FOTOGRAMETRI II
Disusun Oleh :
Kelas A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya
Laporan Praktikum Fotogrametri II ini dapat kami selesaikan dalam rangka menunjang proses
pembelajaran. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fotogrametri II.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kmai
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan kami di masa yang akan datang.
Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu, Asisten Dosen
serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tim Penyusun berharap semoga semua
yang telah berjasa dalam penyusunan laporan ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I.
Pendahuluan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau disebut juga drone merupakan wahana terbang tak
berawak. Di berbagai belahan dunia pengguna aktif dari drone adalah di bidang militer dengan
berbagi tujuan misalnya untuk pemotretan wilayah musuh, wilayah konflik atau untuk memata-
matai musuh. Sedangkan untuk keperluan sipil, drone bisa digunakan untuk pemetaan daerah
terpencil, pemantauan gunung berapi, pemantauan lalu lintas atau pemotretan daerah pasca
bencana, sedangkan untuk tugas ini pengaplikasian dari drone ini adalah sebagai pemetaan
pedukuhan Pogung Kidul dan Karanggayam dengan menggunakan wahana udara tanpa awak
(WUTA). Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara.
Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar
atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasarkontrol) hingga
kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto
harus diukur di lapangan. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh
data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi
melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adala
hfoto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbangatau
wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto
atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dandes
ain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan
telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb.
1. Untuk menentukan letak relatif objek atau fenomena dan untuk menentukan ukuran
lainnya.
1
Sebelum melakukan pemetaan, diperlukan pembuatan jalur terbang terlebih dahulu.
Pembuatan jalur terbang bertujuan untuk menetukan area yang akan dipotret oleh kamera drone
dan mengetahui estimasi foto serta waktu yang dihabiskan saat oengambilan data foto udara
ini. Tujuan pemotretan udara adalah untuk mencari koordinat-koordinat di lapangan untuk
kemudian dilakukan transformasi koordinat ke sistem koordinat peta sesuai dengan skala foto
yang telah disesuaikan. Membuat flight plan (jalur terbang) dilakukan di DroneDeploy. Setelah
itu menyiapkan KML dan SHP yang diimport dari DroneDeploy.
Selain jalur terbang, hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pengambilan data di lapangan
yaitu membuat titik kontrol di lapangan agar objek di lapangan (permukaan bumi) dapat
diidentifikasi dan memiliki informasi spasial sesuai dengan sistem referensi pemetaan.
Keperluan GCP yang paling utama adalah proses georeferensi hasil pengolahan foto sehingga
memiliki sistem referensi sesuai dengan yang dibutuhkan pada hasil pemetaan. GCP juga
digunakan pada saat data processing untuk membantu proses koreksi geometri pada mosaic
orthophoto, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan akan tinggi. Setiap GCP harus memiliki
Premark atau tanda agar dapat terlihat pada foto udara. Premark yang kami buat berupa marka
berbahan kain berwarna biru dengan menampalkan tanda + yang memiliki empat sayap dan
memotong titik kontrol.
2
Drone yang kelompok kami gunakan merupakan drone DJI 4 Pro dengan spesifikasi
3
Software pengolah data yang kami gunakan yaitu Agisoft Photoscan yang merupakan
software 3D modelling menggunakan citra / foto yang direkam secara stereo / multi sudut,
sehingga dari paralaks antar foto yang dihasilkan dapat disusun sebuah model tiga dimesi dari
foto. Agisoft dapat digunakan untuk mengolah foto udara yang direkam
menggunakan UAV/Drone, sehingga dari hasil perekamannya dapat dihasilkan mosaic
orthophoto, Titik tinggi (elevation point clouds) dan DEM resolusi tinggi serta dapat
ditampilkan secara tiga dimensi. Agisoft Photoscan tergolong lengkap dan mampu
mengakomodir kebutuhan pengolahan data drone, selain kemampuannya dalam melakukan
mosaik foto, Agisoft Photoscan juga mampu menghasilkan gambar yang memiliki Geographic
Refrence.
Project ini diberikan untuk mengenalkan kepada mahasiswa yang mengambil matakuliah
Fotogrametri II dalam mendesain pengukuran, melaksanakan pengukuran, dan pengolahan
hasil data ukuran menjadi peta dengan metode fotogrametri. Project ini juga bertujuan
mendukung matakuliah Fotogramteri II sebagai matakuliah capstone design dalam kelompok
laboratorium fotogrametri dan penginderaan jauh. Harapan yang ingin dicapai adalah
mahasiswa memiliki wawasan dalam proses pemetaan menggunakan teknik fotogrametri yang
diterapkan dalam bentuk praktik lapangan.
4
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pengukuran dilaksanakan di wilayah Pedukuhan Pogung Kidul dengan luas area tiap
kelompok 10 – 12 hektar. Pengukuran juga dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2019.
5
BAB II.
LANDASAN TEORI
Digital Elevation Model adalah sekumpulan perangkat digital dari elevasi tanah sebagai
representasi dari permukaan tanah. Pada literature ada tiga hal yang berhubungan dengan DEM
yaitu, DEM itu sendiri, Digital Terrain Model (DTM), dan Digital Surface Model (DSM).
Menurut para ahli DEM adalah model permukaan bumi, yang seharusnya tidak ada obyek
seperti pohon, bangunan, dll. DSM adalah model elevasi yang mencakup bangunan, pohon,
dan tanah dimana tidak ada obyek apapun diatasnya. Sementara DTM adalah istilah yang lebih
umum dari DEM dengan satu informasi tambahan yaitu daerah dengan morfologi, drainase,
dan sifat tanah.
Beberapa tugas dari DTM adalah mengambil data dari medan, visualisasi DEM, interpretasi
DEM, visualisasi DEM, dan aplikasi DEM.
6
Dari beberapa cara yang digunakan untuk mendapat titik sample atau spot height, titik-titik
tersebut tidak saling terhubung satu sama lain. Untuk mewakili keseluruhan dari permukaan
tanah, sebuah model harus bisa menghubungkan antar titik-titik tersebut, jadi permukaan tanah
bisa terbentuk dalam 3D.
7
BAB III.
PELAKSANAAN
3.2. Hardware :
Satu set DJI Phantom 4 Pro
Laptop atau PC yang telah ditentukan
Persiapan
3.4. Pelaksanaan
1. Menyiapkan laptop dan data hasil pemotratan foto udara serta data koordinat
GCP
2. Menginput data foto hasil pemotretan udara
3. Melakukan proses Align Photos dengan parameter yang telah ditentukan
4. Memasukkan koordinat GCP (Easting, Northing, Altitude) dan melakukan
optimize camera sehingga muncul RMS Error yang didapat dengan TOR
RMS maksimal 0.1 m
5. Membuat Dense Cloud dengan parameter yang telah ditentukan
6. Mmebuat Mesh dengan parameter yang telah dilakukan
7. Membuat DEM dari hasil Mesh dengan parameter yang telah ditentukan
8. Membuat Orthophoto dari hasil DEMdengan parameter yang telah
ditentukan
9. Melakukan classify ground point
10. Melakukan classify point class
11. Membuat DTM (Digital Terrain Model)
12. Membuat kontur
13. Memperbaiki kontur yang masih menabrak bangunan, jalan, dan lain-laiN
9
BAB IV.
10
Pelaksanaan pemetaan foto udara ini dimulai dengan pemasangan
Premark di setiap bagian area yang akan dipotret. Setelah itu pembuatan
jalur terbang dengan aplikasi DroneDeploy dan membuat Premark
dengan kain flannel untuk dipasangkan di daerah yang telah ditentukan.
Kami mulai menerbangkan drone pada pukul 08.00 WIB. Penerbangan
dilakukan diatas Jembatan UGM (arah jalan Monjali). Kami
menggunakan aplikasi DroneDeploy dalam pemotretan foto udara ini
dan foto yang kami dapatkan sekitar 72 buah dan lama penerbangan
sekitar 8 menit serta tinggi terbang drone sekitar 150 m dengan overlap
80% dan sidelap 60% dengan luas AOI 20 hektar. Terdapat 5 titik GCP
yang ditandai dengan Premark berbentuk + yang berukuran 80 cm x 80
cm. Setelah itu mengolah data menggunakan software Agisoft
Photoscan agar gambar menjadi orto.
Align Photos
Build Mesh
Builld DEM
14
Gambar 4.12 Zoom In Hasil Build DEM
15
Model yang menggunakan titik permukaan penutup lahan sebagai
penentu ketinggian.
Ada beberapa kawasan / daerah yang bentuk geometrinya kurang
sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini disebabkan oleh resolusi
kamera yang kurang tinggi dan variasi tinggi terbang yang besar
sehingga menyebabkan identifikasi tie point dan pembentukan
geometri yang kurang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Hasil dari ekstrak DEM yang menunjukkan tingkat elevasi dari area
foto yang bertampalan, elevasi ditunjukkan dengan adanya perbedaan
rona warna. Warna biru menunjukkan area dengan tingkat elevasi yang
lebih rendah sedangkan area dengan warna biru muda, hijau, dan merah
menunjukkan area dengan tingkat elevasi yang lebih tinggi.
Build Orthomosaic
16
Gambar 4.14 Zoom In Hasil Build Orthomosaic
17
DEM saat membuat kontur
Kontur
19
BAB V.
- RMS yang kami dapatkan saat pemasangan titik GCP di Agisoft Photoscan adalah
0.041267
- Untuk mengolah data fotogrametri menggunakan perangkat lunak agisoft
photoscan melalui berbagai tahapan yaitu pemilahan foto, alignment photo, build
dense cloud, identifikasi titik kontrol, transformasi koordinat 3D, optimasi
koordinat, build mesh, build DEM dan build orthophoto
- DEM (Digital Elevation Model) digunakan untuk menggambarkan relief
permukaan bumi. Untuk mengolah data fotogrametri agar bisa menghasilkan DEM,
diperlukan citra digital yang telah melalui koreksi geometris dan transformasi
koordinat agar DEM yang dihasilkan dapat terkontrol kualitasnya
- Koreksi geometris dilakukan untuk mengkoreksi citra digital agar sesuai dengan
bentuk permukaan bumi yang sebenarnya
- Orthophoto adalah sebuah foto udara yang telah dikoreksi geometris
(orthorectified) sedemikian rupa sehingga skala foto itu adalh seragam, yang brarti
foto dapat dianggap setara dengan peta.
Saran
Setelah melakukan praktikum ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan pemotretan foto udara yaitu waktu pemotretan lebih baik pada pagi atau
sore hari karena gambar yang didapat tidak akan over-exposure seperti gambar yang
kami dapatkan akibat pemotretan dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Selain itu tempat
penerbangan drone dapat dilakukan di tempat terbuka yang agak jauh dari daerah yang
memiliki banyak distraksi wifi dan kabel-kabel listrik. Lalu diperlukan handphone yang
kompatibel dalam pemotretan foto udara. Saat pengolahan data pun, diperlukan laptop
dengan spesifikasi yang baik agar menghasilkan gambar yang baik pula dan tidak
memakan waktu banyak. Selain itu untuk meminimalisir kesalahan geometri akibat
distorsi kamera, maka lebih baik membuat GCP sebnayak mungkin, karena sebaran
GCP akan berpengaruh pada kualitas data yag dihasilkan seperti DEM dan Orthopho
20
DAFTAR PUSTAKA
Laksono, Dany Puguh dan Cahyono, Bambang Kun (2017). Pengolahan Orthofoto Dan
Ekstraksi Dem Dari Pemotretan Udara Menggunakan Perangkat Lunak Agisoft
Photoscan Professional. Pelatihan UAV BPN, Departemen Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
21
LAMPIRAN
A. Persiapan
1. Menentukan area dan membuat rencana jalur terbang dan persebaran titik
GCP yang digunakan
B. Pelaksanaan
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan
22
2. Menuju tempat yang dijadikan sebagai home untuk memulai penerbangan
3. Memasang handphone dengan kabel data ke remote control drone dengan
bantuan aplikasi DroneDeploy sehingga pemotretan foto udara akan
berlangsung secara otomatis
C. Pengolahan Data
2. Menambahka foto udara dengan cara klik Workflow Add Photos lalu
memilih foto yang akan diproses Open
23
kemampuan laptop), Pair Selection, Key, Point Limit dan Tie Point Limit
OK
24
Hasilnya menjadi seperti ini :
25
Hasilnya menjadi seperti ini :
26
6. Selanjutnya melakukan proses Mesh dengan mengklik workflow Build
Mesh … pada tab General pilih Surface Type sesuai dengan kondisi
lapangan pilih source data dengan dense cloud pilih face count
dengan level yang sama dengan tahap sebelumnya
27
7. Kemudian memasang titik GCP di area yang sudah dipotret dengan klik
kanan pada bagian titik GCP yang akan ditandai dan pilih Add Marker.
Dilanjut dengan memasukkan nilai koordinatnya dengan mengklik dua kali
pada setiap tabel Easting, Northing, dan Altitude. Lalu, klik kanan point →
Filter Photos by Markers.
28
8. Kemudian membenarkan posisi GCP pada setiap foto dengan mengklik dua
kali foto pada setelah itu menggeser titiknya hingga simbol bendera menjadi
berwarna hijau.
29
11. Kemudian membuat DEM dengan mengklik workflow Build DEM …
OK
12. Kemudian melakukan proses dense cloud cloud dengan mengklik workflow
Build Dense Cloud … Quality : Medium Advanced : Moderate
Depth Filtering : klik Calculate point colors OK
30
Hasilnya menjadi seperti ini :
31
13. Lalu membuat orthomosaic dengan cara workflow Build Orthomosaic …
OK
32
14. Membuat report file yang sudah terproses dengan klik File Export
Generate Export .. pada kotak dialog Generate Report, Title : Agisoft
Metashape dan Description : Processing Report Projection : Top XY
klik Page numbers OK
33
15. Melakukan export data menjadi format .tiff dengan klik File Export
Export Orthomosaic Export JPEG/TIFF/PNG… pada kotak dialog
Export Orthomosaic dan mengisi semua pilihan yang tertera Export
Pembuatan Kontur
1. Pilih menu Tools Dense Cloud Classify Points
34
2. Pilih Tools Dense Cloud Classify Ground Point untuk mengkonversi
DSM ke DTM
35
D. Peta Orthophoto
E. Dokumentasi Lapangan
36
37