Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA BIDANG

TANAH DI POLITEKNIK NEGERI MALANG

Izza Sa’idatus Salsabila


Jurusan teknik sipil/ prodi D3 Teknik Sipil/Politeknik Negeri Malang
salsabilaizza72@gmail.com

Abstrak
Relief permukaan bumi digambarkan melalui peta topografi. Pembuatan peta topogfrafi
memerlukan pengukuran posisi. Pengukuran posisi berupa pengukuran horizontal dan
vertikal. Pada pengukurankali ini akan dilakukan dua pengukuran yakni pengukuran
horizontal maupun vertikal. Adapun tahapan pengukuran yaitu: pertama, mendirikan alat dan
mengoperasikannya. Kedua, membaca hasil ukuran pada alat yakni pembacaan sudut maupun
pembacaan benang atas, bawah, dan tengah. Setelah melakukan pengukuran, didapatkan data
berupa sudut, koordinat, elevasi serta beda tinggi.

Tujuan pengukuran ini adalah menentukan beda tinggi pengukuran long section, menentukan
beda tinggi tachymetri, dan menentukan posisi horizontal sebagai bagian dari pembelajaran
ilmu ukur tanah. Sedangkan metode pengukuran yang digunakan ialah metode pengukuran
sifat datar terbuka tidak terikat, tertutup, poligon tertutup, dan poligon terbuka tidak t
erikat.

Hasil dari pengukuran ini berupa data bacaan benang, data bacaan sudut horizontal, dan juga
sudut vertikal. Data pengukuran tersebut perlu diolah, sehingga menghasilkan beda tinggi
penggukuran long section, beda tinggi tachymetri, dan posisi horizontal yang kemudian data-
data tersebut digunakan untuk membuat gambar profil untuk menjelaskan titi-titik lokasi
pengukuran yang bertempat di Politeknik Negeri Malang.

1. Pendahuluan
Ilmu ukur tanah merupakan bagian terpenting dalam pembangunan. Pada
pembangunan, ilmu ukur tanah digunakan untuk pemetaan. Hasil dari pemetaan tersebut
digunakan untuk perencanaan pembangunan seperti pembangunan jalan raya, pelabuhan,
saluran drainase, jalur rel kereta api, jembatan, dan sebagainya agar pembangunan
berjalan lancar dan terhindar dari kesalahan.
Pada dasarnya pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu
objek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat (umumnya dipergunakan apa
yang disebut sistem koordinat geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu sendiri
yang dicari dan dicatat adalah angka-angka, jarak, dan sudut. Jadi koordinat yang akan
diperoleh adalah dengan melakukan pengukuran-pengukuran sudut terhadap sistem
koordinat geodetis tersebut (sosrosodarsono, 1997).
Pengukuran ilmu ukur tanah menggunakan alat-alat, seperti theodolite dan waterpass.
Pada theodolite didapatkan data berupa bacaan benang, besaran sudut horizontal, dan juga
sudut vertikal. Sedangkan penggukuran menggunakan waterpass memberikan data bacaan
benang untuk penghitungan beda tinggi dan elevasi.
Penggukuran vertikal dan horizontal digunakan untuk beberapa kegiata, seperti
mencari luas suatu tanah untuk perencanaan rencana jalan, rencana pengairan, dan
rencana transmigrasi. Pengukuran juga digunakan untuk mengetahui ketinggian tanah
sebelum mendirikan bangunan sebagai rencana meratakan tanah, sehingga dapat dihitung
seberapa tanah yang digali dan berapa banyak urugan yang diperluikan.

1
2. Data dan Metode (Contoh: Metode Pembuatan Peta Topografi/ Motode Pengukuran
Posisi Vertikal dan Horizontal)

Posisi vertikal merupakan kedudukan suatu obyek di permukaan bumi dalam arah
vertikal dan dihitung terhadap bidang referensi tertentu seperti permukaan laut rata-rata
(MSL), geoid, atau elipsoid (modul pembelajaran martince novianti bani). Posisi vertikal
berupa jarak vertikal ialah suatu titik di atas atau di bawah permukaan referensi tertentu
disebut elevasi titik. Elevasi pada sebuah titik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
HB = HA +∆ hAB…………….2.1.1
Dengan keterangan ∆h merupakan beda tinggi, beda tinggi antar titik adalah selisih
pengukuran ke belakang dan pengukuran ke muka, yang dapat dihitungan dengan rumus
∆HAB = BS-FS …………….2.1.2
Dimana Back sight (BS) merupakan bacaan tengah belakang dan foresight (FS) ialah
bacaan tengah depan.
Adanya kesalahan pengukuran beda tinggi dapat diketahui besarnya dengan
berpedoman pada persyaratan di atas. Kemudian untuk mengetahui besarnya kesalahan beda
tinggi hasil ukuran maka formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝒇𝒉 = { ∆𝒉 (𝒖𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏)} − {(𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓) − (𝒂𝒘𝒂𝒍)} …………….2.1.3
Perlu diketahui juga bahwa dalam pengukuran pun sering terjadi kesalahan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan koreksi terhadap data ukuran beda tinggi. Nilai koreksi dinotasikan sebagai
𝜹𝒉, yang mana koreksi tersebut berbanding lurus dengan jarak antara dua titik terukur dan
dapat diformulasikan sebagai berikut:
d
h= (−fh) …………….2.1.4
d
Setelah itu maka elevasi titik sepanjang jalur pengukuran tersebut dapat dihitung
dengan menambahkan nilai koreksi pada masing-masing beda tingginya. Hitungan elevasi
titik dapat dirumuskan sebagai berikut:
(𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌) = (𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂) + 𝒃𝒆𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 + 𝒌𝒐𝒓𝒆𝒌𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂…………….2.1.5

Sedangkan elevasi titik 1, 2, 3 pada kasus ini dapat dihitung sebagai berikut:
𝑯𝟏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟏 + 𝜹𝒉𝑨𝟏…………….2.1.6
𝑯𝟐 = 𝑯𝟏 + ∆𝒉𝟏𝟐 + 𝜹𝒉𝟏𝟐…………….2.1.7
𝑯𝟑 = 𝑯𝟐 + ∆𝒉𝟐𝟑 + 𝜹𝒉𝟐𝟑…………….2.1.8
𝑯𝟒 = 𝑯𝟑 + ∆𝒉𝟑𝑩 + 𝜹𝒉𝟑𝑩…………….2.1.9
Elevasi pada titik B perlu dihitung juga sebagai kontrol hitungan yang nilainya harus
sama dengan nilai titik B pada data yang diketahui.
Gambar 1. Pengukuran jarak antara 2 titik

2
Dalam pengukuran posisi horizontal menggunakan theodolite dilakukan pengukuran
dengan metode poligon tertutup. Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna,
sehingga baik sudut, koordinat. maupun jarak ukurannya memiliki keterikatan geometris.
Kemudian dalam proses hitungannya data ukuran tersebut harus memenuhi syarat
geometris. Syarat geometris poligon tertutup:

(β)-n.180 = 0
(d.sinα) = 0
(d.cos α) = 0

Pada pengukuran ini sistem koordinat yang digunakan adalah SISTEM


KOORDINAT CARTESIAN. System koordinat kartesian adalah suatu system koordinat
yang menyatakan posisi suatu titik atau objek dengan besaran absis ( X ) dan ordinat ( Y ).

Dalam hal ini:


𝛽 = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup
𝒏 = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
(𝐝 . 𝐬𝐢𝐧 𝑎) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sinus 𝑎
(𝐝 . 𝐜𝐨𝐬 𝑎) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cosinus 𝑎

Perlu diketahui, dalam proses perhitungan poligon tertutup bahwa:


a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai 𝒏 = 𝑵 − 𝟐
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai 𝒏 = 𝑵 + 𝟐

Rumus-rumus yang digunakan dalam poligon tertutup sebagai berikut:


1. Perhatikan sket pada Gambar 5.16 (sesuai data pengukuran lapangan)
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (𝒇β)
𝒇β = {(∆ 𝛽) − 𝒏. 𝟏𝟖𝟎𝑶}…………….2.1.10
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut
terkoreksi Nilai koreksi total = −𝒇β
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆β) = −𝒇β⁄𝑵…………….2.1.11

3
Dalam hal ini, notasi N = banyaknya sudut poligon
yang diukur Nilai sudut terkoreksi: β = β𝒏 +
∆β…………….2.1.12
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan
𝑎𝑩𝑪 = 𝑎𝑨𝑩 + 𝖰𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 …………….2.1.13
5. Menghitung kesalahan jarak ukuran arah Absis (𝒇𝒙) dan Ordinat (𝒇𝒚)
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝑎)} …………….2.1.14
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝑎)} …………….2.1.15
6. Menghitung nilai koreksi jarak
Nilai koreksi jarak total arah 𝑿 (absis) = −𝒇𝒙
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝑿 ∶ f𝒙 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒙)
…………….2.1.16

Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = −𝒇𝒚


Besar koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝒀 ∶ 𝒚 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒚)
…………….2.1.17
7. Menghitung koordinat titik
𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝑎𝑨𝑩 + 𝒙𝟏 …………….2.1.18
𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝑎𝑨𝑩 + 𝒚𝟏…………….2.1.19

Lokasi praktikum Pengukuran posisi horizontal dan vertikal berada di Politeknik Negeri
Malang

Gambar 2. Lokasi Politeknik Negeri Malang


(www.google.earth.com)*
*NB: Sumber referensi dari website harus tertera dalam daftar pustaka. (Lihat sub bab
5: Daftar Pustaka)

Berdasarkan gambar tersebut maka lokasi Politeknik Negeri Malang terletak pada 7° 56’
47” S dan 112° 36 56” E.

3. Hasil dan Pembahasan


Table 1. Data hasil akusisi menggunakan waterpass

4
Table 2. Data hasil ukuran menggunakan theodolite

Pada penentuan posisi vertikal dilakukan pengukuran dengan metode long section
jalur tertutup dan terbuka. Tidak terikat
3.1 Penentuan posisi vertikal
3.1.1 Long section tertutup
Perhitungan long section diawali dengan penghitungan jarak lintasan.
d = {(BA (bs) – BB (bs) )× 100} + {(BA (fs) –BB(fs) )× 100}
dAB = {(1,323-1,077)× 100} + {(1,642-1,313)× 100} = 57.5
Kemudian dilakukan pengukuran beda tinggi ∆h, dengan rumus:
∆h AB = BT bs - BT fs
∆h sta1-A = Hi – BT(fs)
=1,425-1,48 = -0,055
∆h AB = BT bs - BT fs
= 1,2-1,48 = -0,28
Pada pengukuran metode long section tertutup dibutuhkan nilai kesalahan pada
beda tinggi yang nantinya digunakan untuk menghitung koreksi. Oleh karena itu,
dicari nilai kesalahan terhadap beda tinggi, dengan rumus sebagai berikut:
Fh =  ∆h = 0,023
Setelah diperoleh nilai kesalahan terhadap beda tinggi nilai koreksi dihitung.
d
h = (-fh)
d
57,5
h1 = (-0,023)
177,1
= -0,007467532
Tinggi elevasi awal, nilai koreksi, dan beda tinggi digunakan untuk menghitung
nilai elevasi titik yang belum diketahui.
H akhir = H awal+ ∆h AB + h 1
HB = HA + ∆h AB + h 1
= 99,945 + -0,28 + -0,007467532 = 99,6575325
5
3.1.2 Long section terbuka tidak terikat
Perhitungan long section terbuka tidak terikat tidak jauh berbeda dari long section
jalur tertutup. Pertama hitung jarak antar titik.
dA1 = {(BA(bs)-BB(bs))× 100} + {(BA(fs)-Bb(fs))× 100}
dA1 = {(1,302-1,208)× 100} + {(1,25-1,178)× 100}= 16,6
Kemudian diperlukan perhitungan beda tinggi, dengan rumus:
∆h = BT bs - BT fs
∆h A1 = BT bs - BT fs
= 1,225-1,214 = 0,011
Dri nilai elevasi awal dan beda tinggi tersebut dapat dicari elevasi titik lain,
dengan rumus:
H1 = HA + ∆HA1

H2 = H1+ ∆H12
= 99,956 + 0,2035 = 100,1595

Hasilnya nilai elevasi awal tidak sama dengan nilai elevasi akhir.
3.2 Penentuan posisi horisontal

Pada penentuan posisi horisontal dilakukan pengukuran dengan


metode poligon tertutup. Dalam perhitungan koordinat pada poligon tertutup perlu
menentukan sudut ukuran terlebih dahulu dengan persamaan yang didapatkan dari
sudut azimuth:
β 1=α AE−α AB = 203,043 – 45,725 = 157,318



β =539,744 °
Perlu diketahui juga bahwa dalam pengukuran pun sering terjadi kesalahan.
Oleh karena itu, perlu dicari kesalahan total pada pengukuran dengan menggunakan
persamaan. Dimana n= ( N−2 )- karena menggunakan sudut dalam.
f β = {( β)-n.180)
= {572,533- (3. 180))
= 32,533
Dari total nilai koreksi terjadi kesalahan tota sudut ukuran atau closing error
polygon, oleh karena itu harus mencari besarnya koreksi setiap sudut ukuran.
∆β = -f β / N
= -32,533 / 5 = -6,507
Jadi, nilai sudut yang terkoreksi yang didapat dari perhitungan adalah
β= β n + ∆β
βA= 195,824 + -6,507 = 189,317

Setelah sudut ukuran telah dikoreksi, kemudian dapat ditentukan sudut azimuth.
αB = αA – β + 180
αA = sudut azimuth awal
αA = 254,961
αB = αA – β + 180 = 254,961 – 58,117 + 180 = 376,844

Dalam perhitungan koordinat perlu penghitungan koreksi kesalahan jarak yang


dipakai untuk nilai koreksi terhadap koordinat x dan y.
6
Fx = {(d . sin α)} = (-66,765+15,697+43,419+35,694-43,278) = -15,233
Fy = {(d . cos α)} = (-17,938+51,847+(-28,611)+(-68,776)+(-4,336) = -67,815

Berikut rumus perhitungan koreksi setiap jarak terhadap x dan y


x = (d/d) . (-fx)
x1 = (69,132/296,284) . (15,233) = 3,554

y = (d/d) . (-fy)
y1 = (69,132/296,284) . (67,815) = 15,823

Setelah memperoeh perhitungan diatas dari perhitungan sudut dalam, jarak, azimuth,
beda tinggi, kesalahan jarak arah X dan Y serta koreksi arah X dan Y. selanjutnya bisa
menentukan koordinat pada titik A – E.
Karena koordinat A1(100,100) Serta kita telah menghitung koreksi koordinat
nya, maka kita bisa menghitung A - E dengan cara berikut :
X B = X A + d AB sin α AB+δx 1
Y B = Y A + d AB cos α AB+δx 1

X A = 100 Y A = 100
X B = X A + d AB sin α AB+δx 1
= 100 + -66,765 + 3,554 = 36,79
Y B = Y A + d AB cos α AB+δxA
= 100 + (-17,983) + 15,823 = 97,885

4. Kesimpulan
 Beda tinggi long section ditentukan dari elevasi backsight dikurangi elevasi
foresight.
 Penentuan beda tinggi pada tachymetri sama halnya dengan beda tinggi long
section, yaitu elevasi backsight dikurangi elevasi foresight.
 Penentuan posisi horizontal menggunakan metode poligon tertutup harus
memperhatikan koreksi baik terhadap elevasi dan koordinat titik. Elevasi dan
koordinat x,y titik awal harus sama dengan koordinat titik akhir.
Jadi hasil data dari pelaksanaan praktek lapangan menggunakan alat waterpass dan
theodolite. Setelah data diolah dan mencapai hasil, hasil dari data waterpass di lapangan
adalah akurat dan dapat diterima karena titik elevasi akhir kembali ke titik elevasi awal
karena pada ketentuan data menggunakan alat waterpass titik elevasi akhir harus kembali
ke titik elevasi awal. Sedangkan data dari melakasanakan praktek menggunakan alat
theodolite di lapangan kurang akurat dikarenakan beta sebelum dikoreksi dan beta
sesudah dikoreksi memiliki selisih
ang cukup besar, sedangkan untuk elevasi, koordinat x maupun y kembali ke nilai awal
yang menunjukkan bahwa bentuk poligon tersebut tertutup sehingga dapat dikatakan data
yang didapatkan dari lapangan kurang akurat.

5. Daftar Pustaka

7
Referensi dari website:
Ilmu Ukur Tanah Pemetaan dan SIG dari:
https://www.academia.edu/22430272/ILMU_UKUR_TANAH_PEMETAAN_DAN_
SIG. Pada 14 Maret 2023
Ilmu Ukur Tanah dan Katografi dari: https://handiri.wordpress.com/ilmu-ukur-tanah-dan-
katografi/ .Pada 14 Maret 2023
www.google.earth.com. Pada 14 Maret 2023.

Panduan ini merupakan template, sehingga mahasiswa langsung dapat menuliskan


artikelnya di template yang disediakan ini.
Mahasiswa dapat menggunakan Laporan Praktikum Ilmmu Ukur Tanah sebagai data
awal untuk menulis jurnal.
***

Anda mungkin juga menyukai