Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN TERESTRIS

Dosen Pembimbing
Arif Kurnia Wijayanto S.TP., M.Sc.

Anggota Kelompok :
1. Syafira Tiara Pungki (E3401221013)
2. Zico Edgar Filbert Andu (E3401221025)
3. Raden Rahmanda Maulidia (E3401221009)
4. Tamara Chandra Hataya (E3401221019)
5. Geraldo Desta Anugrah (E3401221016)
6. Khairul Bazar (E3401221018)
7. Dimas Cahyaning Tyas (E3401221021)
8. Agisna Hervian (E3401221017)

FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak dahulu sampai saat ini peta menjadi salah satu kebutuhan manusia.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diinterpretasikan pada suatu
bidang datar dengan skala tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
ataupun kondisi suatu tempat. Salah satu metode pembuatan yaitu terestrial. Peta
terestrial merupakan peta yang digambar berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran langsung di lapang berupa jarak atau sudut yang kemudian dihitung
sehingga menghasilkan titik koordinat. Titik koordinat yang dihasilkan
selanjutnya disebar (obrah) pada bidang datar (umunya kertas) sehingga terbentuk
sketsa/peta garis dari tempat yang sudah diamati. Pemetaan terstrial juga dikenal
sebagai pemetaan darat dengan tujuan untuk menghasilkan representasi yang
akurat tentang kondisi geografis suatu tempat. Di dalam ilmu kehutanan dan
lingkungan, pemetaan ini berguna untuk memonitor perubahan iklim, lahan
vegetasi, dan suatu habitat satwa liar.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui dan memiliki
keterampilan untuk melakukan kegiatan pemetaan dasar menggunakan kompas
bidik.

METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Jum’at, 25 Agustus 2023 pukul 13:30-
14:40 WIB. Dan bertempat di Arboretrum FAHUTAN, IPB Dramaga, Dramaga,
Bogor, Jawa Barat.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah
- kompas bidik,
- pita ukur,
- pensil, dan
- tally sheet.

Metode
Metode pemetaan yang digunakan dalam laporan ini mencakup
penggunaan kompas bidik, tally sheet, dan pita ukur. Prinsip kerja masing-masing
alat adalah sebagai berikut:
1. Kompas Bidik: Kompas bidik merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur arah atau azimut dari suatu titik ke titik lain. Prinsip kerja alat ini
adalah dengan mengukur sudut antara garis pandang pengamat dan garis
meridian (utara geografis). Hasil pengukuran ini digunakan untuk
menggambar garis-garis arah pada peta.
2. Tally sheet: Tally sheet adalah lembaran berisi garis-garis referensi yang
membantu dalam pengukuran jarak horizontal dan vertikal. Alat ini
digunakan untuk mencatat hasil pengukuran arah dan jarak yang diperoleh
dari kompas bidik dan pita ukur dalam pemetaan lapangan. Hasil data yang
diperoleh nantinya akan digunakan menggambar suatu peta, seperti peta
polygon.
3. Pita Ukur: Pita ukur digunakan untuk mengukur jarak linear antara dua titik.
Prinsip kerjanya adalah dengan menjalankan pita ukur dari titik awal ke titik
akhir sambil memastikan pita tetap lurus dan kencang. Hasil pengukuran
jarak ini kemudian dicatat dalam tally sheet dan akan digunakan dalam
perhitungan skala peta.

Tata cara praktikum :


1. Setiap kelompok melakukan pengukuran menggunakan kompas di area yang
sudah di tentukan.
2. Catatlah sudut dan jarak pada area yang dipetakan lalu tuliskan pada
tallysheet. Ukur jarak, azimuth dan back azimuth antara posisi titik pertama
dan kedua. Lanjutkan pengukuran jarak, sudut azimuth dan back azimuth
dari posisi patok kedua dan ketiga, dan seterusnya.
3. Membuat sketsa titik-titik pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dalam pemetaan terestris ini digunakan metode pengukuran menggunakan
kompas bidik dan pita ukur, pengukuran lokasi menggunakan kompas dan pita
ukur adalah langkah penting dalam proses pembuatan peta terestrial. Metode ini
memungkinkan pengumpulan data geografis yang akurat dan mendetail.
Kemudian data yang dihasilkan dari pengukuran ini akan menjadi dasar untuk
pembuatan peta terestrial yang akurat dan representatif. Hasil pengukuran ini
mencakup menghitung arah dan jarak dari titik-titik tertentu di lapangan.
Dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu pengukuran yang berlokasi di
Arboretum Fahutan telah didapat data sebagai berikut.
Tabel 1 Pengukuran pemetaan Arboretum Fahutan menggunakan kompas bidik
dan pita ukur
No Titik Azimuth (°) Back Azimuth (°) Jarak (m)
1 0-1 - - -
2 1-2 185 5 24,05
3 2-3 159 339 4,90
4 3-4 173 353 14,40
5 4-5 230 50 27,85
6 5-6 275 95 30,00
7 6-7 270 90 40,10
8 7-8 0 180 38,20
9 8-9 26 206 34,40
10 9-10 96 276 38,20
11 10-11 92 272 54,00
12 11-0 180 0 8,75

Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui pengukuran menggunakan


kompas dan pita ukur memiliki peranan krusial dalam pembuatan peta poligon.
Data ini, yang meliputi informasi tentang azimuth, back azimuth dan jarak dari
setiap titik pengukuran, membentuk dasar untuk menggambarkan bentuk dan
ukuran wilayah yang diukur. Peta poligon merupakan representasi grafis dari
wilayah tersebut, di mana setiap titik koordinat digabungkan dan dihubungkan
dengan garis lurus atau kurva sesuai dengan susunan geografisnya. Dengan
menerapkan prinsip-proses geometris, data ini dapat diolah menjadi segmen garis
yang menggambarkan batas-batas wilayah, serta membentuk bidang poligon yang
merepresentasikan area yang diukur. Maka dari data yang sudah didapatkan dapat
digambarkan dalam peta poligon sebagai berikut.

Gambar 1 Peta poligon Arboretum Fahutan

Pembahasan
Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari kenampakan muka bumi yang
menggunakan suatu alat dan menghasilkan informasi yang akurat. Dengan kata
lain, pemetaan dan ilmu geografi itu sama karena sama-sama membahas sesuatu
yang berada di dalam atau di atas bumi selama hal tersebut mempengaruhi
permukaan bumi (Ambarwati dan Johan 2016). Pemetaan digunakan untuk
memvisulisasikan informasi yang didapat dari kegiatan survey, sehingga lahan
atau areal pemetaan dapat dilihat dengan jelas dan praktis.
Pemetaan terestris merupakan pengukuran bidang tanah dengan metode
pengukuran secara kontak langsung di lapangan dengan cara mengambil data
ukuran sudut dan jarak yang dikerjakan dengan teknik-teknik pengambilan data
jarak (trilaterasi), sudut (triangulasi) atau sudut dan jarak (triangulaterasi) dan
biasanya menggunakan alat total station untuk mengolah. Pada pemetaan
terestris, visualisasi objek-objek yang berada dipermukaan bumi
dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil merupakan segala obyek yang
tampak dilapangan, baik yang alamiah,ataupun hasil budaya manusia yang
akan dijadikan konten dari peta yang akan dibuat ( Rassarandi, F. D., et al 2022).
survey pemetaan terestris ini dilakukan dengan mengambil data dengan cara
melakukan survey lapangan untuk memperoleh titik – titik berupa koordinat titik
(X, Y) dan elevasi (Z). Yang mana, Beberapa pengukuran yang dilakukan dalam
survey pengamatan terrestris antara lain sebagai berikut :
1. Pengukuran poligon atau kring.
2. Pengukuran posisi planimetris.
3. Pengukuran detail situasi.
4. Pengukuran ketinggian.
Hasil dari pemetaan terestris akan membentuk kontur dan data topografi
lainnya. Survei pemetaan terestris memiliki ketelitian informasi topografi (detil
situasi, ketinggian/kontur, ukuran luas) yang cenderung tinggi apabila
dibandingkan dengan teknik survei dan pemetaan lainnya.
Dalam praktikum ini kami mempraktekan cara pemetaan terestrial dengan
cara menggunakan pita ukur dan kompas bidik. Kami menggunakan poligon
tertutup sebagai kerangka pengukuran saat praktikum, Poligon tertutup
merupakan kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi banyak
dan menutup, yang diartikan menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi ( Susila, I.
G. P. A., et al 2023). Poligon tertutup yang kami buat dalam praktikum ini terdiri
dari 12 titik yang dimulai dari depan arboretrum FAHUTAN dan di akhiri dengan
posisi titik yang sama. Hasil garis dari pengukuran dan bidikan sudut kompas
bidik kami olah menjadi gambar sketsa garis yang saling terhubung dan
membentuk suatu poligon tertutup.
Kelebihan Teknik Terestris menggunakan pita ukur adalah mudah untuk
dibawa ketika melakukan pengukran dan juga praktis karena pita ukur tidak perlu
dikalibrasi lagi sehingga bisa langsung digunakan. kekurangan teknik ini adalah
mendapatkan jumlah bidang yang sedikit setiap harinya dibandingkan teknik
lainnya. Pengukuran dengan pita ukur lebih susah mengambil data lapangan
dikarenakan kondisi bidang tanah yang terhalangi oleh objek objek yang
menghalangi ( Pratama, A., Et al 2020). Selain itu semakin luas area yang
dipetakan semakin banyak pula titik yang harus diukur sehingga pengukuran
terestris menggunakan pita membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang besar.
Titik ketinggian (spotheight) yang diambil dalam pengukuran terestris
harus memiliki kerapatan dan persebaran yang baik untuk mengurangi
kesalahan pada interpolasi kontur. Kerapatan titik yang diambil pada pemetaan
terestrial mempengaruhi keakuratan kontur yang dihasilkan, semakin rapat titik
yang diambil, maka semakin akurat kontur yang dihasilkan, begitu pula
sebaliknya (Afani, I. Y. N., et al 2019). Oleh karena itu survei pemetaan terestris
sangat efektif dilakukan untuk wilayah pemetaan yang tidak terlalu luas (Sondang,
V. A., et al 2021).

KESIMPULAN
Dari praktikum pemetaan terestris yang kami lakukan di Arboretrum
Fahutan, kami dapat menyimpulkan bahwa metode ini adalah cara yang efektif
untuk mengumpulkan data geografis yang akurat dan mendetail tentang suatu
area. Penggunaan alat seperti kompas bidik dan pita ukur membantu dalam
mengukur arah, jarak, dan sudut di lapangan, yang nantinya digunakan untuk
membuat peta terestrial yang representatif.
Penggunaan kompas bidik memungkinkan kami mengukur arah atau
azimut dari satu titik ke titik lain dengan mengukur sudut antara garis pandang
pengamat dan garis meridian utara. Ini membantu dalam menggambar garis-garis
arah pada peta. Sedangkan pita ukur digunakan untuk mengukur jarak linear
antara dua titik, dengan memastikan pita tetap lurus dan kencang selama
pengukuran.
Hasil dari praktikum ini mencakup data pengukuran arah dan jarak antara
titik-titik di lapangan. Data ini sangat penting untuk membangun representasi
yang akurat tentang kondisi geografis suatu area. Dari tabel pengukuran yang
telah kami lakukan, kami dapat melihat bagaimana titik-titik ini terhubung satu
sama lain dan membentuk poligon tertutup yang merupakan dasar dari pembuatan
peta terestrial.
Namun, meskipun metode pemetaan terestris efektif dalam menghasilkan
data yang akurat, ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang perlu
diperhatikan. Penggunaan pita ukur mudah dibawa dan praktis, tetapi bisa
membutuhkan banyak waktu dan tenaga terutama untuk area yang luas.
Keakuratan data juga bergantung pada kerapatan titik yang diambil, sehingga
harus dipertimbangkan dengan baik.
Secara keseluruhan, pemetaan terestris adalah teknik yang berguna untuk
mengumpulkan data geografis yang penting dalam berbagai bidang seperti ilmu
kehutanan, lingkungan, dan geografi. Metode ini mengandalkan alat-alat
sederhana seperti kompas bidik dan pita ukur namun mampu memberikan
informasi yang mendetail tentang kondisi lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Susila, I. G. P. A., & Jayantara, I. G. N. Y. (2023). Pemetaan Situasi Lingkungan
dengan Total Station di Kampus Universitas Pendidikan Ganesha di
Jinengdalem. Jurnal ENMAP, 4(1), 20-26.
Pratama, A., Suharno, S., & Syaifullah, A. (2020). Teknik-Teknik Pengukuran
dan Pemetaan Kadastral Pada Program PTSL di Kantah Lombok Timur.
Tunas Agraria, 3(2), 76-85.
Afani, I. Y. N., Yuwono, B. D., & Bashit, N. (2019). Optimalisasi pembuatan peta
kontur skala besar menggunakan kombinasi data pengukuran terestris dan
foto udara format kecil. Jurnal Geodesi Undip, 8(1), 180-189.
Sondang, V. A., Nugraha, I., Arliansyah, S., & Sondang, V. A. (2021). Studi
Deformasi Rangka Konveyor Batubara dengan Metode Survei Terestris.
Jurnal Tekno Global UIGM Fakultas Teknik, 10(1).
Rassarandi, F. D., Gustin, O., Irawan, S., Anurogo, W., Chayati, S. N., Pratama,
R. W., ... & Wandanita, M. (2022). Pemetaan Situasi Skala Besar (1: 500)
Kampus Politeknik Negeri Batam. Jurnal Integrasi, 14(1), 69-74.
Ambarwati W, Johan Y. 2016. Sejarah dan perkembangan ilmu pemetaan. Jurnal
Enggano. 1(2):80-82.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembidikan titik yang diukur

Lampiran 2 Amati dan baca angka pada skala kompas bidik, kemudian catat
hasilnya

Lampiran 3 Pemindahan hasil catatan kedalam tallysheet


Lampiran 4 Pembagian tugas dilapangan
Semua melakukan tugas membidik, membaca angka, mengamati, mengukur jarak
dan mencatat secara bergantian.

Lampiran 5 Pembagian tugas menyusun laporan praktikum


Bagian Nama
Pendahuluan Agisna Hervian
Metode Dimas Cahyaning Tyas
Hasil Khairul Bazar
Pembahasan
A. Kompas Syafira Tiara Pungki
B. Pemetaan Zico Edgar Filbert Andu
C. Pemetaan terestrus Raden Rahmanda Maulidia
Kesimpulan Geraldo Desta Anugrah
Dokumentasi Tamara Chandra Hataya

Anda mungkin juga menyukai