Oleh
Nama : Bunga Tri Pradika Ramadani
NIM : H1020015
Kelas :A
A. Latar Belakang
Batas-batas wilayah merupakan salah satu bagian penting dalam penetapan
administrative, kepemilikan, kekuasaan, kebijakan, serta hukum yang berlaku
pada wilayah tersebut. Penentuan batas-batas wilayah tersebut dilakukan
mengukur serta memetakan dengan kegiatan survei. Menurut Krisdianto dkk
(2017), kegiatan survei dilakukan dengan tujuan mengambil data rekam
permukaan bumi yang hasilnya berbentuk peta atau model digital. Pengumpulan
data tersebut memerlukan ilmu, teknik, seni, serta metode-metode tertentu,
terestrial, penginderaan jauh, fotogrametris, dan sebagianya (Ramadhony dkk,
2017), untuk mengambil hasil pengukuran letak titik-titik yang kemudian dapat
disajikan dalam peta.
Semakin majunya jaman, telah membantu manusia dalam berbagai hal,
termasuk dalam kegiatan survei wilayah. Seperti menggunakan theodolite dalam
pengambilan data dan GPS (Global Position System), microsoft excel untuk
menghitung data yang sudah didapat, serta beberapa software yang mempermudah
penggambaran, misalnya program AutoCad, MapSource, Surfer 8, dan lainnya
(Hadriansyah, 2013). Kemajuan ini ditujukan sebagai jalan kemudahan serta
kecepatan dalam penyajian data yang akan dimasukkan sebagai bagian peta hasil
dari kegiatan survei pengukuran dan pemetaan wilayah. Di lapangan, theodolite
merupakan salah satu instrumen penting. Theodolite secara umum digunakan
untuk menentukan jarak sudut secara horizontal dan vertikal antara dua titik
(Suhendra, 2011). Wilayah yang cukup luas dengan topografi yang berbeda-beda
mejadi salah satu masalah survei yang dipecahkan dengan adanya theodolite ini
secara cepat dan efisien (Wardhana, 2015). Karenanya diperlukan pengetahuan
dan pemahaman mengenai theodolite untuk survei di lapangan sebagai langkah
penentuan batas-batas wilayah, termasuk wilayah hutan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui theodolite beserta bagian juga fungsinya.
2. Untuk memahami cara penggunaan theodolite.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Theodolite
1) Pengertian theodolite
Dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan wilayah diperlukan ketelitian
yang tinggi. Apabila terjadi kesalahan yang tidak dapat ditolerir, kemungkinan
akan muncul dampak hingga ke ranah sosial masyarakat, seperti sengketa lahan.
Ketepatan, kecepatan, serta keefisienan sangat diperlukan pada kegiatan
tersebut. Maka dari itu, munculah beberapa alat bantu survei sebagai salah satu
bagian perkembangan teknologi. Survei wilayah tanpa radio navigasi memiliki
beragam peralatan bantu dengan tujuan keakuratan tinggi dalam beda lokasi
serta topografi, sedangkan penggunaan radio navigasi pada survei wilayah
umumnya menggunakan GPS (Global Positioning System) yang dijalankan oleh
Amerika Serikat (Muzayah dan Budianto, 2020). Alat bantu tersebut antara lain
waterpass, theodolite, kompas, rambu ukur, meteran, dan lainnya. Theodolite
juga dapat digabungkan dengan peralatan pengukuran lain berupa alat pengukur
jarak elektonik, dan kemudian datanya diolah melalui software (Muzayah dan
Budianto, 2020).
Theodolite sendiri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jarak,
beda tinggi, sudut vertikal, dan sudut horizontal. Alat ini membantu dalam
menentukan sistem koordinat secara vertikal juga horizontal yang dapat
memudahkan survei. Theodolite yang paling mirip dengan sekarang, diciptakan
oleh Joshua Habermel pada tahun 1576, kemudian dikembangkan oleh
Jonathan Sisson pada tahun 1725 dan alat dengan kakuratan sangat tinggi oleh
Jesse Ramsden pada 1787 (Turner, 1983; Avram dkk, 2016). Nama theodolite
sendiri ada pada buku pemetaan yang ditulis seorang praktisi geometrika,
Leonard Digges (Avram dkk, 2016).
Gambar 1. Perkembangan theodolite dari masa ke masa.
Sumber: Avram dkk, 2016.
Gambar 3. Theodolite
bagian depan
Sumber: Avram, 2016.
BAB III
KESIMPULAN
Theodolite termasuk dalam salah satu alat pengukuran dan pemetaan yang
berfungsi mengukur sudut vertikal, sudut horizontal, jarak, serta koordinat pada
titik-titik yang telah ditentukan. Informasi tersebut sangat berguna untuk
pembuatan peta. Bagian-bagian theodolite berjumlah banyak dengan fungsi
masing-masing. Inti dari fungsi tersebut ialah ketepatan dalam membidik agar
menghasilkan sudut yang presisi, seperti lensa objektif, lensa okuler, serta
beberapa sekrup pengaturan.
Penggunaan theodolite yang merupakan penggabungan fungsi
peneropongan, nivo (kedataran), dan pengaturan sekrup. Theodolite juga
digunakan berdasarkan metode yang akan digunakan untuk pengurak dan
pemetaan di lapangan. Penghitungan sudut dengan theodolite pada satu titik
dilakukan 2 kali untuk mengetahui sudut biasa serta luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Avram, Daniel. Iuliann Bratosin, dan Dragos Ilie. 2016. Surveying Theodolite
Between Past and Future. Journal of Young Scientist 6: 129-134.
Hadriansyah. 2013. Pengukuran dengan Alat Theodolite dan Alat Global Position
System pada Proyek Jalan Ahmad Yani Kota Banjarbaru. Jurnal Rekayasa
Sipil 1 (2): 153-164
Krisdianto, Budi, Rafian Tistro, dan Ashadi Putrawirawan. 2017. Pengukuran dan
Pemetaan Perumahan Pegawai Politeknik Negeri Samarinda di Kawadan
Bukit Pinang Bahari Samarinda. Jurnal Inersia 9 (2): 20-29.
Muzayah dan Eko Budianto. 2020. Ilmu Ukur Tanah. Surabaya: Unesa University
Press.
Ramadhony, Armenda Bagas, Mochammad Awaluddin, dan Bandi Sasmito. 2017.
Analisis Pengukuran Bidang Tanah dengan Menggunakan GPS Pemetaan.
Jurnal Geodesi Undip 6 (4): 305-315
Suhendra, Andryan. 2011. Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit
Digital dan Manual: Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang.
ComTech 2 (2): 1013-1022.
Wardhana, Yudha Pratika Kusuma. 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas
Teknik
Universitas Negeri Semarang. Tugas Akhir: Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang.