Anda di halaman 1dari 7

ACARA I

PERENCANAAN JALUR TERBANG

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Desember 2021


Waktu : 08.00-12.00
Tempat : Lapangan Sepak Bola

I. Tujuan
Pelaksanaan praktikum ini bertujuan agar kita dapat memahami tentang pembuatan
rencana/misi jalur terbang dengan berbagai software

II. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam perencanaan jalur terbang yaitu:
- UAV
- Smartphone yang telah tersedia aplikasi Drone De Ploy

III. Dasar Teori


Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 12,
dijelaskan bahwa pengukuran dan pemetaan dalam pembuatan peta dasar pertanahan
dapat ditempuh dengan 3 metode, yaitu terestrial, fotogrametrik atau metode lain.
Pengukuran dan pemetaan secara fotogrametrik adalah dengan menggunakan sarana
foto udara. Lebih lanjut dijelaskan mengenai pengertian foto udara, yaitu foto dari
permukaan bumi yang diambil dari udara dengan mempergunakan kamera yang
dipasang pada pesawat udara dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu
untuk digunakan bagi pembuatan peta dasar pendaftaran. Proses pengambilan gambar
permukaan bumi dengan menggunakan kamera yang dipasang pada pesawat udara
selanjutnya disebut dengan pemotretan udara.
Dalam melaksanakan pemotretan udara Terdapat 3 hal utama yang perlu
dipersiapkan, yaitu Instrumen standar, wahana terbang, dan rencana terbang yang
mencakup pembuatan jalur terbang. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pembuatan jalur terbang sangat menentukan hasil akhir dari sebuah foto udara. Faktor
yang mempengaruhi jalur terbang diantaranya kondisi topografi, arah pergerakan
angin, dan bentuk area. Jalur terbang terdiri atas datar memanjang dan pegunungan
datar. Untuk jalur datar dan memanjang, pengaturan overlap berkisar antara 70-80 dan
sidelap 55-80. Kemudian untuk jalur pegunungan, pengaturan overlap berkisar antara
70-90 dan sidelap 60-80.
Persyaratan teknis pembuatan Jalur terbang dibuat dan ditetapkan berdasarkan
sasaran hasil akhir proyek, persyaratan skala foto, pertampalan dan cara proses atas
dasar analog atau digital. Dalam pembuatan jalur terbang perlu pemahaman tentang
teori dasar dengan cara analog. Dengan memahami teori dasar, akan memudahkan
untuk kedepannya jika menggunakan software lain selama pemotretan (terutama cara
PGS-navigasi). Beberapa hal yang perlu dicermati tentang dasar-dasar Flight Planning
(FP) adalah :
a. Peta jalur terbang merupakan pedoman arah jalur pemotretan, saat mulai
dan berakhirnya titik bukaan per lintasan jalurnya, meliputi seluruh luasan
proyek. FP adalah bagan jalur lengkap dengan letak dan koordinat tiap titik
bukaan ( exposure) selama proses pemotretan berlangsung. FP diplot
(digambarkan) pada peta topografi atau peta lain yang sesuai skalanya
(untuk pedoman kerja tim udara/ air crew ).
b. Keberhasilan pemotretan sangat menentukan kualitas foto-udara dan hasil
olahan akhir ( peta-peta serta produk lain).
c. Dengan pola FP yang efeisien (pengaturan arah terbang yang cocok dengan
lokasi) dapat dipergunakan sebagai entry data bila akan memakai pola
pemotretan GPS-navigasi atau pemotretan udara kinematika.
d. Dengan melihat pola FP akan mudah ditentukan pemakaian (pemilihan)
wahana dan kombinasi kamera yang cocok dengan jangkauan luasan proyek
dan kondisi logistic bahan bakar setempat.
e. Ada keterkaitan erat antara penetapan skala foto, medan, dan kemampuan
tinggi terbang wahana yang dipilih; jumlah foto juga akan tergantung skala
foto dan pertampalan yang direncanakan (sesuai kondisi daerah dan
keadaan topografi).
f. Khusus melihat kondisi topografi daerah, serta penentuan skala foto maka
tinggi terbang sangat tergantung berapa panjang fokus kamera (tipe kamera
yang akan dipilih), terutama lebar cakupan dan kemungkinan akan
terjadinya VS ( Variasi Skala ) untuk ketinggian tertentu. Kesalahan VS
untuk tiap jalur tidak boleh lebih dari toleransi 10%.
g. Parameter perencanaan dalam pembuatan FP akan dipergunakan lebih
lanjut dalam hitungan biaya dan jumlah material selama proses (akan
dibahas dalam bab selanjutnya).
Manfaat dari pembuatan rencana jalur terbang diantaranya ;
a. Untuk merencanakan dari mana pesawat terbang paling efektif dan efisien
dalam kegiatan pemotretan.
b. Untuk melihat jalur terbang secara keseluruhan kaitanya dengan jarak
pemotretan dan jumlah film yang diperlukan
c. Untuk menghitung total biaya dan kebutuhan logistic selama penerbangan
d. Sebagai lampiran ijin/ permohonan Security Clearance ( S.C.) kepada pihak
yang berwenang ( oleh Pussurta TNI-AU, Dep. Hankam).

IV. Langkah Kerja


Pembuatan jalur terbang menggunakan aplikasi DroneDeploy ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuka aplikasi drone deploy, kemudian mengklik icon di sebelah kanan
bawah dan memilih new project

2. Mencari lokasi yang akan dilakukan pemotretan sehingga icon segiempat


berada di atas area yang akan dipotret (lapangan STPN) lalu mengklik create
project here. Kemudian Masukkan nama project (Acara 1)  continue 
Maps & Models
Maka akan muncul tampilan seperti pada gambar berikut.

3. Memastikan bahwa satuan yang terdapat pada flight altitude adalah meter.
Untuk mengubah pengaturan dari feet ke meter yaitu : mengklik icon tiga garis
di sebelah kiri atas  preferences  ubah units menjadi metric

4. Tahapan selanjutnya adalah melakukan beberapa pengaturan dengan


menyesuaikan kebutuhan pemotretan, sebagai berikut.
- Flight Altitude atau tinggi terbang diubah menjadi 70 m
- Enhanced 3D dinonaktifkan, karena pada praktikum ini output yang akan
dihasilkan hanya berupa peta foto 2 dimensi
- Membuat AOI (Area of Interest) berupa cakupan pemetaan dengan cara
drag ujung tanda note diujung AOI sampai area Lapangan STPN bisa
tercover semua.
- Kemudian melakukan pengaturan lanjutan dengan mengklik advance dan
menonaktifkan automatic settings. Pengaturan dilakukan pada front
overlap sebesar 75% dan side overlap sebesar 70 %.
- Untuk flight direction akan menyesuaikan pada saat melakukan editing
pada AOI dan setelahnya tidak dilakukan perubahan. Kemudian untuk
mapping flight speed nilainya juga menyesuaikan dengan tinggi terbang
pesawat (flight altitude). Adapun terkait pengaturan arah terbang pesawat
(flight direction), kegiatan ini dinggap perlu dilakukan apabila pada lokasi
pemotretan intensitas angin cukup tinggi dan sekiranya bisa
mempengaruhi kestabilan pesawat. Teknisnya adalah jika angin
berhembus dari timur ke barat, maka jalur terbang perlu diarahkan dari
utara ke selatan (berpotongan terhadap hembusan angin) untuk mereduksi
pergerakan pesawat yang bisa menyebabkan hasil foto udara menjadi blur.
Adapun jika intensitas angin sangat tinggi, maka pemotretan foto udara
disarankan untuk tidak dilakukan
V. Hasil Praktikum
Berikut ini merupakan rencana jalur terbang yang telah dibuat

….

Anda mungkin juga menyukai