Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PROJECT PEMETAAN TERESTRIS

SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMI 2022

PEMBUATAN PETA SITUASI

Kebun Raya ITERA

Oleh : Kelompok 04
Gilang Ramadhan 120230020
Zahwa Geby Noverah 120230022
Fahri Dean Alvito 120230029
Linda Kusuma Dewi 120230033
Fathurrahman Apriliansyah 120230057
RA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai perguruan tinggi yang mengusung konsep forest campus, Institut
Teknologi Sumatera mengembangan Kebun Raya ITERA yang lokasinya berada di
lingkungan kampus. Kebun raya ITERA yang kini sedang melakukan pembangunan
tahap I tersebut diproyeksikan menjadi pusat konservasi tumbuhan khas Pulau
Sumatera dan Indonesia serta menjadi pusat penelitian berbagai jenis tumbuhan.

Agar terlaksanakannya proses pembangunan tersebut, maka dilakukan


survei pemetaan. Survei pemetaan adalah penentuan lokasi titik yang terdapat di
atas, maupun di bawah permukaan bumi. Penentuan posisi titik di permukaan bumi
dapat dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Metode penentuan posisi
secara terestris dilakukan berdasarkan pengukuran dan pengamatan di bumi.
Sedangkan metode ekstraterestris, penentuan posisi dilakukan dengan pengukuran
atau pengamatan ke objek/benda angkasa, baik yang alamiah (seperti bulan, bintang
dan squar) maupun buatan manusia seperti satelit.

Dalam perkembangan survei ekstraterestrial, penggunaan survei GPS sering


digunakan untuk menentukan titik-titik kontrol geodesi, baik titik kontrol horizontal
maupun titik kontrol vertikal, dimana untuk melakukan pengukuran kerangka
kontrol ini tidak terlepas dari jaring geodesi. Jaring geodesi juga dapat didefinisikan
sebagai bentuk geometri yang terdiri dari tiga atau lebih titik yang dilakukan
pengukuran geodesi, dimana pengukuran ini terdiri dari pengukuran jarak
horizontal, sudut azimuth, dan lain sebagainya.

Hasil akhir yang nanti akan dihasilkan dari pemetaan ini adalah berupa peta
manuskrip dan peta digital. Pada kesempatan kali ini, pemetaan akan dilakukan di
Kebun Raya ITERA sebagai daerah yang akan dipetakan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maksud dan tujuan kegiatan
ini adalah

1. Melakukan survei pemetaan terestris dengan studi kasus Kebun Raya ITERA
2. Membuat desain dan perencanaan kerangka dasar horizontal studi kasus Kebun
Raya ITERA
3. Membuat desain dan perencanaan kerangka dasar vertikal studi kasus Kebun
Raya ITERA

1.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Lokasi : Kebun Raya ITERA

Waktu : Senin, Februari-Mei 2022

1.4 Metodologi Pengukuran


Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah metode pemetaan terestris

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Kerangka Dasar Pemetaan
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan
melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal
yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan
yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang
dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan
penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan
(referensi) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik
kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilaksanakan untuk memperoleh
data sudut dan jarak di lapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa data
koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik.
2.1.1 Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)
Pengukuran kontrol vertikal dilakukan dengan cara mengukur beda tinggi
secara teliti antara titik-titik kontrol horizontal atau titik-titik poligon yang
berurutan dengan menggunakan metode sipat datar, atau dengan cara tachimetri
maupun trigonometri, tergantung dari tingkat ketelitian yang disyaratkan.
Dengan kombinasi antara kontrol horizontal (X, Y) dan vertikal (Z), maka titik-
titik kerangka dasar pemetaan tersebut akan dapat ditentukan posisinya dalam
tiga dimensi (X, Y, Z) (Basuki, 2006).

Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat
datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Sehingga pengukuran beda
tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Ada beberapa metode untuk
menentukan beda tinggi dan ketinggian titik tersebut, sebagai berikut.

1. Kerangka Vertikal dengan Metode Waterpassing


Menentukan beda tinggi dengan menggunakan metode waterpassing
alat yang digunakan adalah waterpass, penentuan ketinggian (elevasi)
dengan menggunakan waterpass ada 3 macam yaitu : alat di tempatkan
di stasion yang diketahui ketinggiannya, alat sipat datar di tempatkan
diantara dua stasion dan alat sipat datar tidak di tempatkan diantara
kedua stasion.

Gambar 1. Metode Waterpassing


2. Kerangka Vertikal dengan Metode Trigonometri Levelling
Trigonometri Levelling alat yang digunakan adalah Theodolit (alat
pengukur sudut ), mengapa menggunakan metode pengukuran metode
trigonometri levelling karena proses perhitunganya menggunakan
rumus Trigonometri bila dibandingkan dengan pengukuran Waterpass
sangat jauh ketelitianya karena trigonometri banyak sekali kelemahan-
kelemahanya. Ada dua cara menentukan beda inggi dengan
menggunakan metode trigonometri levelling yaitu dengan cara stadia
dan dengan cara tangensial.

Gambar 2. Metode Trigonometri Levelling

2.1.2 Kerangka Kontrol Horizontal (KKH)


Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang
berarti sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan yang digunakan
sebagai kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi atau
koordinat titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti dan
karena akan digunakan sebagai ikatan detil, pengukuran poligon harus
memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu (Basuki, 2006).

Poligon tertutup adalah poligon dimana titik awalnya sama dengan titik
akhir, jadi dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama. Dalam pengukuran
poligon tertutup harus didapat data berupa: sudut, jarak, dan azimuth. Azimuth
adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari
sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0°– 360° derajat.
Azimuth berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol pada
pengukuran jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat. Selain sudut
dan azimuth, data lain yang diperlukan dalam penentuan letak atau posisi titik-
titik di permukaan bumi adalah jarak. Dalam pengukuran di lapangan, jarak
antara dua titik berarti jarak horizontal atau jarak datar. Jika kedua titik berbeda
elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horizontal antara garis unting-unting
kedua titik. Untuk mengukur jarak ada dua metode yaitu pengukuran jarak optis
(pengukuran tidak langsung) dan pengukuran jarak dengan pita ukur
(pengukuran langsung).

Sudut horizontal di lapangan yang diukur dengan alat Theodolite adalah


selisih bacaan horizontal dari dua arah horizontal tersebut. Pengukuran sudut
horizontal pada suatu titik di lapangan dapat dibagi dalam sudut tunggal dan
sudut yang lebih dari satu, sehingga teknis pengukurannya juga berbeda. Tiga
persyaratan dasar dalam menentukan sebuah sudut yaitu garis awal atau acuan,
arah perputaran, jarak dan sudut. Pengukuran sudut horizontal pada dasarnya
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu pengukuran
tunggal (pengamatan satu kali) dan pengukuran seri (pengamatan dua kali, yaitu
biasa dan luar biasa).

Gambar 3. Poligon Tertutup


2.2 Pengukuran Detail dan Situasi
Detil adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah,
maupun hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat.
Detil situasi ditentukan posisinya berdasarkan data posisi titik kontrol dan titik
poligon. Detil yang ditentukan posisinya adalah obyek-obyek fisik yang menonjol
di lokasi pemetaan, misal pagar, selokan, lading, tiang listrik, jalan, bangunan, dsb.
Selain itu, juga bentuk terrain permukaan tanah di lokasi pemetaan. Data yang
dihasilkan pada tahap ini adalah koordinat 3D (X, Y, Z) semua obyek menonjol di
lokasi pemetaan. (Prasidya & Rahardjo, 2019).

2.3 Penggambaran Peta


Peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar ke dalam
ukuran yang lebih kecil. Dalam hal ini, posisi titik-titik pada peta ditentukan
terhadap sistem siku-siku x dan y (Prihandito, 2010). Peta situasi adalah peta
topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran permukaan bumi
baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang datar
(kertas) dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Untuk pembuatan peta situasi,
detail yang diambil meliputi planimeris dan detail-detail ketinggian. Detail
planimeris menyangkut posisi horizontal dari bangunan-bangunan rumah, jalan,
jembatan, saluran air, dll. Sementara detail-detail ketinggian diperlukan untuk
penggambaran keadaan topografi lapangan yang nantinya akan digambarkan
dalam bentuk garis-garis kontur (Tim Praktek, 2013).

Pemetaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai


disiplin ilmu seperti geodesi, pemotretan udara, fotogrametri, kartografi,
geografi, serta teknik pencetakan peta. Ilmu geodesi lebih banyak berperan dalam
pembuatan kerangka dasar pemetaan, pengambilan data/detail topografi,
perhitungan proyeksi peta, serta penyusunan manuskrip. Pemotretan udara
berperan dalam menyiapkan data/detail topografi dalam bentuk cetakan foto
udara. Fotogrametri peranannya dalam mengubah foto udara menjadi manuskrip
(calon peta/peta kasar), sedangkan kartografi mempunyai peran dalam mengolah
manuskrip menjadi suatu peta yang siap untuk digandakan (dicetak), selanjutnya
geografi berperan dalam tema peta. Yang dimaksud manuskrip adalah suatu
gambar hasil plotting/kartiran dari data awal yang masih merupakan calon peta
yang masih kasar serta siap untuk diproses menjadi suatu peta. Disebut calon
peta, karena secara grafis gambar tersebut sudah benar. Akan tetapi, gambar
tersebut belum halus sehingga perlu diproses lebih lanjut. Dari semua proses
kegiatan pemetaan tersebut, proses kartografi merupakan rangkaian akhir dari
semua rangkaian kegiatan pemetaan, karena proses kartografi ini berfungsi untuk
mengolah manuskrip menjadi suatu peta (Indradi, 2018).

Langkah-langkah proses pembuatan peta merupakan urut-urutan kerja dari


pemetaan (mapping) dalam prosesing kartografi. Langkah-langkah pembuatan
peta secara umum meliputi kegiatan sebagai berikut.

a. Pengumpulan data/kompilasi data


b. Pengolahan data
c. Penggambaran kasar meliputi pembuatan peta manuskrip
d. Reproduksi merupakan kegiatan penggambaran halus yang meliputi desain
dari isi peta dan layout peta, serta pemilihan warna.
BAB III PELAKSANAAN
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan dan Perlengkapan
1. Paku payung secukupnya
2. Tas lapangan
3. Alat tulis, alat gambar (untuk sketsa lapangan)
4. Media penyimpanan data/backup data (flashdisk, harddisk, dsb)

3.1.2 Alat
3.1.2.1 Peralatan Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal
a. Total Station/Theodolit* (1 set)
b. Reflektor dengan tribach (2 buah)
c. Statif (3 buah)
d. Rambu ukur* (2 buah)
e. Sepatu rambu* (2 buah)
f. Rol meter (2 buah)
g. Payung, jas hujan

3.1.2.2 Peralatan Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Sipat Datar)


a. Sipatdatar (1 set)
b. Rambu ukur (2 buah)
c. Statif (1 buah)
d. Sepatu rambu (2 buah)
e. Rol meter (1 buah)
f. Payung, jas hujan

3.1.2.3 Peralatan Pengukuran Detil Situasi


a. Total Station/Theodolit (1 set)
b. Reflektor dengan tribach (2 buah)
c. Reflektor dengan tongkat (2 buah)
d. Statif (3 buah)
e. Rambu ukur* (2 buah)
f. Sepatu rambu* (2 buah)
g. Rol meter (2 buah)
h. Payung, jas hujan

3.2 Desain Pengukuran

3.3 Timeline Project


No Hari, Tanggal Keterangan
1. Senin, 31 Januari 2022 Survei lapangan
Membuat sketsa pengukuran
Menyusun laporan pendahuluan rencana project
2. Senin, 7 Februari 2022 Pemasangan titik kerangka dasar
pengukuran polygon dan detail
3. Senin, 14 Februari 2022 Pengukuran polygon dan titik detail
4. Senin, 21 Februari 2022 Pengukuran polygon dan titik detail
5. Senin, 28 Februari 2022 Pengukuran polygon dan titik detail
6. Senin, 7 Maret 2022 Pengolahan data hasil pengukuran
7. Senin, 14 Maret 2022 Pengolahan data hasil pengukuran

Anda mungkin juga menyukai