukkan hasil pengukuran melalui aplikasi GPS ESSENTIALS, silakan mengikuti
langkah-langkah berikut:
1. Buka program Microsoft Excel
2. Masukkan koordinat X dan Y hasil pengukuran dengan format tabel sederhana sbb:

3. Setelah selesai input data, simpan dalam format .xls atau .xlsx
4. Buka program ArcGIS/ArcMap
5. Buka file koordinat.xlsx melalui tombol Add Data pilih Sheet1

6. Setelah data Sheet1 koordinat.xlsx muncul dalam ArcMap, untuk menampilkan


posisi koordinat pada peta klik kanan pada Sheet1 Display XY Data.

22
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

7. Pastikan X field berisi koordinat X UTM dan Y field berisi koordinat Y UTM
8. Setelah sebaran lokasi titik muncul dalam bentuk sheet1$ Events segera lakukan
Export Data ke bentuk shapefile dengan cara klik kanan pada file sheet1$ Events
tersebut kemudian pilih Data Export Data. Simpan dalam jenis shapefile
sehingga kita memperoleh data permanen hasil plot posisi

Hasil plotting lokasi dari aplikasi GPS ESSENTIALS ini juga bisa kita tampilkan dalam
program Google Earth apabila di komputer atau laptop yang kita gunakan telah
terinstal program tersebut. Jika ingin mencobanya, silakan ikuti langkah-langkah
berikut:
1. Install program Google Earth dan pastikan komputer atau laptop yang akan kita
gunakan tersambung ke jaringan internet.
2. Untuk dapat menampilkan data hasil plotting lokasi, kita harus melakukan konversi
terlebih dahulu agar format data menjadi bentuk KML/KMZ. Bila kita menggunakan
program ArcMap 10.2, di dalamnya telah terdapat fasilitas untuk melakukan
konversi tersebut.
3. Buka program ArcMap
4. Tampilkan data koordinat lokasi.shp
5. Lakukan Define Projection terlebih dahulu untuk menyimpan sistem koordinat
pada peta yang akan dikonversi ke bentuk KML/KMZ
6. Untuk melakukan Define Projection, buka Arc Toolbox Data Management Tools
Projections and Transformations Define Projections. Pilihlah sistem koordinat
UTM (Projected) WGS 1984 Datum 48S (Southern Hemisphere).

23
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

7. Sedangkan untuk melakukan tahap konversi, buka Arc Toolbox Pilih Conversion
Tools to KML Layer to KML
8. Pilih file yang akan kita konversi kemudian beri nama baru dan klik OK.

9. Buka program Google Earth


10.Klik File open
11.Cari file koordinat yang telah berformat KML/KMZ, klik Open. Maka data kita akan
tertampilkan pada program Google Earth. Cara ini juga berlaku untuk menampilkan
jenis data yang lain, baik berupa titik, garis, maupun area (polygon). Selamat
mencoba!

24
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 4
MENYUSUN LAYOUT PETA

1.1. Tujuan
1. Menyusun Layout Peta Administrasi Provinsi Lampung sesuai dengan kaidah
kartografis yang baik dan benar.
2. Export Layout Peta Administrasi Provinsi Lampung ke dalam bentuk JPG

1.2. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Software ArcMap
3. Data shapefile pelengkap peta administrasi Provinsi Lampung:
- Kabupaten_lampung.shp
- Jalan.shp
- Sungai.shp
- Garis_pantai.shp
- Batas_provinsi.shp
- Indonesia.shp

1.3. Langkah Kerja


1. Buka program ArcMap
2. Panggil data shapefile yang dibutuhkan (batas administrasi kabupaten, jalan,
sungai, garis pantai, Indonesia, dan lainnya) melalui tombol Add Data.
3. Atur masing-masing simbol dan warnanya sesuai dengan kaidah kartografis yang
baik dan benar.
4. Untuk mengatur masing-masing simbol dan warna pada setiap data (shapefile)
tersebut, klik kanan pada data tersebut kemudian pilih Properties dan masuk ke
bagian tab Symbologi. Untuk jenis simbol atau warna yang hanya terdiri dari satu
macam, pilihlah Features Single Symbol pada bagian Show. Kemudian klik pada
kotak Symbol yang ada di sebelah kanan.
5. Untuk jenis simbol atau warna yang terdiri dari beberapa kelas atau katagori
pilihlah Categories Unique Values pada bagian Show. Isi Value Field di bagian
kanan sesuai nama field/kolom yang berisi kelas atau katagori yang akan diberi
simbol, kemudian klik Add All Values hingga semua kelas muncul dengan warna
yang berbeda, kemudian klik OK.

6. Aturlah sedemikian rupa agar setiap simbol menarik dan benar secara prinsip
kartografis. Untuk membuat agar latar belakang berubah menjadi warna biru

25
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

untuk mewakili laut, klik kanan pada tulisan Layers kemudian pilih Properties.
Masuk ke bagian Frame dan ubah warna background menjadi biru.

7. Setelah pemilihan simbol selesai dilakukan, kita siap untuk memulai menyusun
layout peta. Namun sebelumnya pastikan dulu Frame/View peta yang kita gunakan
sudah terdefinisi referensi koordinatnya. Caranya adalah dengan klik kanan pada
Layers, pilih Properties, masuk ke bagian Coordinat System. Pilih Projected
Coordinat System UTM WGS1984 Southern Hemisphere WGS 1984
UTM Zone 48S. Kemudian klik OK setelah kotak dibagian bawah terisi informasi.

8. Untuk mulai menyusun layout peta, klik tombol Layout View yang ada di bagian
bawah. Sebelumnya pastikan dulu peta kita telah tepat berada pada tengah
halaman View dengan cara klik kanan pada kabupaten_lampung.shp kemudian
pilih Zoom to Layer.

26
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

9. Setelah posisi view sempurna, kita klik tombol Layout View untuk memulai
menyusun layout peta. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah setting/setup
orientasi dan ukuran halaman. Caranya adalah dengan klik kanan pada bagian
halaman yang kosong kemudian pilih Page and Print Setup. Pilih ukuran kertas A3
(scaled) dan orientasi Landscape.

10.Untuk membuat komponen-komponen peta seperti garis tepi, judul, orientasi,


skala, dan sebagainya gunakan menu Insert dan tool Draw. Tool draw dapat
diaktifkan dengan klik kanan pada bagian toolbar yang kosong.

Untuk membuat view dataset baru (contoh : inset peta


Untuk membuat judul peta
Untuk membuat tulisan/teks/toponimi pada peta
Untuk membuat tulisan yang dinamis
Untuk membuat garis tepi peta
Untuk mengeluarkan legenda peta
Untuk membuat arah utara (orientasi) peta
Untuk membuat skala peta (grafis)
Untuk membuat skala peta (teks)
Untuk mengeluarkan gambar lain/logo
Untuk mengeluarkan obyek lain

1 2 3 4
Keterangan:
1. Untuk memilih obyek yang akan di edit
2. Untuk menggambar kotak, garis tepi peta, maupun garis batas
lain pada peta
3. Untuk menambahkan teks/toponimi pada peta
4. Untuk meng-edit font, ukuran, dan sebagainya

11.Lengkapilah komponen-komponen peta sesuai standar kartografis yang baik dan


benar. Komponen peta yang lengkap terdiri dari 12 unsur, yaitu: 1. Judul, 2.
Orientasi, 3. Skala, 4. Garis tepi, 5. Koordinat, 6. Isi, 7. Legenda, 8. Sumber data, 9.
Tahun pembuatan, 10. Pembuat peta, 11. Inset, 12. Toponimi.
12.Untuk mengeluarkan koordinat peta, klik kanan pada kotak peta kemudian pilih
Properties. Masuk ke bagian Grids dan klik New Grid.

27
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

13.Pilih Measured Grid (bagian tengah) dan klik Next seterusnya hingga Finish.
Kemudian klik OK.

14.Perhatikan hasilnya. Jika grid koordinat dirasa terlalu rapat, kita dapat
memperbaikinya dengan cara kembali ke Properties (klik kanan pada peta), pada
bagian Grids pilih Properties, kemudian edit angka (perbesar angkanya) pada
bagian X-Axis Interval dan Y-Axis Interval.

28
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

15.Klik OK dan lihat perbedaannya. Selain itu perhatikan juga angka koordinat yang
muncul. Jika masih terdapat angka 0 yang banyak, kita perlu meng-edit-nya juga.
Caranya adalah dengan membuka kembali Properties peta, kemudian pada bagian
Grids pilih Style Properties Additional Properties Number Format.
Kemudian pada bagian Rounding pilihlah Number of Significant Digits. Klik OK
hingga kembali ke menu utama dan peta kembali terlihat.

Catatan:
Untuk menggeser peta, zoom in, dan zoom out, gunakan menu Layout. Jangan pergunakan
menu Tools yang ada pada toolbar.

X
16.Jika dirasa sudah cukup baik, lanjutkan untuk melengkapi komponen peta yang
lain. Jika sudah lengkap, export layout peta ke dalam bentuk JPG dengan cara klik
menu File Export Map.

17.Pilih Save as Type sebagai JPEG kemudian klik Save.

29
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 5
PEMODELAN SPASIAL :
OVERLAY PETA DENGAN GEOPROCESSING

1.1. Geoprocessing
Geoprocessing is a GIS operation used to manipulate spatial data (https://
en.wikipedia.org/wiki/Geoprocessing) atau dapat dikatakan bahwa geoprocessing
merupakan sebuah operasi SIG yang dapat digunakan untuk manipulasi data spasial.
Pengertian lain menyebutkan bahwa geoprocessing merupakan sekumpulan fungsi dalam
SIG yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisis dengan menggabungkan dua
atau lebih data spasial sehingga diperoleh informasi baru. Terdapat beberapa fungsi dasar
(operasi) geoprocessing dalam program SIG. Khusus pada program ArcGIS 10.2, fungsi
geoprocessing terdiri dari: buffer, clip, intersect, union, merge, dan dissolve.
Buffer adalah sebuah fasilitas untuk membuat suatu jangkauan/zona/batasan area
tertentu yang kita inginkan dari obyek yang telah kita tentukan sebelumnya. Area hasil
proses buffer dapat berupa bentuk lingkaran jika obyek pusat buffer adalah titik (point) atau
dapat pula berupa polygon yang memanjang bila obyek yang akan kita buffer berupa
polyline seperti jalan atau sungai.

Gambar 1. Contoh analisis buffer untuk obyek titik, garis, dan area.

Clip adalah sebuah fasilitas untuk mengekstrak data dari peta input menggunakan
batasan peta lain yang areanya lebih kecil. Clip ini biasanya digunakan untuk memotong
suatu wilayah tertentu pada sebuah peta sesuai dengan batas yang kita inginkan.

Gambar 2. Contoh penggunaan fasilitas clip pada peta.

Intersect adalah sebuah fasilitas untuk menggabungkan (overlay) dua tema peta atau
lebih menjadi satu tema peta baru, dimana batas area yang digunakan sebagai batas area
peta baru adalah peta input yang memiliki area terkecil. Pada hasil overlay yang diperoleh,
data yang tergabung tidak hanya data grafisnya saja namun juga data atribut seluruh peta
yang digabungkan. Tentu saja peta-peta yang akan di-intersect harus memiliki referensi
koordinat dan wilayah yang sama.

30
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

Union merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sama dengan intersect. Perbedaannya
terletak pada batas area peta akhir dimana jika menggunakan fasilitas union ini, batas semua
peta yang di overlay akan tetap dipertahankan. Penggunaan antara union dan overlay tidak
akan nampak perbedaannya jika semua tema peta yang digabungkan memiliki batas atau
luasan area yang sama persis (match).

Gambar 3. Perbedaan hasil analisis menggunakan intersect (atas) dan union (bawah)

Merge merupakan sebuah fasilitas untuk menggabungkan beberapa file data spasial
(baik data grafis maupun data atributnya) menjadi satu file peta baru. Fasilitas merge ini
hanya dapat dijalankan apabila data spasial yang akan digabungkan memiliki informasi
atribut yang sama serta berada pada referensi koordinat yang sama.
Dissolve merupakan sebuah fasilitas untuk menyederhanakan (generalisasi) data
berdasarkan atribut yang sama pada sebuah peta atau data spasial yang kita miliki. Fungsi
dissolve ini selain untuk menyederhanakan data juga berfungsi untuk mempercantik
tampilan pada peta hasilnya.

Gambar 4. Ilustrasi penggunaan fasilitas merge untuk menggabungkan data


(grafis dan atribut).

31
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

Gambar 5. Ilustrasi penggunaan fasilitas dissolve untuk menyederhanakan data

Pada praktikum SIG 2 ini fokus utamanya adalah bagaimana memanfaatkan SIG untuk
analisis dan pemodelan spasial. Oleh karena itu beberapa fasilitas geoprocessing yang telah
dijelaskan sebelumnya akan digunakan untuk membuat peta analisis Arahan Fungsi
Pemanfaatan Lahan di Provinsi Lampung.
Luntungan (1998) menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan
kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu
berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan
sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan
kemampuannya Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk
mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi
yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat
sumberdaya alam di suatu wilayah. Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-masing
kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan arahan fungsi
pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga fungsi
utama kawasannya.
Fungsi kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan karakteristik fisiknya
berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung,
penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana
setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. Berikut ini adalah kriteria yang
digunakan Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), Departemen Kehutanan
untuk menentukan status kawasan berdasarkan fungsinya :
a. Kawasan Fungsi Lindung
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih
besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %
2) Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi
(regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng > 15%
3) Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di kanan
kiri alur sungai
4) Merupakan wilayah sekitar mataair, yaitu 200 meter dari pusat mataair.
5) Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas permukaan
laut.

b. Kawasan Fungsi Penyangga


Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174 serta
memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya.
2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
3) Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan
sebagai kawasan penyangga.

32
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan


Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta sesuai untuk
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Selain itu areal tersebut harus memenuhi
kriteria umum untuk kawasan penyangga.

d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman


Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman
tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang seharusnya
dikembangkan usaha tani tanaman semusim. Selain memenuhi kreteria tersebut diatas,
untuk kawasan permukiman harus berada pada lahan yang memiliki lereng mikro tidak lebih
dari 8%.

Berdasarkan kriteria yang digunakan Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
(BRLKT), Departemen Kehutanan tersebut, untuk melakukan analisis arahan fungsi
pemanfaatan lahan diperlukan 3 (tiga) jenis data yang berupa peta lereng, peta tanah, dan
peta curah hujan. Ketiga data ini kemudian akan kita analisis dengan metode overlay
menggunakan fasilitas geoprocessing.

Gambar 6. Ilustrasi Proses Tumpangsusun (overlay) Peta

1.2. Tujuan
1. Melakukan analisis Arahan Fungsi Lahan di Provinsi Lampung
2. Membuat Layout Peta Arahan Fungsi Lahan di Provinsi Lampung
3. Menghitung Luas Masing-masing Kelas Arahan Fungsi Lahan per Kabupaten di
Provinsi Lampung.

1.3. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Perangkat Lunak ArcGIS
3. Peta Lereng Provinsi Lampung
4. Peta Tanah Provinsi Lampung
5. Peta Curah Hujan Provinsi Lampung

1.4. Langkah Kerja


Langkah-langkah untuk mulai melakukan analisis Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan di
Provinsi Lampung adalah sebagai berikut:
1. Buka program ArcMap 10.2
2. Panggil peta-peta parameter (lereng.shp, tanah.shp, dan hujan.shp) melalui button
add data

33
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

3. Buka atribut dari masing-masing peta tersebut. Klik kanan pada nama peta
Open Attribute Table dan buatlah field baru pada masing-masing peta dengan
Nama: Skor_L pada peta lereng, Skor_T pada peta tanah, dan Skor_CH pada peta
curah hujan. Caranya dengan menekan tombol Table Option pada Attribute
Add Field. Pada bagian Type pilih Short Integer.

4. Isikan masing-masing atribut dengan klasifikasi sebagai berikut:


Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi Nilai Skor

I 0,00 8,00 Datar 20

II 8,01 15,00 Landai 40

III 15,00 - 25,00 Agak Curam 60

IV 25,01 - 40,00 Curam 80

V 40,01 atau lebih Sangat Curam 100

Kelas Intensitas (mm/hari) Klasifikasi Nilai Skor

I s/d 13,60 Sangat Rendah 10

II 13,61 20,70 Rendah 20

III 20,71 27,70 Sedang 30

IV 27,71 34,80 Tinggi 40

V 34,81 atau lebih Sangat Tinggi 50

Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Nilai Skor


Aluvial, Gleisol,Planosol, Hidromorf kelabu,
I Tidak Peka 15
Laterik
II Latosol Kurang Peka 30

III Brown forest soil, non calcic brown, mediteran Agak Peka 45

IV Andosol, Laterit, Podsol, Grumusol, Podsolik Peka 60

V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 75

34
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

5. Setelah proses skoring dilakukan pada masing-masing peta, lakukan tumpangsusun


(overlay) pada ketiga peta tersebut menggunakan button ArcToolBox yang ada
pada menu kemudian pilih Analysis Tools Overlay Union.

6. Pada window intersect klik tombol panah pada bagian input features, pilih ketiga
peta yang akan di-overlay hingga muncul pada bagian features beri nama
Arahan pada file hasil overlay dengan klik gambar folder pada bagian kanan
output feature class setelah itu klik OK.
7. Setelah proses overlay selesai buka atribut peta arahan yang diperoleh dan
tambahkan field baru dengan nama Skor_Total dengan tipe (Type) Short Integer.
Hitunglah Skor Total dengan menggunakan fasilitas Field Calculator. Caranya
adalah klik kanan pada judul field Skor_Total kemudian pilih Field Calculator.
Rumus Skor Total adalah Skor_L + Skor_T + Skor_CH

8. Setelah nilai skor total diperoleh, klasifikasikanlah skor total tersebut menjadi kelas
Arahan Fungsi Lahan menggunakan kriteria seperti pada Tabel berikut:
Kriteria Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Skor Total > 175 Kawasan Lindung

Skor Total 125 - 175 Kawasan Penyangga

Skor Total 0-124, dan lereng lebih besar 8% Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Skor Total 0-124, dan lereng sama dengan atau Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan
lebih kecil dari 8% Permukiman

35
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

9. Untuk melakukan klasifikasi kelas arahan fungsi lahan, pertama-tama tambahkan


dulu field baru pada peta arahan dengan nama Arahan dengan tipe (Type) berupa
Text. Kemudian untuk memilih kriteria skor total sesuai masing-masing kelas
arahan gunakan fasilitas query dengan cara tekan tombol Table Option pada
Attribute Select by Attributes.

10.Gunakan bahasa logika berikut untuk memilih kriteria pada masing-masing kelas
Arahan Fungsi Lahan.
Menu Query pada Select By Attributes Isian pada Field Calculator

"Skor_Tot" >175 Kawasan Lindung

"Skor_Tot" >=125 AND "Skor_Tot" <=175 Kawasan Penyangga

"Skor_Tot" <=124 AND "Skor_Ler" >=40 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan


Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan
"Skor_Tot" <=124 AND "Skor_Ler" <40
Permukiman

11.Untuk mengisikan keterangan pada field Arahan gunakan fasilitas Field Calculator
12.Setelah semua kelas arahan diperoleh, berikan simbol warna pada masing-masing
kelas arahan fungsi lahan dan buatlah layout petanya.

13.Hitung luas masing-masing kelas arahan fungsi lahan per kabupaten di Provinsi
Lampung.
14.Untuk menghitungnya, lakukan overlay peta arahan dengan peta kabupaten se-
Provinsi Lampung dengan ArcToolBox Analysis Tools Overlay Intersect.
15.Tunggu hingga proses overlay selesai. Buka atribut pada peta hasil, buatlah field
baru dengan nama Luas, type: Double, Precision = 10, dan Scale = 2.

36
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

16.Klik kanan pada field Luas Calculate Geometry

17.Pilihlah unit luas (satuan) untuk perhitungan, dalam hektar (Ha) atau km2 (square
kilometers). Jika Units tidak aktif, lakukan proses Define Projection pada peta hasil
overlay antara arahan dan kabupaten, dengan menggunakan ArcToolBox Data
Management Tools Projections and Transformations Define Projection

18.Pilih peta hasil overlay arahan dan kabupaten sebagai Input Dataset, kemudian klik
pada tombol di bagian kanan Coordinate System dan setting sebagai Projected
Coordinat System UTM WGS 1984 Southern Hemisphere GCS WGS
1984 Zone 48 S.

19.Jika angka luasan sudah diperoleh, buka data atribut (.dbf) peta hasil overlay
arahan dan kabupaten melalui microsoft excel.
20.Buka program microsoft excel klik File Open Pilih direktori penyimpanan
peta overlay dan pilih tipe file berupa dBase File kemudian buka nama file peta
hasil overlay arahan dan kabupaten dengan format .dbf

37
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

21. Begitu tabel atribut peta overlay terbuka, segera simpan (Save As) ke dalam bentuk
format excel (.xlsx) agar data asli tidak rusak dan beri nama dengan Tabel Luas
Arahan Fungsi Lahan Kabupaten Lampung.

22. Buatlah pivot table dengan cara pilih menu Insert Pivot Table Pivot Table dan
ketika muncul jendela create pivot table klik OK.

23. Aturlah pivot table dengan drag nama kabupaten pada kotak sebelah kiri bawah,
kelas arahan pada kotak kanan atas dan luas pada kotak kanan bawah, sehingga
terbentuk tabel seperti berikut ini:

24. Aturlah tabel sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami.
25. Buatlah pembahasan tentang hasil analisis arahan fungsi lahan di Provinsi Lampung.

38
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 6
ANALISIS CITRA (IMAGE ANALYSIS)

1.1. Pendahuluan
The Image Analysis window supports the analysis and exploitation of image and
raster data in ArcMap with a collection of commonly used display capabilities, processes, and
measurement tools. Image analysis atau analisis citra adalah sebuah fasilitas yag tersedia
di program ArcMap yang dapat digunakan untuk analisis dan eksploitasi data citra satelit
atau data raster. Fasilitas ini dilengkapi dengan beberapa kemampuan atau tools untuk
menampilkan data, pemrosesan citra, hingga pengukuran-pengukurannya. Pada praktikum
SIG 2 ini, analisis citra akan digunakan untuk beberapa kegiatan, yaitu pembuatan citra
komposit warna, analisis kerapatan vegetasi dengan NDVI, dan klasifikasi citra.

1.2. Tujuan
1. Membuat citra komposit warna asli (true color) dan warna semu (false color).
2. Melakukan analisis kerapatan vegetasi dengan NDVI.
3. Melakukan klasifikasi citra.

1.3. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Perangkat lunak ArcMap
3. Citra Landsat 8 (Format BIL)

1.4. Langkah Kerja


1. Buka program ArcMap
2. Panggil data citra Landsat8.bil menggunakan tombol Add Data
3. Klik pada kotak berwarna merah (red), hijau (green), dan biru (blue) untuk
mengganti band atau saluran yang akan digunakan untuk menyusun citra komposit
warna yang diinginkan.

4. Buatlah beberapa citra komposit warna, baik warna asli maupun warna semu.
5. Simpan hasil citra yang telah diperoleh dengan cara klik menu File, kemudian pilih
Export Map. Simpan dalam bentuk JPEG.

39
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

6. Cari dan amati obyek air, tanah, dan vegetasi pada masing-masing citra komposit
warna yang dihasilkan. Kemudian simpan hasilnya (screenshot) untuk melengkapi
hasil praktikum. Buatlah tabel seperti contoh berikut:

Citra Obyek
Komposit Tanah Air Vegetasi
True Color
(432)
False Color
(543)
Dst...

7. Kebetulan citra yang digunakan pada praktikum ini adalah citra yang sudah
terkomposit (format BIL). Apabila citra yang kita miliki masih berupa single band,
maka kita bisa juga membuat menjadi komposit dengan memanfaatkan fasilitas
yang ada pada Arc Toolbox. Caranya adalah klik tombol Arc Toolbox Data
Management Tools Raster Raster Processing Composite Bands.
8. Tekan tombol bergambar folder, kemudian pilih beberapa saluran (band) yang
akan digabungkan ke dalam file raster baru. Klik Add dan jika file telah muncul
berikan nama untuk file baru kemudian pilih OK. Tunggu proses hingga selesai

9. Langkah berikutnya adalah mencoba melakukan analisis kerapatan vegetasi


dengan metode NDVI. Untuk memulainya kita harus mengaktifkan tool Image
Analysis melalui menu Windows Image Analysis.

40
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

10.Klik tombol pada window Image Analysis yang ada di bagian kanan atas, kemudian
masuk ke tab bagian NDVI. Pastikan Red Band berisi angka 4 dan Infrared Band
berisi angka 5. Kemudian klik OK. Pada saat kembali ke window Image Analysis, klik
pada file citra yang kita gunakan (landsat8.bil) kemudian klik logo berbentuk daun
berwarna hijau yang ada di bagian bawah.

11.Perhatikan hasilnya. Apabila ingin mengganti warnanya, klik kanan pada file NDVI
tersebut, pilih Properties kemudian edit pada bagian Color Ramp sesuai keinginan.

12.Tujuan praktikum yang ketiga adalah melakukan klasifikasi citra. Untuk


melakukannya aktifkan terlebih dahulu ekstensi (extentions) yang dibutuhkan,
yaitu Spatial Analyst. Caranya adalah dengan klik menu Customize Extentions.
Kemudian beri tanda centang pada Spatial Analyst. Klik Close.

41
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

13.Panggil citra yang akan diklasifikasi, yaitu Landsat8.tif. Aktifkan tool Image
Classification dengan cara klik kanan pada toolbar dan pilih Image Classification.
14.Klik ArcToolbox buka Spatial Analyst Tools Multivariate Iso Cluster
Unsupervised Classification.
15.Pada tab Isocluster pilih Input Raster berupa citra yang akan kita klasifikasi, isi
Number of Classes dengan angka sesuai dengan jumlah kelas tutupan lahan yang
kita inginkan. Simpan dengan nama tertentu, kemudian klik OK dan tunggu proses
hingga selesai.
16.Cobalah beberapa metode klasifikasi citra (unsupervised) yang tersedia. Simpan
hasil klasifikasinya melalui menu File Export Map kemudian bandingkan
hasilnya antara satu dengan yang lain.

17.Untuk melakukan klasifikasi citra terselia (supervised), kita perlu membuat training
area terlebih dahulu. Caranya dapat menggunakan fasilitas Create Signatures. Tool
ini dapat diakses melalui Arc Toolbox Spatial Analyst Tools Multivariate
Create Signatures.

18.Aktifkan toolbar Image Classifcation dengan cara klik menu Customize


Toolbar Image classification
19.Buat Training Area dengan menggunakan fasilitas Draw Polygon pada beberapa
penutup lahan yang tampak pada citra. Gunakan zoom in untuk mengenali
kenampakan yang ada seperti hutan, sawah, lahan kosong, pemukiman, dan
lainnya.

42
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

20.Klik pada tombol Training Sample Manajer untuk melihat dan menuliskan hasil
Draw Polygon. Edit warnanya sesuai keinginan. Setelah selesai klik tombol Create a
Signature File yang ada di pojok kanan atas. Beri nama dan klik Save.

21.Kembali ke tool Image Classification. Pilih salah satu metode klasifikasi citra.
Masukkan Signature File yang telah dibuat sebelumnya. Proses dan lihat hasilnya.
Jika hasil kurang optimal, ulangi proses pembuatan Training Area. Bandingkan
berbagai hasil yang dipereh dan bahaslah di dalam laporan.

43
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 7
3D ANALYST

1.1. Pendahuluan
Menurut tutorial, pengertian 3D Analyst adalah the extension provides tools for
creating, visualizing, and analyzing GIS data in a three-dimensional (3D) context. Artinya 3D
Analyst ini merupakan sebuah ekstensi yang menyediakan tool untuk membuat, menyajikan,
dan menganalisis data SIG (spasial) secara tiga dimensional. Beberapa kemampuan yang
tersedia di dalam tool ini adalah sebagai berikut:
1) Melihat dan menyajikan data SIG dalam bentuk globe tiga dimensi melalui
ArcGlobe.

2) Melihat dan menyajikan data SIG ke dalam bentuk planimetrik tiga dimensi
melalui ArcScene.

3) Fasilitas pencarian (query) data SIG menggunakan jarak tiga dimensi

44
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

4) Menganalisis pertanyaan tiga dimensi, misalnya pengaruh adanya bangunan


(ketinggian) terhadap sudut pandang ke arah tertentu.

5) Membangun dan memelihara fungsi analisis data topografi permukaan, misalnya


untuk konstruksi data Terrain dari citra LIDAR.

6) Query dan analisis data topografi permukaan, seperti pembuatan peta lereng dan
peta aspek.

45
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

7) Import data tiga dimensi dari beberapa sumber data, seperti bangunan
multipatch yang dibangun di SketchUp.

8) Edit dan manajemen data vektor tiga dimensi, seperti pembangunan basisdata
jaringan transportasi internal.

9) Pengukuran bangunan tiga dimensi

46
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

10) Pembuatan peta kontur dua dimensi.

1.2. Tujuan
1. Membuat peta kemiringan lereng dari data kontur.
2. Menampilkan kenampakan topografi secara tiga dimensi.

1.3. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Perangkat lunak ArcMap
3. Citra SRTM

1.4. Langkah Kerja


1. Buka program ArcGIS/ArcMap
2. Panggil data kontur yang akan diolah kontur_tanggamus.shp

3. Pastikan dulu agar sistem proyeksinya telah UTM dengan cara klik Arc Toolbox
Data Management Tools Projections and Transformations Features
Project.

47
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

4. Jika sudah tertulis sebagai UTM WGS 1984 Zone 48 S, klik Cancel dan proses bisa
dilanjutkan.
5. Langkah selanjutnya adalah melakukan konversi data kontur ke dalam bentuk
data raster yang memiliki informasi ketinggian (seperti data DEM) dengan cara
klik Arc Toolbox Spatial Analyst Tools Interpolation Topo to Raster.

6. Pilih kontur_tanggamus.shp sebagai Input Feature Data. Berikan nama untuk


hasilnya berupa tanggamus_dem, isikan 12.5 pada Output Cell Size, kemudian
klik OK. Tunggu hingga proses selesai (membutuhkan waktu 10-15 menit).

7. Buka Arc Toolbox 3D Analyst Tools Raster Surface Slope


8. Isikan input Raster berupa data DEM hasil Topo to Raster, beri nama pada Output
Raster, pada Output Measurement pilihlah Percent_Rice.

9. Setelah diperoleh hasilnya lakukan re-klasifikasi kelas lereng dengan cara klik
kanan pada file hasil analisis Slope Properties Symbology Classified
Classify
10. Buatlah klasifikasi kemiringan lereng sesui kelas yang diinginkan.
11. Cobalah menampilkan kenampakannya secara tiga dimensi menggunakan
ArcGlobe.

48
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ACARA 8
NETWORK ANALYSIS

1.1. Pendahuluan
ESRI (2012) mendefinisikan jaringan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari elemen-
elemen yang saling terkoneksi, sebagaimana jalan yang saling terhubung pada persimpangan
jalan, yang merepresentasika rute-rute yang mungkin dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.
Jaringan sudah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah pesawat
terbang melalui rute yang telah ditentukan, air yang mengalir melalui jaringan pipa PDAM,
serta minyak dal am jaringan pipa minyak.
ArcGIS mengelompokkan jaringan dalam dua kategori: Geometric Network dan
Network Datasets. Geometric Network seperti jaringan listrik, gas dan selokan hanya
memungkinkan perjalanan dalam satu arah. Sebagai contoh, minyak yang mengalir dalam
pipa minyak tidak dapat memilih arah sendiri, melainkan dipengaruhi oleh gaya eksternal
seperti gravitasi, elektromagnet, tekanan air dan lain-lain. Seorang teknisi mengontrol arah
aliran dengan mengontrol gaya eksternal yang bekerja pada benda yang mengalir tersebut.

Gambar 1 Jaringan sungai atau pipa, paling baik apabila dimodelkan menggunakan
Geometric Network yang mana tidak membutuhkan ekstensi ArcGIS Network Analyst
(ESRI, 2012)

Sedangkan network datasets atau jaringan transportasi seperti jalan, rel kereta api
dan jalur pejalan kaki memungkinkan untuk berjalan dua arah. Agen dari jaringan, seperti
seorang supir, secara umum bebas untuk memutuskan arah serta tujuan perjalanan.

Gambar 2 Jaringan transportasi seperti jalan paling baik bila dimodelkan dengan network
datasets sehingga dalam melakukan analisis memerlukan ekstensi ArcGIS Network Analyst
(ESRI, 2012)

49
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

ESRI (2012) mengelompokkan layer Network Analyst menjadi lima jenis, yaitu:
1. Route
Ekstensi ini digunakan untuk menemukan rute terbaik untuk bergerak dari suatu lokasi ke
lokasi lain. Rute terbaik dapat memiliki beragam arti. Rute terbaik dapat berarti terdekat,
tercepat atau terindah tergantung pada impedansi yang dipakai. Bila impedansi yang dipakai
adalah waktu, maka rute terbaik adalah rute yang tercepat.
2. Closest Facility
Closest facility merupakan ekstensi yang digunakan untuk menemukan fasilitas mana yang
paling dekat, seperti rumah sakit yang terdekat dari sekian banyak rumah sakit, sekolah
mana yang terdekat dengan rumah dan lain-lain. Setelah menemukan fasilitas terdekat,
maka ekstensi ini juga dapat menampilkan rute yang terbaik untuk menuju fasilitas tersebut.
3. Service Areas
Service areas digunakan untuk menemukan area yang dapat diakses dari suatu titik yang ada
pada suatu jaringan. Sebagai contoh, service area 10 menit dari suatu fasilitas akan
menunjukkan seluruh jalan yang dapat mencapai fasilitas tersebut dalam waktu 10 menit.
4. OD cost matrix
OD (Origin-Destination) cost matrix adalah suatu tabel yang berisi impedansi jaringan dari
berbagai titik asal ke berbagai titik tujuan. Sebagai tambahan, ekstensi ini dapat membuat
peringkat setiap tujuan yang terhubung dengan berbagai titik asal berdasarkan impedansi
minimum yang diperlukan untuk berjalan dari titik asal tersebut ke berbagai tujuan.
5. Vehicle routing problem
Tool ini berfungsi untuk menyediakan pelayanan level tinggi terhadap pelanggan dengan
memperhatikan waktu operasi secara keseluruhan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk
setiap rute sekecil mungkin. Konstrain dari tool ini adalah menyelesaikan sutu rute dengan
sumber daya yang tersedia dan batas waktu yang dipengaruhi oleh shift bekerja supir,
kecepatan mengemudi dan komitmen dari para pelanggan.
Penentuan rute terbaik oleh software Network Analyst dilakukan dengan menggunakan
sebuah algoritma yang dikembangkan oleh Edgar Dijkstra (1959). Algoritma Dijkstra
digunakan untuk mengkalkulasi jalur terpendek dari titik awal ke semua titik lainnya.
Gambar (2.5) merupakan contoh dari Algoritma Dijkstra. Jarak terpendek dari titik 1 ke
semua titik lain ditunjukkan melalui garis panah yang ditebalkan. Angka di atas garis panah
tersebut menunjukkan biaya atau cost dari setiap jalur.

Gambar 3 Algoritma Dijkstra

50
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

1.2. Tujuan
1. Melakukan ekplorasi kemampuan yang dimiliki oleh ArcGIS/ArcMap untuk
melakukan analisis jaringan transportasi berupa jalan.
2. Menentukan rute terbaik dari satu tempat ke tempat lain sebagai tujuan.

1.3. Alat dan Bahan


2. Seperangkat komputer/laptop
3. Perangkat lunak ArcGIS/ArcMap
4. Data jaringan jalan
5. Data sebaran fasilitas umum (rumah sakit dan restoran)

1.4. Langkah Kerja


Lakukan eksplorasi secara mandiri terkait langkah kerja pada acara terakhir sebagai
latihan dan kerja kelompok. Berikut adalah contoh sedikit panduan untuk melakukan
analisis rute terdekat dan rute optimal menggunakan tool Network Analyst.

1. Aktifkan toolbar dengan cara klik kanan pada bagian toolbar yang kosong
kemudian pilih Network Analyst. Pastikan juga pada bagian Customize
Extentions, Network Analyst telah diberi tanda centang.

2. Gunakan data jaringan jalan yang tersedia.

3. Masuk ke ArcCatalog dan buat Geodatabase dengan cara klik kanan pada lokasi
folder yang diinginkan pilih New Geodatabase

51
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

4. Pada geodatabase yang telah dibuat klik kanan New Feature Dataset, beri
nama dan definisikan sistem koordinatnya.

5. Klik kanan pada Feature Dataset yang telah dibuat Import data jalan (shp) yang
akan diolah.

6. Klik kanan lagi pada Feature Dataset New Network Dataset, pilih Next
seterusnya, sehingga kita akan memiliki data jaringan jalan yang siap dianalisis.

7. Buka kembali toolbar Network Analyst, pilin Menu New Route


8. Selanjutnya tentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai titik awal dengan Create
Network Location pada toolbar.

52
Panduan Praktikum
Sistem Informasi Geografis 2 Aplikasi dan Pemodelan Spasial

9. Setelah titik awal dan akhir kita tentukan, pilih Solve untuk mulai menganalisis
dan mencari jalur terdekat pada kedua titik tersebut.

10. Silakan mencoba.

53

Anda mungkin juga menyukai