Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH SISTEM REFERENSI KOORDINAT DI INDONESIA

oleh
Rianto 15111015
Teknik Geodesi dan Geomatika
Institut Teknologi Bandung
Pendahuluan
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (misalnya dua-dimensi atau tiga-
dimensi) yang mengacau pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat
didefinisikan dengan menspesifikasikan tiga parameter berikut, yaitu:
1. Lokasi titik nol dari sistem koordinat
2. Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan
3. Parameter-parameter yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam
sisitem koordinat tersebut.
Sistem referensi koordinat sebagai sebuah sistem, yang termasuk teori, konsep, deskripsi
fisis dan geometris serta standar dan parameter, yang digunakan dalam mendefinisikan koordinat
dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Sedangkan kerangka referensi koordinat merupakan
realisasi praktis dari sistem referensi, sehingga sistem tersebut dapat digunakan untuk
pendeskripsian secara kuantitatif dari posisi dan pergerakan titik-titik, baik yang ada di
permukaan bumi maupun di luar bumi (Abidin, 2001).
Berdasarkan orientasi sumbu dan lokasi titik asal, sistem referensi koordinat dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu yang terikat ke langit (CIS) dan terikat ke bumi(CTS). Untuk sistem CTS,
biasanya digunakan untuk mendefinisikan posisi dari titik-titik yang ada di permukaan bumi.
Sedangkan CIS biasanya digunakan untuk mendefinisika posisi dari objek-objek yang ada di luar
angkasa seperti satelit.

Dengan semakin sadarnya masyarakat Indonesia akan kepentingan dunia Geodesi yang
memang sangat dinamis dan harus selalu diperbarui tiap saat, serta teknologi yang masih belum
memadai untuk dilakukan proses pembaruan tersebut, maka beralihlah kita menuju sistem yang
semi-dinamis. Sistem ini adalah sistem yang selalu mengacu pada suatu epoch tertentu sebagai
acuan mendefinisikan titik yang ada di Bumi.

Terlihat bahwa perjalanan peralihan sistem referensi di Indonesia tidaklah mulus, kita
harus melewati beberapa masa yang cukup merepotkan. Berikut ini adalah jejak rekam dari
perjalanan peralihan sistem referensi di Indonesia.
Sejarah Datum

A. Datum Lokal
Sejak tahun 1870 (oleh Pemerintahan Kolonial Belanda tahun 1870) sampai dengan tahun
1974, Datum Geodetik yang digunakan adalah Ellipsoid Bessel 1841. Pulau Jawa dimana
merupakan pulau terpadat penduduknya diutamakan dalam pembuatan jaring triangulasi.
Pembuatan jaring triangulasi di pulau Jawa dimulai dari tahun 1862 dan selesai pada tahun
1880. Di pulau Jawa, intial point diletakkan pada titik triangulasi P.520 yang terletak di
Gunung Genuk, Jawa Tengah. Selain itu, Kalimantan menggunakan 2 datum, yaitu Datum
Gunung Raya di Kalimantan Barat dan Datum Serindung di Kalimantan Timur. Lalu,
untuk Sulawesi dipakai Datum Monconglowe di Sulawesi Selatan. Selain datum diatas,
juga terdapat beberapa datum di Maluku dan datum di Papua.

B. IDN74’

Dalam program pemetaan Dasar Nasional yang dimulai pada masa Repelita I ( 1960-1974
) yang bertepatan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) pada tahun 1969, dan dimulainya progam penyatuan sistem referensi. Pada
masa ini teknologi pun telah berkembang dengan munculnya penentuan posisi dengan
satelit, yang pada waktu itu dinamakan sistem Satelit Doppler dari US Navy Navigation
Satelite system ( NNSS ) Dengan teknologi ini, seluruh datum Indonesia yang terpisah
telah disatukan dalam satu sistem Lalu Bakosurtanal memutuskan untuk memilih satu titik
triangulasi di Padang sebagai titik awal sistem dan dinamakan Datum Padang. Selanjutnya
Datum Padang ini dinamakan dengan nama baku yang terkait dengan tahun penetapannya
yaitu Datum Indonesia 1974 ( Indonesia Datum, 1974 atau ID-74 ) dan mengganti
Ellipsoid Bessel 1841 dengan GRS 1967.

C. DGN95

Setelah berkembangnya GPS ( Global Positionng System ) penentuan posisi yang lebih
akurat dicapai setiap saat dan tepat. Agar peta-peta Indonesia tetap bisa digunakan, maka
perlu mengubah datum yang digunakan dari ID-74 ke datum yang sesuai dengan sistem
GPS. Datum baru ini dinamakanDatum Geodesi Nasional Indonesia 1995 ( DGN 1995
) dengan Ellipsoid acuan WGS 1984 ( a = 6.378.137 m dan kegepengan f = 1/295.34 )
yang juga digunakan secara internasional serta sistem koordinat geosentrik. Datum ini
mengadopsi sistem datum geodetik absolut dengan mengatur pusat Ellipsoid Referensi
berimpit dengan pusat massa bumi.

D. SRGI2013

Indonesia merupakan negara yang terletak diantara pertemuan beberapa lempeng tektonik
yang mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
adanya sistem referensi koordinat yang ditetapkan dalam mendefinisikan posisi titik yang
ada di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, ditetapkan Sistem Referensi Geospasial
Indonesia 2013(SRGI2013) sebagai sistem referensi yang digunakan di Indonesia. Dengan
adanya hal ini, diharapkan informasi geospasial yang didapatkan dapat diintegrasikan
dengan baik sehingga pembuatan peta yang mencakup skala nasional dapat terelasisasikan.
SRGI2013 menggunakan sistem referensi ITRS dengan kerangka referensi ITRF 2008
Epoch 2012.

Penutup

SRGI (Sistem Referensi Geospasial Indonesia) tunggal sangat diperlukan untuk mendukung
kebijakan Satu Peta (One Map) bagi Indonesia. Dengan satu peta maka semua pelaksanaan
pembangunan di Indonesia dapat berjalan serentak tanpa tumpang tindih kepentingan.

Sistem Referensi Geospasial merupakan suatu sistem koordinat nasional yang konsisten
dan kompatibel dengan sistem koordinat global, yang secara spesifik menentukan lintang, bujur,
tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya mencakup seluruh wilayah NKRI, termasuk bagaimana
nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap waktu. Dalam realisasinya sistem referensi
geospasial ini dinyatakan dalam bentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional dimana setiap titik
kontrol geodesi akan memiliki nilai koordinat yang teliti baik nilai koordinat horisontal, vertikal
maupun gayaberat (BIG, 2013).
Referensi

Abidin, H.Z. (2007). Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya. P.T. Pradnya Paramita,
Jakarta. Ed. Ke-3.ISBN 987-979-408-377-2.398 hlm.

Sistem Referensi Geospasial, Alamat web: http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/srgi-


tunggal-untuk-one-map-policy (diakses pada: 4 Maret 2014)

Slide Kuliah SRG, Alamat web:


https://www.dropbox.com/s/aficap9038czm43/GD2202%20SRG%20%282%29-
Review%20Sistem%20Koordinat.pptx (diakses pada: 4 Maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai