Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MINI FINAL PROJECT

FOTOGRAMETRI II

“PELAKSANAAN PROJECT PEMETAAN PEDUKUHAN POGUNG KIDUL DAN



KARANGGAYAM DENGAN WAHANA UDARA TANPA AWAK”

Disusun Oleh :

Mega Andina 17 /413609 /TK/ 46049


Yustina Novi A 17/41362 3 /TK/46063
Priyo Arif S 17 /413619/TK/ 46069
M Farisi Gustaf F 17 /413611/TK/ 46051

Kelas A

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya
Laporan Praktikum Fotogrametri II ini dapat kami selesaikan dalam rangka menunjang proses
pembelajaran. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fotogrametri II.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kmai
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan kami di masa yang akan datang.

Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu, Asisten Dosen
serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tim Penyusun berharap semoga semua
yang telah berjasa dalam penyusunan laporan ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Yogyakarta, 30 Maret 2019

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN MINI FINAL PROJECT .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................................................ 4
1.3. Materi Pekerjaan..................................................................................................................... 4
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan............................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI. ....................................................................................................................... 6
BAB III PELAKSANAAN. ........................................................................................................................... 8
3.1. Peralatan yang digunakan ....................................................................................................... 8
3.2. Hardware : .............................................................................................................................. 8
3.3. Langkah-langkah Pengukuran................................................................................................. 8
3.4. Pelaksanaan ............................................................................................................................. 9
3.5. Pengolahan Data ..................................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 21
LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 22
A. Persiapan................................................................................................................................... 22
B. Pelaksanaan ............................................................................................................................... 22
C. Pengolahan Data ....................................................................................................................... 23
D. Peta Orthophoto ........................................................................................................................ 36
E. Dokumentasi Lapangan............................................................................................................. 36

iii
iv
BAB I.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau disebut juga drone merupakan wahana terbang tak
berawak. Di berbagai belahan dunia pengguna aktif dari drone adalah di bidang militer dengan
berbagi tujuan misalnya untuk pemotretan wilayah musuh, wilayah konflik atau untuk memata-
matai musuh. Sedangkan untuk keperluan sipil, drone bisa digunakan untuk pemetaan daerah
terpencil, pemantauan gunung berapi, pemantauan lalu lintas atau pemotretan daerah pasca
bencana, sedangkan untuk tugas ini pengaplikasian dari drone ini adalah sebagai pemetaan
pedukuhan Pogung Kidul dan Karanggayam dengan menggunakan wahana udara tanpa awak
(WUTA). Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara.
Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar
atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasarkontrol) hingga
kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto
harus diukur di lapangan. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh
data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi
melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adala
hfoto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbangatau
wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto
atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dandes
ain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan
telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb.

Fotogrametri diperlukan karena :

1. Untuk menentukan letak relatif objek atau fenomena dan untuk menentukan ukuran
lainnya.

2. Untuk menggambarkannya pada peta. Salah satu karateristik fotogrametri adalah


pengukuran terhadap objek yang dilakukantanpa berhubungan perlu berhubungan
ataupun bersentuhan secara langsung dengannya. Pengukuran terhadap objek tersebut
dilakukan melalui data yang diperoleh pada sistem sensor yang digunakan.

1
Sebelum melakukan pemetaan, diperlukan pembuatan jalur terbang terlebih dahulu.
Pembuatan jalur terbang bertujuan untuk menetukan area yang akan dipotret oleh kamera drone
dan mengetahui estimasi foto serta waktu yang dihabiskan saat oengambilan data foto udara
ini. Tujuan pemotretan udara adalah untuk mencari koordinat-koordinat di lapangan untuk
kemudian dilakukan transformasi koordinat ke sistem koordinat peta sesuai dengan skala foto
yang telah disesuaikan. Membuat flight plan (jalur terbang) dilakukan di DroneDeploy. Setelah
itu menyiapkan KML dan SHP yang diimport dari DroneDeploy.

Selain jalur terbang, hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pengambilan data di lapangan
yaitu membuat titik kontrol di lapangan agar objek di lapangan (permukaan bumi) dapat
diidentifikasi dan memiliki informasi spasial sesuai dengan sistem referensi pemetaan.
Keperluan GCP yang paling utama adalah proses georeferensi hasil pengolahan foto sehingga
memiliki sistem referensi sesuai dengan yang dibutuhkan pada hasil pemetaan. GCP juga
digunakan pada saat data processing untuk membantu proses koreksi geometri pada mosaic
orthophoto, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan akan tinggi. Setiap GCP harus memiliki
Premark atau tanda agar dapat terlihat pada foto udara. Premark yang kami buat berupa marka
berbahan kain berwarna biru dengan menampalkan tanda + yang memiliki empat sayap dan
memotong titik kontrol.

2
Drone yang kelompok kami gunakan merupakan drone DJI 4 Pro dengan spesifikasi

 Sensor CMOS 1 inchi resolusi 20MP.


 Gimbal-Stabilized 4K60 / 20MP Imaging.
 FlightAutonomy dengan Redundant Sensors.
 5 sensor untuk menghindari rintangan/halangan.
 Jarak terbang maksimal 4.3 Miles (7Km)
 Visual Tracking of Moving Subject.
 Waktu terbang hingga 30 Menit.

3
Software pengolah data yang kami gunakan yaitu Agisoft Photoscan yang merupakan
software 3D modelling menggunakan citra / foto yang direkam secara stereo / multi sudut,
sehingga dari paralaks antar foto yang dihasilkan dapat disusun sebuah model tiga dimesi dari
foto. Agisoft dapat digunakan untuk mengolah foto udara yang direkam
menggunakan UAV/Drone, sehingga dari hasil perekamannya dapat dihasilkan mosaic
orthophoto, Titik tinggi (elevation point clouds) dan DEM resolusi tinggi serta dapat
ditampilkan secara tiga dimensi. Agisoft Photoscan tergolong lengkap dan mampu
mengakomodir kebutuhan pengolahan data drone, selain kemampuannya dalam melakukan
mosaik foto, Agisoft Photoscan juga mampu menghasilkan gambar yang memiliki Geographic
Refrence.

1.2. Maksud dan Tujuan

Project ini diberikan untuk mengenalkan kepada mahasiswa yang mengambil matakuliah
Fotogrametri II dalam mendesain pengukuran, melaksanakan pengukuran, dan pengolahan
hasil data ukuran menjadi peta dengan metode fotogrametri. Project ini juga bertujuan
mendukung matakuliah Fotogramteri II sebagai matakuliah capstone design dalam kelompok
laboratorium fotogrametri dan penginderaan jauh. Harapan yang ingin dicapai adalah
mahasiswa memiliki wawasan dalam proses pemetaan menggunakan teknik fotogrametri yang
diterapkan dalam bentuk praktik lapangan.

1.3. Materi Pekerjaan

Melaksanakan pengukuran data dengan menggunakan metode Fotogrametri dengan


langkah sebelumnya yaitu membuat Premark, membuat jalur terbang dengan tinggi terbang
untuk GSD 8 cm atau dengan tinggi terbang 150 m. Kamera dibuat off nadir view dan overlap
diatur sebesar 80% dan sidelap sebesar 60%. Melakukan penlgukuran GCP dan ICP,
melakukan pengolahan data dengan Agisoft Photoscan, melakukan layouting, dan melakukan
uji akurasi.

4
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Pengukuran dilaksanakan di wilayah Pedukuhan Pogung Kidul dengan luas area tiap
kelompok 10 – 12 hektar. Pengukuran juga dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2019.

5
BAB II.

LANDASAN TEORI

Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan objek-objek dipermukaan bumi yang


menggunakan foto udara sebagai media. Sebagai bahan dasar dalam pembuatan peta secara
fotogramteris yaitu foto udara yang bertampalan. Umumnya foto tersebut diperoleh melalui
pemotretan udara pada ketinggian tertentu menggunakan pesawat UAV. Keunikan
fotogrametri adalah dapat melakukan pengukuran objek atau pemetaan daerah tanpa kontak
langsung ataudengan kata lain tanpa perlu menjejakan kaki pada daerah tersebut. Berdasarkan
definisi tersebut, fotogrametri dapat mencakup dua bidang yaitu fotogrametri metric dan
fotogrametri interpretative (Wolf P. R, 1993)

Digital Elevation Model adalah sekumpulan perangkat digital dari elevasi tanah sebagai
representasi dari permukaan tanah. Pada literature ada tiga hal yang berhubungan dengan DEM
yaitu, DEM itu sendiri, Digital Terrain Model (DTM), dan Digital Surface Model (DSM).
Menurut para ahli DEM adalah model permukaan bumi, yang seharusnya tidak ada obyek
seperti pohon, bangunan, dll. DSM adalah model elevasi yang mencakup bangunan, pohon,
dan tanah dimana tidak ada obyek apapun diatasnya. Sementara DTM adalah istilah yang lebih
umum dari DEM dengan satu informasi tambahan yaitu daerah dengan morfologi, drainase,
dan sifat tanah.

Beberapa tugas dari DTM adalah mengambil data dari medan, visualisasi DEM, interpretasi
DEM, visualisasi DEM, dan aplikasi DEM.

Representasi model digital

6
Dari beberapa cara yang digunakan untuk mendapat titik sample atau spot height, titik-titik
tersebut tidak saling terhubung satu sama lain. Untuk mewakili keseluruhan dari permukaan
tanah, sebuah model harus bisa menghubungkan antar titik-titik tersebut, jadi permukaan tanah
bisa terbentuk dalam 3D.

Ada tiga data model yang diperlukan untuk membentuk DEM :

1. Sruktur grid (grid, raster)


2. Triangulated Irregular Networks (TIN)
3. Struktur kontur

7
BAB III.

PELAKSANAAN

3.1. Peralatan yang digunakan


Software :

 Agisot Photoscan / Metashape Pro untuk pengolahan foto udara


 DrooneDeploy untuk misi penerbangan
 DJI GO untuk pengaturan drone
 Global Mapper / ENVI untuk editing hasil
 ArcGIS atau QGIS untuk layouting peta

3.2. Hardware :
 Satu set DJI Phantom 4 Pro
 Laptop atau PC yang telah ditentukan

3.3. Langkah-langkah Pengukuran

 Persiapan

1. Pembagian daerah pengukuran yang ditentukan oleh kelas masing-masing


2. Melakukan proses pre-marking titik GCP yang ada di lapangan
3. Membuat Premark dengan ketentuan titik dapat dengan mudah
diidentifikasi saat pemotretan foto udara
4. Memasang Premark dan melakukan pengukuran GCP dan GPS (Global
Positioning System)
5. Membuat jalur terbang (Flight Plan) dengan aplikasi DroneDeploy
6. Menentukan tempat untuk memulai penerbangan. Area yang dipilih
pastikan tidak tertutup oleh pohon atau bahkan area yang jauh dari distraksi
sinyal wifi
7. Kelompok mahasiswa yang mengikuti praktikum diawal pengukuran
diwajibkan mengambil alat di laboratorium dengan jumlah baterai tiap alat
diberikan 3 pasang. Kelompok mahasiswa yang mengukur setelahnya
langsung ke lapangan dan mahasiswa yang telah mengukur membawa
baterai drone ke laboratorium untuk di charge. Untuk pengukuran
8
selanjutnya, kelompok mahasiswa wajib menghubungi asisten untuk cek
ketersediaan baterai
8. Persiapan didampingi oleh asistem laboratorium dan asisten teknis

3.4. Pelaksanaan

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan


2. Menuju ke tempat yang dijadikan sebagai tempat penerbangan
3. Menyambungkan handphone dengan remote control drone dengan kabel
data dan memastikan bahwa sudah connected
4. Memulai penerbangan dengan menggunakan aplikasi DroneDeploy yang
sudah diatur sebelumnya sehingga proses pemotretan foto udara ini
berlangsung secara otomatis

3.5. Pengolahan Data

1. Menyiapkan laptop dan data hasil pemotratan foto udara serta data koordinat
GCP
2. Menginput data foto hasil pemotretan udara
3. Melakukan proses Align Photos dengan parameter yang telah ditentukan
4. Memasukkan koordinat GCP (Easting, Northing, Altitude) dan melakukan
optimize camera sehingga muncul RMS Error yang didapat dengan TOR
RMS maksimal 0.1 m
5. Membuat Dense Cloud dengan parameter yang telah ditentukan
6. Mmebuat Mesh dengan parameter yang telah dilakukan
7. Membuat DEM dari hasil Mesh dengan parameter yang telah ditentukan
8. Membuat Orthophoto dari hasil DEMdengan parameter yang telah
ditentukan
9. Melakukan classify ground point
10. Melakukan classify point class
11. Membuat DTM (Digital Terrain Model)
12. Membuat kontur
13. Memperbaiki kontur yang masih menabrak bangunan, jalan, dan lain-laiN

9
BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


 Pelaksanaan pemetaan foto udara

Gambar 4.1 Jalur Terbang Drone Gambar 4.2 pengoperasian drone

Gambar 4.3 Penentuan koordinat untuk premark

Gambar 4.3 Pembuatan premark Gambar 4.4 Saat selesai praktikum


dan pengolahan data

10
Pelaksanaan pemetaan foto udara ini dimulai dengan pemasangan
Premark di setiap bagian area yang akan dipotret. Setelah itu pembuatan
jalur terbang dengan aplikasi DroneDeploy dan membuat Premark
dengan kain flannel untuk dipasangkan di daerah yang telah ditentukan.
Kami mulai menerbangkan drone pada pukul 08.00 WIB. Penerbangan
dilakukan diatas Jembatan UGM (arah jalan Monjali). Kami
menggunakan aplikasi DroneDeploy dalam pemotretan foto udara ini
dan foto yang kami dapatkan sekitar 72 buah dan lama penerbangan
sekitar 8 menit serta tinggi terbang drone sekitar 150 m dengan overlap
80% dan sidelap 60% dengan luas AOI 20 hektar. Terdapat 5 titik GCP
yang ditandai dengan Premark berbentuk + yang berukuran 80 cm x 80
cm. Setelah itu mengolah data menggunakan software Agisoft
Photoscan agar gambar menjadi orto.

 Align Photos

Gambar 4.5 Hasil Align Photo

Align Photo dilakukan untuk mengidentiifkasikan titik-titik (tie


point) secara otomatis yang ada di masing-masing foto melalui nilai
kesamaan piksel pada image dan melakukan proses matching titik yang
sama di dua atau lebih foto. Proses align photos menghasilkan gambar
yang membentuk points cloud pada foto-foto yang memiliki hubungan
pada overlap dan sidelap dan juga akan menghasilkan model 3D awal,
11
posisi kamera dan foto disetiap perekaman, dan spare point clouds yang
akan digunakan di tahap berikutnya. Koordinat hasil alignment masih
dalam sistem kordinat model, karena antar point cloud masih terorientasi
secara relatif antar titik.

 Setelah pengaturan akibat over-exposure

Gambar 4.6 Hasil setelah mengatur brightness

Akibat pengambilan foto udara dilakukan pada siang hari sehingga


foto udara yang dihasilkan menjadi over-exposure atau terlalu terang.
Untuk menanggulangi hasil foto udara yang seperti ini dapat dilakukan
dengan klik Tools  Set Brightness …  dan pada kotak dialog Image
Brightness mengisi Image Brightness dan Image Contrast

 Build Dense Cloud

Gambar 4.7 Hasil Build Dense 12


Cloud
Gambar 4.8 Titik-titik yang membangun Build Dense
Cloud
Dense Cloud adalah kumpulan titik tinggi dalam jumlah ribuan hingga
jutaan titik yang dihasilkan dari pemrosesan fotogrametri foto udara
sehingga nantinya dense cloud ini dapat diolah secara lebih lanjut untuk
menghasilkan Digital Surface Model, Digital Terrain Model, bahan
masukan dalam proses pembuatan orthofoto dan kepentingan pemetaan
lainnya. Proses ini dilakukan untuk memisahkan titik tinggi yang
teridentifikasi sebagai permukaan tanah, bangunan, vegetasi, air dan
kenampakan lainnya. Salah satu tindak lanjut dari proses ini yaitu dapat
memisahkan antara ketinggian medan (terrain) dan ketinggian penutup
lahan (surface).

 Build Mesh

Gambar 4.9 Zoom Out Hasil Build Mesh 13


Gambar 4.10 Zoom In Hasil Build Mesh

Model 3D atau mesh adalah salah satu keluaran utama dari


pemrosesan foto udara di software ini. Model 3D ini akan digunakan
sebagai dasar pembuatan DEM baik DSM maupun DTM dan juga
orthophoto. Proses ini digunakan untuk memperbaik model 3D agar
noise dan error polygon yang dihasilkan dari pemrosesan dense cloud
dapat diperbaiki sehingga apabila nantinya digunakan sebagai dasar
pembuatan DEM, DEM yang dihasilkan dapat mempunyai kualitas yang
baik dan bisa dimanfaatkan. Noise biasanya muncul sebagai hasil dari
overlap foto yang kurang sempurna atau kurang banyak pertampalannya
sehingga proses fotogrametri tidak bekerja secara maksimal.

 Builld DEM

Gambar 4.11 Zoom Out Hasil Build DEM

14
Gambar 4.12 Zoom In Hasil Build DEM

DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari


bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan
titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma
yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan
koordinat (Tempfli, 1991). DEM terbentuk dari titik-titik yang
memiliki nilai koordinat 3D (X, Y, Z). Informasi dasar yang diberikan
DEM dan digunakan dalam pengolahan adalah koordinat titik-titik
pada permukaan tanah. Kualitas suatu DEM dapat dilihat pada akurasi
dan presisi dari DEM tersebut sehingga yang dimaksud dengan akurasi
adalah nilai ketinggian titik (Z) yang diberikan oleh DEM, berbanding
dengan nilai sebenarnya yang dianggap benar. Sedangkan presisi
adalah banyaknya informasi yang dapat diberikan oleh DEM. Presisi
bergantung pada jumlah dan sebaran titik-titik sample dan ketelitian
titik sample sebagai masukan/input bagi pembentukan DEM dan juga
metode interpolasi untuk mendapatkan ketinggian titik-titik pembentuk
DEM. Titik-titik sample yang dipilih untuk digunakan harus dapat
mewakili bentuk terrain secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan
aplikasi penggunaannya. Digital Terrain Model adalah model digital
yang menggunakan tinggi permukaan tanah sebagai penentu
ketinggian. Jenis model medan digital lain adalah Digital Surface

15
Model yang menggunakan titik permukaan penutup lahan sebagai
penentu ketinggian.
Ada beberapa kawasan / daerah yang bentuk geometrinya kurang
sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini disebabkan oleh resolusi
kamera yang kurang tinggi dan variasi tinggi terbang yang besar
sehingga menyebabkan identifikasi tie point dan pembentukan
geometri yang kurang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Hasil dari ekstrak DEM yang menunjukkan tingkat elevasi dari area
foto yang bertampalan, elevasi ditunjukkan dengan adanya perbedaan
rona warna. Warna biru menunjukkan area dengan tingkat elevasi yang
lebih rendah sedangkan area dengan warna biru muda, hijau, dan merah
menunjukkan area dengan tingkat elevasi yang lebih tinggi.

 Build Orthomosaic

Gambar 4.13 Zoom Out Hasil Build Orthomosaic

16
Gambar 4.14 Zoom In Hasil Build Orthomosaic

Orthophoto adalah pembuatan foto yang telah melalui proses


ortorektifikasi, dimana foto telah menyajikan gambaran objek pada
posisi ortografik yang benar. Proses ortorektifikasi dilakukan secara
otomatis oleh program. Ortorektifikasi ini digunakan untuk
menghapus efek keimiringan sumbu dan hasilnya berupa ekivalen
foto tegak. Karena pergeseran letak gambar sehubungan dengan
perubahan relief, ekivalen foto tegak masih mengandung skala yang
tidak seragam. Di dalam proes peniadaan pergeseran letak oleh relief
pada sembarang foto, variasi skala juga dihapus sehingga skala
menjadi sama bagi seluruh foto.

 Dense Cloud saat membuat kontur

Gambar 4.15 Hasil Dense Cloud Contour

17
 DEM saat membuat kontur

Gambar 4.16 Hasil DEM Contour

 Kontur

Gambar 4.17 kontur yang sudah diperbaiki menggunakan aplikasi ArcGIS

 Untuk proses bundle adjustment 5 titik GCP dilakukan setelah


melakukan Align Photo dan diperoleh ketelitian 0.041267 meter

Gambar 4.18 Hasil RMS Error proses Bundle Adjustment 18


 Untuk hambatan yang kami dapatkan selama praktikum di lapangan ini
yaitu pada saat melakukan pemotretan foto udara. Ada dua
kemungkinan mengapa handphone dari kelompok kami tidak bisa
menjadi controller untuk drone (connected to DJI GO dan
DroneDeploy) yaitu karena handphone yang kami gunakan kurang
kompatibel dengan DJI GO dan DroneDeploy atau permasalahan
dengan kabel data yang menyambungkan handphone dengan remote
control drone. Kabel data yang digunakan sebagai penyambung
handphone dengan remote control drone mengalami masalah dengan
rusaknya beberapa bagian kabel sehingga memungkinkan handphone
sulit connect dengan DJI GO dan DroneDeploy.

 Cara mengatasi dua permasalahan diatas yaitu kelompok kami


meminjam handphone teman kami yang dianggap kompatibel dengan
DJI GO bahkan handphone dari asisten praktikum pun kami coba juga.
Alhasil terdapat satu handphone dari kelompok lain yang dapat
dijadikan controller untuk penerbangan drone serta kabel data sebagai
connector handphone dengan remote control drone harus dalam
kondisi baik, tidak ada kerusakan di bagian-bagian tertentu.
 Hambatan lain yang kami dapatkan yaitu menentukan tempat untuk
menerbangkan drone. Awalnya, kami ingin menerbangkan drone di
daerah depan apartemen Taman Melati, akan tetapi pihak berwenang
(satpam) dari apartemen ini meminta kami untuk menunggu salah satu
managernya untuk meminta izin dalam penerbangan drone ini.

 Akibat waktu yang sudah semakin siang dan juga kelompok


selanjutnya sudah menunggu giliran mereka, maka kami memutuskan
untuk menerbangkan drone diatas jembatan UGM (arah jalan Monjali).

19
BAB V.

KESIMPULAN DAN PENUTUP


 Kesimpulan

- RMS yang kami dapatkan saat pemasangan titik GCP di Agisoft Photoscan adalah
0.041267
- Untuk mengolah data fotogrametri menggunakan perangkat lunak agisoft
photoscan melalui berbagai tahapan yaitu pemilahan foto, alignment photo, build
dense cloud, identifikasi titik kontrol, transformasi koordinat 3D, optimasi
koordinat, build mesh, build DEM dan build orthophoto
- DEM (Digital Elevation Model) digunakan untuk menggambarkan relief
permukaan bumi. Untuk mengolah data fotogrametri agar bisa menghasilkan DEM,
diperlukan citra digital yang telah melalui koreksi geometris dan transformasi
koordinat agar DEM yang dihasilkan dapat terkontrol kualitasnya
- Koreksi geometris dilakukan untuk mengkoreksi citra digital agar sesuai dengan
bentuk permukaan bumi yang sebenarnya
- Orthophoto adalah sebuah foto udara yang telah dikoreksi geometris
(orthorectified) sedemikian rupa sehingga skala foto itu adalh seragam, yang brarti
foto dapat dianggap setara dengan peta.
 Saran

Setelah melakukan praktikum ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan pemotretan foto udara yaitu waktu pemotretan lebih baik pada pagi atau
sore hari karena gambar yang didapat tidak akan over-exposure seperti gambar yang
kami dapatkan akibat pemotretan dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Selain itu tempat
penerbangan drone dapat dilakukan di tempat terbuka yang agak jauh dari daerah yang
memiliki banyak distraksi wifi dan kabel-kabel listrik. Lalu diperlukan handphone yang
kompatibel dalam pemotretan foto udara. Saat pengolahan data pun, diperlukan laptop
dengan spesifikasi yang baik agar menghasilkan gambar yang baik pula dan tidak
memakan waktu banyak. Selain itu untuk meminimalisir kesalahan geometri akibat
distorsi kamera, maka lebih baik membuat GCP sebnayak mungkin, karena sebaran
GCP akan berpengaruh pada kualitas data yag dihasilkan seperti DEM dan Orthopho

20
DAFTAR PUSTAKA

 Laksono, Dany Puguh dan Cahyono, Bambang Kun (2017). Pengolahan Orthofoto Dan
Ekstraksi Dem Dari Pemotretan Udara Menggunakan Perangkat Lunak Agisoft
Photoscan Professional. Pelatihan UAV BPN, Departemen Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

 Pambudi, C.L., Prasetyo, Y., Yuwono, B.D. (2016). “ANALISIS AKURASI


PENAPISAN DSM KE DTM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE
MORPHOLOGICAL FILTER DAN SLOPE BASED FILTERING” dalam
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/10606, diakses 11 Maret
2019

 Putra, H.P. (2016). “PEMBUATAN DIGITAL ELEVATION MODEL DAN


ORTHOPHOTO MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK AGISOFT
PHOTOSCAN BLOK 1 PLTA GARUNG WONOSOBO” dalam
http://repository.upi.edu/26388/8/TA_PIG_1307082_Chapter5.pdf, diakses 11 Maret
2019

 Afani, I.Y.N., Yuwono, B.D., Bashit, N. (2019). “OPTIMALISASI PEMBUATAN


PETA KONTUR SKALA BESAR MENGGUNAKAN KOMBINASI DATA
PENGUKURAN TERESTRIS DAN FOTO UDARA FORMAT KECIL” dalam
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/viewFile/22555/20672, diakses
11 Maret 2019

21
LAMPIRAN
A. Persiapan
1. Menentukan area dan membuat rencana jalur terbang dan persebaran titik
GCP yang digunakan

2. Membuat Premark yang mudah teridentifikasi saat pemotretan udara

3. Memasang Premark dan melkaukan pengukuran GCP dan GPS

B. Pelaksanaan
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan

22
2. Menuju tempat yang dijadikan sebagai home untuk memulai penerbangan
3. Memasang handphone dengan kabel data ke remote control drone dengan
bantuan aplikasi DroneDeploy sehingga pemotretan foto udara akan
berlangsung secara otomatis

C. Pengolahan Data

1. Membuka software Agisoft Photoscan

2. Menambahka foto udara dengan cara klik Workflow  Add Photos  lalu
memilih foto yang akan diproses  Open

3. Selanjutnya melakukan proses Align dengan cara mengkliknya menu


workflow  Align Photos  Accucary : Medium (menyesuaikan

23
kemampuan laptop), Pair Selection, Key, Point Limit dan Tie Point Limit 
OK

4. Mengatur brightness foto udara karena gambar yang didapat over-exposure


sehingga dapat dilakukan dengan mengklik Tools  Set Brightness … 
dan pada kotak dialog Image Brightness mengisi Image Brightness dan
Image Contrast

24
Hasilnya menjadi seperti ini :

5. Kemudian melakukan proses dense cloud dengan mengklik workflow 


Build Dense Cloud …  Quality : Medium  Advanced : Moderate 
Depth Filtering : klik Calculate point colors  OK

25
Hasilnya menjadi seperti ini :

26
6. Selanjutnya melakukan proses Mesh dengan mengklik workflow  Build
Mesh …  pada tab General pilih Surface Type sesuai dengan kondisi
lapangan  pilih source data dengan dense cloud  pilih face count
dengan level yang sama dengan tahap sebelumnya

27
7. Kemudian memasang titik GCP di area yang sudah dipotret dengan klik
kanan pada bagian titik GCP yang akan ditandai dan pilih Add Marker.
Dilanjut dengan memasukkan nilai koordinatnya dengan mengklik dua kali
pada setiap tabel Easting, Northing, dan Altitude. Lalu, klik kanan point →
Filter Photos by Markers.

28
8. Kemudian membenarkan posisi GCP pada setiap foto dengan mengklik dua
kali foto pada setelah itu menggeser titiknya hingga simbol bendera menjadi
berwarna hijau.

9. Setelah titik GCP tersebar, meng-uncheck Camera → mengklik ikon


(Optimize Camera). Pada Markers, terdapat nilai Error yang besarnya
dianjurkan kurang dari 0,1
10. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan koordinat GCP dengan klik
Reference  Import  Pilih file Geotagging. Setelah muncul jendela
import CSV, memilih More … pada Coordinate System  ketik ‘32632’ 
OK. Kembali pada jendela csv, mengklik OK

29
11. Kemudian membuat DEM dengan mengklik workflow  Build DEM …
 OK

12. Kemudian melakukan proses dense cloud cloud dengan mengklik workflow
 Build Dense Cloud …  Quality : Medium  Advanced : Moderate 
Depth Filtering : klik Calculate point colors  OK

30
Hasilnya menjadi seperti ini :

31
13. Lalu membuat orthomosaic dengan cara workflow  Build Orthomosaic …
 OK

32
14. Membuat report file yang sudah terproses dengan klik File  Export 
Generate Export ..  pada kotak dialog Generate Report, Title : Agisoft
Metashape dan Description : Processing Report  Projection : Top XY 
klik Page numbers  OK

33
15. Melakukan export data menjadi format .tiff dengan klik File  Export 
Export Orthomosaic  Export JPEG/TIFF/PNG…  pada kotak dialog
Export Orthomosaic dan mengisi semua pilihan yang tertera  Export

 Pembuatan Kontur
1. Pilih menu Tools  Dense Cloud  Classify Points

34
2. Pilih Tools  Dense Cloud  Classify Ground Point untuk mengkonversi
DSM ke DTM

3. Lalu membuat ulang Mesh, dengan pilih Workflow  Build Mesh


4. Membuat ulang DEM, dengan menu Workflow  Build DEM

5. Pilih menu Tools  Generate Contours untuk membuat kontur


6. Simpan shapefile kontur dengan menu File  Export  Export Shape

35
D. Peta Orthophoto

E. Dokumentasi Lapangan

36
37

Anda mungkin juga menyukai