Anda di halaman 1dari 21

DATUM LOKAL DI INDONESIA

KERANGKA KONTROL GEODESI 1

Oleh :
Muhammad Idris Darmawan
4122320130027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridhonya
penulis dapat menyelesaikan Makalah Datum Lokal di Indonesia ini dengan baik. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk, itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
berikutnya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Salatiga

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
Jenis Datum Geodetik Menurut Metodenya .................................................................. 5
Jenis Datum Geodetik Menurut Area Luasnya .............................................................. 6
Datum Lokal .................................................................................................................. 7

1
PENDAHULUAN

Posisi dari suatu titik biasanya dinyatakan dalam bentuk koordinat, baik koordinat dua
dimensi maupun koordinat tiga dimensi, yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu
atau datum tertentu. Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat
geosentrik) atau dapat berpusat di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat
toposentrik). Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan dalam metode metode penentuan
posisi secara ekstra terestris, sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh
metode penentuan secara terestris.

2
PEMBAHASAN

Sistem Referensi Geospasial merupakan suatu sistem koordinat nasional yang


konsisten dan kompatibel dengan sistem koordinat global. Sistem tersebut secara spesifik
menentukan lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya mencakup seluruh
wilayah Indonesia, termasuk bagaimana nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap waktu.
Dalam realisasinya sistem referensi geospasial ini dinyatakan dalam bentuk Jaring Kontrol
Geodesi Nasional. Setiap titik kontrol geodesi akan memiliki nilai koordinat awal yang
didefinisikan pada epoch 2012.0 tanggal 1 Januari 2012 yang terikat pada kerangka referensi
global ITRF2008..
Datum adalah sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu sistem koordinat dan
menyatakan posisinya terhadap permukaan Bumi. Datum geodesi diukur menggunakan metode
manual hingga yang lebih akurat lagi mengunakan satelit. Tanpa datum, koordinat titik-titik
batas tersebut sebenarnya sulit untuk ditentukan lokasinya di lapangan. Jika Negara yang
bertetangga mengasumsikan datum geodetik yang berbeda untuk nilai koordinat titiktitik batas,
tentunya akan diperoleh dua lokasi yang berbeda untuk suatu titik yang sama. Dalam
perjalanannya, Indonesia pernah mempunyai beberapa datum sebagai sistem referensi
pemetaan.

Datum geodesi didefinisikan sebagai a curved reference surface that is used to express
the positions of features consistently (Blick, 2014). Kemudian Clynch, 2006 mendefinisikan A

3
datum can be defined by specifying the ellipsoid, the coordinates of a single point and the
direction north. The point ties down the ellipsoid to the physical earth and also implicitly
defines the placement of the center of the earth. Dalam pengertian tentang datum, disebutkan
suatu bentuk geometri yang digunakan sebagai referensi untuk mengekspresikan posisi dimuka
bumi. Bentuk geometri tersebut dinamakan dengan ellipsoid. Bentuk bumi sesungguhnya
sangat tidak teratur, maka untuk mendekati bentuk bumi yang tidak teratur tadi digunakan
ellipsoid tersebut. Dalam Ellipsoid disusun system koordinat X,Y,Z dengan pusat koordinat di
pusat ellipsoid tersebut. Bumi fisis juga memiliki system koordinat Xe,Ye,Ze (CTS) tersendiri
dengan pusat koordinat pada pusat massa bumi. Datum lebih menekankan letak posisi bentuk
matematis bumi atau ellipsoid terhadap bentuk fisis bumi sebenarnya.
Dalam hal ini, datum sangat dibutuhkan oleh sebagian disiplin ilmu khususnya Geodesi
dan Geomatika dalam mendefinisikan sistem koordinat yang tepat dan menyatakan suatu posisi
terhadap permukaan bumi dengan teliti serta dapat digunakan dalam suatu pengukuran juga
perhitungan yang berhubungan dengan penentuan suatu posisi di permukaan bumi. Namun
terdapat kendala dalam menentukan suatu posisi dengan banyaknya datum yang telah
digunakan oleh disiplin ilmu Geodesi. Datum – datum tersebut ada yang bersifat local dan
global. Datum tersebut mempunyai perbedaan, perbedaannya terlihat pada besar parameter
utama pada datum itu sendiri, parameter utama yang dimaksud adalah setengah sumbu panjang
(a), setengah sumbu pendek (b), dan penggepengan ellipsoid (f).

Parameter datum geodetik :


• Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pendek
(b), dan penggepengan ellipsoid (f).
• Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat ellipsoid
(Xo,Yo,Zo) terhadap titik pusat bumi.
• Parameter rotasi, yaitu (εx, εy, εz) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu (X,Y,Z)
ellipsoid.
• Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran yang banyak hingga
mencakup konstanta-konstanta yang merepresentasikan model gaya berat bumi dan
aspek spasial lainnya.

4
Jenis datum geodetik menurut metodenya :
• Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan horizontal.
Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan penggunaan
datum horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau regional.
Datum horizontal merupakan titik referensi yang dijadikan acuan posisi. Sistem
penentuan posisi menggunakan metode differensial GPS. (Global Position System
(GPS) adalah teknologi yang telah berkembang, yang dapat menentukan posisi dengan
akurat dan fleksibel terutama untuk navigasi, survey dan GIS.) GPS NAVSTAR
(Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System) adalah navigasi
berbasis satelit, waktu dan posisi.
GPS memberikan posisi tigadimensi selama 24 jam sehari di seluruh dunia secara terus
menerus. Teknologi ini bermanfaat bagi pengguna GPS untuk memperoleh data yang
akurat untuk navigasi dengan akurasi sekitar 10 meter, untuk pemetaan dengan akurasi
dalam meter sampai millimeter dengan metode penentuan posisi menggunakan GPS
geodetik. Teknologi GPS memiliki sejumlah aplikasi untuk pengumpulan data GIS,
survei, dan pemetaan. Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan posisi pada
titik kontrol dan penentuan posisi di laut dan sungai. Metodenya adalah static
positioning dan kinematic positioning.Static positioning digunakan untuk survey
pengikatan suatu posisi dan kinematic positioning biasanya untuk navigasi. Dalam
static positioning, receiver GPS tidak bergerak (diam) pada satu lokasi pengamatan dan
untuk kinematic positioning, terdiri dari 2 receiver yaitu satu receiver disebut sebagai
monitor atau base, receiver keduadikenalsebagai rover ,yang pindah jalur untuk posisi.

• Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum vertikal
digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman. Biasanya
bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi ortometris adalah geoid. Datum
vertical merupakan sebuah titik yang dijadikan sebagai acuan untuk penentuan
ketinggian titik lainnya (dengan orde yang lebih rendah).Pengukuran titik kontrol
vertikal dilakukan dengan menentukan perbedaan tinggi antara dua titik terhadap
bidang referensi ketinggian yang sama. Penentuan ketinggian titik dilakukan dengan
pengukuran sipat datar, menggunakan peralatan waterpas yang mengacu pada suatu
bidang nivo (tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai potensial gaya berat yang
sama).

5
Jenis datum geodetik menurut luas areanya :
• Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada daerah
yang tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum Genoek,
datum Monconglowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum Geodetik
Indonesia 1995).
• Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih
luas dari datum lokal. Datum regional biasanya digunakan bersama oleh negara yang
berdekatan hingga negara yang terletak dalam satu benua. Contoh datum regional
antara lain :
- Datum indian dan datum NAD (North-American Datum) 1983 yang merupakan
datum untuk negara-negara yang terletak di benua Amerika bagian utara,
- Eurepean Datum 1989 digunakan oleh negara negara yang terletak di benua
eropa.
- Australian Geodetic Datum 1998 digunakan oleh negara negara yang terletak di
benua australia.
• Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang sesuai
dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi. Karena masalah penggunaan datum
yang berbeda pada negara yang berdekatan maupun karena perkembangan teknologi
penentuan posisi yang mengalami kemajuan pesat, maka penggunaan datum mengarah
pada datum global. Datum datum global yang pertama adalah WGS 60, WGS66, WGS
72, awal tahun 1984 dimulai penggunaan datum WGS 84, dan ITRF.

Penentuan datum dengan cara modern berdasarkan pada titik titik yang sudah terdefinisi
biasanya menggunakan beberapa titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan suatu

6
datum dihitung dalam bentuk Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF) menjadi suatu
kerangka fiducial. Walaupun perhitungan koordinatnya dalam bentuk 3 dimensi, biasanya yang
diambil hanya komponen horisontalnya saja.
Dengan adanya teknologi GPS penggunaan datum yang geosentris sudah menjadi suatu
keharusan, sehingga semua koordinat harus dikonversikan kedalam datum ini. Dengan
pengkonversian ini penggunaan koordinat akan menjadi lebih mudah lagi.
Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kahar, J 2008):
1. Menetapkan ellipsoid putaran sebagai bidang acuan hitungan geodetic dengan
menetapkan setengah sumbu panjang a dan pegepengan f,
2. Menentukan koordinat awal (φ, λ, h)
3. Menentukan azimuth dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya,
4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya itu,

Datum Lokal
Dengan keterbatasan teknologi penentuan posisi pada zaman dahulu, awalnya masing
masing Negara mempunyai referensi sendiri-sendiri, tidak ada upaya untuk melakukan
penyatuan. Ellipsoid ditentukan dengan pendefinisian Best-fit untuk masing-masing
wilayahnya. Sehingga ellipsoid yang dipakai di Negara A, berbeda dengan Ellipsoid yang
dipakai di Negara B.

Best-fit ellipsoid (Sumber: Subarya.2010)

Di Indonesia pun demikian, Menurut Schepers dan Schulte. 1931, dalam Subarya.
1996, Penentuan posisi dengan metoda triangulasi dimulai pada tahun 1862 yaitu jaring utama
triangulasi di P.Jawa, dan selesai pada tahun 1880. Terdiri dari 114 titik, ditempatkan di
puncak-puncak gunung, dengan tiga basis. Sistem koordinat triangulasi Jawa dihitung mengacu

7
kepada elipsoid Bessel 1841, dengan lintang dan azimuth ditentukan titik triangulasi di
Genoek, dan untuk hitungan bujur, Batavia (sekarang Jakarta) sebagai meridian nol.
Selanjutnya pada tahun 1883 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke P. Sumatera,
sedemikian rupa hingga triangulasi Sumatera membentuk satu sistem dengan triangulasi Jawa.
Pada periode tahun 1912-1918 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke Bali dan Lombok.
Pada tahun 1911 pengukuran jaring utama triangulasi di Celebes (sekarang Sulawesi) dimulai.
Sistem koordinat adalah Bessel 1841 ellipsoid, dengan lintang dan azimuth ditentukan di titik
triangulasi di G..Moncong Lowe dan dalam penentuan bujur, Makasar sebagai meridian nol.
Pilar-pilar triangulasi tersebut dibangun dan pengukurannya dengan menggunakan alat
ukur optis, seperti Theodolite dan pita ukur, maka diperoleh jaringan Triangulasi yang masing-
masing pulau memiliki Referensi sendiri, seperti Pulau jawa dan Pulau Sumatera Bagian
Selatan mengacu pada Datum Genuk, Pulau Kalimantan mengacu pada Datum G. Sagara,
Pulau Sulawesi mengacu pada G. Monconglowe, dll.
Tahun 1970-an, untuk keperluan pemetaan rupa bumi pulau Sumatera,
BAKOSURTANAL menggunakan datum baru, datum Indonesia 1974 (Padang), yang
menggunakan ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI
(Speroid National Indonesia). Untuk menentukan orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan
suatu datum relatif dengan eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik
datum SNI. Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh
kegiatan survey dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan dalam SK Bakosurtanal
HK.02.04/II/KA/96. DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan
1/f=298,257223563.

1. Datum Genoek (ɑ = 6.377.397; f = 1/298,15)


Datum gunung genuk atau yang biasa disebut datum Batavia atau datum Jakarta
digunakan sebagai datum untuk titik-titik triangulasi Sumatera, Jawa, Bali, Lombok
sampai Nusa Tenggara. Sesuai dengan namanya datum ini terletak di Gunung
Genoek (Jawa Tengah) di titik P520. Untuk lintang dan azimut geodetiknya
ditetapkan posisi lintang astronomis dan azimut astronomis ke suatu titik dari titik P
520. Hasil dari pengukuran bujur astronomis maka bujur geodetic ditetapkan pada
titik P126 di Jakarta kemudian titik P 520 ditentukan dengan mentrasferkan hasil
bujur geodetic yang ada di Jakarta( P126) dengan hubungan triangulasi ,dengan
ellipsoid referensi Bessel 1841.

8
Pada tahun 1912-1918 jaringan utama triangulasi jawa di perluas ke Bali dan
Lombok, sedangkan tahun 1919 sudut triangulasi telah sampai ke Sumatera Barat.
Tahun 1931 dilakukan hitungan ulang untuk triangulasi Sumatera, Jawa, Bali sampai
Nusa Tenggara sehingga mengacu pada Datum Gunung Genuk. Sehingga pada
akhirnya titik-titik triangulasi utama tersebut diturunkan ke orde yang lebih rendah,
yaitu sekunder, tersier, dan kuarter. Kemudian, titik-titik dengan orde yang lebih
rendah yang dekat dengan pantai digunakan sebagai titik kontrol untuk pemetaan
laut Pulau Sumatera, Jawa, Bali sampai Nusa Tenggara.
Datum Gunung Genuk yang direnovasi saat ini, pertama sebagai produk sejarah
dalam proses pemetaan di Indonesia, yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Kedua,
sebagai bahan penelitian bagi mahasiswa terkait dengan sejarah pemetaan di
Indonesia, transformasi antar datum dan Sistem Referensi Koordinat di Indonesia.
Ketiga, menjaga cagar budaya supaya tidak punah dan tetap menjadi referensi
hitungan koordinat di Indonesia, untuk itu setelah diresmikan juga dilakukan
pengukuran GPS oleh tim BIG ( Badan Informasi Geospasial) sehingga diperoleh
koordinat di titik P.520 dalam Sistem Referensi Geodetik Indonesia tahun 2013 (
SRGI.2013), sebagai Datum Nasional yang baru.
Sementara Kepala Badan Informasi Geospasial ( Ka. BIG), Prof. Hasanuddin
Z. Abin mengatakan pilar ini penting sebagai bagian sejarah pemetaan di Indonesia,
sehingga perlu dilestarikan dan terus dipelihara, baik untuk kepentingan pemetaan
dan penelitian. Hadir dalam kegiatan Peresmian Renovasi Datum Gunung Genuk
antara lain Kepala Badan Informasi Geospasial (Ka.BIG) beserta Staf, KATOPDAM
IV/DIP, beserta personel Topdam, Kepala Dep. Teknik Geodesi Undip, beserta staf
9
Dosen dan Mahasiswa Teknik Geodesi Undip, Aparat teritorial Jepara, Danramil dan
staf, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam kabupaten Pati beserta staf,
Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW), Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi ( KPHK) Pati Barat dan masyarakat pecinta alam.

2. Datum Moncong Lowe (ɑ = 6.377.397; f = 1/298,15)


Pada tahun 1911 pengukuran jarring triangulasi di Pulau Sulawesi dimulai.
Ellipsoid yang digunakan adalah Bessel 1841, meridian yang melalui Kota Makassar
dianggap sebagai meridian nol, dan titik awal beserta sudut azimutnya ditentukan
dari titik triangulasi di puncak Gunung Moncong Lowe.
Pada titik datum ditetapkan bahwa lintang astronomis dan azimuth astronomis
ke suatu titik sama dengan lintang dan azimuth gcodctik di litik itu. Penentuan bujur
ditetapkan di Makassar scbagai meridian nol. Elipsoid referensi yang digunakan
adalah Besscl 1841 Wilayah laut yang menggunakan datum Moncong Lowe mi
adalah laut di sckitar Pulau Sulawesi. Pcla laul yang diterbukan secara resmi dan
terus direfisi sampai sekarang untuk wilayah Sulawesi tclah ada sejak tahun 1901.

3. Datum Bukit Rimpah (ɑ = 6.377.397; f = 1/298,15)


Digunakan untuk kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. Datum ini
menggunakan sistem referensi ellipsoid Bessel 1841 dan meridian utama
Greenwich. Bukit Rimpah adalah datum geodetik untuk pemetaan topografi. Bukit
Rimpah memiliki origin di 2°00'40.16"S, 105°51'39.76"E (Greenwich).

4. Datum Gunung Serindung (ɑ = 6.377.397; f = 1/298,15)


Digunakan sebagai datum untuk pemetaan wilayah Kalimantan Barat.
Pengukuran triangulasi dimulai pada sekitar tahun 1958-1959. Seperti halnya Datum
Genoek dan Datum Bukit Rimpah, pada Datum Gunung Serindung ini ditetapkan
bahwa ellipsoid referensi berhimpit dengan geoid di titik datum. Walaupun
sebelumnya telah ada proses pemetaan yang dilalcukan oleh Belanda yaitu antara
tahun 1886 sampai tahun 1895 (Ron, 1920). Seperti halnya datum Gcnuk dan datum
Bukit Rimpah, pada datum Gunung Serindung ini ditetapkan bahwa elipsoid
refercnsi bcrimipit dengan geoid di titik datum. Pada tahun 1970 jaring triangulasi
tersebut diperluas ke arah timur dan ke selatan olch DITTOP-AD (Hadi, 1975).
Rencananya jaring triangulasi tersebut dilanjutkan sampai bertemu dengan jaring
10
triangulasi Kalimantan Timur, tetapi pengukuran hanya sampai ke daerah Putussibau
dan tidak sampai bertemu dengan jaring triangulasi di Kalimantan Timur.
Pengukuran triangulasi terhenti karena lelah ada teknologi baru yang lebih praktis
yaitu dengan Satelit Dopplcr. Elipsoid referensi yang digunakan adalah Bessel 1841.
Wilayah laut yang menggunakan datum Gunung Serindung ini adalah daerah
Kalimantan Barat. Walaupun demikian, untuk dacrah ini telah ada peta laut yang
diterbitkan pada tahun 1 905 dan peta itulah yang terus direfisi sampai saat ini.

5. Datum Gunung Segara (ɑ = 6.377.397; f = 1/298,15)


Datum Gunung Segara digunakan sebagai datum untuk pemctaan wilayah
Kalimantan Timur. Pcngukuran triangulasi dilaksanakan sekitar tahun 1937. Titik
datum ditetapkan di Gunung Segara. Pada titik datum ditetapkan baluva elipsoid
referensi berimpit dengan geoid. Elipsoid referensi yang digunakan adalah Bessel
1841.
Wilayah laut yang mcmakai datum Gunung Segara adalah wilayah laut sebelah
timur Kalimantan atau Selat Makassar sampai ke sebagian pantai selatan
Kalimantan. Walaupun demikian peta-peta laut di wilayah Kalimantan Timur ini
telah ada secara resmi vang diterbitkan tahun 1900.

6. Datum Indonesia 1974 (ID74)


Pemetaan topografi di Indonesia diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi
tinggi untuk dapat mempersatukan sitim-sistim referensi datum, sehingga seluruh
wilayah dapat tercakup dalam satu sistim pemetaan. Dengan diketemukannya
teknologi pengukuran yang menggunakan sarana satelit (satelit Doppler) maka
wilayah-wilayah yang tersebar di Indonesia dapat dipersatukan. Untuk menunjang
sistim pemetaan tunggal di Indonesia, pada tahun 1975 Ketua badan kordinasi survei
dan pemetaan nasional (Bakorsurtanal) mengeluarkan surat bernomor
019.2.2/I/1975 tentang penggunaan GRS 1967 sebagai elipsoid referensi di
Indonesia. Keputusan ini didasarkan karena lebih teliti baik untuk ilmiah maupun
keperluan praktis dan pembuatan peta skala kecil maupun besar. GRS 1967 dapat
mencakup seluruh wilayah Indonesia dalam satu sistim sehingga tercipta sistim
referensi tunggal. GRS 1967 ini dinamai oleh Bakosurtanal Sferoid Nasional
Indonesia (SNI). Untuk menentukan orientasi elipsoid referensi dalam ruang, maka
kemudian SNI dihimpitkan dengan elipsoid NWL-9D ( sistim referensi teknologi
11
Doppler ) ditittik eksentris (Stasiun Doppler BP-A 1884) di Padang. Dengan
demikian stasiun Doppler BP-A ini dianggap sebagai datum tunggal geodesi di
Indonesia. Datum ini diberi nama oleh Bakosurtanal Datum Indonesia 1974 dan
merupakan datum relatif.

7. Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)


Selama ini, Indonesia telah mendefinisikan beberapa sistem referensi geospasial
atau datum geodesi untuk keperluan survei dan pemetaan atau penyelenggaraan
informasi geospasial. Telah dikenal Datum Indonesia 1974 atau Indonesian Datum
1974 (ID74). Selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi GPS, maka pada
tahun 1996 Bakosurtanal mendefinisikan datum baru untuk keperluan survei dan
pemetaan untuk menggantikan ID74, yang disebut dengan Datum Geodesi Nasional
1995 atau DGN95.
Di Indonesia penggunaan datum telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Bakosurtanal Nomor : HK.02.04/II/KA/96 tanggal 12 Februari 1996 untuk
menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang merupakan referensi
tunggal dalam pengelolaan (pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan) data
geospasial pada strata lokal, regional, nasional bahkan internasional. DGN-95 adalah
datum geodesi yang geosentris dan diberlakukan untuk keperluan survei dan
pemetaan di seluruh wilayah NKRI.
DGN95 merupakan sistem referensi geospasial yang bersifat statis, dimana
perubahan nilai koordinat terhadap waktu sebagai akibat dari pergerakan lempeng
tektonik dan deformasi kerak bumi tidak diperhitungkan. Perubahan nilai koordinat
terhadap waktu perlu diperhitungkan dalam mendefinisikan suatu sistem referensi
geospasial untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia terletak
diantara pertemuan beberapa lempeng tektonik yang sangat dinamis dan aktif.
Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan beberapa lempeng inilah yang
menyebabkan seluruh objek-objek geospasial yang ada di atasnya termasuk titik-
titik kontrol geodesi yang membentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional juga
bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.

12
JKH Nasional untuk mendefinisikan DGN 1995
(srgi.big.go.id, 2015).

Spesifikasi DGN-95

Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
Koordinat Grid/Peta Universal Transvere Mercator (UTM)
Kerangka Referensi International Tereseterial Reference Frame (ITRF)
Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)
Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563

DGN-95 adalah sistem koordinat Indonesia, dimana sistem koordinat ini


kompatibel dengan GPS yang berbasiskan World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84),
DGN-95 merupakan datum geosentris. Perbedaan datum DGN-95 dan ID-74
mengakibatkan pergeseran koordinat berkisar 30 meter dan datum DGN-95 dengan
datum Jakarta/Genuk, Sagara, Moncongloe berkisar antara 200 meter (dalam
komponen utara, timur). Untuk merubah koordinat dari satu sistem ke sistem
diperlukan transformasi.

8. Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI 2013)


Pada 17 Oktober 2013, Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013
(SRGI2013) ditetapkan sebagai referensi tunggal di Indonesia. SRGI adalah suatu
terminologi modern yang sama dengan terminologi Datum Geodesi Nasional (DGN)

13
yang lebih dulu didefinisikan, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten
dan kompatibel dengan sistem koordinat global. Perkembangan teknologi penentuan
posisi berbasis satelit telah memungkinkan digunakan untuk penyelenggaraan
kerangka referensi koordinat nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi
geospasial global. Maka untuk itu Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95) sudah
tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perlu diubah. Undang – Undang
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, pasal 27 ayat 2, dalam
pengumpulan DG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan sesuai
dengan standar yang meliputi: a. sistem referensi geospasial; dan b. jenis, definisi,
kriteria, dan format data. Untuk itu perlu adanya standart terkait Sistem Referensi
Geospasial. Badan Informasi Geospasial telah mengeluarkan peraturan terkait
standart system referensi geospasial untuk kegiatan survei, pengukuran dan
pemetaan di Indonesia yaitu Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor
15 Tahun 2013 tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013. Selanjutnya
Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 disebut dengan SRGI 2013.
SRGI mempertimbangkan perubahan koordinat berdasarkan fungsi waktu,
karena adanya dinamika bumi. Secara spesifik, SRGI 2013 adalah sistem koordinat
kartesian 3-dimensi (X, Y, Z) yang geosentrik. Implementasi praktis di permukaan
bumi dinyatakan dalam koordinat Geodetik lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat,
dan orientasinya beserta nilai laju kecepatan dalam koordinat planimetrik
(toposentrik) termasuk bagaimana nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap
waktu. SRGI (Sistem Referensi Geospasial Indonesia) tunggal sangat diperlukan
untuk mendukung kebijakan Satu Peta (One Map) bagi Indonesia. Dengan satu peta
maka semua pelaksanaan pembangunan di Indonesia dapat berjalan serentak tanpa
tumpang tindih kepentingan. Dalam realisasinya sistem referensi geospasial ini
dinyatakan dalam bentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional dimana setiap titik
kontrol geodesi akan memiliki nilai koordinat yang teliti baik nilai koordinat
horizontal, vertikal maupun gayaberat.
Pemutakhiran sistem referensi geospasial merupakan hal yang sangat wajar
mengingat perkembangan teknologi penentuan posisi pun sudah semakin teliti.
Sistem referensi geospasial global yang menjadi acuan seluruh negara dalam
mendefinisikan sistem referensi geospasial di negara masing-masing juga
mengalami pemutakhiran dalam kurun waktu hampir setiap 5 tahun atau lebih cepat
(Badan Informasi Geospasial). SRGI2013 terdiri dari: Datum Horisontal yang terdiri
14
atas: System Referensi Koordinat; Kerangka Referensi Koordinat; Elipsoida
Referensi dan Perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu sebagai akibat dari
pergerakan lempeng tektonik dan deformassi kerak bumi; dan Datum Vertikal.

Datum horizontal

a. Sistem Referensi koordinat


- Titik Pusat Sistem Koordinat (Origin) adalah Pusat massa bumi
(geosentrik).
- Satuan Sumbu Sistem Koordinat (Scale) menggunakan Standar
Internasional (Metrik).
- Arah Sumbu Sistem Koordinat (Orientation) adalah equatorial dimana:
- Sumbu Z searah dengan sumbu rotasi bumi;
- Sumbu X adalah perpotongan bidang equator dengan bujur nol
(greenwich meridian), dan
- Sumbu Y berpotongan tegak lurus terhadap sumbu X dan Z pada bidang
equator.

b. Kerangka Referensi Koordinat


- Merupakan realisasi dari sistem referensi koordinat berupa Jaring
Kontrol Geodesi
- Nasional yang terikat pada kerangka referensi global ITRF2008.
- Nilai koordinat awal direalisasikan pada epoch 2012.0 tanggal 1 Januari
2012.

15
- Jaring Kontrol Geodesi Nasional, terdiri atas sebaran titik-titik kontrol
geodesi berupa:
1. stasiun pengamatan geodetik tetap/kontinu (Sta. CORS, Sta.
Pasut Permanen, Sta. Gayaberat Permanen);
2. stasiun pengamatan geodetik periodik (JKHN, JKVN, JKGN,
titik pantau geodinamika); dan
3. Titik kontrol geodetik lainnya (GCP untuk CTRT, dll).

c. Ellipsoid Referensi
- Ellipsoid Referensi : Bentuk Matematis Bumi.
- Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah spheroid pada
datum WGS1984 dengan parameter a = 6.378.137 meter dan f =
1/298,25722357.
- Sistem Koordinat Geosentrik.

d. Perubahan Nilai Koordinat Terhadap Fungsi Waktu


Merupakan besaran dan arah perubahan nilai koordinat terhadap fungsi
waktu dari suatu titik kontrol geodesi yang diakibatkan karena pengaruh
pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi. Besaran dan arah
perubahan nilai koordinat terhadap waktu ditentukan berdasarkan
pengamatan geodetik. Dalam hal besaran dan arah perubahan nilai koordinat
terhadap fungsi waktu tidak dapat ditentukan berdasarkan pengamatan
geodetik, maka digunakan suatu model deformasi kerak bumi yang
diturunkan dari pengamatan geodetik di sekitarnya.

16
Datum vertikal

• Sistem Referensi Geospasial Vertikal yang digunakan adalah geoid.


• Geoid tersebut diturunkan berdasarkan survei gayaberat yang terikat kepada
Jaring Kontrol Geodesi (JKG). JKG tersebut harus terikat kepada IGSN71
atau hasil pemutakhirannya.
• Jika tidak diperoleh data geoid diatas dapat digunakan permukaan laut rata-
rata setempat yang ditentukan berdasarkan pengamatan pasang surut laut
selama sekurangkurangnya 18,6 (delapan belas koma enam) tahun atau
pengamatan pasang surut laut tidak tersedia selama periode 18,6 (delapan
belas koma enam) tahun maka digunakan kedudukan muka laut rata-rata
sementara berdasarkan pengamatan pasang surut laut selama sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.

Perbedaan antara SRGI 2013 (SRGI-2013) dengan Datum Geodesi Nasional


1995 (DGN-95) dapat dilihat pada tabel dibawah :

Keterangan DGN95 SRGI2013


Memperhitungkan
Sifat Sistem Referensi Statik perubahan nilai koordinat
sebagai fungsi waktu
Sistem Referensi
ITRS ITRS
Koordinat
Kerangka Referensi Jaring Kontrol Geodesi Jaring Kontrol Geodesi
Koordinat terikat pada ITRF2000 terikat pada ITRF2008

17
Datum Geodetik WGS 84 WGS 84
Sistem Referensi
MSL Geoid
Geospasial Vertikal
Sistem Akses dan
Tertutup Terbuka
Layanan

Berdasarkan Tabel 6 diketahui ciri ± ciri SRGI 2013 (Susilo, 2014) :


1. Datum semi dinamik/kinematik.
2. Mengacu ke kerangka referensi global ITRF2008.
3. Epok referensi : 1 Januari 2012.
4. Ellipsoid referensi: WGS 1984 (a = 6378137.0 m; 1/f = 298,257223563).
5. Kalau ada versi terbaru ITRF tersedia, SRGI 2013 akan otomatis
diperbaharui.
6. Perubahan nilai koordinat dalam bentuk model deformasi (pergerakan
lempeng tektonik dan gempa bumi). Sistem akses dan layanan bersifat
terbuka atau self service.

Indonesia masih menerapkan datum semi dinamik dikarenakan jika Indonesia


menerapkan Fully Dinamik atau Fully Kinematic datum, maka akan sulit untuk
diterapkan didunia praktis, seperti mengintegrasikan peta-peta, stacking out dan
industri informasi geospasial lainnya ke dalam satu kerangka referensi. Oleh karena
itu, perlu jembatan supaya tetap mengakomadasi perubahan koordinat terhadap
fungsi waktu dan memudahkan aplikasi praktis dalam bidang IG, maka Indonesia
mengacu pada sistem semi dinamik (semi kinematic) datum dengan menerapkan
sistem semi dinamik ini, maka diperlukan suatu model deformasi Indonesia (Apsari,
2016).

18
19

Anda mungkin juga menyukai