PROGRAM STUDI
D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran wilayah menggunakan theodolit.
2. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran wilayah menggunakan GPS.
3. Untuk mengetahui cara membuat sebuah peta dari data hasil pengukuran
BAB II
DASAR TEORI
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan
posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif suatu daerah. Pemetaan situasi adalah pemetaan suatu daerah atau
wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal
secara bersama-sama dalam suatu gambar peta (Fish, 2007). Dalam pemetaan
medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh kerangka serta jenis
pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus sebuah poligon, tapi
dapat saja kombinasi dari kerangka yang ada. Jenis pengukuran dalam ilmu ukur
tanah (Fish, 2007) di antaranya adalah sebagai berikut:
(1) pengukuran horizontal, terdapat dua macam pengukuran yang dilakukan untuk
posisi horizontal yaitu pengukuran poligon utama dan pengukuran poligon
bercabang;
(2) pengukuran beda tinggi, pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis
pengukuran ketinggian, yaitu pengukuran sifat datar utama dan pengukuran sifat
datar bercabang;
(3) pengukuran detail, pada saat pengukuran di lapangan, data yang diambil untuk
pengukuran detail adalah beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang
bersangkutan, jarak optik atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail, dan
sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang bersangkutan,
atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang bersangkutan.
Pengukuran sendiri merupakan suatu aktivitas dan atau tindakan
membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap
besaran lain yang sudah diketahui nilainya, seperti besaran standar, pekerjaan yang
membandingkan tersebut adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur Untuk
melakukan kegiatan pengukuran salah satu alat bantu yang digunakan adalah
theodolit.
2.1 Theodolit
Theodolit bisa didefinisikan secara umum sebagai alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur sudut horizontal serta sudut vertikal. Fungsi theodolit
yaitu theodolit digunakan untuk survey atau pengukuran pembuatan peta yang cukup
sulit (memiliki relief dan beda tinggi yang cukup besar). Theodolit sering digunakan
untuk mengukur polygon, pemetaan situasi ataupun bisa berguna untuk pengamatan
matahari. Untuk mendapatkan hasil penetapan titik-titik as bangunan pada suatu
proyek perlu dilakukan aktivitas pengukuran (Lovat, 2007). Kegiatan
pengukuran ini dilakukan oleh tim yang disebut surveyor yang mengambil data
lapangan berupa sudut dan dimensi proyek yang ada di lapangan. Untuk
kemudian data lapangan dianalisis hingga menghasilkan data berupa peta situasi
yang menggambarkan koordinat titik-titik as bangunan dan kontur dari
permukaan tanah. Dari hasil peta situasi ini dapat ditentukan untuk pekerjaan
selanjutnya yaitu penentuan as bangunan, perataan lahan, penentuan titik
pondasi, dan volume pekerjaan untuk pengurugan dan penimbunan lahan. Salah
satu alat bantu yang digunakan untuk kegiatan pengukuran adalah theodolit.
Theodolite berfungsi sebagai alat untuk menentukan sudut yang dibentuk antara dua
titik pada saat pengukuran. Dalam penggambaran peta situasi dibutuhkan hasil data
sudut pengukuran tersebut (Kavanagh, 2004).
Bagian-bagian dan fungsi theodolit:
Theodolite digunakan untuk aplikasi survey, yang diperlukan untuk proyek konstruksi
skala besar.
● Untuk bisa mengukur sudut ketinggian tanah yang diinginkan walau pada
pemetaan yang sulit sekalipun.
● Untuk dapat menentukan sudut siku-siku pada pekerjaan pondasi bangunan atau
rumah.
● Untuk bisa mengukur ketinggian suatu bangunan gedung pencakar langit.
● Untuk dapat digunakan dalam melakukan pengamatan terhadap sudut arah lintas
matahari.
● Untuk bisa digunakan dalam pembuatan pemetaan situasi yang terperinci dan
mendetail.
● Untuk dapat digunakan dalam melakukan pengukuran poligon pada penghitungan
rumus suatu bangunan atau rumah.
2.2 GPS
GPS atau Global Positioning System merupakan sebuah alat atau system yang
dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya berada (secara global) di
permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio
dengan data digital. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. Terdapat beberapa jenis GPS:
1. GPS untuk Militer
GPS dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem pertahanan militer. Lebih
jauh dari itu bisa memantau pergerakan musuh saat terjadi peperangan, juga bisa
menjadi penuntun arah jatuhnya bom sehingga bisa lebih tertarget.
2.3 Poligon
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon (gone) :
titik.Yang dimaksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar
pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat
X danY. Polygon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik – titik
yang ada di permukaan bumi.Pada jarak tersebut diperlukan jarak mendatar dan sudut
mendatar yang digunakan untuk menentukan posisi horizontal relatif terhadap titik –
titik polygon.artinya letak satu titik terhadap titik lainnya dalam satu sistem
koordinat.Pada ilmu teknik sipil terutama untuk perencanaan jalan,polygon digunakan
sebagai dasar perencanaan jalan,poligon digunakan sebagai dasar perencanaan
geometri lengkung horizontal.
Wongsoetjitro (2008) menggunakan istilah poligon pada pembahasannya
tentang penentuan koordinat titik-titik suatu tempat dengan cara membuat segi banyak
yang panjang dan terhubung satu sama lain. (Frick, 1979) menggunakan istilah
poligon dan membaginya secara lebih rinci menjadi berbagai jenis: terikat, lepas,
poligon utama, dan poligon cabang. Brinker, Wolf, Elfick, & Fryer, (1984)
mendefinisikan poligon secara lebih tegas sebagai serangkaian garis berurutan yang
panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran. Menurutnya, pengukuran
poligon merupakan pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun poligon, dan membuat
pengukuran-pengukuran yang perlu, dan merupakan cara yang paling dasar dan paling
banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi titik-titik.
Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga
membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon).
Bentuk Poligon
1. Poligon Terbuka : titik awal tidak dijadikan sebagai titik akhir
2. Poligon Tertutup : Titik awal dan titik akhir koordinat berimpit (satu titik),
berawal dan berakhir di satu titik.
Area = (XnYn+1)-(YnXn+1)
2.4 Area
Luas, luasan, atau area adalah besaran yang menyatakan ukuran dua dimensi
(dwigatra) suatu bagian permukaan yang dibatasi dengan jelas, biasanya suatu daerah
yang dibatasi oleh kurva tertutup.Perhitungan luas bisa dilakukan secara grafis dan
numeris. Untuk memudahkan perhitungan gambar yang dibatasi oleh titik-titik yang
berkoordinat, perhitungan luas secara numeris dapat menggunakan kalkulator
terprogram maupun program computer Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan
jual beli, penentuan pajak, dan untuk perencanaan pengembangan daerah, rencana
jalan, rencana pengairan dan rencana transmigrasi. Ukuran luas yang digunakan
Satuan luas yang biasa dipakai adalah meter persegi (m2), untuk daerah yang relatif
besar digunakan hektar (ha) atau sering juga kilometer persegi (km2)
1 ha = 10000 m2
1 Tumbak = 14 m2
1 ha = 100 are
1 km2 = 106 m2
1 are = 100 m2
● Metode Menghitung Luas
Ada 3 metode hitungan antara lain : Mekanis, Numeris (Metode koordinat
Kartesian) dan Grafis
1. Metode Mekanis
- Hitungan ini dilakukan pada peta
- Alat yang digunakan Planimeter
- Alat dijalakan di peta, lalu dikonversikan sesuai dengan skala dari peta
- Peta yang mempunyai skala makin besar, hitungan luas makin teliti
2. Metode Numeris (Grid Bujur Sangkar)
Cara perhitungan luas dengan cara grid bujur sangkar menggunakan
ketentuan sebagai berikut, kotak yang penuh (kotak yang ada dalam area
yang akan dihitung luasnya ditentukan sebagai satu unit nilai, sedangkan
kotak yang tidak penuh ditentukan sebagai 1/2 (setengah) nilai unit.
3. Metode Grafis
- Hitungan menggunakan pendekatan segitiga-segitiga
- Bidang yang akan dihitung harus “tertutup”
- Panjang sisi segitiga dari koordinat atau diketahui
-
Rumus yang digunakan :
Luas = √𝐒. ( 𝐒 – 𝐚 ). ( 𝐒 – 𝐛 ). ( 𝐒 – 𝐜 )
Keterangan :
a, b, dan c = panjang masing-masing sisi segitiga
S = setengah keliling segitiga = (𝑎+𝑏+𝑐)
2.5 Jarak
Jarak adalah hubungan terpendek 2 buah titik/ posisi. Dalam pengukuran jarak
dapat dilakukan dengan dua cara, melalui pengukuran jarak langsung dengan alat
sederhana, seperti rol meter, dan pengukuran jarak optis dengan menggunakan jarak
Theodolite dan rambu ukur. Ditinjau dari posisinya jarak dapat dibagi :
- Jarak miring adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi miring
- Jarak datar adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi datar
- Jarak vertikal adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi vertikal
- Jarak Elektronik Jarak antara dua buah titik yang diukur secara elektronik
yang berdasarkan pada gelombang elektromagnetik di udara, seperti EDM
(electronic distance measurement ). Dalam pengukuran jarak elektronis akan
diketahui kecepatan merambat gelombang (v) dan waktu (t), sehingga jarak
dapat dihitung dengan rumus :
- D = (v x t)/ 2
D = jarak
V = kecepatan merambat gelombang
t = waktu
2.6 Sudut
Pengukuran dari sudut adalah perbedaan antara 2 buah arah dari suatu titik
Pengukuran sudut adalah mengatur suatu sudut yang terbentuk dari suatu pengukuran titik
satu dengan titik lainnya. Pengukuran sudut mengukur arah dari suatu titik dengan titik
lainnya dan jarak antar titik diabaikan. Pengukuran sudut mendatar (horizontal ) dapat
dilakukan dalam 4 cara, yaitu :
1. Cara Seri Pengukuran, cara seri ini dilakukan dengan mengubah kedudukan
teropong yaitu pada kedudukan biasa ( B ) dan luar biasa ( LB ). Dengan mengambil
rata-rata dari kedua pembacaan pada kedudukan yang berbeda tersebut, kita akan
memperoleh hasil ukuran sudut yang lebih teliti.
2. Cara Repetisi Pengukuran cara ini sudut yang akan ditentukan besarnya tidak
diketahui secara langsung, tetapi dengan ditentukan besarnya kelipatan n sudut,
sehingga besarnya sudut adalah 1/n hasil pengukuran kelipatan n suatu sudut.
Besarnya dari n tergantung ketelitian yang diinginkan. Data pengukuran jarak yang
diperlukan hanyalah pengukuran pertama dan terakhir. Jadi cara repetisi hanya
ditentukan besarnya satu sudut saja antar dua jurusan.
4. Cara Bessel, pengukuran sudut dengan cara bessel dilakukan di titik stasioner
dengan mengarah ke berbagai titik secara berturut – turut sudut didapat dari selisih
dua titik yang dibidik secara berurutan.
Pembagian Posisi Sudut, Berdasarkan posisinya sudut dibagi atas :
1 . Sudut Vertikal, sudut yang diperoleh dari selisih bacaan skala piringan vertikal antara dua
buah sudut dari suatu titik pada posisi tegak (vertikal). Sudut vertikal dibagi atas 2 yaitu :
a. Sudut Zenith Sudut yang nol derajatnya pada arah vertikal / atas dan dihitung
searah dengan jarum jam.
b. Sudut Helling Sudut yang derajatnya berada mendatar / horizontal dan dihitung
berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Sudut Horizontal, sudut yang diperoleh dari selisih bacaan skala piringan horizontal antara
2 buah arah dari suatu titik pada posisi mendatar.
3. Azimuth ( sudut arah ) Sudut mendatar yang diukur dari arah utara 00 searah dengan jarum
jam.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Peralatan
1. Theodolit 1 Buah
2. Rambu Ukur 1 Buah
3. Unting – Untung 1 Buah
4. Meteran 1 Buah
5. Payung 1 Buah
6. Statif / Tripod 1 Buah
7. Kompas 1 Buah
Tabel 3
Parameter Nilai
Keliling 992 m
Latitude Total m
Departure Total m
Total Sudut dalam
421 ”
Error per sudut ¿ 7 ' 1} over {2 8 ¿ = =15,03 ” atau 0,004175
28
Dikarenakan error per sudut kurang atau sama dengan 1 menit atau 60 detik maka
pengukuran dapat diterima
Tabel 4
B
B A 186 26 17 186,44 0,004175 186,444175
C
C B 173 45 23 173,76 0,004175 173,764175
D
D C 82 0 9 82,00 0,004175 82,004175
E
E D 228 12 2 228,20 0,004175 228,204175
F
F E 187 8 6 187,14 0,004175 187,144175
G
G F 261 2 9 261,04 0,004175 261,044175
H
H G 142 1 4 142,02 0,004175 142,024175
I
I H 141 6 0 141,1 0,004175 141,14175
J
J I 294 12 2 294,20 0,004175 294,204175
K
K J 142 18 34 142,31 0,004175 142,314175
L
L K 233 26 45 233,45 0,004175 233,454175
M
M L 167 1 11 167,02 0,004175 167,024175
N
N M 90 21 3 90,35 0,004175 90,354175
O
O N 136 34 21 136,57 0,004175 136,574175
P
P O 140 14 28 140,24 0,004175 140,244175
Q
Q P 171 29 35 171.49 0,004175 171.494175
S
S R 185 0 28 185,01 0,004175 185,014175
T
T S 140 21 9 140,35 0,004175 140,354175
U
U T 186 38 8 186,64 0,004175 186,644175
V
V U 172 9 32 172,16 0,004175 172,164175
W
W V 180 2 17 180,04 0,004175 180,044175
X
X W 142 4 20 142,07 0,004175 142,074175
Y
Y X 171 7 24 171,12 0,004175 171,124175
Z
Z Y 182 11 31 182,19 0,004175 182,194175
AA
AA Z 128 23 16 128,39 0,004175 128,394175
BB
BB AA 133 12 5 133,20 0,004175 133,204175
CC
Tabel Pengukuran Data Gedung J
Posisi Target Bacaan biasa horizontal Bacaan Biasa Vertikal Bacaan Rambu (cm) Sudut Jara
alat dalam k
(m)
⁰ " Desimal ⁰ " Desimal BA BT BB β d
BM
A TFF 66.54 30
B 66 32 17 66.54 90 0 0 90 129.5 114. 99.5
5
B A 0 0 0 0 192.8 30
C 192 48 22 192.81 90 0 0 90 146.5 121. 96.7 1
5
C B 0 0 0 0 68.45 31
D 68 27 15 68.45 90 0 0 90 129.3 114 98.5
D C 0 0 0 0 166.66 21.
E 166 39 24 166.66 90 0 0 90 140 129. 119 5
5
E D 0 0 0 0 206.61 50
F 206 36 28 206.61 90 0 0 90 159.5 134. 110
5
F E 0 0 0 0 179.5 31.
G 179 34 16 179.57 90 0 0 90 176.5 161 145.5 7 5
G F 0 0 0 0 104.4 24
H 104 26 13 104.44 90 0 0 90 128 140, 128.5 4
3
H G 0 0 0 0 128.76 39
I 128 45 23 128.76 90 0 0 90 169.5 108. 85.9
5
I H 0 0 0 0 102.8 68
J 102 50 11 102.84 90 0 0 90 172 135 103 4
J I 0 0 0 0 223.56 52
K 223 33 29 223.56 90 0 0 90 164. 8 145. 120
5
4 ’ 3” 24 3 ”
Error per sudut = = = =8,67 ” atau 0,0024083
28 28
Error of closure =
√ {∑ Δy }2 +{∑ Δx}2 =√(−3,717)2 +(−4,064)2= 5,507
Dikarenakan error per sudut kurang atau sama dengan 1 menit atau 60 detik maka
pengukuran dapat diterima
3’ 4 ” 184 ”
Error per sudut = = = =36,8 ” atau 0,010
5 5
Error of closure =
√ {∑ Δy }2 +{∑ Δx }2 =√(−14,20)2 +(20,61)2= 25,028`
Dikarenakan error per sudut kurang atau sama dengan 1 menit atau 60 detik maka
pengukuran dapat diterima
4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu melakukan pengukuran pada batas dalam
di PPNS dan gedung PPNS diantaranya (Gedung J, Bengkel las dan Gedung K)
menggunakan alat ukur Theodolit dan GPS . Theodolite berfungsi sebagai alat untuk
menentukan sudut yang dibentuk antara dua titik pada saat pengukuran. pengukuran
dilakukan untuk mengambil data lapangan berupa sudut dan dimensi proyek yang ada di
lapangan. Untuk kemudian data di lapangan dapat dianalisis sehingga menghasilkan data
berupa peta situasi yang menggambarkan koordinat titik-titik bangunan dan kontur dari
permukaan tanah. Untuk alat ukur GPS disini memudahkan proses menghitung pada luas
tanah dengan cara menentukan koordinat dari titik titik yang sudah ditentukan sebelumnya.
Titik koordinat tersebut digunakan sebagai acuan untuk perhitungan, sehingga Informasi
yang dihasilkan akan lebih cepat karena titik koordinat yang sebelumnya sudah disimpan
akan muncul dalam peta. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan data yang akan
digunakan dalam menghitung sudut horizontal, sudut vertikal, sudut dalam dan azimuth yang
nantinya data tersebut dijadikan sebagai acuan dalam menggambar peta poligon sehingga
didapatkan luas area dan volume dari wilayah PPNS yang diukur.
Besarnya kesalahan dalam suatu pengukuran disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
manusia, alam, dan alat. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia adalah kurang hati-
hatinya pengamat dalam penggunaan alat saat melakukan pengukuran dilapangan, untuk
mengatasi hal tersebut, pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan beberapa kali dengan
metode atau teknik tertentu, sehingga data yang didapat tidak akan terlalu menyimpang atau
salah.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengukuran wilayah dengan Theodolit
1. Dirikan tripod diatas titik yang sudah ditentukan dan pasang alat ukur
theodolit
2. Masukkan baterai dan hidupkan display lalu atur dan sesuaikan
3. Pasang unting unting kira kira 0,5 cm di atas titik
4. Atur nivo bawah stabil di tengah-tengah dengan cara seimbangkan nivo
tersebut antara kanan dan kiri dengan memutar skrup kaki kanan dan kiri
secara bersamaan lalu atur nivo atas agar seimbang di tengah-tengah
5. Gambar sket dan tentukan rencana titik-titik poligon yang akan dibuat
6. Stel alat theodolit
7. Pasang alat di semua titik yang dibidik kemudian catat datanya
8. Lakukan perhitungan menggunakan data yang sudah didapatkan dari hasil
pengukuran
5.1.1 Pengukuran wilayah dengan GPS
1. Menentukan lokasi survey
2. Mengaktifkan GPS Garmin
3. Melakukan Tracking
4. Menyimpan titik atau waypoint dengan menekan mark pada alat untuk
menandai koordinat tempat tersebut pada GPS. Lalu ubah nama dan deskripsi
tempat setelah itu disimpan
5. Memotret titik dengan mengaktifkan lokasi
6. Mengakhiri tracking pada ttitik yang diinginkan
7. Memindahkan data GPS ke komputer
8. Mentransfer foto
9. Overlay data GPS dan foto
SARAN
Saat memasukan data baik hasil praktikum maupun hasil perhitungan harap dilakukan
dengan cermat dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Awliya, T. 2018. Perbandingan Pengukuran Luas Area Antara Tehodolit dan Global Positioning
System (GPS). LOGIKA, (3) : 58 - 64.
Budi, K., Rafian, T., dan Ashadi, P. 2017. Pengukuran dan Pemetaan Perumahan Pegawai
Politeknik Negeri Samarinda di Kawasan Bukit Pinang Bahari Samarinda. Jurnal Inersia,
9(2) : 20-29.
Rianandra, R., Arsali, A., & Bama, A. A. (2015). Studi Perbandingan Penentuan Posisi Geografis
Berdasarkan Pengukuran dengan GPS (Global Positioning System), Peta Google Earth,
dan Navigasi. Net. Jurnal Penelitian Sains, 17(2).
Santoso, K. I., & Rais, M. N. (2015). Implementasi Sistem Informasi Geografis Daerah Pariwisata
Kabupaten Temanggung Berbasis Android dengan Global Positioning System (GPS).
Scientific Journal of Informatics, 2(1), 29–40.
Suhendra, A. (2011). Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit Digital dan Manual:
Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang. ComTech: Computer, Mathematics an
Engineering Applications, 2(2), 1013–1022.