Kelompok 1:
Yuanda Eka Putri 15716001
2017
Bab I
Pendahuluan
(mean sea level – MSL) atau ditentukan lokal. Metode dalam pengukuran
kerangka dasar vertikal dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode sipat datar,
pengukuran trigonometris, dan pengukuran barometris. Dalam percobaan ini
pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan dengan metode sipat datar yang
memiliki prinsip berupa mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan
menggunakan rambu ukur. Alat sipat datar sifatnya tidak seperti alat pengukur
sudut horizontal seperti theodolite. Seiring berkembangnya teknologi, alat sipat
datar semakin banyak ragamnya seperti level laser, dan scan bar code.
peta yang terdiri dari hubungan titik-titik yang diukur di atas bumi, dan data-data
pengukuran yang didapat harus mempunya referensi atau acuan dari titik-titik yang
horizontal dapat diukur melalui 3 cara yaitu metode poligon atau traves, metode
Dalam percobaan ini pengukuran kerangka dasar horizontal diukur dengan metode
poligon atau traves, yang digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya
membentuk segi banyak (poligon), metode ini seringkali dipakai untuk menentukan
kerangka dasar horizontal, karena cara ini dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
1. Menentukan nilai dari titik (X,Y) dan tinggi untuk setiap titik yang telah
ditentukan.
datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris,
a. Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi
banyak, (Wongsotjitro,1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur
sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain
pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran
dengan metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan
titik akhir, jadi dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.
Kerangka Vertikal
Kerangka vertikal digunakan dalam suatu pengukuran untuk
menentukan beda tinggi dan ketinggian suatu tempat/titik.
( Purworaharjo, 1986 ) Ada beberapa metode untuk menentukan beda
tinggi dan ketinggian titik tersebut yaitu :
a. Kerangka Vertikal dengan Metode Waterpassing
Syarat utama dari penyipat datar adalah garis bidik
penyipat datar, yaitu garis
h a-b = ta - Btb
HB = Ha + h a-b
2. Alat sipat datar di tempatkan di antara dua stasion
Hb = Ha + Hab
Hb = HA + Bt m - Bt b
Hb = T – Bt b
Bila tinggi stasion B adalah Hb, maka tinggi stasion A adalah :
Ha = Hb + Hba
Ha = Hb + Bt b – Bt m
Ha = T – Bt m
3. Alat Sipat Datar tidak di tempatkan di atara kedua stasion
Gambar 2.3 Penyipat DatarDi Luar Titik
Keterangan :
hab = Bt m-Bt b
hba = Bt b – Bb m
Bila tinggi stasion C di ketahui HC, maka:
Hb = Hc + tc – Bt b = T – Bt b
Ha = Hc = tc – Bt m = T – Bt m
Bab III
Langkah Kerja
3.2 Pelaksanaan
a. Kegiatan praktikum dimulai pada pukul 12.30 WIB.
4.1 Data
Bacaan Benang (m) Jarak
BA+BB=2BT Mendat
Titi Ko Bacaan
Sudut ar (m)
k ndi Target Skala
Mendatar D=(BA
Ala si Mendatar
BA BT BB -
t
BB)*sk
ala
B ITB 0°0’0” 20.25 18.85 17.45 140
IT
01A 160°17’3” 3.49 2.2 0.91 129
B B 8 160°17’3”
00 LB 8 340°17’22” 3.42 2.12 0.81 130.5
1 ITB 161°43’14” 20.1 18.8 17.5 130
LB 178°34’8”
01A
8.4 6.95 5.49 145.5
B 1 0°0’0”
IT B ITB 89°31’45” 89°31’45” 7.45 6 4.55 145
B 001 7.27 6.05 4.85 121
01 LB ITB 269°16’21”
A 001 89°14’4” 8.15 6.8 5.45 135
LB 1 180°02’17”
B ITB01A 169o44’00’’ 29.51 28.12 26.75 138
o
99°15’58” 18.69 17.26 15.82 143.5
1 B 2 70 28’02’’
LB 2 o
250 24’57’’ 18.22 16.78 15.35 143.5
99°22’7” 27.5 26.1 19.5 400
LB ITB01A 349o47’04’’
B 1
o
113 06’00’’ 20.55 19.15 17.75 140
79°11’18” 24.45 21 19.5 247.5
B 3 192o17’18’’
2 24.2 21.75 19.3 245
LB 3 12o15’35’’
280°50’25”
LB 1 293o06’00’’ (79°09’35”) 22.45 21.06 19.68 138.5
Benang atas :
Benang bawah :
o Stand 1 , belakang :
6.98 muka: 11
Jarak optis : D = (BA-BB)*skala
o Belakang : (8.36-6.98)*50 = 69
o Muka : (12.5-11)*50 = 75
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 7.67 - 11.75 = -4.08
o Muka : 6.08 - 10.15 = -4.07
+
Beda Tinggi Rata-rata :
−4.08 (−4.07)
2
= -4.075
B. - Titik belakang : ITB 01A
Titik muka : 1
Benang tengah :
muka: 15.92
Benang atas :
Benang bawah :
Titik muka : 1
Benang tengah :
Benang atas :
Benang bawah :
o Muka : (19.88-18.64)*50 = 62
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 3.24 – 19.25 = -16.01
o Muka : 3.11 – 19.12 = -16.01
+
Beda Tinggi Rata-rata :
−16.01 (−16.01)
2
= -16.01
D. - Titik belakang : 3
Titik muka : 2
Benang tengah :
o Stand 1 , belakang : 18.3
muka: 2.35
o Stand 2, belakang :
17.95 muka: 2
Benang atas :
o Stand 1 , belakang : 18.98
muka: 3.1
Benang bawah :
o Muka : (3.1-1.6)*50 = 75
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 18.3 – 2.35 = 15.95
o Muka : 17.95 – 2= 15.95
+
Beda Tinggi Rata-rata :
15.95 15.95
2
= 15.95
E. - Titik belakang : 3
Titik muka : 4
Benang tengah :
Benang atas :
Benang bawah :
Benang atas :
Benang bawah :
o Muka : (14.02-13.64)*50 = 19
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 17.08 – 13.82 = 3.26
o Muka : 16.51 – 13.25= 3.26
+
Beda Tinggi Rata-rata :
3.26 3.26
2
= 3.26
G. - Titik belakang : 5
Titik muka : 6
Benang tengah :
o Stand 1 , belakang : 15.6
muka: 3.3
o Stand 2, belakang : 15.66
muka: 3.35
Benang atas :
Benang bawah :
o Muka : (4.14-2.44)*50 = 85
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 15.6 – 3.3 = 12.3
o Muka : 15.66 – 3.35= 12.31
+
Beda Tinggi Rata-rata :
12.3 12.31
2
= 12.305
H. - Titik belakang : 6
Titik muka : 7
Benang tengah :
o Stand 1 , belakang : 4.45
muka: 11.56
o Stand 2, belakang : 6.39
muka: 13.5
Benang atas :
o Stand 1 , belakang : 3.8
muka: 10.79
Benang bawah :
I. - Titik belakang : 7
Titik muka : 8
Benang tengah :
o Stand 1 , belakang : 13.1
muka: 14.23
o Stand 2, belakang : 13.33
muka: 14.45
Benang atas :
Benang bawah :
o Muka : (14.9-13.58)*50 = 66
Beda Tinggi : belakang-muka
o Belakang : 13.1 – 14.23 = -1.13
o Muka : 13.33 – 14.45= -1.12
+
Beda Tinggi Rata-rata :
−1.13 ( −1.12)
2
= -1.125
J. - Titik belakang : 8
Titik muka : ITB 001
Benang tengah :
o Stand 1 , belakang :
5.38 muka: 18
o Stand 2, belakang : 4.9
muka: 17.52
Benang atas :
Benang bawah :
788391.911 788380.413
= tan-1 ( )
11.498
= -1 ( )
tan 23.987
= o
25.61040255
= o
25 36’37.45”
2 2
DITB001-ITB01A = ( x) ( y)
=
(11.498)2 (23.987)2
=
26.6004 m
Setelah diperoleh sudut jurusan pada benchmark, maka dapat dihitung sudut
jurusan dan koordinat pada setiap titik.
Titik 1
o
α1 = αITB001-ITB01A + β1 – 180
= o o o
25.61040255 + 99.317361 – 180
=
-55.07223645
= o
106.2930416
X = D.sin αITB001-ITB01A
= o
204.625 x sin(25.61040255 )
=
88.449049
Y = D.cos αITB001-ITB01A
= o
204.625 x cos(25.61040255 )
=
184.5214251
Titik 2
o
α2= α1 + β2 – 180
= o o o
106.2930416 + 280.8259725 – 180
= o
207.1190141
X = D.sin α1
= o
141.375 x sin(106.2930416 )
=
135.6972911
Y = D.cos α1
= o
141.375 x cos(106.2930416 )
=
-39.66277624
Titik 3
o
α3 = α2 + β3 – 180
= o o o
207.1190141 + 262.5637504 – 180
= o
289.6827645
X = D.sin α2
= o
196.625 x sin(207.1190141 )
=
-89.629600236
Y = D.cos α2
= o
196.625 x cos(207.1190141 )
=
-175.008358
Titik 4
o
α4 = α3 + β4 – 180
= o o o
289.6827645 + 220.876111 – 180
= o
330.5588755
X = D.sin α3
= o
130.0625 x sin(289.6827645 )
=
-122.463196
Y = D.cos α3
= o
130.0625 x cos(289.6827645 )
=
43.80661512
Titik 5
o
α5 = α4 + β5 – 180
= o o o
330.5588755 + 210.3305557 – 180
= o
360.8894312
X = D.sin α4
= o
106 x sin(330.5588755 )
=
-52.10206846
Y = D.cos α4
= o
106 x cos(330.5588755 )
=
92.31129109
Titik 6
o
α6 = α5 + β6 – 180
= o o o
360.8894312 + 281.0944445 – 180
= o
461.9838757
X = D.sin α5
= o
182.875 x sin(360.8894312 )
=
2.83874657
Y = D.cos α5
= o
182.875 x cos(360.8894312 )
=
182.8530649
Titik 7
o
α7 = α6 + β7 – 180
= o o o
461.9838757 + 179.945139 – 180
= o
461.9290147
X = D.sin α6
= o
143.25 x sin(461.9838757 )
=140.1280199
Y = D.cos α6
= o
143.25 x cos(461.9838757 )
=
-29.74391576
Titik 8
o
α8 = α7 + β8 – 180
= o o o
461.9290147 + 224.4936115 – 180
= o
506.4226247
X = D.sin α7
= o
132.875x sin(461.9290147 )
=130.4650283
Y = D.cos α7
= o
132.875x cos(461.9290147 )
=
-25.19212797
Jadi, berdasarkan hasil dari lapangan selisis absis dan ordinat tidak
sama dengan nol.
Bab V
Analisis
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Pada praktikum kali ini, dalam pengukuran seperti kerangka dasar
teliti sehingga tidak ada cara kerja yang terlewat. Selain itu, perhatian terhadap
kecakapan dan kesigapan pengamat dalam proses pengukuran juga amat penting
agar waktu yang digunakan dalam proses pengukuran dapat lebih efektif dan
efisien terutama dalam melakukan proses centering dan levelling pada setiap alat,
https://www.slideshare.net/vinnysoniadewina/pengukuran-kerangka-
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-rendioktav-22712-3-