Oleh :
Muhammad Idris Darmawan
4122320130027
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridhonya
penulis dapat menyelesaikan Makalah Datum Lokal di Indonesia ini dengan baik. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk, itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
berikutnya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Salatiga
Penulis
i
DAFTAR ISI
1
PENDAHULUAN
Posisi dari suatu titik biasanya dinyatakan dalam bentuk koordinat, baik koordinat dua
dimensi maupun koordinat tiga dimensi, yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu
atau datum tertentu. Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat
geosentrik) atau dapat berpusat di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat
toposentrik). Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan dalam metode metode penentuan
posisi secara ekstra terestris, sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh
metode penentuan secara terestris.
2
PEMBAHASAN
Datum geodesi didefinisikan sebagai a curved reference surface that is used to express
the positions of features consistently (Blick, 2014). Kemudian Clynch, 2006 mendefinisikan A
3
datum can be defined by specifying the ellipsoid, the coordinates of a single point and the
direction north. The point ties down the ellipsoid to the physical earth and also implicitly
defines the placement of the center of the earth. Dalam pengertian tentang datum, disebutkan
suatu bentuk geometri yang digunakan sebagai referensi untuk mengekspresikan posisi dimuka
bumi. Bentuk geometri tersebut dinamakan dengan ellipsoid. Bentuk bumi sesungguhnya
sangat tidak teratur, maka untuk mendekati bentuk bumi yang tidak teratur tadi digunakan
ellipsoid tersebut. Dalam Ellipsoid disusun system koordinat X,Y,Z dengan pusat koordinat di
pusat ellipsoid tersebut. Bumi fisis juga memiliki system koordinat Xe,Ye,Ze (CTS) tersendiri
dengan pusat koordinat pada pusat massa bumi. Datum lebih menekankan letak posisi bentuk
matematis bumi atau ellipsoid terhadap bentuk fisis bumi sebenarnya.
Dalam hal ini, datum sangat dibutuhkan oleh sebagian disiplin ilmu khususnya Geodesi
dan Geomatika dalam mendefinisikan sistem koordinat yang tepat dan menyatakan suatu posisi
terhadap permukaan bumi dengan teliti serta dapat digunakan dalam suatu pengukuran juga
perhitungan yang berhubungan dengan penentuan suatu posisi di permukaan bumi. Namun
terdapat kendala dalam menentukan suatu posisi dengan banyaknya datum yang telah
digunakan oleh disiplin ilmu Geodesi. Datum – datum tersebut ada yang bersifat local dan
global. Datum tersebut mempunyai perbedaan, perbedaannya terlihat pada besar parameter
utama pada datum itu sendiri, parameter utama yang dimaksud adalah setengah sumbu panjang
(a), setengah sumbu pendek (b), dan penggepengan ellipsoid (f).
4
Jenis datum geodetik menurut metodenya :
• Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan horizontal.
Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan penggunaan
datum horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau regional.
Datum horizontal merupakan titik referensi yang dijadikan acuan posisi. Sistem
penentuan posisi menggunakan metode differensial GPS. (Global Position System
(GPS) adalah teknologi yang telah berkembang, yang dapat menentukan posisi dengan
akurat dan fleksibel terutama untuk navigasi, survey dan GIS.) GPS NAVSTAR
(Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System) adalah navigasi
berbasis satelit, waktu dan posisi.
GPS memberikan posisi tigadimensi selama 24 jam sehari di seluruh dunia secara terus
menerus. Teknologi ini bermanfaat bagi pengguna GPS untuk memperoleh data yang
akurat untuk navigasi dengan akurasi sekitar 10 meter, untuk pemetaan dengan akurasi
dalam meter sampai millimeter dengan metode penentuan posisi menggunakan GPS
geodetik. Teknologi GPS memiliki sejumlah aplikasi untuk pengumpulan data GIS,
survei, dan pemetaan. Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan posisi pada
titik kontrol dan penentuan posisi di laut dan sungai. Metodenya adalah static
positioning dan kinematic positioning.Static positioning digunakan untuk survey
pengikatan suatu posisi dan kinematic positioning biasanya untuk navigasi. Dalam
static positioning, receiver GPS tidak bergerak (diam) pada satu lokasi pengamatan dan
untuk kinematic positioning, terdiri dari 2 receiver yaitu satu receiver disebut sebagai
monitor atau base, receiver keduadikenalsebagai rover ,yang pindah jalur untuk posisi.
• Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum vertikal
digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman. Biasanya
bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi ortometris adalah geoid. Datum
vertical merupakan sebuah titik yang dijadikan sebagai acuan untuk penentuan
ketinggian titik lainnya (dengan orde yang lebih rendah).Pengukuran titik kontrol
vertikal dilakukan dengan menentukan perbedaan tinggi antara dua titik terhadap
bidang referensi ketinggian yang sama. Penentuan ketinggian titik dilakukan dengan
pengukuran sipat datar, menggunakan peralatan waterpas yang mengacu pada suatu
bidang nivo (tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai potensial gaya berat yang
sama).
5
Jenis datum geodetik menurut luas areanya :
• Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada daerah
yang tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum Genoek,
datum Monconglowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum Geodetik
Indonesia 1995).
• Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih
luas dari datum lokal. Datum regional biasanya digunakan bersama oleh negara yang
berdekatan hingga negara yang terletak dalam satu benua. Contoh datum regional
antara lain :
- Datum indian dan datum NAD (North-American Datum) 1983 yang merupakan
datum untuk negara-negara yang terletak di benua Amerika bagian utara,
- Eurepean Datum 1989 digunakan oleh negara negara yang terletak di benua
eropa.
- Australian Geodetic Datum 1998 digunakan oleh negara negara yang terletak di
benua australia.
• Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang sesuai
dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi. Karena masalah penggunaan datum
yang berbeda pada negara yang berdekatan maupun karena perkembangan teknologi
penentuan posisi yang mengalami kemajuan pesat, maka penggunaan datum mengarah
pada datum global. Datum datum global yang pertama adalah WGS 60, WGS66, WGS
72, awal tahun 1984 dimulai penggunaan datum WGS 84, dan ITRF.
Penentuan datum dengan cara modern berdasarkan pada titik titik yang sudah terdefinisi
biasanya menggunakan beberapa titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan suatu
6
datum dihitung dalam bentuk Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF) menjadi suatu
kerangka fiducial. Walaupun perhitungan koordinatnya dalam bentuk 3 dimensi, biasanya yang
diambil hanya komponen horisontalnya saja.
Dengan adanya teknologi GPS penggunaan datum yang geosentris sudah menjadi suatu
keharusan, sehingga semua koordinat harus dikonversikan kedalam datum ini. Dengan
pengkonversian ini penggunaan koordinat akan menjadi lebih mudah lagi.
Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kahar, J 2008):
1. Menetapkan ellipsoid putaran sebagai bidang acuan hitungan geodetic dengan
menetapkan setengah sumbu panjang a dan pegepengan f,
2. Menentukan koordinat awal (φ, λ, h)
3. Menentukan azimuth dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya,
4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya itu,
Datum Lokal
Dengan keterbatasan teknologi penentuan posisi pada zaman dahulu, awalnya masing
masing Negara mempunyai referensi sendiri-sendiri, tidak ada upaya untuk melakukan
penyatuan. Ellipsoid ditentukan dengan pendefinisian Best-fit untuk masing-masing
wilayahnya. Sehingga ellipsoid yang dipakai di Negara A, berbeda dengan Ellipsoid yang
dipakai di Negara B.
Di Indonesia pun demikian, Menurut Schepers dan Schulte. 1931, dalam Subarya.
1996, Penentuan posisi dengan metoda triangulasi dimulai pada tahun 1862 yaitu jaring utama
triangulasi di P.Jawa, dan selesai pada tahun 1880. Terdiri dari 114 titik, ditempatkan di
puncak-puncak gunung, dengan tiga basis. Sistem koordinat triangulasi Jawa dihitung mengacu
7
kepada elipsoid Bessel 1841, dengan lintang dan azimuth ditentukan titik triangulasi di
Genoek, dan untuk hitungan bujur, Batavia (sekarang Jakarta) sebagai meridian nol.
Selanjutnya pada tahun 1883 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke P. Sumatera,
sedemikian rupa hingga triangulasi Sumatera membentuk satu sistem dengan triangulasi Jawa.
Pada periode tahun 1912-1918 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke Bali dan Lombok.
Pada tahun 1911 pengukuran jaring utama triangulasi di Celebes (sekarang Sulawesi) dimulai.
Sistem koordinat adalah Bessel 1841 ellipsoid, dengan lintang dan azimuth ditentukan di titik
triangulasi di G..Moncong Lowe dan dalam penentuan bujur, Makasar sebagai meridian nol.
Pilar-pilar triangulasi tersebut dibangun dan pengukurannya dengan menggunakan alat
ukur optis, seperti Theodolite dan pita ukur, maka diperoleh jaringan Triangulasi yang masing-
masing pulau memiliki Referensi sendiri, seperti Pulau jawa dan Pulau Sumatera Bagian
Selatan mengacu pada Datum Genuk, Pulau Kalimantan mengacu pada Datum G. Sagara,
Pulau Sulawesi mengacu pada G. Monconglowe, dll.
Tahun 1970-an, untuk keperluan pemetaan rupa bumi pulau Sumatera,
BAKOSURTANAL menggunakan datum baru, datum Indonesia 1974 (Padang), yang
menggunakan ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI
(Speroid National Indonesia). Untuk menentukan orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan
suatu datum relatif dengan eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik
datum SNI. Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh
kegiatan survey dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan dalam SK Bakosurtanal
HK.02.04/II/KA/96. DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan
1/f=298,257223563.
8
Pada tahun 1912-1918 jaringan utama triangulasi jawa di perluas ke Bali dan
Lombok, sedangkan tahun 1919 sudut triangulasi telah sampai ke Sumatera Barat.
Tahun 1931 dilakukan hitungan ulang untuk triangulasi Sumatera, Jawa, Bali sampai
Nusa Tenggara sehingga mengacu pada Datum Gunung Genuk. Sehingga pada
akhirnya titik-titik triangulasi utama tersebut diturunkan ke orde yang lebih rendah,
yaitu sekunder, tersier, dan kuarter. Kemudian, titik-titik dengan orde yang lebih
rendah yang dekat dengan pantai digunakan sebagai titik kontrol untuk pemetaan
laut Pulau Sumatera, Jawa, Bali sampai Nusa Tenggara.
Datum Gunung Genuk yang direnovasi saat ini, pertama sebagai produk sejarah
dalam proses pemetaan di Indonesia, yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Kedua,
sebagai bahan penelitian bagi mahasiswa terkait dengan sejarah pemetaan di
Indonesia, transformasi antar datum dan Sistem Referensi Koordinat di Indonesia.
Ketiga, menjaga cagar budaya supaya tidak punah dan tetap menjadi referensi
hitungan koordinat di Indonesia, untuk itu setelah diresmikan juga dilakukan
pengukuran GPS oleh tim BIG ( Badan Informasi Geospasial) sehingga diperoleh
koordinat di titik P.520 dalam Sistem Referensi Geodetik Indonesia tahun 2013 (
SRGI.2013), sebagai Datum Nasional yang baru.
Sementara Kepala Badan Informasi Geospasial ( Ka. BIG), Prof. Hasanuddin
Z. Abin mengatakan pilar ini penting sebagai bagian sejarah pemetaan di Indonesia,
sehingga perlu dilestarikan dan terus dipelihara, baik untuk kepentingan pemetaan
dan penelitian. Hadir dalam kegiatan Peresmian Renovasi Datum Gunung Genuk
antara lain Kepala Badan Informasi Geospasial (Ka.BIG) beserta Staf, KATOPDAM
IV/DIP, beserta personel Topdam, Kepala Dep. Teknik Geodesi Undip, beserta staf
9
Dosen dan Mahasiswa Teknik Geodesi Undip, Aparat teritorial Jepara, Danramil dan
staf, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam kabupaten Pati beserta staf,
Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW), Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi ( KPHK) Pati Barat dan masyarakat pecinta alam.
12
JKH Nasional untuk mendefinisikan DGN 1995
(srgi.big.go.id, 2015).
Spesifikasi DGN-95
Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
Koordinat Grid/Peta Universal Transvere Mercator (UTM)
Kerangka Referensi International Tereseterial Reference Frame (ITRF)
Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)
Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563
13
yang lebih dulu didefinisikan, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten
dan kompatibel dengan sistem koordinat global. Perkembangan teknologi penentuan
posisi berbasis satelit telah memungkinkan digunakan untuk penyelenggaraan
kerangka referensi koordinat nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi
geospasial global. Maka untuk itu Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95) sudah
tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perlu diubah. Undang – Undang
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, pasal 27 ayat 2, dalam
pengumpulan DG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan sesuai
dengan standar yang meliputi: a. sistem referensi geospasial; dan b. jenis, definisi,
kriteria, dan format data. Untuk itu perlu adanya standart terkait Sistem Referensi
Geospasial. Badan Informasi Geospasial telah mengeluarkan peraturan terkait
standart system referensi geospasial untuk kegiatan survei, pengukuran dan
pemetaan di Indonesia yaitu Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor
15 Tahun 2013 tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013. Selanjutnya
Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 disebut dengan SRGI 2013.
SRGI mempertimbangkan perubahan koordinat berdasarkan fungsi waktu,
karena adanya dinamika bumi. Secara spesifik, SRGI 2013 adalah sistem koordinat
kartesian 3-dimensi (X, Y, Z) yang geosentrik. Implementasi praktis di permukaan
bumi dinyatakan dalam koordinat Geodetik lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat,
dan orientasinya beserta nilai laju kecepatan dalam koordinat planimetrik
(toposentrik) termasuk bagaimana nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap
waktu. SRGI (Sistem Referensi Geospasial Indonesia) tunggal sangat diperlukan
untuk mendukung kebijakan Satu Peta (One Map) bagi Indonesia. Dengan satu peta
maka semua pelaksanaan pembangunan di Indonesia dapat berjalan serentak tanpa
tumpang tindih kepentingan. Dalam realisasinya sistem referensi geospasial ini
dinyatakan dalam bentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional dimana setiap titik
kontrol geodesi akan memiliki nilai koordinat yang teliti baik nilai koordinat
horizontal, vertikal maupun gayaberat.
Pemutakhiran sistem referensi geospasial merupakan hal yang sangat wajar
mengingat perkembangan teknologi penentuan posisi pun sudah semakin teliti.
Sistem referensi geospasial global yang menjadi acuan seluruh negara dalam
mendefinisikan sistem referensi geospasial di negara masing-masing juga
mengalami pemutakhiran dalam kurun waktu hampir setiap 5 tahun atau lebih cepat
(Badan Informasi Geospasial). SRGI2013 terdiri dari: Datum Horisontal yang terdiri
14
atas: System Referensi Koordinat; Kerangka Referensi Koordinat; Elipsoida
Referensi dan Perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu sebagai akibat dari
pergerakan lempeng tektonik dan deformassi kerak bumi; dan Datum Vertikal.
Datum horizontal
15
- Jaring Kontrol Geodesi Nasional, terdiri atas sebaran titik-titik kontrol
geodesi berupa:
1. stasiun pengamatan geodetik tetap/kontinu (Sta. CORS, Sta.
Pasut Permanen, Sta. Gayaberat Permanen);
2. stasiun pengamatan geodetik periodik (JKHN, JKVN, JKGN,
titik pantau geodinamika); dan
3. Titik kontrol geodetik lainnya (GCP untuk CTRT, dll).
c. Ellipsoid Referensi
- Ellipsoid Referensi : Bentuk Matematis Bumi.
- Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah spheroid pada
datum WGS1984 dengan parameter a = 6.378.137 meter dan f =
1/298,25722357.
- Sistem Koordinat Geosentrik.
16
Datum vertikal
17
Datum Geodetik WGS 84 WGS 84
Sistem Referensi
MSL Geoid
Geospasial Vertikal
Sistem Akses dan
Tertutup Terbuka
Layanan
18
19