Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR ISI

HARI Ke-1
SESI 1 PENGENALAN DASAR GIS & REMOTE SENSING ................................................................... 2
a. Pengenalan tipe dan struktur data spasial........................................................................................... 2
b. Software GIS & Remote Sensing ....................................................................................................... 3
SESI 2 DATA & WALI DATA ..................................................................................................................... 3
a. Akses Data Melalui Server Wali Data ............................................................................................... 3
b. Akses citra resolusi tinggi & pembacaan tanggal akuisisi ................................................................. 4
SESI 3 DOWNLOAD CITRA SATELIT RESOLUSI MENENGAH .......................................................... 5
SESI 4 DOWNLOAD DATA TOPOGRAFI & CURAH HUJAN ............................................................... 6

HARI Ke-2
SESI 1 KONSEP KALIBRASI CITRA ......................................................................................................... 8
a. Radiometric Callibration .................................................................................................................... 8
SESI 2 TEKNIS PEMOTONGAN - COMPOSITE IMAGES - CREATE PANSHARPENED ................. 10
SESI 3 KLASIFIKASI JENIS TIPE & PENUTUP LAHAN ...................................................................... 12
SESI 4 KALKULASI LUAS AREA YANG TERKLASIFIKASI .............................................................. 15

HARI Ke-3
SESI 1 PENGENALAN GEOID, DATUM, SISTEM KOORDINAT & PROYEKSI PETA .................... 16
SESI 2 APLIKASI DASAR GIS ................................................................................................................. 20
a. Georeferensi (Registrasi Gambar) .................................................................................................... 20
b. Digitasi Gambar ............................................................................................................................... 26
SESI 3 FILD ATTRIBUTE ......................................................................................................................... 31
SESI 4 EDITING .DBF DI EXCEL (SAVE DBF Add-Ins)........................................................................ 33
SESI 5 PEWARNAAN KOMPONEN PETA (SIMBOLOGI) .................................................................... 34
SESI 6 LAYOUTING .................................................................................................................................. 36

HARI Ke-4
SESI 1 MODUL NAVIGASI SEDERHANA DI ANDROID ..................................................................... 39
SESI 2 PENGAMBILAN DATA KOORDINAT LAPANG ...................................................................... 43

HARI Ke-5
SESI 1 UJIAN PRAKTEK .......................................................................................................................... 44

Natural Resources Mapping


Geospatial Management and Consult
Ds. Sukoraharjo Rt 002/001 No.116, Kec. Kepanjen, Malang 65163, Email: nrm.ftn@gmail.com, Telpn. 0341 395251

Modul Pelatihan | 1
HARI Ke-1
SESI 1 PENGENALAN DASAR GIS & REMOTE SENSING
a. Pengenalan tipe dan struktur data spasial
Apa si itu spasial? dan apa si itu data spasial? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia spasial
memiliki makna : berkenaan dengan ruang atau tempat; sedangkan data spasial menurut Wikipedia
adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference) dimana berbagai data atribut
terletak dalam berbagai unit spasial.
Lalu apa tipe/format dari data spasial itu?
Beberapa peneliti mengkelompokkan menjadi tiga tipe data yaitu : Raster, Vektor dan Numeric/script;
seiring dengan perkembangan pemahaman mengenai tipe data maka dengan tegas penulis bisa
menambahkan tipe data Numerical Raster, Vectoral Raster & Numerical Vector artinya ada karakter
data dari tipe Numerik dan Raster, Vektor dan Raster dan juga Numerik dan Vektor; jika digabungkan
semuanya bisa membentuk suatu tipe data baru yang bisa disebut Database. Bisa dilihat pada ilustrasi
pada Gambar (harus dihapal dan dipahami) dibawah ini :

Manfaat Nyata Data Spasial : Dari jaman nenek moyang pengetahuan dan ilmu pemetaan
berkembang pesat sampai saat ini, dengan banyak sekali data spasial yang dihasilkan. banyak juga
orang-orang yang menekuni bidang ini, bukan hanya seorang Mahasiswa dari jurusan Geografi,
melainkan dari berbagai disiplin ilmu termasuk yang paling fenomenal adalah di bidang politik
(GeoPolitik). Tentunya dengan pengetahuan yang mendalam seperti hobi yang menjadi profesi. Bukan
hanya peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun pemerintahan memanfaatkan data
tersebut. Salah satu bentuk pemanfaatan yang digunakan adalah untuk membentuk suatu penataan
ruang wilayah, atau yang biasa dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik tingkat
Kabupaten, Provinsi maupun tingkat Nasional. Sekarang ini data spasial menjadi media penting untuk
perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dengan
memanfaatkan berbagai sumber data yang legal maupun yang tidak diketahui secara pasti sumbernya.

Modul Pelatihan | 2
b. Software GIS & Remote Sensing
Aplikasi dan cara install terdapat di Folder SESI 1 -- b
SESI 2 DATA & WALI DATA
a. Akses Data Melalui Server Wali Data
Bagaimana cara akses data tersebut? Sebelum pertanyaan ini dijawab alangkah baiknya kita
mengetahui kebutuhan data seperti apa? Mau diapakan datanya? Kebutuhan tipe datanya apa? Untuk
mendapatkan data tersebut bisa menghubungi Instansi terkait, seperti data RBI Badan Informasi
Geospasial, Fungsi Kawasan Hutan  Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Citra Satelit
Resolusi Menengah  Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dsb.
Alamat Akses Data :
Badan Informasi Geospasial : http://portal.ina-sdi.or.id/arcgis/rest/services
Kementrian Kehutanan : http://webgis.dephut.go.id/arcgis/services
Kementrian Perhubungan : http://gis.dephub.go.id/ArcGIS/Services
Kementrian Pekerjaan Umum : http://sigi.pu.go.id/arcgis/services
Kementrian Pertanian : http://gis.deptan.go.id/arcgis/services

Modul Pelatihan | 3
b. Akses citra resolusi tinggi & pembacaan tanggal akuisisi
Akses Images :

Tanggal Perekaman Seluruh Satelite :

Perhatikan Trainer

http://search.kosmosnimki.ru/index_eng.html

Modul Pelatihan | 4
SESI 3 DOWNLOAD CITRA SATELIT RESOLUSI MENENGAH
Landsat 8 OLI TIRS & SENTINEL 2A
Untuk akses data perekaman satelit Landsat-8 (OLI TIRS) direkomendasikan dari web :
https://remotepixel.ca/projects/satellitesearch.html
Landsat 8 OLI TIRS :
Koreksi Standart Topografi (Level 1T) - Sudah terkorekasi radiometrik dan geometik dengan memasukkan
titik kontrol tanah yang bersumber dari Digital Elevation Model (DEM) untuk akurasi topografi. Akurasi
geodetik dari produk tergantung pada keakuratan titik kontrol tanah dan resolusi DEM yang digunakan: titik
kontrol tanah yang digunakan untuk koreksi Tingkat 1T berasal dari data GLS2000, termasuk didalamnya
ada SRTM, NED, CDED, DTED, GTOPO 30, dan GIMP.
SENTINEL 2A Level 1C
Level 1C : Data sudah terkoreksi radiometrik dan geometrik termasuk raster projected pada sistem referensi
global dengan akurasi sub-pixel. Perhitungan TOA reflectance juga sudah. Kelas perhitungan : awan dan
tanah / air . - Citra hasil kompresi Level-1C yang dihasilkan JPEG2000 dan informasi geografis bisa dalam
bentuk Geography Markup Language (GML).
Tutorial Teknis Pengambilan Data Landsat 8 / Sentinel-2a
Buka : https://remotepixel.ca/projects/satellitesearch.html

Pilih Area dengan menggeser kursor  klik kiri  klik bagian bawah  cari sesuai dengan kebutuhan 
pilh  jika ingin download per band, klik kanan  open new tab  Download

Modul Pelatihan | 5
SESI 4 DOWNLOAD DATA TOPOGRAFI & CURAH HUJAN
SRTM 1 Arc Second (30m) & TRMM (Harian, Bulanan, Tahunan)
Akses Data Topografi SRTM (30m)
Username : FajarRahmawan
Password : fajar120190 (Jangan dirubah Password !!!)

Buka : http://earthexplorer.usgs.gov/  Pilih Area dengan menggeser mouse  Search Criteria : Klik
Path/Row  Polygon

Pindah ke Tab Dataset  Digital Elevation  SRTM  Centang “SRTM 1 Arc-Second Global”  Result

Pilih Download  GeoTIFF 1 Arc-second

Modul Pelatihan | 6
Download Data Curah Hujan (TRMM)
Buka : http://giovanni.sci.gsfc.nasa.gov/giovanni/#service=TmAvMp&starttime=&endtime=&bbox=-180,-
90,180,90&variableFacets=dataProductPlatformInstrument%3ATRMM%3B  Secara otomatis Platform
Instrument akan terisi TRMM  pilih waktu perekamannya  pilih data yang ingin di ambil (contoh data
bulanan)  Pilih Plot Data

Klik Download  Pilih NetCDF

Modul Pelatihan | 7
HARI Ke-2
SESI 1 KONSEP KALIBRASI CITRA
a. Radiometric Callibration
Sensor penginderaan jauh merekam intensitas gelombang elektromagnetik yang mencapai sensor
dengan unit radiasi yang diterima sensor W/ (m2 -sr. gm). Nilai yang terekam tersebut dengan satuan
W/ (m2 .sr.gm) pada tiap-tiap band dikonversi menjadi nilai piksel (digital number), yang proposional
dengan resolusi radiometrik sensor tersebut. Sebagai contoh misalnya Landsat TM dengan rentang
nilai piksel 0 - 255, berbeda dengan Landsat generasi sebelumnya (MSS) yang hanya 0 - 63, dan sensor
terbaru memiliki resolusi radiometrik yang semakin baik, hingga 12 bit, artinya mampu membedakan
unit radiasi semakin detail.
Perekaman gelombang elektromagnetik melewati ruang dengan jarak ± 700 km untuk satelit polar
dan ±36.000 km untuk satelit geostasioner. Dengan jarak tersebut, terjadi atenuasi energi, terutama
oleh akibat atmosfer. Untuk itu perlu dilakukan koreksi radiometrik untuk "mengoreksi” energi yang
terekam oleh sensor. Koreksi radiometrik dijabarkan sebagai pengukuran nilai radiasi elektromagnetik
pada panjang gelombang tertentu dari sinar ultraviolet, sinar tampak, inframerah hingga radiasi
gelombang mikro yang digunakan untuk mendeteksi objek dari pantulan refleksi irradiant sinar
matahari disetiap kanal spektral. Manfaat dari koreksi radiometrik adalah memperbaiki kualitas citra
akibat dari kesalahan pantulan permukaan atau kelengkungan bumi dan faktor lain, seperti arah sinar
matahari, kondisi cuaca, kondisi atmosfer dan faktor lainnya, sehingga informasi yang dihasilkan
menjadi lebih akurat, seperti dapat memperkirakan perbedaan parameter biofisik tanaman (biophysical
vegetation), diantaranya tingkat konsentrasi klorofil daun. Selain itu, koreksi radiometrik sangat
bermanfaat untuk menganalisis data mutitemporal dan multi sensor yang digunakan untuk interpretasi
dan mendeteksi perubahan secara kontinu.
Koreksi radiometrik akibat pengaruh kesalahan faktor internal sensor sering disebut sebagai
koreksi radiometrik sistematik. Pada umumnya produk standar data citra optik resolusi menengah
sudah dilakukan koreksi radiometrik sistematik. Namun informasi dari hasil koreksi sistematik belum
sesuai dengan kondisi objek sesungguhnya dikarenakan pada saat radiasi elektromagnetik direkam
oleh sensor satelit, radiasi elektromagnetik telah melewati atas atmosfer dan atmofer bumi sebanyak
dua kali, yaitu pada saat sinar matahari mengenai objek dan pada saat objek merefleksikannya ke
sensor. Pada proses ini telah terjadi absorpsi dan penghamburan radiasi yang arahnya dapat berubah.
Oleh karena dampak dari proses ini adalah adanya haziness effect yang mengurangi kontras citra dan
adjacency effect yang mana nilai radian direkam berdasarkan dari penggabungan dari nilai hamburan
piksel yang terdekat. Untuk mengurangi efek tersebut, maka perlu untuk dilakukan koreksi akibat
kesalahan faktor eksternal dan koreksi atmosfer.
Koreksi rediometrik akibat pengaruh kesalahan faktor eksternal adalah koreksi radiometrik yang
disebabkan oleh perbedaan posisi matahari, sudut perekaman, dan topografi wilayah. Sedangkan
proses koreksi radiometri karena faktor eksternal atmosfer meliputi koreksi atmosfer atas TOA (Top
of Atmosphere), BRDF (Bidirectional Reflectance Difference Function), dan Slope Correction. Hasil
dari koreksi radiometri karena faktor eksternal biasanya berupa nilai reflectance objek yang
merupakan rasio dari radian terhadap irradian.
Bagaimana Objek Permukaan Bumi Direkam?
Unit radiasi elektromagnetik yang direkam sensor adalah W/(m2.sr.gm). Artinya transfer energi
radiasi (Watt/W) yang direkam oleh sensor, per meter persegi di permukaan bumi, untuk satu steradian
(sudut 3 dimensi dari bumi ke sensor), per unit panjang gelombang yang diukur. Sehingga ini
seringkali disebut dengan nilai radian atau radian spektral. Nilai radian spektral didefinisikan sebagai
fluks radian per unit pada sudut tertentu yang di radiasikan oleh suatu objek ke arah tertentu. Sebelum
peluncuran satelit, hubungan antara nilai radian dan nilai piksel telah ditentukan. Ini dinamakan
kalibrasi sensor.

Modul Pelatihan | 8
Nilai ini tidak sama dengan nilai reflektan. Sedangkan nilai reflektan merupakan rasio energi yang
dipantulkan dengan total energi yang mengenai suatu permukaan per unit area. Nilai reflektan
diperoleh dengan melakukan konversi dari nilai radian menjadi nilai reflektan, dengan parameter yang
berbeda tiap sensor.
Reflektan atau Radian?
Ini adalah menjadi pertanyaan penting, mengingat pengolahan citra membutuhkan nilai yang
spesifik. Nilai radian spektral digunakan untuk pengolahan yang berhubungan dengan suhu
permukaan. Pada band termal, koreksi hanya dilakukan konversi menjadi nilai radian. Mengacu pada
hal tersebut, Flynn, et al. (2001) yang menjelaskan tentang saturasi sensor, atau kemampuan maksimal
sensor mendeteksi suhu, ini mengacu pada hukum Wien. Flynn, et al. (2001) menganalisis gunungapi
Etna dengan Landsat ETM+, yang menunjukkan bahwa lava dengan suhu yang tinggi dapat di deteksi
menggunakan band 4 yang peka terhadap suhu 595 - 926 derajat Celsius, sedangkan pada band 6
termal, hanya peka pada suhu -33 sampai 51 derajat Celsius.
Untuk reflektan, secara luas digunakan untuk pengolahan indeks dan sebagainya. Sebagai contoh
indeks vegetasi, hasil paling bagus jika diolah berdasarkan nilai reflektan. Telah dijelaskan bahwa
untuk mendapatkan nilai reflektan yang bagus, harus dilakukan koreksi atmosfer yang mengoreksi
posisi matahari, sudut perekaman, dan topografi wilayah. Metode koreksi yang digunakan cukup
banyak, salah satu yang cukup baik di gunakan adalah Radiative transfer Equation, pada software
pengolahan citra ENVI, ini pada tools FLAASH. Namun demikian, untuk memperoleh suhu
permukaan dari nilai radian, perlu juga dilakukan koreksi atmosfer, terutama untuk mengoreksi
kandungan uap air di atmosfer yang berpengaruh terhadap energi inframerah termal yang dipancarkan.
Pada Landsat koreksi radiometrik secara bertahap mulai dari DN  nilai radian  nilai reflektan
 atmosfer/matahari (sun elevation)/topografi. Pada perangkat lunak yang terbaru, seperti ENVI 5.3,
terdapat fitur koreksi otomatis yang memuat parameter-parameter koreksi pada tiap-tiap sensor.
Sedangkan pada versi sebelumnya, yang tidak terdapat fitur tersebut, dapat dilakukan dengan band
math atau raster calculator. Intinya sama, yaitu melakukan konversi, dan melakukan koreksi dengan
memasukkan parameter yang sesuai pada tiap tahapannya. Dilakukan koreksi ini sesuai dengan tujuan
penelitian. Jika topografi berpengaruh terhadap hasil, maka otomatis perlu dilakukan koreksi pengaruh
topografis. Jika topografinya landai dan seragam dan wilayah yang tidak terlalu luas, apakah perlu
juga dilakukan koreksi topografi? Dark subtract (DOS) atau apapun itu, adalah salah satu dari
metode yang dapat digunakan.
Koreksi radiometrik dilakukan jika akan digunakan untuk pengolahan indeks atau yang bersifat
multitemporal. Seperti pengolahan NDVI, NDBI, dll, wajib terkoreksi radiometrik hingga reflektan.
Namun jika akan digunakan untuk klasifikasi multispektral, tidak perlu dilakukan koreksi radiometrik.

Tutorial Teknis Lihat Vidio!!

Modul Pelatihan | 9
SESI 2 TEKNIS PEMOTONGAN - COMPOSITE IMAGES - CREATE PANSHARPENED
Menggunakan Aplikasi ArcGIS Desktop dengan tools “extract by mask” untuk pemotongan citra dan
“Composite Bands” untuk menggabungkan gambar sesuai dengan kebutuhan. Pansharpened bertujuan untuk
membuat resolusi spasial semakin detail dengan menambahkan saluran Pancromatic (band yang lebih detail
resolusi spasial nya).
Pada Landsat-8 penggabungan saluran (band) memiliki karakter yang berbeda :
• Penggabungan saluran 4,3,2 = Potret Bumi Warna Sebenarnya (Natural Colour)
• Penggabungan saluran 7,6,4 = Potret Bumi Warna Tidak Sebenarnya ditekankan untuk kelas
pemukiman
• Penggabungan saluran 5,4,3 = Diperuntukkan bagi Agriculture
• Penggabungan saluran 7,6,5 = Diperuntukkan untuk Penetrasi Atmosfer
• Penggabungan saluran 7,5,3 = Warna Bumi dengan menghilangkan efek Atmosfer
• Penggabungan saluran 7,5,4 = Warna Gabungan Gelombang Dekat Inframerah
• Penggabungan saluran 6,5,4 = Diperuntukkan untuk analisa vegetasi
Pada Sentinel 2a penggabungan saluran (band) memiliki karakter yang berbeda :
• Penggabungan saluran 4,3,2 = Potret Bumi Warna Sebenarnya (Natural Colour)
(Resolusi Spasial 10m)
• Penggabungan saluran 8,4,3 = Potret Bumi Warna Tidak Sebenarnya ditekankan untuk kelas
pemukiman (Resolusi Spasial 10m)
• Penggabungan saluran 12,11,5 = Warna Gabungan Inframerah untuk vegetasi (Resolusi Spasial 20m)

Langkah Teknis :

Penggunaan Model Bulder  Aktifkan Fasilitas Search (mencari) dengan tekan Ctrl+F /

Penggabungan Saluran (Bands)


Cari tools “Composite Bands”  drag tools itu masuk kedalam model builder  klik 2x Composite Bands 
pilih band yang di gabungkan  berikan nama file penyimpanan  OK  Run

Modul Pelatihan | 10
Pemotongan Citra
Cari tools “extract by mask”  drag tools itu masuk kedalam model builder  klik 2x extract by mask 
pilih citra yang ingin dipotong (Input Raster)  (input Raster or feature mask data) pilih area pemotong
(Contoh : data vektor batas administrasi Kota Malang)  (Output Raster) berikan nama file penyimpanan 
OK  Run

Pansharpened Raster Dataset


Cari tools “Create Pansharpened Raster Dataset”  drag tools itu masuk kedalam model builder  klik 2x
extract by mask  pilih dataset citra .mtl (Input Raster)  contoh pansharpened natural colour Landsat 8 (Red
: 4 ; Green : 3 ; Blue : 2 ; Infrared : 5)  (Output Raster) berikan nama file penyimpanan  Pancromatic
Image pilih Ban 8  Pan-sharpening Type : Esri  OK  Run

Modul Pelatihan | 11
SESI 3 KLASIFIKASI JENIS TIPE & PENUTUP LAHAN
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan
biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan
bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan
mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.
Townshend dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan
adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di
permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan
Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan
lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas
manusia (penggunaan lahan).
Kenampakan penggunaan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan penggunaan
lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara
sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang,
yakni tipe perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat
ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga
perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan
lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena
kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).
Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan
dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif
mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara
termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan lahan menurut
Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981) dalam membuat klasifikasi penggunaan lahan
dibagi menjadi tingkatan-tingkatan ynag terbagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut :
a) Land cover/land use Order (cover type)
b) Land cover/land use Cover Classes
c) Land cover/land use Sub-Classes
d) Land cover/land use Management Units (comparable to land utilization types).
Dari klasifikasi tersebut oleh Malingreu diubah menjadi 6 kategori sebagai berikut :
a) Land cover/land use Order e.g. vegetated area
b) Land cover/land use Sub-Order e.g. cultivated area
c) Land cover/land use Family e.g. permanently cultivated area
d) Land cover/land use Class e.g. Wetland rice (sawah)
e) Land cover/land use Sub-Class e.g. irrigated (sawah)
f) Land Utilization Type e.g. continous rice.

Teknik Klasifikasi citra


Klasifikasi citra adalah mengelompokkkan objek berdasarkan class (kelas) tertentu. Sehingga kita dapat
dengan mudah mengenali objek apa saja yag ada di permukaan bumi serta berapa luas areanya. Dalam
klasifikasi citra ada dua model yang digunakan yaitu:
1. Klasifikasi Supervised (Terbimbing)
2. Klasifikasi Unsupervised (Tak terbimbing)

Modul Pelatihan | 12
1. Klasifikasi Supervised
Klasifikasi supervised atau biasa di sebut klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang menggunakan
trace area. Jadi kita menentukan objek apa saja yang ada di peta dengan membuat semacam polygon untuk
daerah tertentu (signature file). Kemudian aplikasi akan mencari daerah yang mempunyai kesamaan
dengan berdasarkan data signature yang telah kita buat.

Langkah teknis klasifikasi citra Supervised:


1. Aktifkan toolbar Image classifcation terlebih dahulu. (Customize > Toolbar > Image classificaation)
2. Buat training area dengan menggunakan draw polygon, pertama buat training area untuk hutan.
Gunakan zoom in untuk mengenali kenampakan hutan. Gunakan cara yang sama buat training area
yang lain seperti sawah, lahan kosong dan pemukiman. Klik pada training sample manajer untuk
menuliskan hasil draw polygon.

3. Jika ingin menggabungkan kelas training caranya adalah klik kiri kelas pertama, tekan “control pilih
kelas yang sama kemudian tekan “Merge training samples:

4. Simpan hasil Training sample manager dengan mengklik create a signature.

5. Mengeksekusi hasil create signature, pilih Maximum Likelihood Classification dalam toolbox image
classification.

Modul Pelatihan | 13
6. Masukkan input raster bands-nya dan input file signature dengan file signature hasil create signature
(ekstensi .GSG) dan simpan output raster terklasifikasi pada lokasi yang diinginkan, klik OK.

2. Klasifikasi Unsupervised
Klasifikasi unsupervised (tak terbimbing) adalah klasifikasi yang hanya memasukkan jumlah kelasnya
kemudian otomatis aplikasi akan mencari kelas mana yang dimaksud berdasarkan nilai pixel yang sama

Langkah teknis klasifikasi citra Unsupervised:

a. Tampilkan data citra yang akan diklasifikasi dengan iso cluster


b. Klik Classification  Iso Cluster Unsupervised Classification

c. Pada tab isocluster pilih input raster yang ingin diklasifikasi unsupervised, number of dasses
(sesuai penafsiran/contoh 10 class) simpan, klik ok dan tunggu proses selesai.

Modul Pelatihan | 14
SESI 4 KALKULASI LUAS AREA YANG TERKLASIFIKASI
Langkah Teknis : Jadikan data tersebut polygon area “Raster To Polygon” NB : Simplify Polygons jangan di
centang agar sesuai dengan kualitas citra  Dissolve (merge kelas yang sama) : centang pada nama field
yang sama yaitu “GRIDCODE”

buat fild baru (nama fild luas_ha : artinya luas dalam hektar) / add field  Tipe Float  OK  klik kanan
dinama field “luas_ha”  Calculate Geometry  Hectares (Ha)  OK

Modul Pelatihan | 15
HARI Ke-3
SESI 1 PENGENALAN GEOID, DATUM, SISTEM KOORDINAT & PROYEKSI PETA
Geoid merupakan salah satu bentuk pendekatan bumi dengan suatu bidang yang mempunyai nilai potensial
yang sama. Datum geodetik adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dan ukuran
elipsoid referensi (bentuk matematis bumi)
Parameter datum geodetik :
 Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pendek (b), dan
penggepengan ellipsoid (f).
 Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat ellipsoid (Xo,Yo,Zo) terhadap
titik pusat bumi.
 Parameter rotasi, yaitu (εx, εy, εz) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu (X,Y,Z) ellipsoid.
 Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran yang banyak hingga mencakup
konstanta-konstanta yang merepresentasikan model gaya berat bumi dan aspek spasial lainnya.

Contoh Datum Geodetik


Word Geodetic System (WGS) adalah sebuah acuan dasar yang banyak digunakan dalam bidang
keilmuan seperti kartografi, geodesy, dan navigasi. Revisi terbaru adalah Sistem Geodesi Dunia 1984
(versi tahun 1984 kemudian dilakukan revisi pada tahun 2004). Sebelumnya memakai skema WGS
72, WGS 66, dan WGS 60. WGS 84 adalah referensi sistem koordinat yang digunakan oleh Global
Positioning System.

Modul Pelatihan | 16
SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan letak suatu titik pada bidang (X,Y) atau
ruang (X,Y,Z). Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing
di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Sistem Koordinat Dua Dimensi
1. Koordinat Kartesian 2D
Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari dua salib sumbu
yang saling tegak lurus, biasanya sumbu X dan Y.

Jika dilihat dari gambar 1 di atas, koordinat Titik A mempunyai jarak pada sumbu X yang disebut
absis dan mempunyai jarak pada sumbu Y yang disebut ordinat. Sedangkan d merupakan jarak dari
pusat sumbu koordinat (O) ke titik A.

2. Koordinat Polar
Dalam koordinat polar, koordinat suatu titik didefinisikan fungsi dari arah dan jarak dari titik ikatnya.

Jika O merupakan titik pusat koordinat dan garis OX merupakan sumbu axis polar, maka titik P dapat
ditentukan koordinatnya dalam sistem koordinat polar berdasarkan sudut vektor (θ) dan radius vektor
(r) atau (garis OP) yaitu P (r, θ). Sudut vektor (θ) bernilai positif jika mempunyai arah berlawanan
dengan arah putaran jarum jam, sedangkan bernilai negatif jika searah dengan putaran jarum jam.
Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1. Koordinat Kartesian 3D
Sistem Koordinat Kartesian 3 Dimensi, pada prinsipnya sama dengan sistem koordinat kartesian 2
Dimensi, hanya menambahkan satu sumbu lagi yaitu sumbu Z, yang ketiganya saling tegak lurus.

Titik O merupakan titik pusat dari ketiga sumbu koordinat X, Y, dan Z. Sedangkan titik P didefinisikan
dengan P (x, y, z). Penggunaan sistem koordinat kartesian 3 Dimensi banyak digunakan dalam
pengukuran menggunakan sistem GPS.
Modul Pelatihan | 17
2. Sistem Koordinat Bola
Posisi suatu titik dalam ruang, selain didefinisikan dengan sistem kartesian 3 Dimensi, dapat juga
didefinisikan dalam sistem koordinat bola (pronsip dasarnya sama dengan koordinat polar, yaitu sudut
dan jarak). Koordinat titik P didefinisikan dengan nilai P (r, φ, z). Jika kita cermati, koordinat ini sama
halnya dengan koordinat lintang dan bujur yang sering digunakan dalam globe, atau peta, atau lainnya.

SISTEM KOORDINAT GEODETIK (GEOGRAPHIC COORDINATE SYSTEM)


Sistem koordinat yang paling umum digunakan pada saat ini adalah sistem lintang (φ), bujur (λ), dan
ketinggian (h- tinggi di atas ellipsoid). Pada sistem ini meridian utama dan ekuator merupakan bidang-bidang
referensi yang digunakan untuk mendefinisikan koordinat lintang (φ) dan bujur (λ) : Indonesia sendiri terletak
antara : 6o LU (Lintang Utara) - 11 o LS (Lintang Selatan) dan antara 95 o BT - 141 o BT (Bujur Timur).

PROYEKSI PETA
Proyeksi peta adalah teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan
bumi dalam (tiga dimensi) yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar (dua dimensi) dengan
distorsi sesedikit mungkin.
Bidang yang lengkung kalau dibentangkan menjadi bidang datar tentu akan mengalami kesalahan (distorsi),
sedang suatu peta dikatakan ideal apabila dapat memberikan : luas benar, bentuk benar, arah benar, dan jarak
benar. Cara memperkecil kesalahan (distorsi) :
1. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas;
2. Memiliki bidang proyeksi yang sesuai dengan letak daerah yang dipetakan, misal :
➢ Bidang datar untuk daerah sekitar kutub
➢ Bidang kerucut untuk daerah sekitar lintang tengah
➢ Bidang silinder untuk daerah sekitar equator

Modul Pelatihan | 18
SISTEM KOORDINAT PROYEKSI (PROJECTED COORDINATE SYSTEM)
Sistem Koordinat Proyeksi UTM
 Berbeda dengan sistem koordinat Geografis yang merepresentasikan bentuk bumi sesungguhnya,
UTM merupakan tergolong salah satu sistem koordinat proyeksi. UTM tidak merepresentasikan
bentuk bumi yang bulat melainkan mengacu pada bentuk bumi yang datar/planar melalui proyeksi
tertentu.
 Mengacu pada bentuk bumi yang bulat sempurna (360º) dan karena UTM membagi zona (horisontal)
setiap 6º maka terdapat 60 zona (horisontal) UTM di dunia
 Zona UTM (vertikal) dibagi setiap 8º dari 180º sumbu vertikal bumi sehingga terdapat 20 zona vertikal
di dunia.
 Berbeda dengan koordinat geografi yang satuan unitnya adalah derajat, koordinat UTM menggunakan
satuan unit meter.
 Proyeksi lain mengenal koordinat negatif sedangkan proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif.
Dengan dibuatnya koordinat semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM mempunyai
angka positif.

Sistem Koordinat Proyeksi TM-3o


 Sistem koordinat ini memodifikasi sistem koordinat yang sudah ada sebelumnya yaitu UTM
(Universal Transverse Mecantor) WGS 1984, dengan cara membagi sistem proyeksi UTM 6 o ke 3o.
 Sehingga dalam satu zona UTM 49 selatan misalnya, terdiri dari 2 zona TM-3o, yaitu TM-3o zona 49.1
dan TM-3o zona 49.2.
 Sistem koordinat ini merupakan sistem yang digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) karena
dianggap memiliki akurasi koordinat posisi lokasi yang tinggi.

Modul Pelatihan | 19
SESI 2 APLIKASI DASAR GIS
a. Georeferensi (Registrasi Gambar)
Peta – peta tersebut dapat dijadikan salah satu sumber data dalam software ArcGIS Desktop. Dengan
adanya peta digital tersebut dapat digambarkan lagi kedalam software ArcMap sehingga menjadi data
vector. Setelah menjadi data vector, barulah data ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya sesuai
dengan tujuan si pembuat peta.
Langkah – langkah untuk memasukkan data dari Peta Analog kedalam software ArcMap adalah
sebagai berikut :
1. Konvert Peta Analog Menjadi Peta Digital.
Pengolahan data spasial akan dikerjakan menggunakan seperangkat computer atau laptop.
oleh karena itu, data – data yang ada juga harus berupa data digital. Untuk sumber data peta
yang berupa peta analog, terlebih dahulu harus dikonvert menjadi peta digital. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan scaning peta tersebut, kemudian simpan
dalam format *.jpeg atau *.tiff. Jika sudah menjadi format digital maka siap untuk dilakukan
proses selanjutnya. Apabila data peta sudah berupa Peta Digital maka dapat dilanjutkan
dengan langkah berikutnya.
2. Memproyeksikan Peta Digital.
Peta digital yang akan diinput kedalam ArcMap terlebih dahulu harus memiliki sistem
proyeksi. Sistem proyeksi sendiri merupakan suatu cara dalam usaha menyajikan dari suatu
bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimensi lainnya. Dalam hal ini adalah dari bentuk
matematis bumi (Elipsoid atau Elip 3 dimensi) ke bidang 2 dimensi berupa bidang datar
(kertas). Untuk memberikan sistem proyeksi kedalam peta digital dilakukan dengan cara :
Tutorial Teknis

Buka ArcCatalog dan navigasikan ketempat dimana file peta digital disimpan. Data peta digital
dalam bentuk *.jpeg akan Nampak dengan symbol diikuti dengan nama file.
1. Klik kanan pada file peta digital tersebut lalu pilih “Properties”

2. Kemudian akan muncul tab “Raster Dataset Properties”, kemudian scroll down dan cari kolom “spatial
reference”. Jika data peta digital tersebut belum memiliki sistem koordinat, maka pada kolom “spatial
reference” akan terdapat tulisan <undefined>

Modul Pelatihan | 20
3. Kemudian klik tombol pada sebelah kanan <undefined> untuk memilih sistem proyeksi.
Setelah klik tombol edit kemudian akan muncul tab “Spatial Reference Properties”

4. Kemudian klik untuk memilih sistem proyeksi yang akan digunakan. Setelah itu akan muncul
tab “browse coordinate system” dan terdapat pilihan sistem proyeksi, baik Geographic Coordinate
System, atau Projected Coordinate System. Dalam pemilihan sistem proyeksi hendaknya dilihat sistem
grid yang dipakai pada peta tersebut. Jika menggunakan sistem grid derajad menit detik (DMS) maka
dapat menggunakan Geographic Coordinate System, sedangkan jika pada peta digital tersebut
menggunakan sistem grid UTM maka dapat menggunakan Projected Coordinate System.
5. Jika sudah memilih klik add kemudian ok, maka seharusnya pada “Raster Dataset Properties” untuk
kolom “Spatial Reference” sudah ada nama sistem koordinat yang dipilih.

Modul Pelatihan | 21
6. Peta digital yang sudah memiliki sistem koordinat kemudian dapat dilakukan proses georeferencing c.
Proses Georeferencing Peta digital yang sudah memiliki sistem koordinat, jika dipanggil kedalam
ArcMap tidak akan terletak pada posisi sebenarnya pada permukaan bumi. Oleh karena itu, peta digital
tersebut harus dikunci keposisi sebenarnya dengan menggunakan bantuan informasi koordinat yang ada
pada gambar peta digital itu sendiri. Proses ini dinamakan proses georeferencing, langkah – langkah
dalam proses georeferencing adalah :
7. Buka ArcMap dan aktifkan ToolBar “Georeferencing”. Untuk mengaktifkan toolbar georeferencing,
klik kanan pada wilayah toolbar yang kosong kemudian centang “georeferencing”
8. Panggil peta digital menggunakan icon atau bisa langsung drag and drop file tersebut dari
ArcCatalog ke ArcMap.
9. Tentukan titik ikat pada peta digital, biasanya dalam proses georeferencing membutuhkan 3 titik ikat,
namun akan lebih baik jika memiliki 4 titik ikat yang diletakkan pada setiap sudut kanan atas dan kiri
atas serta kanan bawah dan kiri bawah.
10. Pilih icon pada toolbar georeferencing untuk menentukan titik control. Tanda + merupakan titik
koordinat source (koordinat peta digital) sedangkan tanda + merupakan titik koordinat destination
(koordinat sebenarnya). Jadi dalam proses georeferencing, dilakukan penggeseran dari lokasi koordinat
source koordinat destination.
11. Arahkan tanda + ke salah perpotongan grid koordinat pada peta digital, dan usahakan tepat diantara
perpotongan grid koordinat. Setelah dirasa tepat, lakukan klik kiri kemudian tanpa menggeser crusor
atau tanda + lakukan klik kanan pada titik yang sama sehingga muncul tab yang berisikan “Input X and
Y…”, “Input DMS of Lon and Lat…”, dan “Cancel Point”

Modul Pelatihan | 22
12. Apabila peta digital menggunakan Geographic Coordinat System, maka dapat dipilih “Input DMS of
Lon and Lat”. Seperti pada gambar diatas, sistem grid menggunakan DMS, sehingga dapat melakukan
input koordinat menggunakan DMS.

13. Pilihan Input DMS of Lon and Lat akan memunculkan Tab Enter Coordinates DMS, seperti gambar
diatas. Gambar pertama diatas menunjukkan lokasi titik koordinat peta digital pada permukaan bumi.
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan koordinat lokasi peta digital (yang pada titik itu menunjukkan
koordniat 1180 BT dan 40 LU) dengan posisi dipermukaan bumi yang sebenarnya (pada titik sebenarnya
menunjukkan koordinat 9920 47’ 41’’ BT dan 2290 47’ 47’’ LS). Oleh Page | 8 sebab itu maka perlu
digeser dengan cara menuliskan koordinat sebenarnya sesuai dengan informasi pada gambar peta digital,
seperti yang ditunjukkan gambar kedua diatas.
14. Apabila informasi grid pada peta digital menggunakan sistem grid UTM, maka untuk memasukkan titik
koordinat ikatnya dapat dengan memilih “Input X and Y”. Langkah yang dilakukan sama dengan cara
“Input DMS of Lon and Lat”
15. Untuk melakukan georeferencing setidaknya membutuhkan 4 titik ikat. Dan perlu diingat bahwa dalam
melakukan georeferencing juga harus memperhatikan nilai dari RMS Error (RMSE). RMSE merupakan
nilai yang menunjukkan tingkat ketelitian dalam kaitannya dengan perubahan image atara sumbu x dan
y. Singkatnya bahwa semakin kecil nilai RMSE mengindikasikan bahwa semakin teliti hasil dari titik ikat
yang dibuat. Untuk melihat RMSE klik pada tombol “View link table” yang berada pada tools
georeferencing.

16. Setelah memilih “view link table” kemudian akan muncul tab “link table”. Pada link table akan terlihat
informasi mengenai titik ikat (1), posisi koordinat awal (2), posisi koordinat peta (3), nilai RMS Error (4),
dan metode transformasi (5).

Modul Pelatihan | 23
17. Pada contoh diatas terlihat bahwa nilai RMS Error mencapai nilai 7.67579. Nilai tersebut akan
menjadikan bentuk image yang akan kita georeferencingkan akan menjadi rusak. Rusak disini berarti
bahwa image yang kita georeferencingkan akan berubah bentuk.

18. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena kesalahan dalam beberapa titik ikat pada saat memasukkan nilai
koordinat yang dituju. Pada umunya link yang berpengaruh besar terhadap kesalahan adalah link yang
memiliki nilai residual paling tinggi. Oleh karena itu kita dapat hapus link yang memiliki nilai residual
yang paling besar.

19. Untuk menghapus, pilih link yang memiliki nilai residual paling besar, dalam contoh diatas link no 3,
klik link no 3 sampai berwarna biru, kemudian tekan tanda pada bagian kanan atas. Maka link no 3
akan terhapus.
20. Setelah link no 3 dengan nilai residual paling besar sudah ter delete, maka secara otomatis nilai RMS
Error akan terkoreksi dan berubah, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Modul Pelatihan | 24
21. Dapat terlihat bahwa nilai RMS Error dari yang sebelumnya turun menjadi 1.95824. Untuk lebih
memperkecil nilai RMS Error, dapat dilakukan deleting untuk link yang memiliki nilai residual terbesar
hingga mencapai nilai RMS Error paling kecil.
22. Setelah mendapatkan nilai RMS Error yang cukup kecil (dianjurkan 4 angka “nol” dibelakang koma)
maka siap untuk dilakukan update georeferencing. Caranya dengan klik “Georeferencing” kemudian pilih
“Update Georeferencing”

23. Tunggu hingga proses selesai, peta digital dalam format raster siap digunakan dan sudah pada posisi
sebenarnya.
24. Apabila peta analog ataupun yang sudah dalam bentuk digital tidak memiliki grid dan koordinat, peta
tersebut masih tetap bisa dilakukan georeferencing. Yang dibutuhkan pada kasus semacam ini adalah peta
tema lain yang sudah digeoreferencing dan memiliki informasi peta yang sama, misalnya sama-sama
memiliki informasi pola aliran sungai.
25. Langkahnya hampir sama dengan cara sebelumnya, yaitu dengan mencari titik ikat. Bedanya pada saat
memasukkan koordinat tujuan (x,y map) tidak dengan melakukan inputing angka koordinat (baik DMS
atau DD atau UTM), namun dengan langsung menandai pada lokasi yang dituju. Pemilihan lokasi pada
peta yang dituju ini jelas harus disesuaikan bentuk dan polanya dengan lokasi pada peta yang ingin
digeoreferencing.

26. Pada gambar diatas tanda “source coordinate” yang dilambangkan dengan tanda + berada pada garis
lekukan sungai peta digital yang ingin digeoreferencing. Untuk koordinat revisi, mengacu pada shapefile
sungai (pada gambar garis berwarna pink), maka tanda + diletakkan pada garis lekukan sungai pada
shapefile sungai. Buat minimal 4 titik ikat dengan cara yang sama.

27. Setelah memiliki 4 atau lebih titik ikat kemudian cek RMS Error untuk mendapat ketelitian yang baik,
kemudian setelah dirasa cukup, lakukan “Update Georeferencing”, dan peta digital siap digunakan.
Modul Pelatihan | 25
b. Digitasi Gambar
Sketsa (sketch) adalah bentuk yang digambar dengan menggunakan sketch tool secara sementara dan
berfungsi untuk melaksanakan tugas yang ditentukan dalam daftar ”create feature”. Fitur baru
kemudian terbentuk sesuai dengan garis sketsa yang dibuat. Tipe dari sketsa, - titik, garis atau
poligon-, ditentukan oleh tipe layer target.

Tools Membuat Sketsa Tool-tool sketsa, sering juga disebut Sketch Construction Tool terdiri atas :

Straight Segment, Digunakan untuk membuat garis atau polygon dengan arah garis lurus per
segment.
Arc Segment, Tool ini digunakan untuk membuat garis lengkungan yang membutuhkan 3
parameter yaitu titik awal, titik aksis dan titik akhir. Garis sketsa yang terbentuk akan selalu melalui
ketiga titik tersebut walaupun titik kedua (aksis) tidak terlihat.
End Point Arc Segment, Hampir sama dengan Arc segment, namun parameter lengkungan kurva
ditentukan pada sesi akhir dan dapat menggunakan nilai tertentu dengan menggunakan tombol “R”
Trace, Digunakan untuk mengikuti bentuk fitur yang telah ada (tracing). Fitur yang akan diikuti
geometrinya harus terseleksi terlebih dahulu.

Right Angle, Digunakan untuk membuat garis dengan sudut 900 dari garis sebelumnya.
Midpoint, Digunakan untuk mendapatkan titik tengah antara 2 titik yang di klik (titik awal &
titik akhir)

Distance-Distance, Tool ini bekerja dengan memanfaatkan titik singgung antara 2 lingkaran
yang ditentukan radiusnya. Bila kedua lingkaran tersebut tidak bersinggungan, maka tidak akan
terdapat verteks yang dihasilkan oleh tool ini, sebaliknya akan terdapat 2 titik singgung yang dapat
dipilih. Untuk memasukkan nilai radius yang akurat gunakan tombol “R”.

Modul Pelatihan | 26
Distance-Distance, Tool ini digunakan untuk menentukan verteks berdasarkan 2 titik input. Satu
titik input memerlukan parameter sudut (bearing), sedangkan titik input yang lain memerlukan
parameter jarak. Salah satu contohnya adalah menentukan posisi tiang listrik yang berjarak X meter
dari sudut bangunan A dan memiliki sudut arah sebesar  derajat dari titik perpotongan (interseksi)
jalan. Gunakan tombol “A” untuk memasukkan parameter sudut dan tombol “R” untuk parameter
Jari-jari lingkaran secara tepat.
Intersection, Tool ini digunakan untuk menemukan titik singgung antara 2 garis.
Tangent Curve Segment, Tool ini membuat segmen yang berbentuk tangensial terhadap segmen
sebelumnya. Tool ini aktif jika telah ada segmen yang dibuat dengan menggunakan tool lain.

Bezier Curve Segment, Tool ini digunakan untuk merapikan segment yang berbentuk kurva,
dengan mengubah sudut dan jarak dapat membentuk kurva “S”.

Point, Tool ini untuk membuat titik.

Edit Vertices, Menu yang digunakan untuk membantu dalam editing vertek, baik menambah,
mengurangi, ataupun menggeser.

Reshape Feature Tool, Tool yang digunakan untuk menambah dan mengurangi feature guna
memperbaiki bentuk feature.

Cut Polygon Tool, Tool ini digunakan untuk membagi feature polygon.
Split Tool, Tool ini digunakan untuk membagi atau memisahkan feature line.
Rotate Tool, Tool ini digunakan untuk memutar feature. Dengan mengingat bahwa konsep
editing fitur di dalam ArcGIS banyak bergantung pada penggunaan sketch, kiranya perlu dipahami
komponen-komponen yang membentuk sketch tersebut :
▪ Start Point, adalah titik mulainya garis sketch;
▪ End Point, adalah titik berakhirnya garis sketch;
▪ Verteks, adalah titik-titik (node) yang berada diantara Start Point dan End Point;
▪ Segment, adalah garis yang menghubungkan 2 titik (node);

Selama dalam sesi pembuatan sketsa, komponen-komponen pembentuk sketsa juga dapat diubah,
misalnya:
▪ Menghapus/menambah verteks;
▪ Membalik (flipping) sketsa;
▪ Melihat/memindahkan posisi verteks secara relatif maupun absolute;
▪ Memotong panjang garis sketsa (trim); dan
▪ Melihat properti sketsa;
Semua menu untuk memodifikasi sketsa tersebut dapat diakses dengan cara klik kanan pada sketsa
sehingga muncul pop up menu untuk mengubah sketsa. Contoh dibawah ini memperlihatkan cara
melihat properti sketsa.

Modul Pelatihan | 27
Snapping
Snapping adalah salah satu fasilitas editing ArcMap yang memegang peranan penting dalam menghasilkan
output editing yang akurat dengan cara mengatur perilaku sketsa.
a. Type Snapping
Pada proses editing fasilitas snapping dapat diberlakukan berdasarkan layer, sketsa atau topologi.
Berdasarkan dasar inilah tipe snapping dibedakan atas layer snapping, sketch snapping dan topology
snapping. Penentuan properti snap yang diaktifkan diatur dalam kotak dialog snapping environment
Window. Berikut ini adalah properti snapping berdasarkan tipenya :

b. Snapping Environment Window


Kotak dialog ini dapat diakses melalui menu Editor pada Toolbar Editor dan hanya bisa diakses
dalam mode editing.

c. Mematikan fasilitas snapping


Untuk mematikan fasilitas snapping secara sementara tekan tombol “Spasi” (SPACEBAR) pada
keyboard sambil melakukan editing. Snapping akan kembali aktif segera tombol tersebut dilepas.
Untuk mematikan fasilitas snapping secara tetap, bersihkan tanda centang yang ada pada kotak
dialog Snapping Environment.
d. Snapping to Feature Command
Pada saat pembuatan sketsa, terdapat juga bantuan snapping yang dapat diakses melalui klik kanan
pada fitur lain yang telah ada sehingga muncul pop up menu. Berikut adalah tipikal urutan
penggunaan perintah tersebut:
• Dengan menggunakan salah satu tool sketsa, klik kanan pada fitur eksisting
• Pada pop up menu yang muncul, sorot menu snap to feature, selanjutnya pilih tipe snapping
yang diinginkan
• Verteks sketsa yang terbentuk akan segera di-Snap sesuai dengan tipe snapping yang dipilih.

Modul Pelatihan | 28
Digitasi On Screen
Proses digitasi merupakan tahap membuat feature data spasial baru. Data spasial sendiri meliputi data
point, polygon, dan line. Penggambaran data – data tersebut dalam ArcMap dapat dikatakan sebagai
digitasi on screen. Tentu saja dalam mebuat gamabaran atau digitasi diperlukan data dasar sebagai
acuan untuk melakukan digitasi. Data dasar tersebut dapat berupa peta digital berformat *.jpeg yang
sudah digeoreferencing, atau juga dapat menggunakan citra satelit dan foto udara. Langkah – langkah
untuk melakukan digitasi adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan shapefile sebagai layer kosong.
➢ Jalankan ArcCatalog, lalu navigasikan ke folder dimana shapefile nantinya akan disimpan.
➢ Untuk membuat shapefile baru, klik kanan pada ruang yang kosong kemudian pilih “New”,
kemudian klik “Shapefile…”

➢ Kemudian akan muncul tab “create new shapefile”.


➢ Isikan kolam “Name” dengan nama shapefile yang akan dibuat.
➢ Isikan “Feature Type” dengan tipe geometri data, point untuk titik, polyline untuk garis, dan
polygon untuk bidang luasan.
➢ Isikan juga sistem ptoyeksi yang akan dipakai dengan memilik tombol

Modul Pelatihan | 29
➢ Setelat terisi pilih “Ok” dan nanti akan muncul shapefile dengan nama yang sudah kita buat
pada tampilan di ArcCatalog.

b. Proses manual digitasi.


➢ Panggil data shapefile yang baru saja dibuat kedalam ArcMap.
➢ Untuk melakukan digitasi perlu adanya peta dasar atau citra, oleh sebab itu panggil juga
sumber data tersebut ke dalam ArcMap

➢ Untuk memulai digitasi, klik “Editor” kemudian pilih “Start Editing”. Pastikan target editing
adalah shapefile yang dimaksud.

➢ Untuk memulai digitasi, klik tombol pada toolbar editor. Jenis digitasi sesuai dengan
construction tool yang dipilih. Construction tool berada di kanan bawah.

Modul Pelatihan | 30
➢ Setelah semua siap, proses digitasi dapat dilakukan dengan menggunakan bantual dari tool –
tool sketsa yang sudah dijelaskan sebelumnya.
➢ Tahap digitasi ini dilakukan dalam usaha untuk merubah data raster menjadi data vector,
dengan proses intepretasi atau delineasi data raster. Proses Intepretasi dan delineasi ini
dilakukan pada sumber data semisal Peta Digital, foto udara, ataupun citra satelit.

➢ Setelah selesai, untuk mengakhiri digitasi, klik 2 kali kemudian “save edit” lalu “stop editing”
SESI 3 FILD ATTRIBUTE
Komponen Dasar Field Attribute

Modul Pelatihan | 31
DATA TYPE
Setiap kali menambahkan field baru dalam attribute table yang tersedia di ArcMap, kita dihadapkan pada
pilihan Data Type apa yang akan kita gunakan untuk field tersebut (lihat gambar dibawah). Dengan mengenal
Data Type tersebut, kesalahan penggunaannya dapat dihindari.

Sebagai catatan saja bahwa nama field terbatas hanya 10 karakter saja dan hanya bisa menggunakan huruf,
angka, hypens & underscores. Tidak bisa memberi nama field menggunakan spasi atau spesial karakter lainnya
misalnya tanda tanya (?). Berikut deskripsi singkat tentang Data Type dalam attribute table di ArcMap :
1. Short Integer adalah seluruh angka, termasuk positif dan negatif yang biasanya digunakan sebagai
coding. Misalnya coding untuk land use.
2. Long Integer adalah seluruh angka termasuk positif dan negatif yang biasanya digunakan untuk
menunjukkan nilai banyak (kuantitas) dari suatu tema, misalnya populasi penduduk.
3. Float adalah angka dengan nilai pecahan decimal yang memiliki range yang spesifik. Dengan data type
float ini Anda bisa ‘menolak’ sebuah nilai jika nilai tersebut diluar dari Precision dan scale yang sudah
ditentukan sebelumnya. Contoh : Anda menentukan precision 4 (lebar field hanya menerima max 4
angka termasuk nilai decimal tanpa memperhitungkan pemecah angka tersebut yaitu titik sebagai bentuk
decimal) dan scale 2 (max 2 angka setelah pemecah angka tersebut yaitu titik sebagai bentuk decimal),
maka field tersebut bisa menerima nilai 12.35 tetapi tidak menerima 1.235 dan 123.5. Lihat gambar di
bawah untuk ilustrasi Precision dan Scale.

4. Double adalah angka dengan nilai pecahan decimal yang memili range yang spesifik dengan precision
hingga 19 angka dan akurasi hingga 15 angka decimal, berbeda dengan data type float yang 8 angka
saja serta akurasi 6 angka decimal. Data Type Double biasanya digunakan menyimpan angka decimal
yang lebih detail misalnya nilai suatu koordinat.
5. Date digunakan untuk menyimpan waktu dalam hal ini tanggal (mm-dd-yyyy)
6. Text adalah seluruh karakter termasuk alphanumeric. Maximum 255 karakter.
BEBERAPA PERINTAH DASAR FILD ATTRIBUTE

Modul Pelatihan | 32
SESI 4 EDITING .DBF DI EXCEL (SAVE DBF Add-Ins)
Selain editing field attribute di ArcMap, juga bisa dilakukan di Microsoft Excel versi 2007-2016 dengan
menambah plugin “SAVE DBF”.
Cara Install : Copykan AddIns di direktori penyimpanan AddIns (di : C:\Users\Nama-
PC\AppData\Roaming\Microsoft\AddIns)  Buka Microsoft Excel  File  Option  Add-Ins  Go 
Browse  Pilih Direktori penyimpanan AddIns  Centang  OK

Edit File yang berformat .dbf menggunakan MS Excel : Klik Kanan  Open With  pilih MS Excel (pada
Office 2016 lokasi EXCEL di : C:\Program Files\Microsoft Office\root\Office16)

Modul Pelatihan | 33
Menyimpan file yang telah di edit : Pilih Plugin SAVEDBF  Klik SAVEDBF  OK  Yes  jika berhasil
aka nada notifikasi : “The conversion is done!”  OK

SESI 5 PEWARNAAN KOMPONEN PETA (SIMBOLOGI)


Pewarnaan Komponen Peta berdasarkan Standar Baku ArcMAP
Simbol standart tipe area :

Modul Pelatihan | 34
Simbol standart tipe garis :

Simbol standart tipe titik lokasi :

Contoh Simbol 3D Trees (ArcGIS Default) :

Modul Pelatihan | 35
SESI 6 LAYOUTING
a. Layout standar kartografi

Penjelasan Trainer !!!


Contoh Layout :

Modul Pelatihan | 36
Modul Pelatihan | 37
Modul Pelatihan | 38
HARI Ke-4
SESI 1 MODUL NAVIGASI SEDERHANA DI ANDROID
Beberapa perangkat elektronik saat ini menambahkan fitur navigasi. Saat ini sistem satelit GPS tidak lagi
menjadi sistem navigasi tunggal, jaringan satelit GPS adalah sistem satelit Amerika dan paling banyak
digunakan, paling lengkap, dan pertama ada. Sistem navigasi satelit yang ada pada smartphone dapat menerima
sinyal satelit GPS, yang dimaksud adalah perangkat yang dilengkapi receiver sinyal satelit. Fungsinya untuk
menentukan posisi keberadaan seseorang. Sedangkan sistem navigasi satelit disebut juga sebagai Konstelasi,
atau rangkaian dari beberapa satelit navigasi. Sistem satelit navigasi di dukung banyak satelit, satu sistem
konstelasi satelit yang sudah lengkap akan terkoordinasi dari 24 sampai 30 satelit. Semua satelit tersebut
memancarkan sinyal ke bumi untuk diterima peralatan seperti smartphone, alat navigasi dan lainnya. Sistem
satelit GPS, masing-masing satelit bergerak 1 jam lebih cepat dari waktu bumi. Jadi pergerakan satelit GPS
setara 1 jam waktu bumi = 2 jam pergerakan waktu satelit. Satelit navigasi terus mengelilingi orbit bumi sesuai
posisi urutannya.

Beberapa konstelasi (rangkaian) satelit yang banyak digunakan adalah :


GPS (Global Positioning System), sistem satelit navigasi pertama milik Amerika. Digunakan di semua
perangkat navigasi sebagai signal utama. Awalnya dirancang untuk militer dan terakhir dibuka untuk publik
sejak akhir 2000. Versi komersil memiliki tingkat presisi sampai milimeter. Jumlah satelit saat ini 30 Satelit.

GLONASS dikembangkan oleh Rusia, baru dibuka untuk umum tahun 2007 dan sudah bekerja penuh dari
tahun 2011. Total 31 satelit navigasi, tapi beroperasi penuh hanya 24 satelit. Saat ini signal navigasi Glonass
digunakan untuk signal pendamping atau pembantu dari signal GPS.

Beidou, milik China sudah digunakan secara umum walau terbatas untuk perangkat di China.
Galileo sistem satelit Eropa sudah online mulai Desember 2016, terdapat 18 satelit. Masyarakat umum dapat
menerima jarak akurat sampai 1 meter, versi komersil di enskripsi sampai 1 cm. Total baru beroperasi 14
satelit, 4 tahap tes dan total 30 satelit navigasi.

IRNSS milik India, hanya meliputi di India dan laut India.

Cara Kerja GPS


Sistem ini menggunakan sejumlah satelit yang berada
di orbit bumi, yang memancarkan sinyalnya ke bumi
dan ditangkap oleh sebuah alat penerima. Ada tiga
bagian penting dari sistim ini, yaitu bagian kontrol,
bagian angkasa, dan bagian pengguna.
Bagian Kontrol
Seperti namanya, bagian ini untuk mengontrol. Setiap
satelit dapat berada sedikit diluar orbit, sehingga
bagian ini melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian, dan
kecepatan. Sinyal-sinyal sari satelit diterima oleh
bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke
satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data ephemeris, yang nantinya akan di
kirimkan kepada alat navigasi kita.

Bagian Angkasa
Bagian ini terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang berada di orbit bumi, sekitar 12.000 mil diatas
permukaan bumi. Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa sehingga alat navigasi setiap saat dapat
menerima paling sedikit sinyal dari empat buah satelit. Sinyal satelit ini dapat melewati awan, kaca, atau
plastik, tetapi tidak dapat melewati gedung atau gunung. Satelit mempunyai jam atom, dan juga akan
memancarkan informasi ‘waktu/jam’ ini. Data ini dipancarkan dengan kode ‘pseudo-random’. Masing-masing
satelit memiliki kodenya sendiri-sendiri. Nomor kode ini biasanya akan ditampilkan di alat navigasi, maka kita
bisa melakukan identifikasi sinyal satelit yang sedang diterima alat tersebut.

Modul Pelatihan | 39
Data ini berguna bagi alat navigasi untuk mengukur jarak antara alat navigasi dengan satelit, yang akan
digunakan untuk mengukur koordinat lokasi. Kekuatan sinyal satelit juga akan membantu alat dalam
penghitungan. Kekuatan sinyal ini lebih dipengaruhi oleh lokasi satelit, sebuah alat akan menerima sinyal lebih
kuat dari satelit yang berada tepat diatasnya (bayangkan lokasi satelit seperti posisi matahari ketika jam 12
siang) dibandingkan dengan satelit yang berada di garis cakrawala (bayangkan lokasi satelit seperti posisi
matahari terbenam/terbit). Ada 2 jenis gelombang yang saat ini dipakai untuk alat navigasi berbasis satelit pada
umumnya, yang pertama lebih dikenal dengan sebutan L1 pada 1575.42 MHz. Sinyal L1 ini yang akan diterima
oleh alat navigasi. Satelit juga mengeluarkan gelombang L2 pada frekuensi 1227.6 Mhz. Gelombang L2 ini
digunakan untuk tujuan militer dan bukan untuk umum.

Bagian Pengguna
Bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris
yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate
location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh satelit. Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan
valid untuk sekitar 4-6 jam. Untuk menunjukkan koordinat sebuah titik (dua dimensi), alat navigasi
memerlukan paling sedikit sinyal dari 3 buah satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga
dimensi), diperlukan tambahan sinyal dari 1 buah satelit lagi.

Dari sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh kumpulan satelit tersebut, alat navigasi akan melakukan perhitungan-
perhitungan, dan hasil akhirnya adalah koordinat posisi alat tersebut. Makin banyak jumlah sinyal satelit yang
diterima oleh sebuah alat, akan membuat alat tersebut menghitung koordinat posisinya dengan lebih tepat.
Karena alat navigasi ini bergantung penuh pada satelit, maka sinyal satelit menjadi sangat penting. Alat
navigasi berbasis satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada gangguan pada sinyal satelit. Ada banyak
hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal satelit : Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama
kita masih dapat melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.

Langkah Teknis Penggunaan Navigasi di HP Android


1. Download aplikasi yang bernama AndroiTS GPS Pro di : https://www.4shared.com/s/fJoaMVyicca
2. Install Aplikasi di HP Android (minimum Android 3.0) & memiliki receiver signal navigas (GPS,
GLONASS, Beidou etc)
3. Buka Aplikasi AndroiTS GPS

A. KOMPAS (Jika Hp Memiliki Perangkat COMPASS)


Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa
sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan
dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat.
• N (North) : Arah Utara
• NE (North East) : Timur Laut
• E (East) : Timur
• SE (South East) : Timur Tenggara
• S (South) : Selatan
• SW (South West) : Barat Daya
• W (West) : Barat
• NW (North West) : Barat Laut

>> Jika Handphone tersambung ke jaringan maka dengan


otomatis langsung menunjukan nama lokasi terdekat

Modul Pelatihan | 40
B. SISTEM NAVIGASI
Bagian ini memperlihatkan jumlah dan sudut satelit yang
mengorbit terhadap pengguna.
1. Jumlah Satelit yang terkunci dan aktif sebanyak 16 dari
23 satelit yang ditemukan
2. Keakuratan Spasial sekitar ±4 m
3. Jumlah satelit navigasi GPS yang diterima 12
4. Jumlah satelit navigasi GLONASS yang diterima 5
5. Jumlah satelit navigasi Beidou yang diterima 6
6. Lokasi titik 2 dimensi Lintang dan Bujur dalam
Geographic Coordinate System (GCS) WGS84

C. TRACKING
Record / Simpan data Tracking
1. Kecepatan saat berjalan/tracking
2. Perhitungan sudut awal & sudut terakhir point tracking
3. Waktu lama tracking
4. Jarak tempuh tracking
5. Waktu / Jam saat ini
6. Ketinggian Tempat
7. Kecepatan rata-rata tracking
8. Kecepatan maksimal tracking
9. Memulai Tracking / START
10. PAUSE Tracking
11. Stop Tracking dan akan tersimpan secara otomatis
12. Suara pemberitahuan

>> Pengaturan interval record tracking berada di pojok kanan bawah Settings

Modul Pelatihan | 41
D. MAP VIEW
Lokasi yang aktif ditunjukkan pada titik biru sesuai dengan
gambar. Beberapa penyedia layanan basemap seperti Google,
OVI, OSM dan Bing bisa diakses melalui aplikasi ini.
>> Cara mengganti Basemap : Buka Settings  Map Type

E. WAYPOINT & EXPORT DATA


1. Menambahkan Waypoint  Masukkan nama (title)  buat
catatan di (Notes)  Pilih warna yang diinginkan 
Aktifkan Lonceng (pojok kanan) jika ingin ada
pemberitahuan mengunjungi titik lokasi yang sama.
2. Export Waypoint  pilih KML  Export

3. Activities (Data Tracking)


Klik 2x nama tracking  Export  KML  Export

Keluar dari aplikasi


Klik Pojok kanan bawah  Exit  Yes

Modul Pelatihan | 42
SESI 2 PENGAMBILAN DATA KOORDINAT LAPANG
Nama :
Hari & Tanggal :
Jam (UTC) :

Ketinggian
No Nama Lokasi Bujur Lintang
Tempat (mdpl)

SKETSA AWAL GAMBAR LOKASI (Lihat Tracking)

Modul Pelatihan | 43
HARI Ke-5
SESI 1 UJIAN PRAKTEK
Diketahui Citra Landsat 7 ETM+ tanggal perekaman 20 Agustus 2001 dan Landsat 8 OLI TIRS
tanggal perekaman 16 Juni 2015;
1. Buatlah hanya 2 kelas yaitu : Vegetasi dan bukan Vegetasi di setiap tanggal perekaman (hanya
menggunakan metode tebimbing (supervised)
2. Hitung luasan vegetasi & bukan vegetasi tahun 2001 dan 2015
3. Buatlah Layut Peta nya seperti tema dibawah ini :

Modul Pelatihan | 44

Anda mungkin juga menyukai