Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

ACARA 4
TITIK DETAIL

NAMA : Laode Nur Hamid Dewanto Putra


NIM : 2209026030
KELOMPOK : 6 (ENAM)
ASISTEN : Shalizam

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peta merupakan sarana memperoleh gambaran ilmiah yang terdapat diatas permukaan
bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan
sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Gambar-gambar permukaan bumi berserta
seluruh unsur-unsur yang ada diatasnya, baik unsur alam maupun unsur buatan. Ilmu
ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan yaitu jarak antara dua
titik, beda tinggi, dan sudut arah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur sederhana disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung karena hasilnya
dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran.

Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi pianimetris (x, y) dan posisi
vertikal (z) dari objek-objek di permukaan bumi. Objek-objek tersebut meliputi unsur-
unsur alamiah seperti gunung, danau, padang rumput, sawah, jembatan, jalan, jalur pipa,
rel kereta api dan gedung. Ilmu geodesi pada mulanya adalah cabang terapan dari ilmu
matematika, ilmu bumi Bersama ilmu geologi, geofisika dan lain sebagainya.
Perkembangan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan metodologi serta aplikasi
instrument ukur geodesi untuk keperluan pengukuran dan rekayasa yang dikenal dengan
Teknik geodesi. Pengukuran permukaan bumi yang sangat beragam dilakukan dengan
menggunakan survey dan pemetaan terlebih dahulu.

Oleh karena itu, Pada praktikum kali ini yaitu Perhitungan titik detail di lapangan
diperlukan ketelitian yang cukup tinggi agar hasilnya detail sehingga hasil yang
didapatkan dapat akurat. Praktikum ini dilakukan guna menambah pengetahuan
mengenai ilmu ukur tanah khusunya mengenai cara menghitung titik detail guna
mengetahui kontur tanah yang ada di setiap patok.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum perpetaan acara 4 mengenai “Titik Detail" kali ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi titik detail
2. Untuk mengetahui cara pembuatan peta topografi
3. Untuk mengetahui cara pembuatan kontur

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam pekerjaan pengukuran menentukan nilai jarak merupakan hal yang paling
mendasar dengan kata lain hampir setiap pekerjaan pengukuran selalu menitikberatkan
pada ketelitian menentukan jarak. Jarak adalah nilai ukuran antar 2 titik posisi yang
berbeda letaknya. Pemahaman jarak terbagi 3 yaitu. Pertama, Jarak mendatar adalah
jarak langsung di lapangan yang sejajar garis horizontal dan tegak lurus terhadap garis
gaya berat bumi atau gravitasi. Dengan demikian jarak mendatar biasa pula disebut
jarak horizontal. Kedua, Jarak Miring adalah jarak langsung di lapangan yang tidak
sejajar garis horizontal. Krtiga Jarak tegak adalah jarak langsung di lang sale parts
Vertikal atau garis gaya berat bumi. Jarak tegak dapat dipahami sebagai nilai ketinggian
pada letak tertentu yang diukur dari bidang referensi nol meter (Ferry Sobatnu, 2018).

Sipat datar adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan beda tinggi
antara dua tempat atau lebih di lapangan dengan cara membaca skala pada rambu
vertikal yang tepat berhimpit pada posisi garis bidik horizontal. Metode sipat datar
prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar secara optis di lapangan
menggunakan rambu ukur, pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat
datar optis merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga
ketelitian Kerangka Dasar Vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar
perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang (Budi Tjahjono, 2023).

Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal
yang menghasilkan elevasi atau tinggi, titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar
horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran
titik-titik detail. Penggambaran situasi suatu daerah memerlukan pengukuran titik detail
untuk menghasilkan titik yang tersebar di permukaan bumi. Dalam pengukuran titik
detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik detail dari titik ikat.
Metode yang digunakan dalam pengukuran titik detail adalah metode offset dan metode
tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
relatif cepat dan mudah. Data yang diperoleh dari lapangan adalah data jarak, sudut
horizontal, sudut vertikal (zenith atau inklinasi), tinggi alat dan tinggi target. Untuk alat
ukur yang menggunakan Elektronik Total Station bisa menghasilkan data koordinat 3
dimensi (X, Y dan Z), dengan cara memasukan data titik ikat yang sudah diperoleh dari
pengukuran kerangka dasar horizontal dan kerangka dasar vertikal. Data kontur
merupakan data yang diambil meliputi keadaan ketinggian elevasi pada suatu area yang
gunanya untuk mengetahui keadaan topografi dan perhitungan volume galian dan
timbunan (DR Cahyanto, 2016).

Untuk beberapa proyek teknik sipil, tidak lepas dari pengukuran jarak-jarak, dan
pengukuran dilakukan pada umumnya ialah pengukuran jarak dalam skala besar.
Menjelaskan tentang pengukuran garis lurus di lapaangan itu tidak lari dari alat ukur rol
meter maupun peralatan lain juga. Hal ini juga salah satu dari keterampilan ilmu ukur
tanah tersebut. Pemakaian aplikasi dari objek tiga dimensi sangat penting untuk
konstruksi, perencanaan, rekonstruksi. Dimensi dari objek memiliki, tinggi, lebar, dan
panjang yang berkaitan dengan koordinat tiga dimensi (X,Y Z). Pembuatan
pengambilan data dalam pengaplikasian tiga dimensi dari suatu objek bisa dilaksanakan
dengan berbagai model pemetaan yang identik dengan peralatan yang dipakai (Miswar
Tumpu, 2021).

Dengan dasar metode itu menghasilkan output suatu data koordinat tiga dimensi dari
setiap alat yang dipakai mempunyai kelebihan dan kelemahan tersebut. Ada juga
berbagai hal dalam membuat garis lurus kita bisa pelajari, yaitu di antaranya mengukur
jarak, membuat garis siku-siku, membuat garis lurus mengukur lebar dan tinggi sungai,
pengukuran lebar gedung dan beberapa lagi lainnya (Miswar Tumpu, 2021).

Transit atau teodolit adalah instrument yang digunakan untuk mengukur sudut-sudut
horizontal dan vertikal. Di Eropa, mula-mula dipakai istilah 'transit teodolit' untuk jenis
instrument ukur ini. Teodolit mempunyai beberapa keuntungan yaitu lebih ringan,
mudah dibaca, dil sehingga mampu mendominasi keberadaan transit ala Amerika
Selanjutnya, buku ini menggunakan isitilah teodolit. Theodolit banyak digunakan untuk
berbagai keperluan. e.g mengukur sudut horisontal dan vertikal, membuat garis lurus,

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
mengukur bearing, mengukur jarak horizontal dan vertikal, menentukan arah utara.
teodolit sering disebut instrumen universal (Andrew Stefano, 2019)

Atas dasar fasilitasnya theodolit dibagi menjadi: theodolit vernier sederhana, theodolit
mikrometer, theodolit optik (glass arc) dan theodolit elektronik. Dua jenis yang pertama
sudah jarang digunakan. teodolit modern saat ini adalah tipe optik dan digital. Theodolit
modern bersifat kompak, ringan, sederhana dan tahan banting. Bagian-bagian dan
skalanya tertutup, kedap debu dan kelembaban. Ukuran teodolit ditentukan oleh
piringan bawahnya. Sebagai contoh. 20 cm theodolit berarti diameter piringan
bawahnya adalah 20 cm. Atas dasar itu, ukuran teodolit bervariasi antara 8 sampai
dengan 25 cm (Andrew Stefano, 2019)

Garls kontur adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas peta yang
menghubungkan dan memperlihatkan beberapa titik pada peta yang memiliki ketinggian
yang sama. Garls kontur disebut sebagal garis tranches, garls tinggi, atau garis tinggi
horizontal. Garis kontur berfungsi untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan
permukaan tanah atau topograf wilayah. Secara sederhana, fungsi garis kontur adalah
sebagai

1. Penanda ketinggian atau sadut elevasi suatu tempat atau wilayah tertentu.
2. Penanda ada tidaknya bentuk relief sesuai dengan wujud asli di permukaan bumi,
3. Penanda ada tidaknya suatu lereng di suatu tempat atau wilayah tertentu
4. Penanda besaran sudut kemiringan suatu lerens pada suatu tempat atau wilayah
tertentu
5. Penanda perhitungan untuk luas daerah genangan dan volume suatu bendungan
6. Penentu rute suatu jalan atau saluran yang memiliki sudut kemiringan tertentu
7. Penentu ada tidaknya dua titik di lahan yang tingginya sama dan saling terlihat dan
8. Bahan untuk membuat potongan memanjang (long-rection). (Varia, 2023)

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Theodolit
2. Statif
3. Rambu Ukur
4. Patok
5. Kompas
6. Payung
7. Meteran

3.1.2 Bahan
1. Buku Lapangan
2. Bolpoin
3. Modul Praktikum Acara 4
4. Formulir Pengambilan Data Lapangan
5. Enam Buah Baterai

3.2 Prosedur Percobaan

1. Dilakukan orientasi lapangan dan dilakukan pemasangan patok disetiap titik


daerah yang telah ditentukan.
2. Ditempatkan alat pada patok 1 dan mulai dilakukan sentring.
3. Didirikan rambu ukur dibelakang patok 2.
4. Digunakan kompas untuk mencari arah utara, putar theodolit ke patok 2.
5. Dicatat azimuth, dilakukan pengukuran titik 1 ke titik 2, lalu catat sudut
horizontal, vertikal, benang atas, dan benang tengah.
6. Dilakukan langkah 5, dengan memutar teropong 180 derajat.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
7. Dilakukan langkah 5 dan 6 hingga patok terakhir, yaitu patok 4.
8. Ditentukan sekitar 3 titik detail disetiap patok, lalu lakukan pengukuran dengan
alat namun hanya sudut biasa dan tidak direset, lalu dicatat.
9. Dinetralkan semua bagian theodolit, pindah ke patok selanjutnya dan lakukan
pengukuran.
10. Dihitung sudut horizontal, jarak optis rata-rata dan beda tinggi rata-rata titik
daerah dan titik detail.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Adapun fungsi dari pengukuran titik detail adalah untuk menggambarkan kontur
pada peta yang dilakukan dengan mengambil data dari permukaan fisis bumi yang
di anggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut. Dengan demikian titik
ikat tersebut dapat langsung menjadi sebuah acuan dan titik fisis detail yang ada di
sekitarnya.
2. Secara garis besarnya, metoda pembuatan peta topografi dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu metoda teristis dan metoda fotogrametris. Metoda teristis pada
dasarnya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan, yaitu
pengukuran topografi, pengolahan data ukuran, dan pencetakan peta. Pengukuran
topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titik-titik kerangka pemetaan
serta pengukuran detail topografi sehingga dapat dipetakan atau digambarkan di atas
bidang datar dalam skala tertentu. Pengolahan data ini terdiri atas perhitungan data
kerangka pemetaan dan data detail topografi, penggambaran detail topografi, serta
proses kartografi. Hasil akhir dari pengolahan data ini adalah peta topografi.
Sedangkan metoda fotogrametris pada dasarnya metoda fotogrametris ini mencakup
fotogrametris metrik dan interpretasi citra. Dengan metoda ini pengukuran tidak
perlu dilakukan dilapangan langsung, tetapi cukup di laboratorium melalui
pengukuran pada citra foto.
3. Dalam membuat garis kontur ada beberapa aturan yang diikuti antara lain: garis
kontur selalu dibuat tertutup atau berakhir pada tepi peta, kontur tertutup yang
menunjukkan depresi (cekungan/lubang) harus dibedakan dengan kontur tertutup
yang menunjukkan bukit, yaitu dengan cara menambahkan garis-garis gigi yang
mengarah kearah depresi (cekungan/lubang). Cara pembuatan garis kontur secara
manual adalah sebagai berikut: cantumkan titik-titik dengan harga ketinggiannya,
hubungkan titik-titik yang mempunyai tinggi yang sama, dan dibedakan dengan

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
titik-titik yang lebih rendah disekitarnya, kemudian buatlah interpolasi sesuai
dengan interval konturnya, hubungkan titik-titik yang diperoleh dari hasil
interpolasi, sehingga menjadi garis yang mempunyai nilai yang sama, kalau garis-
garis kontur yang telah diperoleh memotong lembah, walaupun tidak ada suatu
harga ketinggian pada hulu lembah tersebut, garis kontur tersebut kita buat
meruncing kehulu, juga spasi kontur disesuaikan dengan bentuk-bentuk lereng.

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini sebagai berikut:


1. Sebaiknya praktikan labih aktif dalam bertanya
2. Sebaiknya rambu ukur dipegang dengan stabil agar memudahkan untuk menembak
rambu ukur.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca rambu ukur agar tidak terjadi
kesalahan dalam pembacaan nilai yang ada di rambu ukur.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto DR. 2016. Perbandingan Volume Tampungan Embung Sidodadi Dengan


Metode Kontur Dan Citra Satelit Aster. Universitas Jember

Sobatnu F. 2018. Teknik Survei Perpetaan. Edisi ke-8. Poliban Pres. Banjarmasin
Utara.

Stefano A. 2019. Ilmu Ukur Tanah I. Edisi ke-1. Garis Putih Pratama. Makassar

Tjahjono B. 2023. Pelatihan Dasar Ilmu Ukur Tanah di SMK Negeri 1 Kuala
Pembuang.
Vol 1(01).

Tumpu M., dkk. 2021. Dasar-Dasar Ilmu Ukur Tanah. Edisi ke-6. Yayasan Kita
Menulis.
Medan.

Varia. 2023. Mengenal Fungsi Garis Kontur, Macam, hingga karateristik lengkapnya
URl. https://katadata.co.id/intan/lifestyle/63f4729e4aaac/mengenal-fungsi-
garis-kontur-macam-hingga-karakteristik-lengkapnya. Diakses tanggal 20 Maret
2023.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
LAMPIRAN KEGIATAN

Gambar 1. Persiapan pemasangan alat.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
Gambar 2. Pengecekan kembali oleh asisten.

Gambar 3. Praktikan membidik sudut biasa.

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
Gambar 4. Praktikan mencatat hasil pembidikan.dan hasilnya.

LAMPIRAN BUKU DAN JURNAL

Laode Nur Hamid Dewanto Putra


2209026030
Kelompok 6
Laode Nur Hamid Dewanto Putra
2209026030
Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai